Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS

PERENCANAAN KONTRUKSI LAS


Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur
ampuh las.
Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit
banyak yang berhubungan erat dengan standar dari A.W.S. disamping
klasifikasi juga akan dibahas secara singkattentang kekuatan sambungan
las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi las dan tegangan
sisa

dalam

lasan.

Bab

ini

akan

lebih

mudah

dimengerti

bila

mempelajarinya dikaitkan dengan pemilihan bahan dan penghindaran


cacat

las

juga

perencanaan

dibahas

pengelasan.

dan
Untuk

dihubungkan
melengkapi

dengan
akhir

prosedur
dari

bukun

dan
ini

ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of


Steel Contruction).
Klasifikasi sambungan las
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.
(1) Sambungan Las Dasar
sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam
sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan
tumpang, sambungan dengan penguat dan smabungan sisi seperti yang
ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat
dilihat, dalam gbr.
(2) Sambungan Tumpul
Sambungan

tumpul

adalah

jenis

sambunganyang

paling

efesien,

sambungan ini dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh
dan sambungan penetrasi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu

yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian
dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada
waktu proses pengelasan saja.
Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi
pengerjaan, efesiensi
Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur
sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah
banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lainlainnya.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada
penurunan logam las
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan.
Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan
dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada
umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan
sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri
berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.
(3) Sambungan bentuk T dan silang;
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis
yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan
tumpul diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan
pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang
dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
(4) Sambungan sudut ;

Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat
yang dapa
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan
membuat alur pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan
yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya
dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat
pembantu.
(5) Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini
efisiensinya rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan
penyambungan

konstruksi

utama.

Sambungan

tumpang

biasanya

dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.


(6) Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan
sambungan las ujung. Untuk jenis yang pertama pada pelatnya harus
dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan dilakukan pada ujung
pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang memuaskan
kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran
listrik yang tinggi.
(7)Sambungan dengan pelat penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat
penguat tunggal dan dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip
dengan

sambungan

tumpang.

Dengan

alasan

yang

sama

dengan

sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan untuk


penyambungan konstruksi utama.
Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan

Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi


karena dalam hal ini akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka
diambil klasifikasi yang didasarkan atas keadaan yang terjadi pada logam
yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain sebagainya.
Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis
seperti diterangkan dibawah ini.
(1) Sambungaan Las Cair
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam
konstruksi las yang masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan
elektroda tak terumpan. Las busur listrik tangan, las busur listrik dengan
pelindung gas dan las busur listrik terendaam kesemuanya termasuk
dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG
termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.
(2) Sambungan Las Tekan
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan
adalah sambungaaan tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa
las ledakan, las gesekan atau friksi las ultrasonic las tekan dingin,
lastekan panas dan las resisteansi.
(3) Sambungan Patri
Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan
sifat metalurgi dimana ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih
rendah dari pada temperatur cairnya. Logam patri biasanya mempunyai
kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan dibagi dalam dua
jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh
suhu cairnya.
Tanda Tanda Gambar Dalam Pengelasan

Syarat-syarat dalam pengelasan sangat penting bagi mutu dari


sambungan las, karena itu syarat-syarat tersebut harus disampaikan
dengan baik dan tepat kepada juru las. Cara yang tepat adalah
menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar konstruksi. Tanda
gambar ini telah di standarkan oleh AWS, JIS, BS, DIN dan system
standar yang lainnya.
Tanda gambar las biasanya terdiri dari dua yaitu tanda gambar dasar dan
tanda gambar pelengkap yang kedua-duanya ditempatkan pada garis
tanda. Untuk meyakinkan mutu mutu las kadang-kadang ditambahkan
tanda gambar uji yang menjelaskan jenis pengujian tak merusak yang
harus dilakukan.
Tanda Gambar Dasar Dan Pelengkap
Berdasarkan tanda gambar dasar, pengelasan dibagi dalam las alur, las
sudut, las busur listrik dan las resistensi. Las alur diberi tanda sesuai
dengan bentuk alur dan las resistensi di bedakan dalam jenisnya,
misalnya las titik atau las garis. Tanda gambar pelengkap digunakan untuk
menjelaskan penampakan, penyelesaian permukaan dan lain sebagainya
dari permukaan las secara tertulis pada garis tanda.

Perencanaan dan Prosedur Pengelasan


PERENCANAAN KONSTRUKSI LAS
PERENCANAAN KONTRUKSI LAS
Dalam bab ini akan dibahas klasifikasi sambungan las dan bentuk alur ampuh las.
Contoh-cotoh yang dipakai untuk hal ini diambil dari J,I,S yang sedikit banyak yang
berhubungan erat dengan standar dari A.W.S.disamping klasifikasi juga akan dibahas secara
singkattentang kekuatan sambungan las, mekanisme patah perubahan bentuk atau deformasi
las dan tegangan sisa dalam lasan. Bab ini akan lebih mudah dimengerti bila mempelajarinya
dikaitkan dengan pemilihan bahan dan penghindaran cacat las juga dibahas dan dihubungkan
dengan prosedur dan perencanaan pengelasan. Untuk melengkapi akhir dari bukun ini
ditambahkan standar bentuk alur kampuh dari JSSC (Japan Society of Steel Contruction).
Klasifikasi sambungan las
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sambungan Dan Bentuk Alur.
(1) Sambungan Las Dasar
sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul,
sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang, sambungan dengan penguat dan
smabungan sisi seperti yang ditunjukan dalam gbr. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini
dapat dilihat, dalam gbr.
(2) Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambunganyang paling efesien, sambungan ini dibagi lagi
dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi menjadi sambungan
tanpa pelat pembantu yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian
dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada waktu proses
pengelasan saja.
Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi pengerjaan, efesiensi
Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat penting, bentuk
dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan dalam standar AWS, BS,
DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam las
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan. Karena hal ini maka
dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan penglaman yang luas. Bentukbentuk yang telah distandarkan pada umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang

sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri
berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.
(3) Sambungan bentuk T dan silang;
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga
berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian
batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
(4) Sambungan sudut ;
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat
tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya
ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan
dengan pelat pembantu.
(5) Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka
jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan
tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.
(6) Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. Untuk
jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan
dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang
memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik
yang tinggi.
(7)Sambungan dengan pelat penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan
dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan
alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan
untuk penyambungan konstruksi utama.
Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan
Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena dalam hal ini
akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil klasifikasi yang didasarkan atas

keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain
sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti
diterangkan dibawah ini.
(1) Sambungaan Las Cair
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las yang
masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur listrik
tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam kesemuanya
termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk
dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.
(2) Sambungan Las Tekan
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah sambungaaan
tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau friksi las
ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.
(3) Sambungan Patri
Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi dimana
ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya. Logam
patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan dibagi
dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh suhu
cairnya.
PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN
PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN
Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang
meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan
menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang
menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat
menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas
produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara
terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan
dan kualitas produksi.
Perencanaan Prosedur Pengelasan
Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat

Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahanbahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan
pekerjaan dan lain-lainnya.
Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai
untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah
efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh
mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan
kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana,
pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam
penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan.
Persiapan Pengelasan
Hal-hal umum
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga
sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan
pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan
pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin
las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.
Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik
dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik
terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan
pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang
lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus
yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan
pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi
lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari
pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung
ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses
pengelasan yang akan digunakan.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga tidak
kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alat-alat
khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan
mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan
ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.
(1) Persiapan Sisi Las
Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan dengan

memperhatikan tingkatan teknikdari bagian pembuatan, sifat kemampuan dan pengerjaanya


