Anda di halaman 1dari 27

PENGUJIAN LOGAM

PERLAKUAN PANAS PADA LOGAM


( HEAT TREATMENT )

Dosen Pengajar :
Drs. Samsul Hadi, M,T
Disusun Oleh :
JUNAIDI
NIM : 2041230001
No. Absen : 13
Kelas : 1E

POLITEKNIK NEGERI MALANG


PRODI D4 TEKNIK MESIN PRODUKSI DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
TAHUN 2020 / 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul Perlakuan Panas Pada Logam
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Samsul
Hadi . Selaku dosen pembimbing Pengujian Logam. Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Perlakuan Panas Pada Logam bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Samsul Hadi. Selaku dosen Teknologi
Bahan Jurusan Teknik Mesin dan Perawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, paper yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan paper ini.

Lumajang,13 April 2021

Junaidi

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi menjadi salah satu perhatian
dikalangan dunia. Keberadaan teknologi sendiri sangat berpengaruh pada dunia industri,
diantaranya penggunaan bahan logam sebagai bahan baku produksi dan bahan operasionalnya.
Dalam aplikasi operasionalnya tersebut, tentunya baja harus memiliki struktur yang kuat,
karena semua struktur logam akan terkena pengaruh gaya luar berupa tegangan gesek sehingga
menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Usaha agar logam lebih tahan terhadap
gesekan adalah dengan cara proses perlakuan panas (heat treatment), hal ini memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan kekerasan baja sesuai dengan kebutuhan. Selain itu,
pemilihan jenis bahan juga perlu diperhatikan sesuai dengan fungsinya (fariadhie, 2012).
Secara umum heat treatment bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya saja pemanasan
sampai suhu tertentu dan mempertahankannya (holding time) untuk waktu tertentu sehingga
temperaturnya merata. Menurut Amstead, (1997) “ perlakuan panas adalah suatu proses
pemansan dan pendinginan logam dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam
tersebut”. Perlakuan panas pada logam bertujuan memperbaiki sifat-sifat mekanis,
memperbaiki kemampuan logam untuk pengerjaan mesin, meningkatkan ketahanan korosi,
meningkatkan ketahanan panas, dan mengubah sifat mekanik, maupun magnetis pada logam.
Adapun berbagai faktor dalam proses perlakuan panas terhadap material logam baja yang
mempengaruhi hasil perlakuan panas tersebut meliputi : Temperatur pada saat perlakuan panas
(heat treatment), waktu penahan (holding time), serta media pendingin (quenching). Untuk
mendapatkan hasil yang dapat sesuai kebutuhan, dapat dilakukan variasi berupa variasi
lamanya waktu penahan (holding time) pada saat heat treatment.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan paper ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengujian logam.
2. Untuk menambah wawasan tentang Perlakuan Panas Pada Logam (Heat Treatment).

1
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan paper ini antara lain:
1. Kita bisa mengetahui apa itu perlakuan panas pada logam.
2. Kita bisa megetahui macam-macam perlakuan panas pada logam.
3. Kita bisa mengetahui apa saja yang mempengaruhi perlakuan panas pada logam.
4. Kita tahu cara melakukan perlakuan panas pada logam.
5. Wawasan kita bertambah mengenai perlakuan panas pada logam.
6. Mengetahui jenis pengerasan pada logam
7. Memahami dan dapat membaca diagram FE3C
8. Mengetahui jenis – jenis logam paduan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Heat Treatment


Heat treatment atau Perlakuan panas merupakan suatu proses untuk merubah sifat-sifat
dari logam sampai suhu tertentu kemudian didinginkan dengan media pendingin tertentu pula.
Baja merupakan jenis logam yang banyak mendapatkan perlakuan panas untuk mengubah sifat
fisis dan mekanik sesuai dengan keinginan namun terlebih dahulu diketahui instalasi dari baja
tersebut.
Untuk mengetahui suhu yang digunakan dapat dilihat pada gambar Fe-C dan aturan kerja
perlakuan panas pada baja:
1. Setiap jenis baja mempunyai daerah suhu yang optimal untuk pencelupanyang
terbentang dari suhu awal yang tinggi ke suhu akhir yang rendah
2. Bahan campuran baja dengan keadaan kadar karbon yang tinggi 0,3 %, beroksidasi
dengan intensif oleh karenanya harus dipanaskan sampai suhu awal.
3. Baja karbon yang tinggi dan campuran merupakan penghantar panas yang buruk
sehingga harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan menyeluruh hingga di atas suhu
kritis.
4. Jika pemanasan dilakukan melampaui batas suhu yang diperbolehkan akan terjadi
gosong pada baja dan setelah dingin akan mengalami kerapuhan.
Tujuan dari Heat Treatment adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya..
2. Mempermudah proses machining.
3. Mengurangi kebutuhan daya pembeentukan dan kebutuhan energi.
4. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material.
5. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat.
6. Menghilangkan tegangan dalam.
7. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.
8. Menghilangkan permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

2.2 Jenis-Jenis Heat Treatment


a. Anneling (Melunakkan)
Proses Anneling atau melunakkan baja merupakan proses di mana pemanasan dilakukan
sampai di atas temperature kritis hingga merata kemudian dilakukan pendinginan di dalam
3
tungku, selanjutnya dijaga agar temperatur bagian dalam dan luar logam kira-kira sama
sehingga diperoleh struktur yang diinginkan . Tujuan dari Anneling antara lain untuk
melunakkan material, menghilangkan tegangan sisa dan memperbaiki struktur butir.
b. Queenching (Pencelupan)
Queenching merupakan proses pemanasan sampai kira-kira beberapa derajat di atas
temperature kritis. Apabila suhu merata kemudian didinginkan dengan menggunakan media
pendingin air atau air garam dengan tujuan pendinginan dilakukan dengan cepat agar diperoleh
austenit yang homogen atau martensit yang halus. Tujuan dari Queenching adalah
meningkatkan sifat kekerasan material serta kegetasannya
c. Normalizing
Normalizing merupakan suatu proses panas logam sampai mencapai fasa austenit yang
kemudian didinginkan secara perlahan-lahan dengan media pendingin udara. Prinsip dari
Normalizing adalah untuk menormalkan kembali kondisi logam setelah mengalami perubahan
struktur akibat fatik atau sejenisnya.
d. Tempering
Tempering merupakan proses pemanasan logam di bawah temperature kritisnya
kemudian didinginkan. Bertujuan untuk mengurangi kekerasan baja yaitu dengan mengurangi
struktur martensit yang sangat kuat. Jika kekerasan turun maka kekuatan tarik akan turun pula.
Sedang keuletan dan ketangguhan akan meningkat meskipun proses ini menghasilkan baja
yang lebih lunak.
e. Case Hardening
Case Hardening merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas temperatur
kritisnya (723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin yang telah
disiapkan.

2.3 Jenis-Jenis Pengerasan Permukaan


a. Karburasi
Dimaksudkan untuk mengeraskan permukaan dengan memanaskan bahan dalam
lingkungan karbon, lalu dibiarkan beberapa waktu pada suhu tersebut dan kemudian
didinginkan. Tujuan dari pengerjaan panas itu adalah untuk memberi lapisan luar pada benda
kerja yang akan disepuh keras. Hal ini mungkin karena pada suhu tersebut karbon dapat
meresap ke dalam lapisan luar benda kerja. Lapisan luar benda kerja yang telah mengambil
karbon dinamakan lapisan karbonasi.

4
b. Karbonitriding
Karbonitriding (Sianida kering) adalah suatu proses pengerasan permukaan di mana baja
dipanaskan di atas suhu kritis dalam lingkungan gas dan terjadi penyerapak karbon dan
nitrogen.
c. Cyaniding
Cyaniding atau karbonitriding cair merupakan proses dimana terjadi absorbsi karbon dan
nitrogen untuk memperoleh permukaan yang keras pada baja karbon rendah yang sulit
dikeraskan. Proses ini dilakukan dengan rendaman air garam yang terdiri dari Karbonat
Natrium (Sodium) dan Sianida Natrium yang dicampur dengan salah satu bahan klorid natrium
dan klorid barium, tebal lapisan sekitar 0,3 mm.
d. Nitriding
Nitriding adalah suatu proses pengerasan permukaan dalam hal ini baja paduan special
dipanaskan untuk waktu yang lama dalam suatu atmosfer dari gas nitrogen. Baja dipanaskan
sampai 510C dalam lingkungan gas ammonia. Nitride yang diserap oleh logam akan
membentuk nitride yang keras yang tersebar rata pada permukaan logam.

