Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

ASAS BLACK

Oleh:
Tiara Nur Azmi Irawati
NIM A1C020043

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................
I. PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Tujuan.............................................................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
III. METODOLOGI.....................................................................................................
A. Alat dan Bahan................................................................................................
B. Prosedur Kerja.................................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................
A. Hasil................................................................................................................
B. Pembahasan.....................................................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B.Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
LAMPIRAN..................................................................................................................

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau


dinginnya suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi,
sedangkan es yang membeku dikatakan memiliki suhu yang rendah. Suhu dapat
mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat akan memuai ketika dipanaskan.
Sebatang besi akan lebih panjang ketika dipanaskan daripada dalam keadaan
dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut terhadap perubahan suhu.
Hambatan listrik dan materi zat juga berubah terhadap suhu. Demikian juga warna
yang dipancarkan benda, paling tidak pada suhu tinggi. Jika kita perhatikan,
elemen pemanas kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas, pada
suhu yang lebih tinggi, zat padat seperti besi bersinar jingga atau bahkan putih,
cahaya putih dari bola lampu pijar berasal dari kawat tungsten yang sangat panas.
Perpindahan panas yaitu perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Proses perpindahan energi tersebut
berawal dari sistem yang bersuhu lebih tinggi ke sistem yang bersuhu lebih
rendah. Energi yang pindah itu dinamakan kalor atau bahang atau panas (heat).
Dalam perpindahan panas, proses perpindahan energi tidak dapat diamati secara
langsung tetapi pengaruhnya dapat diamati secara langsung. Teori perpindahan
panas tidak hanya menjelaskan bagaimana energi panas tersebut berpindah dari
satu benda ke benda lain, tetapi juga dapat meramalkan laju perpindahan yang
terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Teknologi dan elektronika pada akhir-akhir ini berkembang pesat. Hampir
seluruh aspek kehidupan manusia sehari-hari telah tercakupi oleh peralatan-
peralatan dengan sistem teknologi dan elektronika baik yang menggunakan sistem
kontrol analog maupun digital misalnya dalam proses pengukuran. Pengukuran
yang terintegrasi termasuk salah satu dari perkembangan teknologi dan

1
elektronika saat ini. Pengukuran merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
ilmu pengetahuan khususnya di dalam ilmu teknik. Pengukuran dalam ilmu teknik
digunakan sebagai sistem proteksi atau sistem kendali suatu proses. Pengukuran
berperan penting dalam membantu pekerjaan manusia dan memberikan manfaat
kemudahan bagi para teknisi dalam menentukan nilai besaran suatu kuantitas atau
variabel. Setiap sistem teknologi pengukuran tentu membutuhkan perangkat atau
peralatan yang terdiri dari berbagai komponen elektronika seperti resistor dan
karakteristik tanah yang penting adalah suhu tanah dan kelembaban tanah, dari
latar belakang tersebut peneliti membuat rancang bangun alat ukur suhu tanah,
kelembaban tanah, dan resistansi guna untuk membantu masyarakat dalam
memudahkan pengukuran yang dimanfaatkan untuk bidang-bidang tertentu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer, suhu menunjukkan derajat
panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara miskrokopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu
benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam
bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Mekin tingginya
energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Suhu juga
disebut temperatur, satuan suhu adlah Kelvin (K). Skala-skala lain adalah Celcius,
Farenheit, dan Reamur.

B. Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis alat ukur suhu.


2. Mengetahui cara kerja jenis-jenis alat ukur suhu.
3. Mengetahui hasil pengukuran menggunakan alat ukur suhu.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran merupakan salah satu teknologi alat untuk mengetahui besaran salah
satu kuantitas atau variabel. Pengukuran yang terintegrasi termasuk salah satu dari
perkembangan teknologi dan eletronika saat ini. Setiap sistem teknologi pengukuran tentu
membutuhkan perangkat atau peralatan yang terdiri dari berbagai komponen. Suhu adalah
besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan
untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk
mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan
valid (Lutfiyana et al., 2017).
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau sistem.
Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda
atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal. Jika panas dialirkan pada suhu
benda, maka suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan
panas. Akan tetapi hubungan antara satuan panas dengan satuan suhu tidak merupakan
suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat penerimaan panas dalam
jumlah tertentu akan dipengaruhi oleh daya tamping panas (heat capacity) yang dimiliki
oleh benda penerima tersebut. Suatu benda yang dalam keadaan panas dikatakan
memiliki suhu yang tinggi, dan sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin
dikatakan memiliki suhu yang rendah. Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas
atau menjadi lebih dingin biasanya diikuti dengan perubahan bentuk atau wujudnya.
Misalnya, perubahan wujud air menjadi es batu atau uap air karena pengaruh panas atau
dingin (Ardiyanto et al., 2021).
Suhu memperlihatkan suatu derajat panas pada benda. Atau mudahnya, semakin
tinggi suhu benda, maka semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu
menunjukan energi yang dipunya oleh suatu benda. Pada setiap atom dalam benda
masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan ataupun gerak di lokasi
getaran. Makin tinggi energi atom-atom penyusun benda, maka semakin tinggi suhu
benda tersebut. Suhu juga dapat disebut sebagai temperatur yang diukur dengan alat
bernama termometer (Ardiyanto et al., 2021).

3
Sejumlah es batu yang dipanaskan akan berubah wujud menjadi air. Bila terus-
menerus dipanaskan, maka pada suatu ketika (ketika telah mencapai titik didih) air akan
mendidih dan berubah wujud menjadi uap air atau gas. Proses sebaliknya terjadi mana
kala air yang berada dalam bentuk gas atau uap air didinginkan, maka akan kembali
kebentuk cair, dan ketika terus didinginkan, maka pada saat tertentu (ketika telah
mencapai titik beku) air akan membeku dan kembali berwujud padat yaitu es batu.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu sebuah benda.
Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat termometrik suatu benda
ketika benda tersebut mengalami perubahan suhu. Perubahan sifat termometrik suatu
benda menunjukkan adanya perubahan suhu benda, dan dengan melakukan kalibrasi atau
peneraan tertentu terhadap sifat termometrik yang teramati dan terukur, maka nilai suhu
benda dapat dinyatakan secara kuantitatif. Tidak semua sifat termometrik benda yang
dapat dimanfaatkan dalam pembuatan termometer (Putra, 2018).
Sifat termometrik yang dapat digunakan dalam pembuatan termometer harus
merupakan sifat termometrik yang teratur. Artinya, perubahan sifat termometrik terhadap
perubahan suhu harus bersifat tetap atau linier, sehingga peneraan skala termometer dapat
dibuat lebih mudah dan termometer tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengukur
suhu secara teliti. Berdasarkan sifat termometrik yang dimiliki suatu benda, jenis-jenis
termometer diantaranya termometer zat cair, termometer gas, termometer hambatan,
termokopel, pirometer, termometer bimetal, dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan hasil
tampilannya, termometer dibagi menjadi termometer analog dan termometer digital
(Setiawan et al., 2017).
Konduksi termal adalah pertukaran mikroskopis langsung dari energi kinetik
partikel melalui batas antara dua sistem. Ketika suatu objek memiliki temperatur yang
berbeda dari benda atau lingkungan di sekitarnya, panas mengalir sehingga keduanya
memiliki temperatur yang sama pada suatu titik kesetimbangan termal. Perpindahan
panas secara spontan terjadi dari tempat bertemperatur rendah seperti yang dijelaskan
oleh hukum kedua termodinamika. Konduktivitas atau kehantaran termal adalah suatu
besaran intensif bahan yang menujukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas.
Konduksi termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur
menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama
pada temperatur yang lebih rendah (Putra, 2018).
Konveksi terjadi ketika aliran bahan curah atau fluida (gas atau cairan) membawa
panas bersama dengan aliran materi. Aliran fluida dapat terjadi karena proses eksternal,

4
seperti gravitasi atau gaya apung akibat energi panas mengembangkan volume fluida.
Konveksi paksa terjadi ketika fluida dipaksa mengalir menggunakan pompa, kipas, atau
cara mekanis lainnya (Putra, 2018).
Berbeda dengan perpindahan kalor konduksi dan konveksi dimana perpindahan
energi terjadi melalui media, maka kalor juga bisa dipindahkan melalui ruang vakum.
Mekanisme ini disebut radiasi eletromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dihasilkan
oleh perbedaan temperatur disebut radiasi termal (Putra, 2018).

5
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Termometer alkohol
2. Termometer raksa
3. Termokopel
4. Hybrid recorder
5. Piranometer
6. Air
7. Kompor
8. Panci
9. Stopwatch

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Cara kerja termometer, piranometer, termokopel, dan hybrid recorder
dipelajari.
3. Suhu air dan suhu lingkungan diukur dengan termometer tiap 3 menit sekali
selama 15 menit.
4. Hasil pengukuran suhu dicatat.
5. Tabel dan hasil pengukuran suhu air dan suhu lingkungan dibuat.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat Ukur Termal dan Fungsinya.

a. Termometer

Gambar 1. Termometer.

Termometer berfungsi sebagai pengukur suhu ruangan serta suhu


badan.
b. Termokopel

Gambar 3. Termokopel.

Termokopel berfungsi sebagai sensor suhu yang banyak digunakan


untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan
tegangan listrik (voltase).
c. Hybrid Recorder

7
Gambar 4. Hybrid recorder.

Hybrid recorder berfungsi untuk mengkonversi pembacaan suhu


dari sensor termokopel.
d. Piranometer

Gambar 5. Piranometer.

Piranometer berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk


mengukur radiasi matahari yang jatuh pada permukaan horisontal dalam
watt per meter persegi.
2. Tabel Data Hasil Pengamatan Suhu.

Tabel 1. Tabel data hasil pengukuran suhu.


No Waktu Suhu (℃)
(menit) Termometer A (Air) Termometer B (Lingkungan)
1 0 27 26,9
2 3 39 27
3 6 48 27

8
4 9 56 27
5 12 63 27
6 15 68 27

3. Grafik Hubungan antara Hasil Pengukuran Suhu Air dan Suhu Lingkungan.

Hubungan antara Hasil Pengukuran Suhu Air dan Lingkungan


80

70

60

50
Suhu (oC)

40 Termometer A
Termometer B
30

20

10

0
0 3 6 9 12 15
Waktu (Menit)

Gambar 5. Hubungan antara Hasil Pengukuran Air dan Suhu Lingkungan.).

9
B. Pembahasan

Kalor didefinisikan sebagai perpindahan energi yang melintasi batas sistem


berdasarkan perubahan suhu antara sistem dan lingkungannya. Pengertian kalor
berbeda dengan suhu, jika suhu adalah ukuran derajat panas atau dinginnya suatu
benda, sedangkan kalor adalah ukuran banyaknya panas. Kalor merupakan materi
fisika yang telah banyak diteliti, dimana dari hasil penelitian, menyimpulkan bahwa
pengunaan media dengan materi kalor memperoleh hasil yang baik (Suryani et al.,
2018).
Perpindahan panas yaitu perpindahan energi yang terjadi karena adanya
perbedaan suhu di antara benda atau material. Proses perpindahan energi tersebut
berawal dari sistem yang bersuhu lebih tinggi ke sistem yang bersuhu lebih rendah.
Energi yang pindah itu dinamakan kalor atau panas (heat). Dalam perpindahan panas,
proses perpindahan energi tidak dapat diamati secara langsung tetapi pengaruhnya
dapat diamati secara langsung. Teori perpindahan panas tidak hanya menjelaskan
bagaimana energi panas tersebut berpindah dari satu benda ke benda lain, tetapi juga
dapat meramalkan laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu (Heri
et al., 2014).
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu
daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut
dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur lebih
rendah. Perpindahan panas pada ummnya dibedakan menjadi tiga cara perpindahan
panaas yang berbeda yaitu konduksi (condunction; juga dikenal dengan istilah
hantaran), radiasi (radiation; juga dikenal dengan istilah pancaran), dan konveksi
(convection; juga dikenal; dengan istilah aliran) (Supu et al., 2017).
Menurut Muhsin (2019), kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki
oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu

12
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor
yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu
sebagai berikut:
1. Massa zat.
2. Jenis zat (kalor jenis).
3. Perubahan suhu.
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:
Q = m × c × (t2 – t1)
Dimana:
Q = kalor yang dibutuhkan (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kg℃)
(t2 - t1) = perubahan suhu (℃)
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu.
2. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten). Persamaan yang
digunakan dalam kalor laten ada dua macam yaitu:
Q = m × U dan Q = m × L
Dengan:
U = kalor uap (J/kg)
L = kalor lebur (J/kg)
Menurut Muhsin (2019), dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir
sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c). Kapasitas kalor
adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1
derajat celcius. Sedangkan, kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk
menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.

