Anda di halaman 1dari 3

1.

Korosi harus dicegah pada suatu konstruksi dikarenakan korosi sangat berpengaruh terhadap
kekuatan konstruksi bagunan tersebut. Seperti yang diketahui bahwa kondisi baja tulangan
sangat berpengaruh terhadap kualitas baja tulangan. Kondisi baja adalah suatu keadaan
yang memperlihatkan apakah baja tulangan tersebut masih dalam kondisi normal atau telah
mengalami reaksi dengan lingkungan sekitarnya yang memungkinkan terjadinya penurunan
kualitas baja tulangan tersebut. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas dari baja
tulangan adalah terjadinya korosi pada baja tulangan tersebut dikarenakan baja tulangan
merupakan logam yang mudah mengalami korosi, maka jika konsentrasi Natrium Klorida
(NaCl) yang mengenai baja tulangan tersebut tinggi maka semakin besar pula laju
korosinya. Hal ini berlaku untuk baja tulangan yang terkorosi asam, sulfat, garam
sulfat dan asam-asam lainnya. Apabila ini tidak dicegah tentu saja akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas dari baja tulangan tersebut.

2. Jenis – jenis korosi dan penyebabnya;


1. Uniform corrosion
korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam secara
merata sehingga ketebalan logam berkurang.
2. Pitting Corrosion
Korosi setempat yang menyerang logam dengan penetrasi yang cepat pada luas yang sempit.
3. Erotion Corrosion
Percepatan korosi karena adanya gerakan relatif antara permukaanlogam dengan fluida korosif.
Laju korosi akan dipercepat dengan adanya turbulensi aliran.
4. Galvanic Corrosion
Korosi galvanik terjadi apabila dua buah logam yang jenisnya berbeda di pasangkan dan
direndam dalam cairan yang sifatnya korosif. Logam yang rebih aktif atau anoda akan terkorosi,
sementara logam yang lebih noble atau katoda tidak akan terkorosi
Korosi galvanik ini banyak terjadi pada benda yang menggunakan lebih dari satu macam logam
sebagai komponennya, misalnya pada automotif.
5. Crevice Corrsosion
korosi yang terjadi akibat perbedaan konsentrasi oksigen pada celah (gap) yang terdapat pada
struktur. umunya terjadi pada daerah sambungan. daerah yang miskin oksigen akan berfungsi
sebagai anoda (terkorosi) dan yang kaya akan oksigen sebagai katoda".
6. Selective Corrosion
korosi yang berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari campuran logam.
7. Fatigue Corrsosion
Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus berulang sehingga semakin
lama logam akan mengalami patah karena terjadi kelelahan logam
3. Jenis – Jenis penanggulangan korosi
1. Pemilihan bahan yang tahan terhadap lingkungan korosif.
2. Beri lapisan pelindung pada logam.
3. bila memungkinkan perhatikan kondisi ,seperti suhu, tekanan, atau kecepatan.
4. Ubah kimia lingkungan, seperti pH, konsentrasi, aerasi, atau kotoran.
5. Tambahkan penghambat laju korosi.
6. Geser potensial listrik logam secara katodik atau anodik perlindungan. (bila
memungkinkan)
7. Modifikasi desain peralatan atau sistem.
Metode pencegahan korosi
1) Metode Kinetika = Protoksi Anodik
metoda pengendalian korosi dengan membuat logam menjadi pasif (terbentuk lapisan
oksida protektif). Proteksi anodik umumnya dilakukan pada logam yang mempunyai
sifat aktif-pasif / mampu pasif (dapat dipasifasi dan teraktifasi kembali).
Proteksi anodik dapat pula dibagi menjadi dua sub kategori yaitu :
a. Galvanic anodic protection
Sistem Proteksi Anodik Galvanik dapat dilakukan dengan menambahkan logam-
logam mulia (Pt, Pd, Ag, Cu) yang dipakai sebagai unsur-unsur pemadu atau dengan
melapisi benda kerja untuk membentuk permukaan pasif. Logam logam mulia akan
membentuk daerah – daerah yang lebih bersifat katodik pada permukaan logam
sehingga potensial antar permukaan logam dapat dinaikkan ke daerah pasif. Contoh
dalam baja tahan karat, penambahan paduan seperti 0,1% Pd atau 0,1% Cu akan
mampu mengurangi kecepatan korosi baja tahan karat dalam larutan asam sulfat.
b. Electrolytic anodic protection
Sistem pengendalian korosi dengan metode proteksi anodik elektrolitik didasarkan
pada pembentukkan lapisan tipis pasif pada permukaan logam yang bersifat mampu
memproteksi atau menghambat terjadinya korosi. Sistem proteksi anodik ini
dilakukan dengan menaikkan potensial logam ke daerah pasif. Metode ini dapat
dilakukan untuk mengendalikan baja, nikel, kromium, dan paduannya. Dalam
metode ini, digunakan arus searah dari luar yang disuplai melalui katoda tambahan
dan tegangan potensial objek yang akan dilindungi (anoda) diatur dengan bantuan
potensiostat
2) Metode Termodinamika = Protoksi Katodik
Proteksi katodik adalah jenis perlindungan korosi dengan menghubungkan logam yang
mempunyai potensial lebih tinggi ke struktur logam sehingga tercipta suatu
selelektrokimia dengan logam berpotensial rendah bersifat katodikdan terproteksi
Proteksi katodik dibagi dua metode :
a. Arus tanding (impressed current)
b. Anoda tumbal (sacrificial anode)
Atau disebut juga :
melindungi satu logam dengan menghubungkannya ke logam lain yang lebih anodik,
menurut seri galvanic
4. SCC (Stress Corrosion Crack) atau korosi retak tegang merupakan korosi yang diakibatkan karena
suatu material logam mengalami/menerima tegangan melebihi kemampuan tegangan yang
dapat di terima material logam tersebut. Dapat terjadi pada suatu logam karena adanya tiga
kondisi yang saling berkaitan, yaitu adanya tegangan tarik, lingkungan yang korosif, dan paduan
yang berkemampuan untuk terjadi korosi retak tegang.
Tahapan terjadinya SCC;
1) Tahap 1 muncul retak dan penjalaran.
2) Tahap 2 penyebaran peretakan secara merata.
3) Tahap 3 penyebaran retakan merata atau kegagalan terakhir.

