dalam
lasan.
Bab
ini
akan
lebih
mudah
dimengerti
bila
las
juga
perencanaan
dibahas
pengelasan.
dan
Untuk
dihubungkan
melengkapi
dengan
akhir
prosedur
dari
bukun
dan
ini
tumpul
adalah
jenis
sambunganyang
paling
efesien,
sambungan ini dibagi lagi dalam dua yaitu sambungan penetrasi penuh
dan sambungan penetrasi menjadi sambungan tanpa pelat pembantu
yang masih dibagi lagi dalam pelat pembantu yang turut menjadi bagian
dari kontruksi dan pelat pembantu yang hanya sebagai penolong pada
waktu proses pengelasan saja.
Bentuk alur dalam sambungan tumpul mempengaruhi efesiensi
pengerjaan, efesiensi
Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur
sangat penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah
banyak distandarkan dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lainlainnya.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada
penurunan logam las
Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan.
Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan
dan penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada
umumnya hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan
sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri
berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.
(3) Sambungan bentuk T dan silang;
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis
yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan
tumpul diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan
pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang
dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
(4) Sambungan sudut ;
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat
yang dapa
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan
membuat alur pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan
yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya
dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat
pembantu.
(5) Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini
efisiensinya rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan
penyambungan
konstruksi
utama.
Sambungan
tumpang
biasanya
sambungan
tumpang.
Dengan
alasan
yang
sama
dengan
sering dilakukan sehingga dalam pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri
berdasarkan penglaman yang dapat dipercaya.
(3) Sambungan bentuk T dan silang;
Pada kedua sambungan ini secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las
dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga
berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian
batang yang menghalngi yang dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
(4) Sambungan sudut ;
Dalam sambungan ini dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal pelat yang dapa
menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat
tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang tidak dapat dilakukan karena sempitnya
ruang maka pelaksanaanya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan
dengan pelat pembantu.
(5) Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi dalam 3 jenis. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka
jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan
tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut, dan las isi.
(6) Sambungan sisi
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan las ujung. Untuk
jenis yang pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan pada jenis kedua pengelasan
dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur. Jenis kedua ini biasanya hasilnya kurang
memuaskan kecuali bila pengelasannya dilakukan dalam posisi datar dengan aliran listrik
yang tinggi.
(7)Sambungan dengan pelat penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan
dengan pelat penguat ganda. Sambungan ini mirip dengan sambungan tumpang. Dengan
alasan yang sama dengan sambungan tumpang, maka sambungan ini pun jarang digunakan
untuk penyambungan konstruksi utama.
Klasifikasi Berdasarkan Cara Pengelasan
Sebenarnya banyak cara untuk mengklasifikasikan pengelasan, tetapi karena dalam hal ini
akan di hubungkan dengan benttuk daerah las maka diambil klasifikasi yang didasarkan atas
keadaan yang terjadi pada logam yang di las yaitu cair, padat dengan tekanan dan lain
sebagainya. Berdasarkan ini sambungaan las dapat dapat dibagi dalam tiga jenis seperti
diterangkan dibawah ini.
(1) Sambungaan Las Cair
Sambungan las cair adalah jenis yang paling banyak digunakan dalam konstruksi las yang
masih dibagi lagi kedalam elektroda terumpan dan elektroda tak terumpan. Las busur listrik
tangan, las busur listrik dengan pelindung gas dan las busur listrik terendaam kesemuanya
termasuk dalam las busur listrik dengan elektroda terumpan. Sedangkan las TIG termasuk
dalam las busur listrik dengan elektroda tak terumpan.
(2) Sambungan Las Tekan
Jenis sambungan yang dapat dilakukan dengan sambungan las tekaan adalah sambungaaan
tumpang, di mana pelaksanaannya dapat berupaa las ledakan, las gesekan atau friksi las
ultrasonic las tekan dingin, lastekan panas dan las resisteansi.
(3) Sambungan Patri
Sambungan patri adalah semacam sambungan las yang menggunakan sifat metalurgi dimana
ligam dapat dipadu pada temperatur yang lebih rendah dari pada temperatur cairnya. Logam
patri biasanya mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari pada logam induk dan dibagi
dalam dua jenis yaitu logam patri keras dan logam patri lunak yang dibedakan oleh suhu
cairnya.
PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN
PROSEDUR DAN TEKNIK PENGELASAN
Prosedur pengelasan adalah suatu perencanaan untuk pelaksanaan pengelasan yang
meliputi cara pembuatan kontruksi las yang sesuai dengan rencana dan spesifikasinya dengan
menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Karena itu mereka yang
menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai pengetahuan dalam teknologi las, dapat
menggunakan pengetahuan tersebut dan mengerti tentang efesiensi dan ekonomi dari aktivitas
produksi. Untuk setiap pelaksanaan pekerjaan harus dibuat prosedur tersendiri secara
terperinci termasuk menentukan alat yang diperlukan yang sesuai dengan rencana pembuatan
dan kualitas produksi.
Perencanaan Prosedur Pengelasan
Prosedur pengelasan akan memberikan hasil yang baik bila sebelumnya telah dibuat
Rencana tentang jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat-alat yang diperlukan, bahanbahan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan, perlakuan setelah pengelasan, pengaturan
pekerjaan dan lain-lainnya.
Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai
untuk tiap-tiap sambungan las yang aada pada konstruksi. Dalam hal ini tentu dasarnya adalah
efesiensi yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh
mungkin. Proses pengelasan yang dipilih harus sudah ditentukan dalam tahap perencanaan
kontruksi. Dalam pemilihan ini sebaiknya dibicarakan diantara tiga yaitu pihak perencana,
pihak pelaksana, dan pihak peniliti dilaboratorium dengan titik berat pada pelaksan. Dalam
penentuan ini dengan sendirinya harus dipertimbangkan juga alat yang digunakan.
Persiapan Pengelasan
Hal-hal umum
Mutu dari hasil pengelasan disamping tergantung dari pengerjaan lasnya sendiri juga
sangat tergantung dari persiapanya sebelum pelaksanaan pengelasan. Karena itu persiapan
pengelasan harus mendapatkan perhatian dan pengawasan yang sama dengan pelaksanaan
pengelasan. Persiapan umum dalam pengelasan meliputi penyedian bahan, pemilihan mesin
las, penunjukan juru las, penentuan alat perakit dan beberapa hal lainnya lagi.
Dalam konstruksi baja umum proses las yang digunakan biasanya adalah las busur listrik
dengan elektroda terbungkus, las busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik
terendam. Proses yang pertama paling banyak dan sangat umum dipakai tetapi kecepatan
pengelasanya dan daya tembusnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kedua proses yang
lainya. Las busur listrik dengan pelindung gas CO2 mempunyai kecepatan dan daya tembus
yang lebih tinggi tetapi memerlukan pelindung angin, komponenyang lebih banyak dan
pengaturan gas. Pada las busur listrik terendam kecepatan dan daya tembus yang lebih tinggi
lagi. Tetapi hanya dapat digunakan pada las datar saja dan lebih sesua untuk pelat tebal dari
pada pelat tipis. Jelas disini bahwa masing-masing proses pengelasan mempunyai untung
ruginya sendiri yang harus dipertimbangkan masak-masak dalam menentukan proses
pengelasan yang akan digunakan.
Dalam menentukan alat-alat, disamping menentukan mesin lasnya sendiri, hal yang Juga tidak
kalah pentingnya adalah penentuan alat perakit atau alt antu. Alat perakit ini adalah alat-alat
khusus yang memegang dengan kuat bagian-bagian yang akan dilas sehingga hasil pengelasan
mempunyai bentuk yang tepat, jadi pemilihan alat Bantu yang tepat akan menentukan
ketelitian bentuk akhir dan akan mengurangi waktu pengelasan.