13
Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi
ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat, cair atau gas) atau
antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Dalam
aliran panas konduksi, perpindahan energi terjadi karena hubungan molekul secara
langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar. Konduksi adalah
satu-satunya mekanisme dimana panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak
tembus cahaya. Konduksi penting pula dalam fluida, tetapi di dalam medium yang
bukan padat biasanya tergabung dengan konveksi, dan dalam beberapa hal juga
dengan radiasi (Supu et al., 2017).
Menurut Supu et al. (2017) persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi
dalam keadaan studi dapat ditulis:
∆T
qk = -kA
x
Keterangan:
qk = laju perpindahan panas dengan cara komduksi (watt)
A = luas perpindahan panas (m2)
ΔT = gradien suhu pada penampang (K)
x = jarak dalam arah aliran panas (m)
k = konduktivitas termal bahan
Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke
benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila
terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Semua benda memancarkan
panas radiasi secara terus-menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan
sifat permukaan. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya (3 x 108m/s) dan
gejala-gejalanya menyerupai radiasi cahaya. Menurut teori elektromagnetik, radiasi
cahaya dan radiasi termal hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-masing
(Supu et al., 2017).
Menurut Supu et al. (2017) untuk menghitung besarnya panas yang dipancarkan
dapat digunakan rumus sebagai berikut:

14
qr = σeA (T14 – T24)
Keterangan:
qr = laju perpindahan panas dengan cara radiasi (Watt)
e = emitansi permukaan kelabu
A = luas permukaan (m2)
σ = konstanta dimensional (0,174.10-8BTU/h ft2 ºC)
T1 = Temperatur Benda kelabu (K)
T2 = Temperatur Benda hitam yang mengelilinginya (K)
Konveksi adalah proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting sebagai
mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan atau gas.
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di atas
suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan
mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-partikel fluida yang
berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan
energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian partikel-partikel fluida tersebut
akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah didalam fluida di mana mereka akan
bercampur dengan, dan memindahkan sebagian energinya pada partikel-partikel
fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi (Supu et
al., 2017).
Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut
sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut. Mekanisme ini untuk
operasinya tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara
tepat memenuhi definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan
energi, dan karena terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam
suatu cara perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara
konveksi (Supu et al., 2017).
Perpindahan panas secara konveksi antara batas benda padat dan fluida terjadi
dengan adanya suatu gabungan dari konduksi dan angkutan (transport) massa. Jika

15
batas tersebut bertemperatur lebih tinggi dari fluida, maka panas terlebih dahulu
mengalir secara konduksi dari benda padat ke partikel-partikel fluida di dekat
dinding. Energi yang dipindahkan secara konduksi ini meningkatkan energi di dalam
fluida dan terangkut oleh gerakan fluida. Bila partikel-partikel fluida yang
terpanaskan itu mencapai daerah yang temperaturnya lebih rendah, maka panas
berpindah lagi secara konduksi dari fluida yang lebih panas ke fluida yang lebih
dingin (Supu et al., 2017).
Konveksi bebas adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu dan
beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Konveksi bebas
dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya
apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa dipengaruhi gaya dari luar
sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Contoh konveksi alamiah antara lain aliran fluida yang melintasi radiator panas
(Holman, 2002 dalam Supu et al., 2017).
Performansi sebuah alat ukur ditentukan dengan karakteristiknya. Karakteristik
alat ukur yang dianggap penting dalam tugas akhir ini adalah akurasi, presisi,
kesalahan, sensitivitas, resolusi, dan offset. Akurasi adalah derajat kedekatan nilai
yang ditunjukkan alat ukur terhadap nilai yang ditunjukkan alat standar (nilai benar).
Presisi adalah derajat kedekatan data dalam suatu kelompok data pengukuran untuk
masukan yang sama. Kesalahan adalah selisih nilai pengukuran alat ukur dengan nilai
benar. Sensitivitas adalah perbandingan keluaran terhadap masukan alat ukur.
Resolusi adalah perubahan masukan terkecil yang dapat dideteksi alat ukur.
Sedangkan offset adalah rentang harga output yang kemungkinan berasal dari
masukan yang sama (Faisal et al., 2021).
Alat ukur termal merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panas suatu
objek. Alat ukur termal sendiri memiliki bermacam-macam jenis. Berikut merupakan
penjelasan mengenai beberapa jenis alat ukur termal yang sering digunakan:
1. Termometer