Mekanisme dari SCC;

1. Terjadinya retakan kecil pada permukaan material logam yang berakibat melebarnya
pori antar partikel penyusun logam karena material logam menerima tegangan
berlebihan.
2. Daerah peretakan semakin melebar dan terjadi rengkahan-rengkahan antar partikel
yang berakibat pori-pori semakin melebar sehingga mudah di terobos atom-atom
pengkorosif.
3. Atom-atom pengkorosif masuk ke dalam pori-pori partikel penyusun logam sehingga
menyebabkan terjadinya korosi.
4. Korosi semakin menjalar ke dalam struktur penyusun logam secara fatal karena
sinergitas antara tegangan dan atom-atom pengkorosif.
5. Tahap terakhir yaitu tahap kegagalan material logam ( Patah/ hancurnya logam yang
menyebabkan ambruknya suatu konstruksi yang terbuat dari material logam)

5. Terjadinya Korosi pada Crane yang di pasang di pinggir laut;


bisa disebabkan oleh pH, temperatur, dan salinitas atau kadar garam di air laut. Salinitas adalah
tingkat keasinan atau kadar garam dalam air laut. Dimana sebanyak 89 % terdiri dari garam
klorida, sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-unsur lainnya.. Salinitas adalah jumlah total
material terlarut (yang dinyatakan dalam gram) yang terkandung dalam 1 kg air laut. Faktor –
faktor yang mempengaruhi salinitas adalah penguapan, curah hujan, dan banyak sedikitnya
sungai yang bermuara di laut tersebut yang pastinya akan sangat mempengaruhi laju korosi
pada bangunan – bangunan di area pinggir laut seperti crane.

Korosi dapat terjadi pada mobile crane;


korosi timbul akibat reaksi oksidasi antara material metal dengan oksigen. Mobile Crane salah satu
peralatan yang memiliki risiko karat cukup besar karena ia banyak menggunakan logam besi.
Biasanya struktur konstruksinya telah diproteksi dengan cairan antikarat dan cat untuk mencegah
timbulnya korosi. Namun, kelembaban udara, cipratan air hujan, lumpur, benturan atau gesekan
dengan benda lain menyebabkan lapisan pelindung terkelupas. Jika lapisan pelindung itu hilang,
maka material besi akan terekspos dan dimulailah reaksi oksidasi yang berujung timbulnya karat.

Anda mungkin juga menyukai