dan kemungkinan penghematan yang akhirnya tertuju pada bentuk alur pada umumnya untuk
pengelasan pelat dengan tebal sampai dengan 6mm digunakan alur persegi, untuk pelat
dengan tebal 6mm sampai 20mm digunakan alur V tunggal dan yang lebih tebal dengan alur
V ganda atau U tunggal atau ganda dan lain sebagainya.
(2) Posisi Pengelasan Dan Alat Pemegang
pengelasan yang terbaik ilihat dari sudut kualitas sambungan dan efesiensi pengelasan
adalah posisi datar. Karena itu dalam menentukan urutan perakitan,harus mengusahakan
sejauh mungkin mengunakan posisi datar yaitu:
a) memungkinkan pelaksanaan pengelasan posisi datar sebanyak-banyaknya.
b) menahan dan menghalang I perubahan bentuk yang terjadi karena pengelasan atau
memberikan perubahan bentuk mulauntuk mendapatkan kecepatan bentuk yang lebih tinggi.
c) memperbaiki efesiensi dengan memudahkan pelaksanaan pengelasan atau memungkinkan
pengelasan otomatik dalam produksi besar-besaran.
(3) Las Ikat Dan Perakitan
Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian distel untuk dirakit. Dalam
Penyetelan Ini Seringkali bagian-bagian harus dihubungkan satu sam lain, dengan lasan
pendek-pendek pada tempat-tempat yang dinamakan las ikat. Karena sifatnya sementara maka
sering sekali las ikat ini dilakasanakan dengan sembarangan sehingga terjadi retak-retak dan
ronga halus yang akhirnya akan menurunkan mutu lasan. Karena las ikat juga mempengaruhi
kualitas maka dianjurkan agar las ikat juga harus dilaksanakan dengan baik dan oleh juru las
yang mempunyai kualifikasi yang sama dengan juru las yang akan melaksanakan seluruh
pengelasan. Kalau hal ini tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya tempat-tempat yang nantinya
tidak di las. Las ikat juga biasanya menggunakan elektroda yang sama jenisnya dengan
elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya.
(4) Pemriksaan Dan Perbaikan Alur
Bentuk dan alur turut menentukan mutu lasan, karena itu pemeriksaan terhadap
Ketelitian bentuk ukuranya juga harus dilakukan pada saat sebelum pengelasan, dalam hal ini
yang penting adalah besarnya celah akar, yang harus sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Kalau celah akar lebih besar dari pada spesifikasi maka harus diadakan perbaikan
seperlunya. Cara perbaikannya tergantung dari pada celah dan jenis sambunganya.
(5) Pembersihan Alur

kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya
bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus
dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran tersebut
harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus dibersihkan
juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik
dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu
juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan
api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan mula

BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING9.1. Sambungan


Las Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logamdengan
cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang
disambung.Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang
luas untuk htpenyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen
mesin tertentusering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih
murah tpdibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang
sebelumnya ://dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan
pengelasan seperti ruditunjukkan pada gambar 9.1. Sebagian besar komponen mesin
yang difabrikasi mmenggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion,
dimana dua bendakerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan
disambung. ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.1 Komponen mesin yang dibuat dengan
fusion welding[juvinal] Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan
baut-mur atausambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam
jumlah besar, tidakada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue,
ketahanan korosi yanglebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya
tegangan sisa (residualstress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan struktur
metalurgi pada sambungan, danmasalah dalam disasembling. 9-1

Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untukmencairkan


logam pengisi serta permukaan yang disambung.1. Electric Arc Welding : panas
diaplikasikan oleh busur listrik antara elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar
9.1). Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd
atmosfir, electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a. Shielded Metal Arc welding
(SMAW) b. Gas Metal Arc Welding (GMAW) c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
d. Flux-cored Arc Welding (FCAW) e. Submerged Arc Welding (SAW) ht tp :// ru m

Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode[spott] ah2. Resistance
Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R, melalui -b kedua
permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. el Tidak
diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat dilakukan
pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok aj untuk
produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok a untuk
pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi. r.o3. Gas Welding : umumnya
menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk rg memanaskan logam pengisi dan
permukaan benda kerja yang disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual
sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan.4. Laser beam welding :
plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag welding : adalah teknologi
pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat
spesifik.5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat
dipanaskan biasanya dibawah titik cair material. 9-2

Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponendapat
difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American
WeldingSociety). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah
(1)Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data
tambahanlainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8)
spesifikasi atauproses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh
aplikasi simbol lasdan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada
gambar 9.4. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard
AWS 9-3

Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak Lingkaran
menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling ht tp :// ru Konfigurasi
pengelasan tipe butt atau groove (a) square, m (b) V tunggal dengan root 2mm dan
sudut 600, (c) V ah ganda, (d) bevel -b el aj a r.o Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol
las rgPemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu
mempertimbangkanmampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung
dengan pengelasanditampilkan pada tabel 9.1. 9-4

Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin[juv] ht
tp :// ru m ah -b el ajTerdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam
buku ini kita hanya a r.omembahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet
weld. Diharapkan setelahmemahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk
konfigurasi sambungan yang rglain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa
sambungan dengan konfigurasi fillet welddan jenis beban paralel, dan beban
melintang ditunjukkan pada gambar 9.5. 9-5

ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o Gambar 9.5 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai


kondisi Pembebanan[juv] rg9.2. Tegangan Pada Sambungan Las yang Mendapat
Beban StatikBeban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat
berbentuk bebanparalel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban
bending. Untukmenganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih
dahulu perludiperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis
fillet dinyatakandengan panjang leg, he seperti ditunjukkan pada gambar 9.6.
Umumnya panjang legadalah sama besar, tetapi tidak selalu harus demikian. Untuk

keperluan engineeringpraktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah


tegangan geser pada leher 9-6

fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi
pelatke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk
kasus yangumum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau
te = 0,707 he.Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw =
teL, dimana Ladalah panjang las. ht tp :// ru Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser
sambungan fillet weld m ah9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang -bStruktur
sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu elpada
bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun
pembebananmelintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung
dengan ajpersamaan : a r.o P P 1,414 P = = = (9.1) t e Lw 0,707he Lw h e Lw
rgdengan te = panjang leher he = panjang leg Lw = panjang sambungan lasJadi untuk
menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadiharuslah lebih
kecil dari kekuatan luluh geser material : < (S sy )las P = (9.2) t e Lw 9-7

Mengingat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan


perludipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan
olehSalakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet
menunjukkanadanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi
tegangan ditunjukkanpada gambar 9.7. Untuk keperluan praktis dalam perancangan
sambungan las, hargafaktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. ht
tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.7 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang
mendapat beban a melintang r.o rg Gambar 9.8 Faktor konsentrasi tegangan
sambungan las fillet9.2.2. Beban TorsionalUntuk struktur sambungan las yang
mendapat beban torsional maka resultan tegangangeser yang terjadi pada suatu grup
sambungan las adalah jumlah vektor tegangan geser 9-8

melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat gaya


melintang(transverse load) dapat dihitung dengan persamaan : V Gaya geser d = =
(9.3) A luas penampangl eherSedangkan tegangan geser torsional adalah Tr t = (9.4)
Jdengan T = torsi yang bekerja, N-m r = jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m
ht J = momen inersia polar penampang las, m3 tpSeperti halnya pada beban paralel
dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional ://adalah pada penampang
leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan rudalam satuan momen
inersia polar grup las sebagai m J = t e J u = 0,707he J u (9.5) ahdengan Ju adalah
satuan momen inersia polar yang ditunjukkan pada gambar 9.6 untukberbagai
konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat
-bmempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional. elJadi untuk
mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah
ajdirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil
dari akekuatan geser material. r.o = d + t < (Ssy ) (9.6) rg9.2.3. Beban
BendingPada pembebanan bending, sambungan lasa akan mengalami tegangan geser
melintangdan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung
akibat gayageser dapat dihitung dengan persamaan (9.1). Sedangkan tegangan normal
dapatdihitung dengan persamaan Mc = (9.7) Idimana c adalah jarak dari sumbu
netral, dan I adalah momen inersia penampang yangdapat dinyatakan dalam satuan
momen inersia penampanng las, Iu sebagai 9-9