16
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu sebuah
benda (Lakitan, 2002 dalam Supu et al., 2017). Termometer bekerja dengan
memanfaatkan perubahan sifat termometrik suatu benda ketika benda tersebut
mengalami perubahan suhu. Perubahan sifat termometrik suatu benda
menunjukkan adanya perubahan suhu benda, dan dengan melakukan kalibrasi
atau peneraan tertentu terhadap sifat termometrik yang teramati dan terukur,
maka nilai suhu benda dapat dinyatakan secara kuantitatif. Tidak semua sifat
termometrik benda yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan termometer
(Kreith, 1991 dalam Supu et al., 2017).
Berdasarkan sifat termometrik yang dimiliki suatu benda, jenis-jenis
termometer diantaranya termometer zat cair, termometer gas, termometer
hambatan, termokopel, pirometer, termometer bimetal, dan sebagainya.
Sedangkan berdasarkan hasil tampilan pengukurannya, termometer dibagi
menjadi termometer analog dan termometer digital (Kreith, 1991 dalam Supu et
al., 2017).
2. Piranometer
Piranometer merupakan sebuah alat untuk mengukur radiasi matahari.
Energi matahari sendiri menjadi salah satu sumber daya energi selain air, uap,
angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Piranometer adalah inovasi dalam
industri test and measurement sebagai alat ukur untuk tenaga matahari atau
perangkat solar cell yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh radiasi
cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m². Dalam Piranometer
terdapat sebuah sensor, yaitu sensor yang berfungsi untuk membaca nilai dari
radiasi matahari yang terpanacar ke bumi realtime pada saat diterima. Untuk
mendapatkan nilai radiasi yang realtime sesuai dengan kualitas data yang
diinginkan, maka piranometer harus dikembangkan agar dapat menampilkan data
hasil dari pengukuran.
Pada kondisi saat ini pengukuran Piranometer masih dilakukan secara
manual, dimana untuk melihat hasil pembacaan pada sensor piranometer harus

17
selalu terpaku pada monitor tampilan alat piranometer selama proses pengukuran
berlangsung dan menulis dari hasil data pengukuran tersebut secara manual dan
tidak secara realtime. Hal ini tentu sangat terfokus pada pembacaan dan
penulisan data hasil. Pengukuran radiasi matahari dari piranometer secara manual
menyebabkan kinerja tidak optimal dan efektif (Budiyanto et al., 2017).
Piranometer digunakan untuk mengukur irradiasi difus atau irradiasi
global yang jatuh di permukaan horisontal dengan bidang pandang setengah bola.
Sedangkan pyrheliometer digunakan untuk mengukur irradiasi langsung (Faisal
et al., 2021).
3. Termokopel
Termokopel adalah sebuah sensor suhu yang terdiri dari sepasang kawat
logam berbeda dihubungkan bersama-sama pada satu ujung (ujung pengindera
atau ujung panas) dan berakhir pada ujung lain (titik referensi atau ujung dingin)
yang dipertahankan pada suatu temperatur konstan (temperatur referensi). Bila
antara ujung pengindera dan titik referensi terdapat perbedaan temperatur, akan
menghasilkan tegangan yang sangat kecil yang disebut electromotive force (emf).
Termokopel berfungsi sebagai sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik
(voltase).
4. Hybrid Recorder
Hybrid recorder berfungsi untuk mengkonversi pembacaan suhu dari
sensor termokopel. Sensor ini diletakkan pada bagian yang diukur suhunya, yaitu
lantai rumah tanaman dan langsung dihubungkan dengan hybrid recorder. Data
suhu akan tersimpan secara otomatis didalam hybrid recorder dan dapat diatur
pembacaan suhunya sesuai pengulangan waktu yang dibutuhkan. Fungsinya
untuk merekam data dari termokopel dari 12 soket, merekam tren analog di atas
lebar penatatan efektif dari 250 mm, nilai ukur digital, pesan berbagai rekaman
zona dan sebagian dikompresi dan diperluas.

