Hardenability adalah kemampuan baja untuk dapat dikeraskan dengan membentuk martensit hingga keseluruhan bagiannya. Pengerasan baja itu sendiri tergantung pada banyaknya martensit yang terjadi dan kekerasan martensitnya sendiri. Banyaknya martensittergantung pada kadar karbon dalam martensit dan kadar karbon dalam martensit ini bergantung pada kadar karbon yang larut dalam austenit. Hardenability menggambarkan dalamnya pengerasan yang diperoleh dengan perlakuan pengerasan, biasanya dinyatakan dengan jarak suatu titik di bawah permukaan dimana strukturnya terdiri dari 50 % martensit. Suatu baja dinyatakan mempunyai Hardenability tinggi bila baja itu memperlihatkan tebal pengerasan (depth of hardening) yang besar atau dapat mengeras pada seluruh penampang dari suatu benda yang cukup besar. Hardenability pada dasarnya tergantung pada diagram transformasi, karena itu akan tergantung pada 2 faktor utama yaitu komposisi kimia austenit dan grain size austenit. Untuk mengukur Hardenability suatu baja ada dua cara yaitu dengan Grossman dan dengan & Jominy.
I.2 Batasan Masalah
Dalam penuisan makalah ini ada beberapa batasan masalah , adalah sebagai berikut : 1. Definisi Hardenability ( Sifat Mampu Keras ). 2. Teori singkat Metode Grossman&Bain dan Metode Jominy. 3. Faktor yang mempengaruhi Hardenability. I.3 Tujuan Penulisan Ada pun tujuan penulisan dalam makalah ini, adalah sebagai berikut : 1. Sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Metalurgy Fisik-1 Teknik Mesin Darma Agung. 2. Mengetahui defiisi Hardenabilty. 3. Mengetahui metode yang yerdapat dalam Hardenabilty. 4. Mengetahui faktor yang memengaruhi Hardenability. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Hardenability
Hardenability adalah ukuran kemampuan suatu material untuk membentuk fasa martensite. Perlu dibedakan pengertian kekerasan dengan kemampukerasan. Hardenability adalah kemampuan untuk mengeras sampai kekerasan tertentu pada suatu bahan. Bila bahan tersebut dikenakan suatu perlakuan panas. Sedangkan kekerasan adalah kemampuan bahan untuk menahan penetrasi dari luar. Kemampukerasan merupakan kemampuan suatu material untuk dapat dikeraskan sampai kedalaman tertentu dengan cara perlakuan panas hingga terbentuk martensit pada proses pendinginan untuk mencapai kekerasan tertentu.
2.2 Metode dalam Hardenability
Pengujian hardenability atau sifat mampu keras suatu baja atau logam besi paduan dapat ditentukan melalui 2 metoda, yaitu metoda Grossman & Bain serta metoda Jominy end-quench test.
2.2.1 Metode Grossman&Bain
Spesimen atau benda uji merupakan batang berbentuk silinder dengan diameter yang bervariasi. Pada pengujian sifat mampu keras dengan metoda Grossman & Bain ini parameternya adalah diameter kritis dan diameter kritis ideal. Diameter kritis (D) adalah nilai diameter maksimum dari suatu batang berbentuk silinder yang dilakukan proses celup (quench) dalam media tertentu tanpa adanya batas pemisah yang tidak mengalami pengerasan pada daerah inti. Batas pemisah tersebut adalah batas dimana struktur mikro mengandung 50% martensit.
2.2.2 Metode Jominy
Pengujian Jominy disebut juga dengan End quench Hardenability Test karena pengujian ini menggunakan spesimen silindrik yang dipanaskan sampai temperatur austenitnya, lalu didinginkan tepat pada salah satu ujungnya. Setiap titik pada suatu specimen Jominy mengalami pendinginan dengan laju tertentu, semakin jauh dari ujung maka laju pendinginannya akan semakin lambat. Konduktivitas termal baja dan tebal spesimen berpengaruh pada laju pemanasan spesimen. Untuk mendapatkan keseragaman temperatur padaspesimen, alangkah baiknya bila spesimen itu dipanaskan lambat daripada dipanaskan secara cepat.
2.3 Faktor yang mempengaruhi Hardenability
Hal-hal yang memengaruhi sifat mampu keras suatu material adalah : 2.3.1 Kecepatan pendinginan Setelah logam dipanaskan, lalu dilakukan pendinginan cepat, maka logam akan menjadi semakin keras. Proses pendinginan material dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: Annealing Pemanasan material sampai suhu austenit (7270 C) lalu diholding kemudiandibiarkan dingin didalam tungku. Proses ini menghasilkan material yanglebih lunak dari semula. Normalizing Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudian didinginkan di udara. Quenching Pemanasan material sampai suhu austenit lalu diholding kemudiandilakukan pendinginan cepat, yaitu dicelupkan kedalam media. Medianyaadalah air, air garam dan oli. Proses ini yang menghasilkan material yanglebih keras dari semula.
2.3.2 Komposisi Kimia
Komposisi kimia menentukan Hardenability Band. Karena komposis material menentukan struktur dan sifat material. Semakin banyak unsur kimia yangmenyusun suatu logam, maka makin keras logam tersebut.
2.3.3 Kandungan Karbon
Semakin banyak kandungan karbon dalam suatu material maka makin kerasmaterial tersebut. Hal inilah yang menyebabkan baja karbon tinggi memiliki kekerasan yang tinggi setelah proses pengerasan kerena akan membentuk martensit yang memiliki kekerasan yang sangat tinggi. Untuk meningkatkan kadar karbon dari beberapa material dapat dilakukandengan beberapa perlakuan, yaitu: Carborizing Yaitu proses penambahan karbon pada baja, dengan menyemprotkan karbon pada permukaan baja. Nitriding Yaitu proses penambahan nitrogen untuk meningkatkan kekerasan material. Carbonitriding Yaitu proses penambahan karbon dan nitrogen secara sekaligus untuk meningkatkan kekerasan material. 2.3.4 Ukuran Butir Semakin besar ukuran butir, maka tingkat mampu keras dari suatu logamsemakin rendah. 2.3.5 Suhu Pemanasan Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan sampai suhu austenite DAFTAR PUSTAKA
Ryan Wojes.2019. Hardenability. http://metals.about.com/library/bldef-
Hardenability.htm
sariyusriati.wordpress.com/category/kuliah
UJI KEKERASAN dan JOMINY TEST. gregoriusagung.wordpress.com/