(1) Persiapan Sisi Las
Setelah pentuan proses pengelasan. Maka geometri sambungan harus ditentukan dengan
kotoran-kotoran sperti karat, terak, minyak dan gemuk, debu, air dan lain sebagainya
bila bercampur dengan logam. Las dapat menimbulkan cacat las seperti retak, lubang halus
dan lain sebagainya yang dapat membahayakan kontruksi. Karena itu kotoran kotoran tersebut
harus dibersihkan sebelum pelaksanaan pengelasan yang sebelumnya juga harus dibersihkan
juga sebaik-baiknya. Cara pembersihan kotoran tersebut ada dua macam yaitu cara mekanik
dengan menggunakan sikat kawat baja, penyemprotan pasir dan lain sebaginya, disamping itu
juga cara penyemprotan dengan apipada daerah yang akan dilas dengan tujuan menguapkan
api,membakar minyak dan gemuk, menghembus terak dan merupakan pemanasan mula
Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode[spott] ah2. Resistance
Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I2R, melalui -b kedua
permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. el Tidak
diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat dilakukan
pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok aj untuk
produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok a untuk
pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi. r.o3. Gas Welding : umumnya
menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk rg memanaskan logam pengisi dan
permukaan benda kerja yang disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual
sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan.4. Laser beam welding :
plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag welding : adalah teknologi
pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat
spesifik.5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan
panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat
dipanaskan biasanya dibawah titik cair material. 9-2
Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponendapat
difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American
WeldingSociety). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah
(1)Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data
tambahanlainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8)
spesifikasi atauproses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh
aplikasi simbol lasdan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada
gambar 9.4. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard
AWS 9-3
Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak Lingkaran
menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling ht tp :// ru Konfigurasi
pengelasan tipe butt atau groove (a) square, m (b) V tunggal dengan root 2mm dan
sudut 600, (c) V ah ganda, (d) bevel -b el aj a r.o Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol
las rgPemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu
mempertimbangkanmampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung
dengan pengelasanditampilkan pada tabel 9.1. 9-4
Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin[juv] ht
tp :// ru m ah -b el ajTerdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam
buku ini kita hanya a r.omembahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet
weld. Diharapkan setelahmemahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk
konfigurasi sambungan yang rglain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa
sambungan dengan konfigurasi fillet welddan jenis beban paralel, dan beban
melintang ditunjukkan pada gambar 9.5. 9-5
fillet (throat). Panjang leher, te didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi
pelatke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk
kasus yangumum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 450 dari leg, atau
te = 0,707 he.Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah Aw =
teL, dimana Ladalah panjang las. ht tp :// ru Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser
sambungan fillet weld m ah9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang -bStruktur
sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu elpada
bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun
pembebananmelintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung
dengan ajpersamaan : a r.o P P 1,414 P = = = (9.1) t e Lw 0,707he Lw h e Lw
rgdengan te = panjang leher he = panjang leg Lw = panjang sambungan lasJadi untuk
menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadiharuslah lebih
kecil dari kekuatan luluh geser material : < (S sy )las P = (9.2) t e Lw 9-7
Tabel 9.2 (sambungan) ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rgLw adalah panjang las, dan Iu
untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan padatabel 9.2. Gaya persatuan
panjang dari las adalah Pa w = (9.9) Iudimana a adalah jarak antara posisi sambungan
dengan aplikasi beban.Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi
didapatkan, maka selanjutnyadapat ditentukan principal stress tertinggi pada
sambungan. Kegagalan sambungan dapat 9-11
Contoh Soal # 2 :Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar
mendapat beban statiksebesar 20 kN. Sambungan las adalah jenis fillet dan
menggunakan elektroda nomorE60XX. Rancanglah panjang leg untuk kondisi
pembebanan tersebut denganmengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan
2,5. ht tp :// ru m ah -b Gambar 9.10 Problem contoh soal #2 el9.4. Kekuatan Fatigue
Sambungan Las ajPada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik
(cyclic) makakemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama
dalam a r.operancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan
efek yang tidakterlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue
secara signifikan. rgRetak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ),
karena daerar inimerupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat
jarang sekaliperambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks
menyarankan tidakmenggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat
beban fatigue. Hal initidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen
mesin umumnyamendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor
konsentrasi teganganfatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel
9.4 berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Jennings. 9-13
Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las Fatigue stress Type of
Weld concentration factors, Kf Reinforced but weld 1,2 Toe of Transverse fillet weld
1,5 End of parallel fillet weld 2,7 T-butt joint with sharp corner 2,0 ht tp9.5.