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis alat ukur suhu.
Jenis-jenis alat ukur termal diantaranya yaitu termometer yang dibagi menjadi
beberapa jenis sesuai dengan cara kerja diantaranya ada termometer raksa,
termometer alkohol, termokopel, termometer inframerah, termometer galileo,
termistor, dan termometer bimetal mekanik. Selain itu jenis alat ukur termal juga ada
piranometer dan hybrid recorder.
Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja jenis-jenis alat ukur suhu. Prinsip kerja
alat ukur termometer yaitu menggunakan sifat pemuaian zat cair, yaitu bertambahnya
volume suatu zat akibat bertambahnya suhu zat. Mahasiswa dapat mengetahui hasil
pengukuran menggunakan alat ukur suhu. Pengukuran suhu air yang dipanaskan
menggunakan alat ukur termometer alkohol sedangkan pengukuran suhu lingkungan
menggunakan alat hygrometer. Hasil pengukuran pada air yang dipanaskan
berbanding lurus dengan lamanya waktu yang digunakan, sedangkan pada suhu
lingkungan, kenaikan suhu dapat dikatakan optimal karena dipengaruhi oleh adanya
objek disekitar alat.
B. Saran

Praktikum acara 1 sudah berjalan dengan baik dan keseluruhan materi dapat
dimengerti.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, A., Ariman, A., & Supriyadi, E. (2021). Alat Pengukur Suhu Berbasis
Arduino Menggunakan Sensor Inframerah Dan Alarm Pendeteksi Suhu Tubuh
Diatas Normal. SINUSOIDA, 23(1), 11-21.

Budiyanto., Novriansyah. & Chamdareno, P. G. 2017. Aplikasi Pyranometer Digital


Berbasis Node Webkit dengan Sistem Penampilan Data Secara Realtime.
Jurnal Elektrum, 14(1): 9-15.

Faisal. & Yusnandar. 2021. Analisis Sinyal Pyranometer Terhadap Konversi Data
Dari Analog Ke Digital Pada Potensi Pembangkit Listrik Energi Surya. Skripsi.
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar, Makassar.

Heri, C. P., Zayadi, A., Basori. & Asmawi. 2014. Studi Perbandingan Alat Penukar
Kalor Tipe Shell and Tube Tembaga-Aluminium Untuk Pitch Segiempat.
Jurnal Ilmiah GIGA, 17(2): 79-93.

Lutfiyana, L., Hudallah, N., & Suryanto, A. (2017). Rancang bangun alat ukur suhu
tanah, kelembaban tanah, dan resistansi. Jurnal Teknik Elektro, 9(2), 80-86.

Muhsin. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan


Sikap Positif dan Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Kalor pada Siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika, 7(1): 32-48.

Putra, R. C. (2018). Analisa Temperatur yang Timbul pada Sproket dan Rantai
Sepeda Motor Saat Sedang dijalankan yang Berpengaruh Terhadap Kemuluran
Rantai dengan Menggunakan Program Nisa Heat. Motor Bakar: Jurnal Teknik
Mesin, 2(1).

Setiawan, A., Faisal. & Sulaiman, A. 2017. Kaji Eksperimental Pengaruh Lapisan
Dinding dengan Material Es dan Garam Pada Dinding Cold Box Terhadap Laju
Perpindahan Panas. Jurnal Polimesin, 15(1): 9-21.

20
Supu, I., Usman, B., Basri, S., & Sunarmi, S. (2017). Pengaruh suhu terhadap
perpindahan panas pada material yang berbeda. Dinamika, 7(1), 62-73.

Suryani, E. E. & Ishafit. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Think-Pair-Share


(TPS) Berbantuan Aplikasi APP Invertor Pada Materi Kalor SMA Kelas X
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Seminar Nasional Quantum, Yogyakarta.

21
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC Acara 1 Pengenalan Alat Ukur Termal.

22

Anda mungkin juga menyukai