UJI KEKERASAN
DISUSUN OLEH :
1.2. Tujuan
1. Menentukan kekerasan baja bulat dengan menggunakan uji keras Rockwell, Brinell
dan Vickers.
2. Menentukan kekerasan baja kotak dengan menggunakan uji keras Rockwell, Brinell
dan Vickers.
3. Menentukan kekerasan aluminium dengan menggunakan uji keras Rockwell, Brinell
dan Vickers.
4. Memahami prinsip dasar pengujian kekerasan Brinell dan Rockwell.
5. Mengetahui kekerasan dari suatu spesimen yang diuji.
6. Membandingkan prosedur dan prinsip pengujian kekerasan Brinell dan Rockwell.
BAB II
TEORI DASAR
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Hardness Tester
4. Spesimen
5. Indentor
3. Anvil
Gambar 5. Indentor
Gambar 3. Anvil
3.2. Data Percobaan
Dari keseleruhan sampel yang diuji coba telah melalui proses penghalusan dengan
kertas amplas, salah satu spesimen, yaitu balok aluminum bahkan sudah di etching sehingga
terlihat grain boundarynya, ketiga spesimen, yaitu baja kotak, baja bulat, dan balok aluminum
diberikan dalam keadaan siap diuji coba.
Setelah memastikan spesimen siap diuji, pengujian pun dilakukan dimana uji coba
yang pertama dilakukan adalah uji coba Brinell dengan menggunakan indentor steel ball
diameter 5mm, indentor diberi beban kepada ketiga spesimen sebanyak tiga kali, dimana
salah satu indentasi terlihat cacat, dimana diameter dari indentasi terlihat jelas berbeda
dengan mata telanjang, sehingga harus dilakukan indentasi ulang sehingga diperolah 10 total
indentasi untuk uji coba Brinell, setelah itu dilakukan uji coba rockwell dengan menggunakan
indentor intan untuk spesimen baja dan indentor steel ball untuk spesimen aluminum, kali ini
seluruh hasil indentasi valid dan didapatkan 9 data, lalu dilanjutkan dengan uji coba Vickers,
seluruh spesimen diberikan indentasi dengan indentor intant namun untuk uji coba Vickers
hanya dilakukan dua kali pengujian untuk setiap spesimen sehingga diperoleh total 6
indentasi pada seluruh spesimen.
Persiapan sampel untuk uji Brinell relatif lebih mudah disbanding dengan uji rockwell
dan vickeres, karena sifat dari cara pengukuran indentasi yang tidak terlalu dipengaruhi oleh
permukaan sampel, pada uji rockwell dan Vickers, permukaan sampel uji harus halus dan
rata, karena memperngaruhi hasil pengujian
Untuk tingkat kesulitan, uji rockwell adalah uji coba yang paling mudah karena kita
akan langsung mendapatkan harga kekerasan selepas melakukan uji coba tidak seperti uji
coba Brinell dan Vickers, dimana praktikan harus melakukan pengamatan dan pengukuran
terhadap indentasi dengan menggunakan mikroskop selepas melakukan uji coba. Diantara
keduanya, uji coba Brinell cenderung lebih mudah dibandingkan uji coba Vickers, pada uji
coba Brinell diameter yang dihasilkan cenderung lebih besar, sehingga lebih mudah untuk
melakukan pengukuran, uji coba Vickers mengharuskan kita mengukur dua sisi dari belah
ketupat yang terbentuk dengan ukuran indentasi yang lebih kecil, sehingga memakan waktu
yang lebih banyak dan memerlukan ketelitian yang lebih tinggi.
Jika kita memperhatikan diagram fasa Fe-C, baja yang memiliki konsentrasi karbon
yang lebih tinggi akan berubah menjadi senyawa Fe3C atau biasa juga dikenal sebagai besi
cor yang memiliki sifat kuat namun sangat getas, dari data pengujian pada bab IV, dapat
dilihat bahwa baja bulat memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi daripada baja kotak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa baja bulat adalah baja karbon tinggi sementara baja kotak
adalah baja karbon rendah.