Sambungan Keling (Rivet) ://Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur
boiler, kapal, jembatan, rubangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam
perancangan sambungan keling,diameter keling yang dijadikan parameter design,
walaupun setelah dipasang diameter mrivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang.
Beberapa kelebihan sambungan keling ahantara lain adalah : Tidak akan longgar
karena adanya getaran atau beban kejut -b Relatif murah dan pemasangan yang cepat
el Ringan aj Dapat diasembling dari sisi blind a Lebih tahan korosi
dibandingkan sambungan baut r.o Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las
rgSedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan
pencekamantidak sekencang sambungan baut.Jarak minimum antar keling biasanya
adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali padastrukutr boiler), sedangkan jarak
maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar kelingyang terlalu jauh akan
mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjaminkeselamatan, prosedur
perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan pakukeling haruslah
mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusunoleh AISC dan
ASME.Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon,
aluminium,dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di
coating, plating , ataudi cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua
jenis yaitu (1) jenis tubular 9-14
dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar
9.11menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling. ht tp :// Gambar
9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing, (c)
compression ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku
keling 9-15
Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat
dihitungdengan persamaan sederhana P = (9.10) Acdimana P adalah gaya tarik yang
dialami paku keling dan Ac adalah luas paku kelingsebelum dipasang. Perlu diingat
bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup,sehingga diperlukan analisis beban
yang diterima tiap paku keling terlebih dulu.Mode kegagalan yang mungkin terjadi
pada konstruksi keling akibat beban geser dapatdiklasifikasikan menjadi enam jenis
yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geserpada keling, (3) mode tarik pada
pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear httear-out pada pelat, dan (6)
tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan iniditunjukkan pada gambar
9.11. tp :// ru m ah -b el aj Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada
sambungan keling a r.oDalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat
yang paling sering terjadi.Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari
dengan memberikan jarak rgminimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung
pelat.1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka
persamaan berikut harus dipenuhi : PLg = < 0,6(S y ) j (9.10) 2Z m dengan Lg =
panjang grip, [m] Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m3] (Sy)j =
kekuatan yield komponen terlemah, [Pa]2. Mode geser pada paku keling : untuk
menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : 9-16
4P = < Ssy 0,4S y (9.11) d c 2 dengan dc = crest diameter, [m] Ssy = kekuatan
luluh geser bahan paku keling, [Pa]. Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah
diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling
adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan
paku keling.3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini,
Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka
dapatdigunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk
menentukankekuatan sambungan.Contoh Soal 3:Trotoar untuk pejalan kaki pada
jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan kelingseperti ditunjukkan pada
gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N padajarak 2 m dari
sambungan.Tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jikabahannya adalah
baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0. ht tp :// ru m ah Gambar
9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan -bSoal-soal :9.1 Batang baja horizontal
(tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas el pada penumpu
vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser aj pada sambungan las
20 kpsi a r.o rg9.2 Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu
vertikal dengan dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya
geser yang diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi 9-18
9.3 Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las
fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan soal
no.2 ht tp :// ru m ah -b9.4 Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik
yang dilas. Member el (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan
las fillet paralel 6mm. aj Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan
faktor desain 2.8, estimasi a besar F yang aman r.o rg9.5 Balok panjang (AISI 1010,
dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada tumpuan dengan 3 sambungan
las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolak- balik Fa = 2 kN. Estimasi faktor
keamanan 9-19
9.6 Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa.
Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut ht tp :// ru m ah -b el9.7
Torsi sebesar 20 (103) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah. aj Tentukan
tegangan geser maksimum pada sambungan las a r.o rg9.8 Tentukan beban statik F
yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010 pada gambar dibawah.
Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor keamanan 2 9-20
9.9 Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame
dengan elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika
faktor ht desain 2 tp :// ru m ah -b el aj9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan
dengan balok AISI 1015 dengan a sambungan las T-butt memakai elektroda E6010.
Tentukan beban bolak-balik yang r.o dapat diterima sambungan las jika faktor desain
nd = 2 rg 9-21