Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENGUJIAN JOMINY

5.1 Sifat Kemampukerasan (Hardenability) Baja


Sifat kemampukerasan adalah ukuran yang menyatakan kemampuan baja
untuk dikeraskan hingga

kedalaman tertentu dengan pembentukan martensite.

Pembentukan martensite didasari pada proses pergeseran atom yang melibatkan


penyusutan dari struktur kristal. Berbeda dengan arti kekerasan, yaitu kemampuan
dari suatu material untuk menahan beban tanpa mengalami deformasi plastis. Apabila
ingin mendapatkan fasa martensite, maka setelah suatu bahan di-heat treatment harus
didinginkan secara cepat (quenching). Tetapi harus diingat pula bahwa pendinginan
yang terlalu cepat harus dihindari, karena dapat menyebabkan permukaan baja retak.
Pada percobaan kemampukerasan, material akan didapat nilai kekerasan yang
berbeda setelah material tersebut di-heat treatment, perbedaan harga disebabkan oleh
laju pendinginan yang berbeda terhadap material tersebut.
5.2 Macam Macam Metode Pengujian Kemampukerasan
a. Metode Grossman
pada metode ini, benda uji dipanaskan lalu dicelupkan semua permukaan
pada air (quenching) sehingga di dapatkan kekerasan yang berbeda pada setiap
strukturnya.

Gambar 5.1 Grafik hardness penetrasion


Sumber : Introduction to Physical Metallurgy, Sidney H Avness (1974:167)

Istilah yang sering muncul pada metode Grossman:

D0 (D,Dc) = Diameter bagian kritis dima menghasilkan 50% martesite

pada bagian tengah pada H yang diketahui


D1 = Diameter ideal dimana terdapat 50% martensite pada bagian tengah

dengan H=~ (Ideal Quench)


Hardenability suatu baja diukur oleh diameter suatu baja yang sturuktur
mikro tepat di intinya adalah 50% martensite setelah dilakukan proses hardening
yang dengan pendinginan tertentu. Baja berbentuk silinder ( panjang minimal 5
kali diameter) dengan variasi diameter dilakukan pengerasan dengan media
pendinginan tertentu. Hasil pengerasan diuji metallography dan kekerasan
diameter baja tersebut yang intinya tepat 50% martensite dinyatakan sebagai
diameter kritis (D0), pada suatu laju pendinginan tertentu dinyatakan koefisien of
sevecity (H) karena harga D0 masih tergantung dengan laju pendinginan tertentu
maka dirumuskan harga diameter baja tersebut (50% maertensite ) dengan
pendinginan ideal ( H = tak terhingga ) yang disebut sebagai diameter ideal (Di)
b. Appearance of fracture
pada metode ini sifat kemampuankerasan baja dapat dilihat dari patahan yang
terjadi pada baja tersebut. Seperti yang kita ketahui patahan pada material dapat
dibagi 3 yaitu
1. Patah Ulet
Patah ulet biasanya disebabkan oleh tegangan geser. Ciri cirinya
antara lain terdapat garis-garis benang serabut, menyerap cahaya, terjadi
deformasi plastis.
2. patah Getas
Patah getas biasanya disebabkan oleh tegangan normal. Ciri-cirinya
permukaan patah berbentuk grenuler, berkilat, memantulkan cahaya, dan
tidak didahului deformasi plastis.

Gambar :5.2 (a) patah ulet dan (b) patah getas.


Sumber : William D. Callister, Jr ,Fundamental Of Materials Science and
Engineering (2000;236)
3. Patah campuran
Patah campuran merupakan perpaduan dari patah ulelt dan patah
getas.
c. Metode Jominy
pada uji jimony dimana meterial dipanaskan dalam tungku sampai suhu
transformasinya (austenite) dan terbentuk sedemikian rupa sehingga dapat
dipasangkan pada apparatus jominy. Kemudian air disemprotkan dari bawah.
Sehingga menyentuh permukaan bawah spesimen. Dengan ini didapatkan
kecepatan pendinginan disetiap bagian berbeda-beda. Pada bagian yang terkena
air mengalami pendinginan yang cepat dan semakin menurun ke bagian yang
tidak terkena air. Dan hasil pengukuran kita akan mendapatkan nilai kekerasan
yang berbeda-beda pada setiap bagian.