Spesimen baja memiliki kekerasan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
spesimen aluminum karena baja adalah campuran dari besi dengan karbon, dimana atom
karbon bertindak sebagai semacam doping pada besi yang meningkatkan kerapatan dari baja,
meiningkatkan tingkat kekerasasnnya, untuk perbedaan kekerasan yang diakibatkan oleh
banyaknya karbon, pada baja, tingkat persentase karbon dapat mempengaruhi fasa dari baja
tersebut, pada tingkat baja karbon tinggi, struktur krsital baja berubah menjadi struktur FCC,
pada baja karbon rendah, strukutr kristal baja berubah menjadi struktur BCC, kita tahu bahwa
sel kristal FCC memiliki tingkat kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktru
kristal BCC sehingga baja karbon tinggi memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi.
Dikutip dari (matweb 2020), baja karbon rendah memiliki nilai kekerasan Brinell
sebesar 86-550, kekerasan Rockwell B sebesar 30-105, dan kekerasan Vickers sebesar 22-
661. Baja karbon tinggi memiliki nilai kekersaan Brinell sebesar 163-600, kekerasan
Rockwell B sebesar 43-100, dan kekerasan Vickers sebesar 182-748. Aluminum 6061-T6
memiliki nilai kekerasan Brinell sebesar 95, nilai kekerasan Rockwell B sebesar 60, dan nilai
kekerasan Vickers sebesar 107.
Berdasarkan data percobaan, diketahui baja karbon rendah memiliki nilai kekerasan
Brinell sebesar 96.83, kekerasan rockwell A sebesar 20.34, dan kekerasan Vickers sebesar
84.93. Baja karbon tinggi memiliki nilai kekerasan Brinell sebesar 170.32, kekerasan
Rockwell A sebesar 54.5, dan kekerasan Vickers sebesar 194.14. Aluminum memiliki nilai
kekerasan Brinell sebesar 70.84, kekerasan Rockwell E sebesar 64, dan kekerasan Vickers
sebesar 65.
Apabila dibandingkan, dapat dilihat untuk baja karbon tinggi dan rendah masih
termasuk kedalam jarak yang ditentukan oleh literatur. Pada literatur dapat dilihat pula jarak
interval nilai yang cukup luas, ini disebabkan oleh kemungkinan adanya senyawa pengotor
lain selain karbon pada baja yang dapat mempengaruhi nilai kekerasan spesimen, data
kekerasan aluminum percobaan dengan literatur memiliki perbedaan yang kecil, ini juga
disebabkan oleh hal yang sama, yaitu adanya kemungkinan unsur atau senyawa pengotor lain
pada aluminum yang mempengaruhi nilai kekerasan, kesalahan pengukuran yang dilakukan
oleh praktikan juga merupakan salah satu factor yang menyebabkan terjadinya perbedaan
nilai.
HRC = 100 – e
= 100 – 40,5
= 59,5
Hardness Test pada Plat Tembaga
HRC = 100 – e
= 100 – 8,9
= 91,1
HRC = 100 – e
= 100 – 29,5
= 70,1
HRC = 100 – e
= 100 – 18,6
= 81,4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil dari percobaan diatas, dapat diperoleh nilai-nilai kekerasan untuk ketiga
spesimen sebagai berikut :
5.2. Saran
Pengoperasian dapat dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti aturan
keamanan yang ada. Untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik jika alat uji
dioperasikan dengan hati-hati karena jika ada indentasi yang gagal tidak dapat
dikembalikan dan harus diulang, sehingga menghabiskan ruang untuk dilakukannya
uji coba pada specimen-spesimen yang akan diuji.
Daftar Pustaka
Callister Jr, W. D. (2009). Materials Science And Engineering An Introduction, 8th Edition.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc, Hoboken.
Matweb.com”Metals”.Diakses 3 Maret 2020 pada pukul 10:30 WIB.
http://www.matweb.com/Search/MaterialGroupSearch.aspx?GroupID=9
universitas-jenderal-achmad-yani/johanes-roberto-pasaribu/bab-3-uji-kekerasan-hardening-
test
Laporan Uji Kekerasan putrid ayu nani