Anda di halaman 1dari 6

1:

a : pemahaman mengenai sifat sifat material dalam Bidang metalurgi adalah penting
karena mempengaruhi proses pembuatan dan penggunaan material, seperti kekuatan,
keuletan, atau konduktivitas termal memainkan peran kunci dalam desain dan aplikasi
berbagai produk yang dihasilkan, mulai dari struktur bangunan hingga komponen
elektronik. Dengan memahami sifat-sifat ini, maka sebagai insinyur nantinya dapat
memilih material yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan spesifik dalam berbagai
konteks industri, Dalam pemanfaatan material harus mempertimbangkan sifat-sifat
tersebut untuk mendapatkan hasil yang optimum dalam suatu perancangan.
b : sifat material / bahan berdasarkan kategori nya adalah :
- Sifat Teknologi sifat bahan/logam berkaitan dengan teknologi proses produksi
(pengecoran, permesinan, pengelasan, pembentukan, dll)
- Sifat Mekanik: sifat bahan/logam berkaitan dengan kemampuannya menerima
beban mekanis (tarik, luluh, bengkok dan penetrasi).
- Sifat Fisik: sifat bahan/logam berkaitan dengan kondisi fisik (titik cair atau titik
leleh dari bahan, berat jenis, konduktivitas panas, konduktivitas listrik),
- Sifat Kimia adalah sifat logan yang berkaitan dengan tingkat reaktivitas dari
bahan tersebut terhadap zat lain, semisalnya ambience terhadap proses korosi.
c : klasifikasi pengujian material adalah :
- Pengujian merusak, yaitu dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari
material, dimana pengujiannya dengan pemberian beban mekanik hingga
spesimen mengalami perubahan bentuk atau deformasi plastis (merusak bentuk
spesimen dari bentuk awal). Semisalnya : Uji Tarik (Tensile Testing), Uji Tekan
(Compressive Testing), Uji Kekerasan (Hardness Testing), Uji Puntir (Torsion
Testing), Uji Impak (Impact Testing), Uji Lelah (Fatigue Testing), Uji Mulur (Creep
Testing), Uji Tekuk (Bend Testing).
- Pengujian tidak merusak, yaitu merupakan salah satu teknik mengujian bahan
tanpa merusak benda ujinya, dengan suatu proses uji untuk mengetahui sifat
suatu bahan tanpa merusak benda uji, dapat dilakukan di laboratorium atau di
lapangan (Inspeksi Visual, Uji Cairan Penetran, Uji Partikel Magnetik, Uji
Radiografi, Uji Ultrasonic, Uji Eddy Current, Uji kebocoran (leak test) )
d : Pengujian metalografi bertujuan mengetahui struktur mikro bahan logam, berupa
foto struktur mikro bahan yang diperbesar dengan perbesaran tertentu / visualisasi
langsung mikroskop optik, dari foto dapat dilihat bentuk struktur mikro bahan dan jenis
struktur mikro bahan / dengan alat yang lebih canggih memungkinkan, Diketahui
komposisi bahan selain bentuk dan jenis struktur mikro bahan yang diuji.
Tahapannya dapat dibagi menjadi 2 :
Persiapan : berisi persiapan pengujian, mulai dari pengambilan bagian kecil sampel,
agar mudah dipegang pada saat dipoles ikat dengan resin plastik, penghalusan
permukaan (kehalusan seperti kaca), pemolesan dilanjut dengan pembersihan agar
lensa mudah membaca lalu keringkan.
Pengujian : berisi pengujian bahan / material mulai dari setting (pengaturan alat,
tempat, perbesaran, skala optik, dan posisi sorot lensa dengan bahan secara
langsung), pembahasan dan pengamatan hasil.
2:
a : heat treatment adalah kombinasi operasi pemanasan dan pendinginan yang
dilakukan pada logam atau paduan dalam keadaan padat sehingga menghasilkan
struktur mikro tertentu dan juga sifat yang diinginkan bergantung kebutuhan.
b : tujuan heat treatment adalah untuk mengubah sifat fisik & mekanik dari suatu
bahan / material, semisalnya meningkatkan sifat mekanik, machinability, ketahanan
aus, mengubah sifat listrik & magnetik, penghalusan butir disertai pemrolehan
permukaan keras & inti dalam lunak, menghilangkan Internal (Residual) Stress karena
Cold Work disertai mengatasi efek strain hardening & mengembalikan sifat-sifat
keuletan.
c : berdasarkan klasifikasi, dapat dibagi menjadi heat treatment surface & full heat
treatment.
Surface / permukaan : proses yang mencakup berbagai macam teknik untuk
mendapatkan permukaan yang sangat keras pada komponen untuk menahan
kemusan, serta bagian dalam yang tangguh untuk menahan impak yang terjadi selama
operasinya.
Full / penuh : Perlakuan panas penuh melibatkan pemanasan, pemeliharaan suhu, dan
pendinginan pada keseluruhan bahan, sementara perlakuan panas permukaan fokus
pada merubah sifat-sifat hanya di bagian permukaan bahan.
d : menurut saya, sifat-sifat yang dibutuhkan meliputi :
kekerasan yang tinggi, ketangguhan yang baik, dan ketahanan aus yang memadai,
optimalnya bergantung pada aplikasinya, tetapi seringkali berada dalam kisaran 50-60
HRC. dalam rentang tersebut masih kuat dan masih mudah diasah pada saat
bersamaan.
Kadar karbon :
Biasanya baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi cenderung memiliki kekerasan
yang lebih tinggi. Maka dari itu, untuk pahat, kadar karbon biasanya berada dalam
kisaran 0,7% hingga 1,5%.
Perlakuan panas yang dibutuhkan :
Mungkin perlakuan panas seperti melibatkan proses pengerasan (hardening) dan
pelunakkan (tempering). Proses pengerasan melibatkan pemanasan baja hingga suhu
tinggi, diikuti oleh pendinginan cepat, yang dapat dicapai dengan menggunakan media
pendingin air atau minyak. Lalu, pahat tersebut dilakukan pelunakkan dengan
memanaskan kembali pada suhu yang lebih rendah. Proses ini membantu mencapai
keseimbangan antara kekerasan dan ketangguhan yang diinginkan.

3:
a : Korosi adalah kerusakan bahan oleh interaksi kimia dengan lingkungannya. Dalam
hal besi/logam, akan menghasilkan karat pada besi / logam.
b : mekanismenya :
2Fe(s) -> 2Fe²+ + 4e
Fe(s) kontak dengan H2O (l), besi menjadi anoda dan air atau oksigen di sekitar besi
akan menjadi katoda. Pada anoda besi, akan terjadi reaksi oksidasi (reaksi pelepasan
elektron), besi kehilangan elektron, kerusakan pada besi mulai terjadi (besi menjadi
berlubang). Elektron tadi lebih cenderung berpindah ke daerah yang banyak
oksigennya, dalam hal ini daerah katoda, dan terjadi reaksi reduksi (penangkapan
elektron). Dalam suasana asam, akan terjadi reaksi reduksi membentuk molekul air :
O2(g) + 4H+ (Aq) +4e -> 2H2O(l)
Fe2+ akan terdispersi dalam tetesan air dan bereaksi lebih lanjut dengan O2 dan H2O
sebagai reaksi oksidasi lanjutan (pengikatan O2) membentuk karat besi :
2Fe²+ (aq) + ½O2(g) + (2+n) H2O(l) -> Fe2O3nH2O(s) + 4H+(aq)
c : galvanik :
Korosi Galvanik terjadi saat logam yang berbeda bersentuhan dan terkena atmosfer
korosif. Contoh: sel galvanik Zn-Cu, Zn sebagai anoda dan terjadi korosi, Cu sebagai
katoda dan terlindung.
Sumuran :
Permukaan logam di titik-titik tertentu, titik-titik ini menjadi kurang terbuka terhadap
oksigen sehingga korosi berlangsung lebih cepat di titik-titik tersebut menyababkan
rongga semakin dalam.
Garis Air :
Karena konsentrasi O2 terlarut dalam air lebih besar di permukaan dibanding bugian
yang lebih dalam. Hal ini menyebabkan pembentukan sel konsentrasi, yang mana
Anoda berada di bagian bawah dan katoda berada di permukaan air
Akibat konduktivitas air yang buruk, ion-ion yang berada pada permukaan air akan + di
bawah bereaksi, logam terkorosi tepat di bawah permukaan air.
d : pencegahan/ proteksi korosi diantaranya :
Galvanising adalah Suatu proses dimana beşi atau baja diproteksi dari korosi dengan
pelapisan lapisan tipis seng
Tinning adalah proses pelapisan timah di atas Lembaran beşi yang telah dibersihkan
dilewatkan melalui rendaman fluks cair, kemudian melewati tangki timah cair dan
akhirnya melalui lapisan minyak kelapa sawit yang melindungi permukaan berlapis
panas dari oksidasi
Electroplating : Pengendapan logam pelapis pada logam dasar dengan mengalirkan
aruš searah melalui larutan elektrolitik yang mengandung garam terlarut dari bahan
pelapis
4:
a : 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada akhir siklus hidup material melibatkan
pengurangan penggunaan sumber daya (Reduce), pemanfaatan kembali produk atau
material bekas (Reuse), dan proses daur ulang untuk menghasilkan produk baru
(Recycle), dengan tujuan mengurangi limbah dan mendukung keberlanjutan
lingkungan. Hubungan nya dengan mengurangi emisi dari proses pembuatan
bahan/material.
b : daur ulang alumunium, dengan raw material berupa old scrap yang umum dijumpai
dihasilkan dari aluminium yang telah dibeli oleh konsumen dan telah digunakan dalam
jangka waktu tertentu.
Perlakuan : Turnings akan dilakukan proses penghilangan semua bahan-bahan pelekat,
lalu dilakukan degreasing dan dikeringkan dan dipisahkan dari partikel-partikel besi
menggunakan separator magnetik,
Peleburan : Pada saat peleburan akan dicampur
antara scrap hasil casting dan wrought yang telah dibersihkan dan disortir terlebih
dahulu. Pemilihan dapur berhubungan dengan konten oksida, tipe dari material
pengotor, dimensi dan geometri scrap, dan kondisi saat operasi. Jenis dapur yang
paling banyak digunakan adalah rotary furnace. Proses pelelehan dilakukan pada suhu
Tm dari Al yaitu sekitar 750 °C ± 100 °C dibawah lapisan garam
Refining : Setelah melalui proses peleburan, Al akan melalui proses refining di mana
dilakukan di holding furnace. Proses ini bertujuan untuk mengatur kadar paduan dan
konsentrasi-nya
Pengecoran : Pengecoran merupakan tahap akhir dari proses aluminium, di mana
aluminium cair akan dicor ke dalam ingots (4-25 Kg) dan aluminium oksida yang
terperangkap dilakukan pemisahan saat proses pengecoran.
5:

Analisis :
Fase a adalah daerah yang kaya akan tembaga, Fase ini adalah solid solation yang
memiliki atom perak sebagai solute dan memiliki struktur FCC. FCC adalah struktur
kristal yang terbentuk memiliki sel satuan pada geometri kubusnya dengan atom
terletak di setiap sudut dan pusat dari setiap muka kubus
Fase B adalah daerah yang kaya akan perak, juga memilki struktur kristal FCC, tetapi
dengan atom perak sebagai solvent dan atom tembaga sebagai soliste. Pada
temperatur tertentu fase a dan ẞ dapat terdiri dari 100% solvent (tembaga murni atau
perak murni).

Pada fase a dan B kelarutan masing-masing solute terbatas pada garis BEG pada
diagram fase. Garis BEG membatasi kelarutan maksimum solute pada masing-masing
fase. Untuk fase a, kelarutan Ag memiliki nilai maksimal sebesar 8.0 wt%, sebagaimana
ditunjukkan oleh titik B. Sementara itu pada fase B batas kelarutan Cu adalah 8.8 wt%
ditunjukkan oleh titik G.

Garis batas fase yang memisahkan fase a dan fase a+b pada temperatur di bawah 779
°C disebut dengan solvus line. Sedangkan garis batas fase yang memisahkan fase a
dan fase a + L pada temperatur di atas 779 °C disebut dengan solidus line. Batas
kelarutan fasa ẞ dibatasi garis HGF. Sementara itu, fase L, Dan fase a+L, Dipisahkan
oleh garis batas fase yang disebut liquidus line.

Garis AE menunjukkan penurunan titik lebur Cu sebagai fungsi kenaikan konsentrasi Ag


yang ditambahkan. Sedangkan garis EF menunjukkan penurunan titik lebur Ag akibat
peningkatan konsentrasi Cu dalam solid solution.

Titik E dinamakan titik eutectic, Titik E disebut titik keseimbangan. Titik ini menunjukkan
temperatur terendah di mana fase L masih ada sebelum berubah menjadi fase a+b,
Pada titik E komposisi sistem adalah 71.9 wt% Ag-28.1 wr% Сu.

Anda mungkin juga menyukai