I = t e I u Lw = 0,707he I u Lw (9.8)Tabel 9.2 Parameter geometri konstruksi


sambungan las fillet untuk berbagai kondisi pembebanan ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o
rg 9-10

Tabel 9.2 (sambungan) ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rgLw adalah panjang las, dan Iu
untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan padatabel 9.2. Gaya persatuan
panjang dari las adalah Pa w = (9.9) Iudimana a adalah jarak antara posisi sambungan
dengan aplikasi beban.Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi
didapatkan, maka selanjutnyadapat ditentukan principal stress tertinggi pada
sambungan. Kegagalan sambungan dapat 9-11

ditentukan dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau


teorienergi distorsi (DET).9.3. Kekuatan Material Sambungan LasElektroda yang
digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikutiempat digit
angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan materialsetelah
menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke
tigamenunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead.
Sedangkanangka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya
besarnya arus.Tabel 9.3 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda
yang banyakdigunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield
material dan httegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat
menentukantegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan. tp :// Tabel
9.3 Kekuatan elektroda las ru m ah -b el aj aContoh Soal # 1 : r.oSebuah pelat tebal t =
20 mm dilas (convex fillet) ke dinding tebal dengan panjang las L =50 mm. Pelat
terbuat dari baja dengan kekuatan yield Sy = 350 Mpa. Tentukanlah rgbesarnya beban
yang dapat ditahan jika digunakan elektroda las dengan kekuatan yield350 Mpa.
Diinginkan faktor keamanan 3,0 dan panjang leg adalah 6mm. Gambar 9.9 Problem
contoh soal #1 9-12

Contoh Soal # 2 :Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar
mendapat beban statiksebesar 20 kN. Sambungan las adalah jenis fillet dan
menggunakan elektroda nomorE60XX. Rancanglah panjang leg untuk kondisi
pembebanan tersebut denganmengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan
2,5. ht tp :// ru m ah -b Gambar 9.10 Problem contoh soal #2 el9.4. Kekuatan Fatigue
Sambungan Las ajPada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik
(cyclic) makakemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama
dalam a r.operancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan
efek yang tidakterlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue
secara signifikan. rgRetak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ),
karena daerar inimerupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat
jarang sekaliperambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks
menyarankan tidakmenggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat
beban fatigue. Hal initidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen
mesin umumnyamendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor
konsentrasi teganganfatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel
9.4 berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Jennings. 9-13

Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las Fatigue stress Type of
Weld concentration factors, Kf Reinforced but weld 1,2 Toe of Transverse fillet weld
1,5 End of parallel fillet weld 2,7 T-butt joint with sharp corner 2,0 ht tp9.5.

Sambungan Keling (Rivet) ://Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur
boiler, kapal, jembatan, rubangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam
perancangan sambungan keling,diameter keling yang dijadikan parameter design,
walaupun setelah dipasang diameter mrivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang.
Beberapa kelebihan sambungan keling ahantara lain adalah : Tidak akan longgar
karena adanya getaran atau beban kejut -b Relatif murah dan pemasangan yang cepat
el Ringan aj Dapat diasembling dari sisi blind a Lebih tahan korosi
dibandingkan sambungan baut r.o Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las
rgSedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan
pencekamantidak sekencang sambungan baut.Jarak minimum antar keling biasanya
adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali padastrukutr boiler), sedangkan jarak
maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar kelingyang terlalu jauh akan
mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjaminkeselamatan, prosedur
perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan pakukeling haruslah
mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusunoleh AISC dan
ASME.Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon,
aluminium,dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di
coating, plating , ataudi cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua
jenis yaitu (1) jenis tubular 9-14

dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar
9.11menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling. ht tp :// Gambar
9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing, (c)
compression ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku
keling 9-15

Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat
dihitungdengan persamaan sederhana P = (9.10) Acdimana P adalah gaya tarik yang
dialami paku keling dan Ac adalah luas paku kelingsebelum dipasang. Perlu diingat
bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup,sehingga diperlukan analisis beban
yang diterima tiap paku keling terlebih dulu.Mode kegagalan yang mungkin terjadi
pada konstruksi keling akibat beban geser dapatdiklasifikasikan menjadi enam jenis
yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geserpada keling, (3) mode tarik pada
pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear httear-out pada pelat, dan (6)
tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan iniditunjukkan pada gambar
9.11. tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada
sambungan keling a r.oDalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat
yang paling sering terjadi.Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari
dengan memberikan jarak rgminimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung
pelat.1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka
persamaan berikut harus dipenuhi : PLg = < 0,6(S y ) j (9.10) 2Z m dengan Lg =
panjang grip, [m] Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m3] (Sy)j =
kekuatan yield komponen terlemah, [Pa]2. Mode geser pada paku keling : untuk
menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : 9-16

4P = < Ssy 0,4S y (9.11) d c 2 dengan dc = crest diameter, [m] Ssy = kekuatan
luluh geser bahan paku keling, [Pa]. Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah
diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling
adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan
paku keling.3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini,

maka ht persamaan berikut harus dipenuhi : tp :// P = < (S y ) j (9.12) (b N r d c )t


m rudengan m b = lebar komponen pelat, [m] ah Nr = jumlah paku keling sepanjang
lebar komponen tm = tebal komponen pelat yang paling kecil, [m]. -b el4. Mode
compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini, maka aj persamaan
berikut harus dipenuhi : a r.o P = < 0,9(S y ) j (9.12) dctm rgFormula untuk
menentukan kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masing-masing paku
keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanyasambungan paku
keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan akibat bebangeser torsional perlu
dimasukkan dalam perancangan. Sehingga tegangan gesermaksimuk pada paku keling
selanjutnya dapat dihitung dengan penjumlahan vektortegangan geser langsung (d)
dan tegangan geser torsional ( t) : = d + t (9.12) 9-17

Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka
dapatdigunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk
menentukankekuatan sambungan.Contoh Soal 3:Trotoar untuk pejalan kaki pada
jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan kelingseperti ditunjukkan pada
gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N padajarak 2 m dari
sambungan.Tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jikabahannya adalah
baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0. ht tp :// ru m ah Gambar
9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan -bSoal-soal :9.1 Batang baja horizontal
(tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas el pada penumpu
vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser aj pada sambungan las
20 kpsi a r.o rg9.2 Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu
vertikal dengan dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya
geser yang diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi 9-18

9.3 Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las
fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan soal
no.2 ht tp :// ru m ah -b9.4 Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik
yang dilas. Member el (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan
las fillet paralel 6mm. aj Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan
faktor desain 2.8, estimasi a besar F yang aman r.o rg9.5 Balok panjang (AISI 1010,
dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada tumpuan dengan 3 sambungan
las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolak- balik Fa = 2 kN. Estimasi faktor
keamanan 9-19

9.6 Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa.
Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut ht tp :// ru m ah -b el9.7
Torsi sebesar 20 (103) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah. aj Tentukan
tegangan geser maksimum pada sambungan las a r.o rg9.8 Tentukan beban statik F
yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010 pada gambar dibawah.
Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor keamanan 2 9-20

9.9 Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame
dengan elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika
faktor ht desain 2 tp :// ru m ah -b el aj9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan
dengan balok AISI 1015 dengan a sambungan las T-butt memakai elektroda E6010.
Tentukan beban bolak-balik yang r.o dapat diterima sambungan las jika faktor desain
nd = 2 rg 9-21

Anda mungkin juga menyukai