Anda di halaman 1dari 26

PATAHNYA KONSTRUKSI LAS

A. Patah Ulet
Patah ulet merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang
diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retak
akan berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai
adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga
permukaan patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna
kelabu. Selain itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan
yang dihasilkan, jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah
ulet terjadi pada material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan
kandungan karbon rendah

1. Terlihat adanya deformasi plastic yang cukup banyak seperti


terjadinya deformasi selip dan deformasi kembar.
2. Butir-butir kristal berubah bentuk memanjang karena adanya
regangan geser.
3. Penampang lintang dari benda mengecil dan untuk baja, patahnya
berwarna keabu-abuan

1.1 Gambar deformasi selip dan kembar yang terjadi pada baja
Ciri-ciri patah ulet:

 Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial


 Tempo terjadinya patah lebih lama.
 Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban
 Permukaan patahannya terdapat ga
ris-
garis benang serabut (fibrosa), ber
serat, menyerap cahaya,
pempilannya buram

B. Patah Getas
Merupakan fenomena patah pada material yang diawali terjadinya
retakan secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi plastis
terlebih dahulu dan dalam
waktu yang singkat. Dalam
kehidupan nyata, peristiwa
patah getas dinilai lebih
berbahaya daripada patah
ulet, karena terjadi tanpa
disadari begitu saja. Biasanya
patah getas terjadi pada
material berstruktur
martensit, atau material yang
memiliki komposisi karbon
yang sangat tinggi sehingga
sangat kuat namun rapuh

Ciri-cirinya:

 Permukaannya terlihat berbentuk granular,


berkilat dan memantulkan cahaya.
 Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu
sehingga tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.
 Tempo terjadinya patah lebih cepat
 Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.
 Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya tegangan
multiaksial
C. Patah Fatik

D.
D. Patah Mulur
Logam bersifat regang bila dibebani. Peristiwa Mulur terjadi bila adanya
perubahan bentuk plastik dan kemudian patah akibat regangan pada suhu tinggi
dan tegangan lebih rendah dari tegangan luluh.

Sifat Mulur logam dipengaruhi komposisi kimia, proses pembuatan, dan


khususnya adalah laku panas yang memberi pengaruh berbeda pada kekuatan
Mulur sambungan las. Kekuatan Mulur juga berbeda akibat struktur nya
berbeda, sehingga dalam perhitungan harus diambil batas Mulur terendah

E. Patah Korosi
Merupakan proses perubahan struktur logam yang menimbulkan
kerapuhan. Dua jenis korosi paling berbahaya dalam konstruksi baja adalah
korosi antar butir dan korosi tegangan yang menimbulkan retak.

Komposisi kimia dalam sambungan las umumnya tidak merata sehingga daya
tahan terhadap korosi tak sama.
PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS
PERENCANAAN KONTRUKSI LAS
Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.

Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak
yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S.disamping klasifikasi juga
akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah
perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan
lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan
dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan dengan prosedur dan
perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini ditambahkan
standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction).

Klasifikasi sambungan las


Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.
(1) Sambungan Las Dasar
sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan
tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan
dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr.
Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam gbr.

(2) Sambungan Tumpul


Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini
dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi
menjadi sambungan tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat
pembantu yang turut menjadi bagian dari kontruksi dan pelat pembantu yang
hanya sebagai penolong pada waktu proses pengelasan saja.

Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan,


efesiensi

Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat
penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan
dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam
las

Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena
hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman
yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi
pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus
bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman yang dapat
dipercaya.

REPORT THIS AD
(3) Sambungan bentuk T dan silang;
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las

dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul
diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan
mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat
diatasi dengan memperbesar sudut alur.

(4) Sambungan sudut ;


Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa

menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur
pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat
dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan
pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.

(5) Sambungan Tumpang


Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya
rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan
konstruksi utama. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut,
dan las isi.

(6) Sambungan sisi


Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las
ujung. Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada
jenis kedua pengelasan dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini
biasanya hasilnya kurang memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam
posisi datar dengan aliran listrik yang tinggi.

(7)Sambungan dengan pelat penguat


Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat
tunggal dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan
tumpang. Dengan alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka
sambungan ini pun jarang digunakan untuk penyambungan konstruksi utama.

Ø Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan


Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena
dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil
klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu
cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las
dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti diterangkan dibawah ini.

REPORT THIS AD
(1) Sambungaan Las Cair
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi
las yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak
terumpan. Las busur listrik tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las
busur listrik terendaam kesemuanya termasuk dalam las busur listrik dengan
elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk dalam las busur listrik dengan
elektroda tak terumpan.
(2) Sambungan Las Tekan
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah
sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las
gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las
resisteansi.

(3) Sambungan Patri


Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat
metalurgi dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada
temperatur cairnya. Logam patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah
dari pada logam induk dan dibagi dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan
logam patri lunak yang dibedakan oleh suhu cairnya.

PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN


PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN
Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan
yang

meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan
spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan
tersebut. Karena itu mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus
mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat menggunakan pengetahuan
tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas produksi.
Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara
terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana
pembuatan dan kualitas produksi.

Ø Perencanaan Prosedur Pengelasan


Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah
dibuat

Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan,


bahan-bahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah
pengelasan, pengaturan pekerjaan dan lain-lainnya.

Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling
sesuai

REPORT THIS AD
untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu
dasarnya adalah efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan
penghematan energi sejauh mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah
ditentukan dalam tahap perencanaan kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya
dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana, pihak pelaksana, dan pihak
peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam penentuan ini
dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan.

Ø Persiapan Pengelasan
Hal-hal umum
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri
juga

sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu


persiapan pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama
dengan pelaksanaan pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi
penyedian bahan, pemilihan mesin las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit
dan beberapa hal lainnya lagi.

Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur
listrik dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas
CO2 dan las busur listrik terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat
umum dipakai tetapi kecepatan pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah
bila dibandingkan dengan kedua proses yang lainya. Las busur listrik dengan
pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi
tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan pengaturan
gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi
lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat
tebal dari pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan
mempunyai untung ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak
dalam menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal
yang Juga tidak kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat
perakit ini adalah alat-alat khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian
yang akan dilas sehingga hasil pengelasan mempunyai bentuk yang tepat, jadi
pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan ketelitian bentuk akhir dan akan
mengurangi waktu pengelasan.

(1) Persiapan Sisi Las


Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan
dengan

memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan


pengerjaanya dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk
alur pada umumnya untuk pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm
digunakan alur persegi, untuk pelat dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan
alur V tunggal dan yang lebih tebal dengan alur V ganda atau U tunggal atau
ganda dan lain sebagainya.

REPORT THIS AD
(2) Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang
pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi
pengelasan

adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus


mengusahakan sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:

a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.


b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan
atau memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk
yang lebih tinggi.

c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau


memungkinkan pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.

(3) Las Ikat Dan Perakitan


Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam

Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan
lasan pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena
sifatnya sementara maka sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan
sembarangan sehingga terjadi retak-retak dan ronga halus yang akhirnya akan
menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga mempengaruhi kualitas maka
dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las
yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan melaksanakan
seluruh pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya tempat-
tempat yang nantinya tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda
yang sama jenisnya dengan elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.

(4) Pemriksaan Dan Perbaikan Alur


Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap

Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan,
dalam hal ini yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada
spesifikasi maka harus diadakan perbaikan seperlunya. Cara perbaikannya
tergantung dari pada celah dan jenis sambunganya.

(5) Pembersihan Alur


kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain
sebagainya

bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak,
lubang halus dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu
kotoran kotoran tersebut harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang
sebelumnya juga harus dibersihkan juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan
kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik dengan menggunakan sikat
kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu juga cara
penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan
api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan
mula

Anda mungkin juga menyukai