2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Kecepatan Pendinginan


a. Viskositas
Viskositas merupakan kekentalan atau tingkat kekentalan yang dimiliki suatu fluida atau
zat cair. Semakin tinggi angka viskositasnya, maka semakin lambat laju pendinginannya.
Misalnya pada oli atau air garam, dimana air garam memiliki tingkat viskositas yang rendah,
namun massa jenisnya tinggi sehingga laju pendinginan cepat dibandingkan oli yang memiliki
tinggi sehingga laju pendinginan cepat dibandingkan dengan oli yang memiliki tingkat
viskositas tinggisehingga panas sulit menguap dengan cepat sehingga laju pendinginan lambat.
b. Densitas (kerapatan massa jenis)
Densitas merupakan massa jenis yang dimiliki media pendingin (fluida). Semakin tinggi
densitas yang dimiliki suatu media pendingin maka semakin cepat laju pendinginannya.
c. Luas penampang
Semaki luas penampang suatu bahan, maka laju pendinginan akan semakin cepat,
begitu pun sebaliknya, halter sebut disebabkan karena semakin luas penampang suatu bahan
maka media pendinginan akan lebih cepat mendinginkan permukaan.

5
d. Waktu
Semakin cepat laju pendinginan maka waktu yang diperlukan semakin sedikit/singkat,
begitu juga sebaliknya semakin lama laju pendinginan maka waktu yang dibutuhkan semakin
banyak.
e. Temperatur
Semakin tinggi temperature suatu bahan maka luju pendinginan juga semakin lambat,
tetapi ini tergantung dari media pendingin yang digunakan, semakin rendah temperature yang
dibutuhkan suatu bahan maka semakin cepat laju pendinginannya.

GRAFIK HUBUNGAN TEMPERATUR DAN WAKTU PENDINGINAN

( Gambar : Grafik Hubungan Temperatur dan Waktu Pendinginan )

f. Jenis Aliran
Jika fluida yang digunakan dalam keadaan mengalir maka jenis aliran berpengaruh,
dimana aliran turbulen lebih cepat memindahkan kalor dibandingkan aliran laminar.Turbulen
adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak secara acak dan tidak stabil sedangkan
klaminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-lapisan membentuk garis-
garisalir yang tidak berpotongan satu sama lain.

2.5 Diagram Fe-Fe3c


Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja
dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.

6
Pada saat proses pendinginan dari suhu lelehnya, baja mulai berubah menjadi fasa padat
pada suhu 13500, pada fasa ini lah berlangsung perubahan struktur mikro. Perubahan struktur
mikro dapat juga dilakukan dengan jalan heat treatment.
Bila proses pendinginan dilakukan secara perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis
struktur mikro yang seimbang sesuai dengan komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan
struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar karbon dapat dilihat pada Diagram Fase
Keseimbangan (Equilibrium Phase Diagram).

( Gambar : Diagram FE3C )

Penjelasan diagram:
➢ Pada kandungan karbon mencapai 6.67% terbentuk struktur mikro dinamakan Sementit
Fe3C (dapat dilihat pada garis vertical paling kanan).
➢ Sifat – sifat cementitte: sangat keras dan sangat getas
➢ Pada sisi kiri diagram dimana pada kandungan karbon yang sangat rendah, pada suhu
kamar terbentuk struktur mikro ferit.
➢ Pada baja dengan kadar karbon 0.83%, struktur mikro yang terbentuk adalah Perlit,
kondisi suhu dan kadar karbon ini dinamakan titik Eutectoid.
➢ Pada baja dengan kandungan karbon rendah sampai dengan titik eutectoid,
strukturmikro yang terbentuk adalah campuran antara ferit dan perlit.

7
➢ Pada baja dengan kandungan titik eutectoid sampai dengan 6.67%, struktur mikro yang
terbentuk adalah campuran antara perlit dan sementit.
➢ Pada saat pendingin andari suhu leleh baja dengan kadar karbon rendah, akan terbentuk
struktur mikro Ferit Delta lalu menjadi struktur mikro Austenit.
➢ Pada baja dengan kadar karbon yang lebih tinggi, suhu leleh turun dengan naiknya
kadar karbon, peralihan bentuk langsung dari leleh menjadi Austenit.

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa pada proses pendinginan perubahan – perubahan
pada struktur kristal dan struktur mikrosangat bergantung pada komposisi kimia.
Fase Yang Terbentuk :
1. Ferit ( besi )
Merupakan larutan padat karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam besi maksimum
0,025% pada temperatur 723 C. Pada temperatur kamar, kandungan karbonnya 0,008%. Sifat
ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi.
2. Sementit
Merupakan senyawa logam yang mempunyai kekerasan tinggi atau berkeras diantara fasa-
fasanya yang mungkin terjadi pada baja mengandung 6,67% kadar karbon, walaupun sangat
keras tapi bersifat getas.
3. Austenit
Merupakan larutan padat intertisi antara karbon dan besi yang mempunyai sel satuan BCC
yang stabil pada temperatur 912°C dengan sifat yang lunak tapi ulet.
4. Perlit (α+Fe3C)
Merupakan elektroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu terit dan sementit. Kedua fasa ini
tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi di bawah 723 C. Sifatnya kuat dan
tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0,83%.
5. Ladeburit
Merupakan susunan elektrolit sengan kandungan karbonnya 4,3% yaitu campuran perlit
dan sementit. Sifatnya halus dan getas karena sementit yang banyak.
6. Besi Delta (γ)
Merupakan fasa yang berada antara temperatur 1400 °C – 1535°C dan mempunyai sel
satuan BCC ( sel satuan kubus ) karbon yang larut sampai 0,1%

Perbandingan yang dilakukan dengan menggunakan media pendingin berbagai jenis seperti
oli, air garam, air, solar dan udara tergantung pada kecepatan pendinginan yang diinginkan.
8
Kecepatan pendinginan adalah turunnya pendinginan pada waktu dimasukkan dalam
derajat/detik. Kecepatan pendinginan mempengaruhi akan kekerasan bahan.
Laku panas adalah proses yang memanaskan bahan sampai suhu tertentu dan kemudian
didinginkan menurut cara tertentu. Tujuan pengerjaan panas itu adalah untuk memberikan sifat
yang lebih sempurna pada bahan.

( Gambar : Diagram FE3C )

Pengertian-pengertian :
➢ Solidus line adalah garis pemisah antara fasa solid (padat) dengan fasa liquid (cair) atau
fasa yang sebagian liquid
➢ liquidus line adalah Garis batas fasa yang memisahkan fasa L dengan α+L
➢ Lower critical temperature (point) A1 adalah temperature pada baja eutectoid dimana
austenite menjadi pearlite dan di bawah temperature ini austenite tidak ada lagi.
➢ Upper critical temperature (point) A3adalah temperatur pada baja hipoeutektoid
dimana di bawah temperatur ini ferrite mulai terbentuk hasil dari pemisahan dari
austenit.
➢ Eutektik(4.3%C) adalah suhu keseimbangan teratas dalam logam dimana terjadi
perubahan dari fasa liquid ke fas larutan padat (austenit+cementite) tanpa melalui fasa
austenit+liquid maupun cementite+liquid.
9
➢ Eutektoid(0.8%C) adalah suhu terendah dalam logam dimana terjadi perubahan dalam
larutan padat, dan merupakan suhu keseimbangan terendah dimana austenit terurai
(dekomposisi) menjadi menjadi ferit dan sementit.

2.6 Diagram TTT


Jika suatu baja didinginkan dari suhu yang lebih tinggi dan kemudianditahan pada suhu
yang lebih rendah selama waktu tertentu, maka akan menghasilkan struktur mikro yang
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar : Diagram Isothermal Tranformation Diagram).

( Gambar : Diagram TTT )

Penjelasan diagram :
➢ Semakin tinggi kadar karbon, maka kedua buah kurva C tersebut akan bergeser ke
kanan.
➢ Ukuran butir sangat dipengaruhi oleh tingginya suhu pemanasan, lamanya pemanasan
dan semakin lama pemanasannya akan timbul butiran yang lebih besar. Semakin cepat
pendinginan akan menghasilkan ukuran butir yang lebih kecil.

2.7 Diagram CCT


Dalam prakteknya proses pendinginan pada pembuatan material baja dilakukan secara
menerus mulai dari suhu yang lebih tinggi sampai dengan suhu rendah.

10
Pengaruh kecepatan pendinginan manerus terhadap struktur mikro yang terbentuk dapat dilihat
dari diagram Continuos Cooling Transformation Diagram.

(Gambar : Diagram CCT)

Penjelasan diagram:
➢ Untuk baja dengan kadar karbon kurang dari 0,83% yang ditahan suhunya di titik
tertentu yang letaknya di bagian atas dari kurva C, akan menghasilkan struktur perilt
dan ferit.
➢ Bila ditahan suhunya pada titik tertentu bagian bawah kurva C tap masih disisi sebelah
atas garis horizontal, maka akan mendapatkan struktur mikro Bainit (lebih keras dari
perlit).
➢ Bila ditahan suhunya pada titik tertentu dibawah garis horizontal, maka akan mendapat
struktur Martensit (sangat keras dan getas).
➢ Bentuk diagram tergantung dengan komposii kimia terutama kadar karvon dalam baja.
➢ Pada proses pendinginan secara perlahan seperti pada garis (a) akan menghasilkan
struktur mikro perlit dan ferlit.
➢ Pada proses pendinginan sedang, seperti, pada garis (b) akan menghasilkan struktur
mikro perlit dan bainit.
➢ Pada proses pendinginan cepat, seperti garis ( c ) akan menghasilkan struktur mikro
martensit.

11
2.7 Unsur-Unsur Paduan
1. Karbon

(Gambar : Unsur paduan Karbon)

• Larut dalam ferrite


• Pembentukan sementit (dan karbida lainnya), perlit, bainit.
• % C dan distribusinya mempengaruhi sifat baja.
• Kekuatan dan kekerasan meningkat dengan naiknya % C.
Pada baja karbon biasanya kekuatan dan kekerasannya meningkat sebanding dengan
kekuatan karbonnya, tetapi kekuatannya menurun dengan naiknya kadar karbon. Persentase
kandungan karbon akan memberikan sifat lain pada baja karbon di antaranya:
• Kemampuan untuk dibentuk
• Diperkeras
• Diolah mesin
• Kemampuan untuk di las

2. Mangan (Mn)

(Gambar : Unsur paduan Mangan)

12
• Bahan oksidiser (mengurangi O dalam baja), menurunkan kerentanan hot shortness
pada aplikasi pengerjaan panas
• Larut, membentuk solid solution strength dan hardness
• Dengan S membentuk Mangan Sulfida, meningkatkan sifat pemesinan
(machineability).
• Meningkatkan kekuatan dan kekerasan meski tidak sebaik C.
• Menurunkan sifat mampu las (weldability) dan keuletannya.
• Meningkatkan hardenability baja.

Mengan(Mn) berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan ausnya.


Unsure ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap/bersih dan menambah kekuatan
panas baja karbon.

3. Silikon (Si)

(Gambar : Unsur Paduan Silikon )

• Bahan deoksidiser.
• Meningkatkan kekuatan ferit.
• Dalam jumlah besar, meningkatkan ketahanan baja terhadap efek scaling, tetapi
mengalami kesulitan dalam pemrosesannya .

Silicon di tambahkan untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu dapat
menaikkan tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis, sehingga baja karbon
lebih elstis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuatan getas.

13
4. Posfor (P)

(Gambar : Unsur Paduan Posfor)

Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil, yaitu maksimum 0.04%, yang
berfungsi mempertinggi kualitas dan daya tahan material terhadap korosi. Material yang
mengandung posfor diatas 0,04% akan mempunyai kecenderungan untuk menjadi getas dan
mudah retak. Penambahan posfro dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-kecil
pada saat proses permesinan.

5. Belerang (s)

(Gambar : Unsur Paduan Belerang)

Belerang dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin, keuntungan sulfur


pada temperature biasa, dapat memberikan ketahanan aus pada gesekan tinggi.

14
6. Khrom (Cr)

(Gambar : Unsur Paduan Khrom)

• Meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi.


• Meningkatkan kemampukerasan.
• Meningkatkan kekuatan pada temperature tinggi.
• Peningkatan ketahanan terhadap pengaruh abrasi.
• Unsur pembentuk karbida (elemen pengeras).

Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menambah dan menaikkan daya tahan
korosi dan daya tahan terhadap yang tinngi keuletannya berkurang.

7. Nikel (Ni)

(Gambar : Unsur Paduan Nikel)


• Tidak membentuk karbida
• Berada dalam ferit, sebagai penguat (efek ketangguhan ferit).
• Dengan Cr menghasilkan baja paduan dengan kemampuan kekerasan tinggi, ketahanan
impak dan fatik yang tinggi.

15
Sebagai unsur paduan dalam baja kontruksi dan baja mesin. Nikel memperbaiki antara
lain kekuatan tarik, sifat tahan korosi, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.

8. Molibdum Mo)

(Gambar : Unsur Paduan Molibdum)

• Meningkatkan kemampukerasan baja.


• Menurunkan kerentanan terhadap temper embrittlement (400- 550oC)
• Meningkatkan kekuatan tarik pada temperature tinggi dan kekuatan creep.

Molibdum juga berfungsi untuk mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, juga
menstabilkan karbida serta memperbaiki kekuatan baja.

9. Titanuim (Ti)

(Gambar : Unsur Paduan Titanium)

• Sebagai deoksidiser.
• Pengontrolan dalam pertumbuhan butir. TITANIUM
• Sebagai deoksidiser.
• Mengontrol pertumbuhan butir.

16
Titanium adalah logam yang lunak, tapi bila dipadukan dengan nikel dan karbon akan
lebih kuat, tahan aus, tahan temperature, dan tahan korosi.

10. Wolfram/tungsten

(Gambar : Unsur Paduan Wolfram/Tungsten)

• Memberikan peningkatan kekerasan.


• Menghasilkan struktur yang halus.
• Pada temperatur tinggi, tungsten membentuk WC (keras dan stabil).
• Menjaga pengaruh peunakan selama proses penemperan.

Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil dan yang keras, menahan suhu
pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktue secara perlahan-lahan.

2.8 Pengelompokan dan Standarisasi Baja


a. Pengelompokan Baja
1) Baja Karbon
Baja karbon adalah paduan besi karbon di mana unsure karbon sangat menentukan sifat-
sifatnya, sedang unsur-unsur paduan lainnya yang biasa terkandung di dalamnya terjadi karena
proses pembuatannya. Sifat baja karbon biasa ditentukan oleh persentase karbon dan
mikrostruktur.
❖ Baja Karbon Rendah:
• Kandungan karbonnya < 0,3%C
• Tidak responsif terhadap perlakuan panas yang bertujuan membentuk martensit.
• Metode penguatannya dengan “Cold Working” ìstruktur mikronya terdiri ferit dan
perlit.
• Relative lunak dan lemah ulet dan tangguh

17
• Mampu mesin dan mampu lasnya baik
• Murah/harga terjangau
• Aplikasi : bodymobil,bentuk struktur (profil I, L, C, H), pipa saluran.

❖ Baja Karbon Medium:


• Kandungan karbonnya: 0,3 – 7%C
• Dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching,
dan tempering
• Banyak dipakai dalam kondisi hasil tempering sehingga struktur mikronya martensit.
• Lebih kuat dari baja karbon rendah.
• Aplikasi :poros, rodagigi, crankshaft.

❖ Baja KarbonTinggi
• Kandungan karbonnya: 0,7< % C ≤ 1,4
• Dapat dinaikkan sifat mekaniknya melalui perlakuan panas austenitizing, quenching,
dan tempering
• Paling keras, paling kuat, paling getas di antara baja karbon lainnya
• tahanaus
• Aplikasi :pegas, pisaucukur, kawat kekuatan tinggi, rel kereta api,perkaka spotong dan
dies.

2) Baja Paduan
Baja paduan adalah baja yang mengandung sebuah unsur lain atau lebih dengan kadar
yang berlebih daripada karbon biasanya dalam baja karbon.
Menurut kadar unsur paduan, baja paduan dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu baja
paduan rendah dan baja paduan tinggi. Baja rendah unsur paduannya di bawah 10% sedangkan
baja paduan tinggi di atas 10%.
3) Baja Khusus
Baja khusus mempunyai unsur-unsur paduan yang tinggi karena pemakaian-pemakaian
yang khusus. Baja khusus yaitu baja than karat, baja tahan panas, baja perkakas, baja listrik.
Unsur utama dari baja tahan karat adalah Khrom sebagai unsure terpenting untuk
memperoleh sifat tahan terhadap korosi. Baja tahan karat ada tiga macam menurut strukturnya
yaitu baja tahan karat feritis, baja tahan karat martensitas dan austenitis.

18
Baja tahan panas, tahan terhadap korosi. Baja ini harus tahan korosi pada suhu lingkungan
lebih tinggi atau oksidasi.
Baja perkakas adalah baja yang dibuat tidak berukuran besar tetapi memegang peranan
dalam industri-industri. Unsure-unsur paduan dalam karbitnya diperlukan untuk memperoleh
sifat-sifat tersebut dan kuat pada temperature tinggi. Baja listrik banyak dipakai dalam bidang
elektronika.

b. Standarisasi Baja
1) Amerika Serikat
a) ASTM ( American Society for Testing Materials )
• Strogen Steel (H3 9M-94)
• High Strength Low alloy Structure Steel (H2 42M-93a)
• Low and Intermediate tensile Strength carbon silicon, steel plate for machine pane and
general construction (A 284M-38)
• High Steel Strength. Quenhead and Temporal alloy steel plate euatable for andirum (A
514-94m)
• Structural Steel mide 290 MPa minimum Yield point (BMM) maximum
• High Strongth Low alloy alambium vanadium steel of structural quality (43,72m-94a)
• Structural carbon steel plate of improved longers (AS 37M-93a)
• High Strength Low alloy Structural Steel 345 MPa minimum yield point 100 mm
thickness (AS 88M-94a)
• Normalized high Strength Low alloy Structural Steel (A633-94a)
• Low carbonate hardening, nikel copped evanium monodin, corombium and nikel
copper columbion allow steel (A710M-94)
• Hot road stuktural steel high Strength Low alloy plate with improved in ability (A 610
M-93a)
• Quenhead and tempered carbon steel plates for structural aniration (A 678-94a).

b) AISI (Americal Iron and Steel Institute) and SAE (Society of Automotive Engineers)
Baja menurut standarisasi AISI dan SAE merupakan spesifikasi dengan loxx
digunakan untuk paduan yang sangat minimal. Contoh baja AISI, SAE 1445, ini berarti
kandungan karbonnya adalah 0,4% dengan paduan uranium (0,4%-1,4%).

19
c) Menurut UNS (United Numbering System)
Baja menurut standar UNS hampir sama dengan standar AISI dan SAE, hanya saja
menggunakan huruf di depan ditambah lima digit untuk jenis tambahan lainnya misalnya baja
AISI,SAE A 0,70% UNS menjadi G41070 di mana awalnya G untuk baja karbon paduan
rendah.

2) Jepang (JIS = Japan Industrial Standar)


• Rolled Steel for general structural (G 3101-87)
• Rolled Steel for walled structural (G 3106-92)
• Hot Rolled Atmosphetle corrosion resisting steel (G 3128-87)
• Hot Yield Strength Steel plate for walled structural (G 3128-87)
• Superior atmosphere corrosion resistant steel (G 3215-87)

3) Standarisasi Jerman (DIN = Deutsche Industrie Norm.)


• Steel for general structural purposes (17100-80)
• Waldable tine astin steel (17102-83)
4) Standarisasi Perancis (NF)
• Structural Steel (A 35-501-87)
• Structural Steel Imprived atmosphere votection vistance (H 35-502-DA)

2.8 Sistem Kristalografi


Kristalografi adalah ilmu yang menentukan susunan atom dalam setiap struktur padat,
termasuk, namun tidak terbatas pada batu permata. Semua batu permata adalah struktur kristal
terbuat dari campuran senyawa unsur yang berbeda, dan bentuk kristal didasarkan pada struktur
atom dari unsur blok bangunan. Atom dalam mineral tersebut diatur dalam pola geometris
memerintahkan disebut "motif" yang menentukan nya "struktur Kristal. Struktur kristal
permata's A akan menentukan simetri, sifat optik, pesawat belahan , dan bentuk geometris
secara keseluruhan, Resep, atau campuran senyawa ini menjadi cetak biru untuk bagaimana
kristal akan tumbuh. " Teman-pola pertumbuhan kristal A disebut sebagai yang " Crystal
Kebiasaan .

20
1. Kubik
Sistem kristal kubik juga dikenal sebagai isometrik "sistem". Sistem (Isometric) kristal
kubik dicirikan oleh simetri total. Sistem Cubic memiliki tiga sumbu kristalografi yang
semuanya tegak lurus satu sama lain, dan sama panjang. Sistem kubik memiliki satu titik kisi
pada masing-masing empat sudut kubus itu.

2. Hexagonal Bersegi enam


Sistem kristal heksagonal memiliki empat sumbu kristal yang terdiri atas atau khatulistiwa
tiga sama horisontal (, b, dan d) kapak di 120 º, dan satu vertikal (c) sumbu yang tegak lurus
ke tiga lainnya.. The (c) porosnya dapat lebih pendek, atau lebih lama dari sumbu horizontal.

3. Tetragonal Bersegi empat


Sebuah kristal tetragonal adalah bentuk kubik sederhana yang membentang di sepanjang)
perusahaan (c sumbu untuk membentuk prisma persegi panjang. Kristal tetragonal akan
memiliki dasar persegi dan atas, tetapi ketinggian yang lebih tinggi. Dengan terus untuk
meregangkan "tubuh-berpusat" kubik, satu lagi Bravais kisi dari sistem tetragonal dibangun.

4. Rombohedral
Sebuah rhombohedron (alias sistem trigonal) memiliki bentuk tiga dimensi yang mirip
dengan kubus, tetapi telah condong atau miring ke satu sisi sehingga miring. Bentuknya
dianggap "prismatik" karena semua enam wajah kristal yang sejajar satu sama lain. " Setiap
wajah yang tidak kuadrat pada malaikat kanan disebut "rhombi." Sebuah kristal rombohedral
memiliki enam wajah, 12 tepi, dan 8 titik. Jika semua sudut tumpul internal non-wajah yang
sama (contoh datar, di bawah), dapat disebut trapezohedron-trigonal.

5. Ortorombik
Mineral yang terbentuk di ortorombik tersebut (alias belah ketupat) sistem kristal memiliki
tiga sumbu yang saling tegak lurus, semua dengan, atau tidak sama panjang yang berbeda.

6. Monoklinik
Kristal yang terbentuk dalam sistem monoklinik memiliki tiga sumbu tidak sama. sumbu
kristalografi cenderung terhadap satu sama lain pada sudut miring, dan sumbu (b) tegak lurus
ke dan c. (B) sumbu kristalografi disebut "orto" sumbu.

21
7. Triklinik
Kristal yang terbentuk dalam sistem triklinik memiliki tiga sumbu kristalografi tidak
sama, semua yang berpotongan pada sudut miring. kristal triklinik memiliki sumbu simetri 1-
lipat dengan hampir tidak simetri yang jelas, dan tidak ada cermin atau pesawat prismatik.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan sebagai berikut :
➢ Heat treatment atau Perlakuan panas merupakan suatu proses untuk merubah sifat-
sifat dari logam sampai suhu tertentu kemudian didinginkan dengan media pendingin
tertentu pula.

➢ Tujuan dari Heat Treatment adalah sebagai berikut :


1. Mempersiapkan material untuk pengolahan berikutnya..
2. Mempermudah proses machining.
3. Mengurangi kebutuhan daya pembeentukan dan kebutuhan energi.
4. Memperbaiki keuletan dan kekuatan material.
5. Mengeraskan logam sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat.
6. Menghilangkan tegangan dalam.
7. Memperbesar atau memperkecil ukuran butiran agar seragam.
8. Menghilangkan permukaan yang keras disekeliling inti yang ulet.

➢ Heat Treatment ada beberapa jenis yaitu :


1) Annealling
2) Quencing
3) Normalising
4) Tempering
5) Case Hardening

➢ Metode Pengerasan Permukaan terbagi menjadi 4 yaitu :


1) Karburasi
2) Karbonitriding
3) Cyaniding
4) Nitriding

23
➢ Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan pendinginan adalah sebagai berikut :
1) Viskositas
2) Densitas (Kecepatan Massa Jenis)
3) Luas penampang
4) Waktu
5) Temperatur
6) Laju aliran
➢ Dalam melakukan perlakuan panas (heat treatment) kita perlu memahami diagram
FE3c, diagram TTT, dan diagram CTT.

3.2 SARAN
Agar kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi
kebaikan penulisan paper selanjutnya. Terima kasih.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. (Sumber : http://www.scribd.com/doc/45119330/He-a-Treatment-Test
rickyrackasiwi.blogspot.com/2010/02/perlakuan-panas.html
2. (Sumber:http://www.steelindonesia.com/article/02-heat_treatment.html
3.(sumber:www.garispandang.blogspot.com/2011/03/hal-hal-yang-mempengaruhi-
kecepatan.html)
4. (Sumber :http://staff.ui.ac.id/internal/131845374/material/UnsurPaduan-2-r1.pdf)
5. https://transmisi2010.blogspot.com/2014/03/landasan-teori-heat-tritment.html
6. (Sumber:http://rickyrackasiwi.blogspot.com/2010/02/perlakuan-panas.html
7. http://shinqueena.wordpress.com/baja-karbon-carbon-steel/

25

Anda mungkin juga menyukai