Gambar 5.3 Percobaan Jominy


Sumber: Seizen A, G Guy dan J,J Hren ,Element of Physical Metallurgy (2000;236)
Tabel 5.1. Perbandingan Grossman, Appearance of Fracture dan Jominy Test
Metode pengujian

Kelebihan

Kekurangan

Grosssman

Pengamatan
berdasarkan

sehingga

Adanya pemotogan spesimen


Butuh
banyak
Spesimen
sehingga pengujian berkali-

spesimen
Pengamatan
dengan

Appearance of

kekerasan
diameter
dilakukan

kali

mikroskop
data

yang

diperoleh signifikan
Mudah karena

fracture

pengamatan dilakuka

Jominy Test

dengan visual
Menggunakan satu

spesimen
Tanpa melakukan

Pengamatan kekerasan hanya


berdasarkan retakan yang ada

Butuh alat uji kekerasan

pemotongan
Sumber : Seizen A, G Guy dan J,J Hren ,Element of Physical Metallurgy (2000;263)
5.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruho Kemampukerasan Baja.
1. Kadar karbon
Semakin banyak kandungan karbon dalam material tersebut maka semakin
keras yang material tersebut. Hal ini yang menyebabkan baja karbon tinggi
memiliki kekerasan yang tinggi setelah proses pengerasan karena akan
membentuk fase martensite yang memiliki kekerasan tinggi.
2. Ukuran Butir
Dengan bentuk butiran yang sangat kecil maka menyebabkan tingkat
kekerasan material lebih tinggi karena kerapatan butiran lebih tinggi sehingga
ikatan antar butir menjadi lebih kuat.
3. Homogenitas
Suatu logam yang memiliki struktur arah butiran homogen yang searah maka
akan memiliki sifat kemampukerasan material lebih rendah

dibanding

kandungan yang memiiki struktur yang tidak homogen.


4. Dimensi Baja
Suatu baja yang dibuat dengan ukuran yang kecil dapat mencapai kekerasan
yang lebih tinggi sampai bagian tengahnya , jadi baja tersebut memiliki
kemampukerasan yang lebih besar .
5. Konduktifitas Termal Baja

Semakin tinggi kemampukerasan benda menghantarkan panas yang diterima


akan menyebabkan laju pedinginan semakin cepat sehingga benda yang memiliki
sifat konduktivitas yang tinggi umumnya materialnya makin keras.
6. Kecepatan Pendinginan
Pada saat pendinginan cepat maka kekerasan logam akan semakin meningkat
karena banyak martensit yang terbentuk. Semakin tinggi viskositas media
pendingin nya maka semakin lambat proses pendinginannya semakin berkurang
sifat kemampukerasan begitupun sebaliknya.
7. Unsur Paduan
Baja dengan paduan yang berbeda akan meenyebabkan susunan atom yang
berlainan dengan logam induknya karena susunannya berbeda dari sifat mekanik
baja karena pengaruh paduan yang berbeda. Paduan ini mempengaruhi nilai
kekerasan. Beberapa unsur paduan yang biasa digunakan yaitu
Nikel (Ni)
Meningkatkan kekerasan dan tahan aus
Cromium ( Cr)
Meningkatkan kekerasan dan ketahan korosi
Vanadium (Vn)
Meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja bila dicampur Cr menjadi

tahan aus
Cobalt (Co)
Fungsinya meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus
Boron (Br)
Fungsinya menaikan kekerasan bila kadar C kurang 0.6% dapat
menyebabkan rapuh
Titanium (Ti)
Fungsinya sebagai deoksidasi elektrik dalam menambah pertumbuhan

butiran, serta menyebabkan rapuh.


8. Holding time.
Holding time sangat berpengaruh pada kemampukerasan suatu material yang
bisa dilihat pada diagram TTT. Disaaat holding time melewati noose maka sifat
material membentuk martensite berkurang.
9. Temperatur pemanasan
Karena Hardening memiliki banyak kesamaan dengan pengujian jominy.
Maka untuk memperoleh material yang kemampukerasan tinggi maka harus
dipanaskan diantara temperatur minimal 20 30 derajat Ac3 dengan begitu
kemampukerasan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai