Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

PERPINDAHAN KALOR SECARA KONDUKSI

Oleh:
Devan Theodore V.P
A1C021090

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Tujuan ........................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................3
III. METODOLOGI ................................................................................................5
A. Alat dan Bahan ...........................................................................................5
B. Prosedur Kerja ...........................................................................................5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................6
A. Hasil ...........................................................................................................6
B. Pembahasan..............................................................................................11
V. PENUTUP ......................................................................................................18
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19
LAMPIRAN ...........................................................................................................21

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpindahan panas adalah proses transfer energi dari suatu benda atau sistem
ke benda atau sistem lain yang memiliki perbedaan suhu. Energi panas akan
mengalir dari objek atau sistem dengan suhu lebih tinggi ke objek atau sistem
dengan suhu lebih rendah sampai tercapai kesetimbangan termal, di mana suhu
kedua objek sama. Perpindahan panas dapat terjadi melalui tiga mekanisme utama.
Penggunaan energi dalam bentuk kalor sangat banyak ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari seperti memasak makanan, ruang pemanas atau pendingin
dan lain-lain. Temperatur merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya benda.
Temperatur merupakan sifat sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam
keadaan kesetimbangan dengan sistem lain. Jika dua sistem dengan temperatur
yang berbeda diletakkan dalam kotak termal, maka kedua sistem tersebut pada
akhirnya akan mencapai temperatur yang sama. Jika dua sistem dalam
kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam
kesetimbangan termal satu sama lain. Istilah lain yang sering didengar dalam proses
perpindahan panas ialah kalor.
Konduksi panas atau konduksi termal merupakan perambatan panas pada
suatu zat yang tidak disertai perpindahan bagian-bagian zat perantaranya.
Perambatan ini biasanya terjadi pada benda padat. Kalor mengalir pada benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Pada bahan konduktor, suhu akan
terdistribusi sepanjang permukaan konduktor sehingga membuat lintasan untuk
mengalirkan panas dari tempat dengan jumlah panas lebih banyak (suhu tinggi) ke
tempat dengan jumlah panas lebih sedikit (suhu rendah). Contohnya adalah saat
tangan menyentuh gagang panci yang panas, panas dari panci tersebut akan
berpindah ke tangan melalui konduksi.

1
B. Tujuan

1. Mengetahui koefisien pindah panas konduksi dari berbagai bahan yang


berbeda.
2. Membandingkan laju pindah panas konduksi dari berbagai bahan yang
berbeda.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kalor merupakan bentuk energi yang dapat berpindah dari satu sistem ke
sistem lainnya akibat perbedaan suhu. Perpindahan kalor adalah disiplin ilmu yang
mempelajari transfer energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu antara
sistem fisik atau material. Ilmu perpindahan kalor memiliki hubungan erat dengan
hukum termodinamika, namun perbedaannya terletak pada masalah laju
perpindahan. Termodinamika membahas sistem dalam keadaan keseimbangan
yang memperkirakan energi yang dibutuhkan untuk mengubah sistem dari satu
keadaan keseimbangan ke keseimbangan lainnya, namun kecepatan perpindahan
kalor tidak dapat diketahui dengan pasti. Hal ini disebabkan oleh perpindahan kalor
yang terjadi dalam keadaan yang tidak seimbang (Damarjati, 2019)
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda atau
sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki bersama
antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal (Supu et al.,
2016). Jika panas dialirkan ke suatu benda pada suhu tertentu, maka suhu benda
tersebut akan menurun ketika kehilangan panas. Suhu merupakan ukuran yang
membatasi sejauh mana sesuatu berada dalam keadaan dingin atau panas.
Umumnya, suhu merupakan ukuran yang mengindikasikan tingkat kehangatan atau
kekeruhan suatu benda (padat, cair, atau gas) dan dinyatakan dalam satuan derajat.
Nilai derajat akan semakin tinggi jika benda tersebut memiliki panas yang tinggi,
dan sebaliknya, nilai derajat akan semakin rendah jika benda tersebut memiliki suhu
yang lebih rendah (Hakiki, 2018).
Perpindahan panas adalah bidang pengetahuan yang mempelajari cara panas
berpindah dari satu objek ke objek lain melalui berbagai medium penghantar.
Perbedaan suhu antara tempat-tempat dapat menyebabkan terjadinya perpindahan
panas (Burhani et al., 2014). Perpindahan panas, juga dikenal sebagai perpindahan
energi termal, adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari prediksi perpindahan
energi yang terjadi akibat perbedaan suhu antara benda atau material. Dalam
termodinamika, energi yang terpindahkan ini disebut kalor (heat). Ilmu 4

3
perpindahan panas tidak hanya berusaha menjelaskan bagaimana energi kalor
berpindah dari satu benda ke benda lainnya, tetapi juga mampu memprediksi laju
perpindahan dalam kondisi tertentu. Fokus analisis dalam ilmu perpindahan panas
adalah pada masalah laju perpindahan, yang membedakan ilmu ini dari ilmu
termodinamika. Perpindahan panas umumnya dapat dibedakan menjadi tiga metode
yang berbeda: konduksi (hantaran), radiasi (pancaran), dan konveksi (aliran)
(Hakiki, 2018).
Konduksi merupakan proses di mana panas mengalir dari daerah yang
memiliki suhu tinggi ke daerah yang memiliki suhu lebih rendah di dalam medium
yang sama, baik itu padat, cair, atau gas, atau antara medium yang berbeda yang
bersentuhan secara langsung. Radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari
benda yang memiliki suhu tinggi ke benda yang memiliki suhu rendah, bahkan jika
benda-benda tersebut terpisah oleh ruang hampa. Konveksi adalah proses
transportasi energi yang melibatkan kombinasi konduksi panas, penyimpanan
energi, dan pergerakan campuran (Supu et al., 2016).

4
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Silinder besi
2. Plat besi
3. Batangan stainless
4. Lampu Bunsen
5. plastisin
6. Stopwatch
7. Jangka sorong
8. Penggaris
9. Termometer inframerah
B. Prosedur Kerja

1. Alat konduksi yang terdiri dari tiga buah batang masing-masing: silinder besi,
plat besi, batangan stainless diletakkan di atas tripod (kaki tiga).
2. Bulatan plastisin dibuat dan diletakkan pada ujung bawah batang logam.
3. Jarak plastisin dibuat terhadap titik pembakaran.
4. Alat konduksi bahan tersebut dipanaskan dalam pemanas spiritus.
5. Bulatan plastisin diamati mana yang cepat jatuh dari ketiga bahan tersebut.
6. Hasil pengamatan dicatat dan ambil data dari kelompok lain.
7. Disajikan dalam tabel.

5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat dan Bahan

a. Alat
1) Batangan stainless steel

Gambar 1. Batangan stainless steel.

2) Bunsen

Gambar 2. Bunsen.

3) Jangka sorong

Gambar 3. Jangka sorong.

4) Kaki tiga

6
Gambar 4. Kaki tiga.

5) Penggaris

Gambar 5. Penggaris.

6) Plat besi

Gambar 6. Plat besi.

7) Silinder besi

Gambar 7. Plat besi.

8) Thermometer inframerah

Gambar 8. Thermometer inframerah.

7
b. Bahan
1) Plastisin

Gambar 9. Plastisin.

2. Rumus dan Keterangan


ΔT
Q = −k. A.
Δx
Keterangan:
k = Konduktivitas termal (W/moC)
A = Luas penampang (m2)
ΔT = Selisih suhu (°C)
Δx = Jarak antara bahan dari kalor (m)
Tc = suhu campuran (°C)

3. Tabel Data Hasil Pengukuran Suhu

Tabel 1. Tabel data hasil pengukuran suhu


Waktu
Jarak
Nama plastisin ΔT
No palstisin A(m2) Q(Watt)
bahan meleleh (oC)
(cm)
(s)
2 48,93 4,5 8.10-5 -0,27
Batang
4 49,02 5,2 8.10-5 -0,156
1 Stainless
6 3595 22,8 8.10-5 -0,456
Steel
8 4800 16,1 8.10-5 -0,2415
2 225 25,9 0,0066 -623,93
Silinder 4 349 57,9 0,0066 -697,41
2
Besi 6 1005 64,6 0,0066 -518,74
8 1120 80,9 0,0066 -487,22
2 250 38,3 0,0013 -181,734
4 2220 99,1 0,0013 -235,114
3 Plat Besi
6 2220 99,1 0,0013 -156,743
8 2850 113,4 0,0013 -134,52

4. Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus

8
Nilai K menggunakan (batang stainless : 15 W/moC, dan besi : 73 W/moC)
a. Batang stainless steel
1) Jarak 2 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
4,5
Q = −15 x 0,00008 x
0,02
Q = −0,27 (sifatnya melepas kalor)
Q = −0,27 Watt
2) Jarak 4 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
5,2
Q = −15 x 0,00008 x
0,04
Q = −0,156 (sifatnya melepas kalor)
Q = 0,156 Watt
3) Jarak 6 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
22,8
Q = −15 x 0,00008 x
0,06
Q = −0,456 (sifatnya melepas kalor)
Q = 0,456 Watt
4) Jarak 8 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
16,1
Q = −15 x 0,00008 x
0,08
Q = −0,2415 (sifatnya melepas kalor)
Q = 0,2415 Watt
b. Silinder besi
1) Jarak 2 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx

9
25,9
Q = −73 x 0,066 x
0,02
Q = −623,93 (sifatnya melepas kalor)
Q = 623,93 Watt
2) Jarak 4 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
57,9
Q = −73 x 0,066 x
0,04
Q = −697,41 (sifatnya melepas kalor)
Q = 697,41 Watt
3) Jarak 6 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
64,6
Q = −73 x 0,066 x
0,06
Q = −518,74 (sifatnya melepas kalor)
Q = 518,74 Watt
4) Jarak 8 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
80,9
Q = −73 x 0,066 x
0,08
Q = −487,22 (sifatnya melepas kalor)
Q = 487,22 Watt
c. Plat besi
1) Jarak 2 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
38,3
Q = −73 x 0,013 x
0,02
Q = −181,734 (sifatnya melepas kalor)
Q = 181,734 Watt
2) Jarak 4 cm

10
ΔT
Q = −k. A.
Δx
99,1
Q = −73 x 0,013 x
0,04
Q = −235,114 (sifatnya melepas kalor)
Q = 235,114 Watt
3) Jarak 6 cm
ΔT
Q = −k. A.
Δx
99,1
Q = −73 x 0,013 x
0,06
Q = −156,743 (sifatnya melepas kalor)
Q = 156,743 Watt
4) Jarak 8 cm
ΔT
Q = −K. A.
Δx
113,4
Q = −73 x 0,013 x
0,08
Q = −134,52(sifatnya melepas kalor)
Q = 134,52 Watt

B. Pembahasan

Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain dapat terjadi dalam kehidupan
sehari-hari baik penyerapan atau pelepasan kalor untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan dalam proses berlangsung
(Mahmuddin, 2016). Perpindahan panas dapat di definisikan sebagai berpindahnya
energi dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara
daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke fluida lain yang
memiliki temperatur lebih rendah (Supu et al., 2016).
Menurut Burhani et al. (2014), Perpindahan panas (heat transfer) merupakan
disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana panas dapat berpindah dari suatu benda
ke benda lainnya melalui berbagai macam medium perambatan. Panas dapat

11
berpindah dari suatu tempat ke tempat lain akibat adanya perbedaan suhu. Dalam
ilmu perpindahan panas, dikenal 3 (tiga) proses perpindahan panas dilihat dari
medium perambatannya, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Sedangkan menurut
(Rachman, 2018), Perpindahan panas (heat transfer) ialah ilmu tentang
perpindahan panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau
material. Ilmu perpindahan panas tidak hanya mencoba menjelaskan bagaimana
energi panas itu berpindah dari suatu benda ke benda lain, tetapi juga menjelaskan
laju perpindahan yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap
benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom
atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding lurus terhadap suhu
benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan
bertukar energi internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi
yang disalurkan adalah jumlah energi yang tertukar (Supu et al., 2016).
Suhu adalah ukuran yang menyatakan panas dinginnya sesuatu, bisa dalam
bentuk padat, cair dan gas. Biasanya dinyatakan dalam satuan derajat. Semakin
panas suatu benda maka nilai derajatnya akan semakin tinggi, sebaliknya semakin
dingin suatu benda maka nilai derajatnya juga semakin turun (Hakiki, 2018).
Sedangkan menurut Supu et al. (2016), suhu adalah ukuran derajat panas atau
dingin suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu
benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-
masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat
berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi
suhu benda tersebut. Suhu juga disebut temperatur, satuan suhu adalah Kelvin (K).
Skala-skala lain adalah Celcius, Fahrenheit, dan Reamur.
Dalam proses perpindahan kalor secara konduksi terdapat laju hantaran kalor.
Laju hantaran kalor menyatakan seberapa cepat kalor dihantarkan melalui medium
itu. Terdapat besaran-besaran yang mempengaruhi dalam laju hantaran kalor yaitu
luas permukaan benda, panjang atau tebal benda, perbedaan suhu antar ujung benda

12
dan juga dipengaruhi oleh suatu besaran k yang disebut konduktivitas termal. Laju
perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut ini yang
disebut dengan hukum Fourier dan merupakan persamaan dasar konduksi
(Rokhimi & Pujayanto, 2017).
Konduksi adalah proses perpindahan kalor dari suatu bagian benda padat atau
material ke bagian lainnya. Pada perpindahan kalor secara konduksi tidak ada
bahan dari logam yang berpindah. Yang terjadi adalah molekul-molekul logam
yang diletakkan di atas nyala api membentur molekul-molekul yang berada di
dekatnya dan memberikan sebagian panasnya. Molekul-molekul terdekat kembali
membentur molekul-molekul terdekat lainnya dan memberikan sebagian panasnya,
dan begitu seterusnya di sepanjang bahan sehingga suhu logam naik. Jika padatan
adalah logam, maka perpindahan energi kalor dibantu oleh elektron-elektron bebas,
yang bergerak diseluruh logam, sambil menerima dan memberi energi kalor ketika
bertumbukan dengan atom-atom logam. Dalam gas, kalor dikonduksikan oleh
tumbukan langsung molekul-molekul gas. Molekul di bagian yang lebih panas dari
gas mempunyai energi rata-rata yang lebih tinggi bertumbukan dengan molekul
berenergi rendah, maka sebagian energi molekul berenergi tinggi ditransfer ke
molekul berenergi rendah (Rokhimi & Pujayanto, 2017).
Menurut Supu et al., (2016) konduksi adalah proses dimana panas mengalir
dari daerah yang bersuhu tinggi kedaerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung. Dalam aliran panas konduksi, perpindahan energi
terjadi karena hubungan molekul secara langsung tanpa adanya perpindahan
molekul yang cukup besar. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana
panas dapat mengalir dalam zat padat yang tidak tembus cahaya. Konduksi penting
pula dalam fluida, tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung
dengan konveksi, dan dalam beberapa hal juga dengan radiasi. Persamaan dasar
untuk konduksi satu dimensi dalam keadaan studi dapat ditulis:
ΔT
Q = −k. A.
Δx

13
Keterangan:
k = Konduktivitas termal (W/moC)
A = Luas penampang (m2)
ΔT = Selisih suhu (°C)
Δx = Jarak antara bahan dari kalor (m)
Tc = suhu campuran (°C)
Perpindahan panas dapat terjadi dalam tiga cara, yaitu: konduksi, konveksi,
dan radiasi. Namun pada tulisan ini hanya membahas perpindahan secara konduksi.
Perpindahan panas atau disebut juga distribusi panas adalah proses berpindahnya
panas dari benda yang mempunyai suhu tinggi ke suhu lebih rendah. Salah satu
jenis perpindahan panas adalah konduksi yang merupakan suatu proses yang jika
dua benda suhunya disentuhkan dengan yang lainnya maka akan terjadilah
perpindahan panas. Perpindahan panas secara konduksi adalah ketika energi
berpindah karena adanya getaran molekul pada batuan. Perpindahan panas yang
terjadi di dalam bumi merupakan persoalan kompleks karena melibatkan banyak
parameter dan bersifat inhomogen dan anisotropi. Sehingga penyelesaian
persoalan perpindahan panas dalam bumi memerlukan asumsi asumsi untuk
menyederhanakan permasalahan (Ningsi, 2021).
Perpindahan panas konduksi adalah proses perpindahan panas terjadi jika
panas mengalir dari tempat temperaturnya tinggi ke tempat temperaturnya lebih 17
rendah, dengan media penghantar panas tetap (diam). Proses pre-heating ini
dilakukan dengan temperatur tertentu sesuai dengan ketebalan plat baja yang di las.
Oleh karena itu, dilakukan perhitungan terhadap waktu yang dibutuhkan untuk
memanaskan plat baja sehingga dicapai temperatur yang diinginkan pada proses
pre-heating. Perpindahan konduksi, ketika gradien temperatur ada dalam media
stasioner, berupa padatan atau fluida, konduksi merupakan istilah untuk merujuk
pada transfer panas yang terjadi di seluruh medium itu. Mekanisme fisik konduksi
melibatkan konsep-konsep aktivitas atom dan molekuler, yang menopang transfer
energi dari partikel-partikel yang lebih energik ke partikel yang kurang energik
karena interaksi antar partikel (Puspawan et al., 2020).

14
Konduktivitas termal adalah suatu fenomena transport dimana perbedaan
temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke
daerah yang lain dari benda yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Nilai
konduktivitas termal suatu material dapat ditentukan melalui pengukuran tak
langsung (Pratama et al., 2016). Menurut Pratama et al., (2016), Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal suatu material, yaitu sebagai
berikut:
1. Kandungan uap air
Konduktivitas termal air sebesar 25 kali konduktivitas udara tenang. Oleh
karena itu, apabila suatu benda berpori diisi air, maka akan berpengaruh
terhadap nilai konduktivitas termalnya. Konduktivitas termal yang rendah pada
bahan isolator adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut.
Kadar air merupakan banyaknya air di dalam papan partikel. Lama
pengeringan dan suhu kempa yang tinggi akan mempengaruhi kadar air karena
dapat membuat partikel-partikel penyusunya mengering dan pada saat air
dikeluarkan dari dinding-dinding sel, molekul-molekul berantai panjang
bergerak saling mendekat dan ikatan antar partikel menjadi kuat sehingga
poripori papan partikel menjadi lebih kecil.
2. Suhu
Pengaruh suhu berbanding lurus terhadap konduktivitas termal, secara
umum apabila suhu meningkat maka konduktivitas termalnya juga akan
meningkat.
3. Porositas dan kerapatan
Kerapatan merupakan ukuran kekompakan partikel dalam suatu bahan dan
merupakan sifat khas dari suatu bahan, kerapatan dipengaruhi oleh temperatur
dan tekanan. Dengan mengetahui kerapatan papan maka kita mengetahui
kekuatannya. Semakin rendah kerapatannya maka kekuatan papan pun akan
semakin rendah.
Nilai konduktivitas panas (k) adalah salah satu variabel di dalam persamaan
perpindahan panas konduksi. Konduktivitas panas tersebut nilainya antara satu
material dengan material lainnya berbeda-beda. Nilai konduktivitas panas terbesar

15
untuk logam adalah alumunium yakni 200 W/moC dan terkecil adalah nano partikel
10% vol CuNWs. Sedangkan untuk memperoleh laju perpindahan panas yang
makin besar diperlukan material dengan nilai konduktivitas lebih besar. Penerapan
perpindahan panas di indusri proses, banyak menggunakan HE, pipa-pipa distribusi
uap, furnace, tangki pemanas dan sebagainya, dimana semua peralatan tersebut
membutuhkan material yang berhubungan dengan konduktvitas panas. Oleh karena
itu diperlukan kemampuan dalam menguji nilai konduktivitas panas suatu material,
agar bisa memilih material yang paling tepat untuk diterapkan pada peralatan
tertentu. (Wuryanti & Iriani, 2018).
Ilmu perpindahan kalor tidak hanya menjelaskan bagaimana energi kalor itu
dipindahkan dari satu benda ke benda yang lain, tetapi juga dapat meramalkan laju
perpindahan kalor dan konduktivitas termal bahan. Suatu bahan yang mempunyai
konduktivitas panas yang rendah maka dapat dikatakan bahan tersebut merupakan
penghambat panas yang baik yang disebut dengan isolator, sedangkan bahan yang
mempunyai konduktivitas tinggi disebut konduktor karena dapat menghantarkan
panas dengan baik. Apabila di dalam suatu sistem terdapat perbedaan suhu, maka
akan terjadi perpindahan energi. Proses perpindahan energi itu disebut dengan
perpindahan panas. Perpindahan panas adalah ilmu yang menjelaskan perpindahan
energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. 19
Ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan antara panas dan bentuk-
bentuk energi disebut termodinamika (Astuti, 2015).
Menurut Mahmuddin (2016), perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain dapat
terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik penyerapan atau pelepasan kalor untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan dalam proses
berlangsung. Mekanisme perpindahan panas dapat terjadi dengan tiga cara yaitu :
1. Konduksi (conduction). Konduksi yaitu proses perpindahan panas mengalir
dari daerah bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur lebih rendah dalam
satu medium (padat, cair, gas). Dalam aliran panas konduksi, perpindahan
energi terjadi karena interaksi molekul secara langsung tanpa adanya
perpindahan molekul yang cukup besar.

16
2. Konveksi (convection). Perpindahan energi dari suatu permukaan yang
temperaturnya di atas temperatur sekitarnya dan angkutan energi, karena
terjadinya dalam arah gradien temperatur sebagai akibat gerakan massa
partikel-partikel zat yang mengalir.
3. Radiasi (radiation). Proses perpindahan panas mengalir dari benda yang
bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur lebih rendah bila benda tersebut
terpisah di dalam ruang. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan 3x108 m/s
dan gejala-gejalanya seperti menyerupai radiasi cahaya.
Menurut Samola (2022), kalor adalah suatu energi yang mudah diterima dan
mudah sekali dilepaskan sehingga dapat mengubah temperatur zat tersebut menjadi
naik atau turun. Kalor juga bisa berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui
medium atau perantara. Ternyata kalor adalah bentuk energi yang tidak dapat dilihat
ataupun terlihat. Dan ternyata Energi kalor juga dapat berubah menjadi bentuk
energi lain, seperti cahaya, gerak, listrik, kimia dan lain-lain. Kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu benda bergantung pada beberapa faktor berikut:
1. Massa Benda
Untuk jenis benda yang sama tetapi massanya berbeda kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. artinya, semakin
besar massa benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda tersebut.
2. Jenis Benda
Untuk jenis benda yang berbeda tetapi massanya sama, kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Benda tertentu
memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom atau molekul per gramnya juga
tertentu.
3. Kenaikan Suhu
Jumlah kalor yang diberikan besarnya sebanding dengan kenaikan (perubahan)
suhu benda. Artinya, makin banyak kalor yang diberikan kepada benda, semakin
besar pula kenaikan suhu benda tersebut.
Perpindahan kalor secara konduksi adalah salah satu mekanisme perpindahan
panas di antara benda-benda yang berada dalam kontak langsung satu sama lain.

17
Proses ini terjadi karena adanya transfer energi kinetik dari partikel-partikel yang
bergetar dalam benda padat ke partikel-partikel tetangganya. Dalam perpindahan
kalor secara konduksi, energi panas mengalir melalui suatu zat atau benda tanpa
adanya perpindahan massa secara makroskopis. Ini berarti benda yang menerima
energi panas akan meningkatkan energi kinetik partikel-partikelnya dan
meningkatkan suhu benda tersebut (Maghfiroh & Zaman, 2020).

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Koefisien perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan rumus


sebagai berikut:
ΔT
Q = −k. A.
Δx
Keterangan:
k = Konduktivitas termal (W/moC)
A = Luas penampang (m2)
ΔT = Selisih suhu (°C)
Δx = Jarak antara bahan dari kalor (m)
Tc = suhu campuran (°C)
Ketika membandingkan laju perpindahan panas konduksi antara bahan-
bahan yang berbeda, faktor utama yang perlu diperhatikan adalah koefisien
konduktivitas termal dari masing-masing bahan. Semakin tinggi koefisien
konduktivitas termal, semakin baik bahan tersebut dalam menghantarkan panas
melalui konduksi. Dari hasil praktikum, laju pindah panas konduksi berbeda
tergantung dari jenis bahannya. Urutan laju pindah panas yang dilihat dari bahan
pada saat praktukim dari yang tertinggi ke terendah yaitu plat besi, silinder besi dan
batang stainless.

18
B. Saran

Untuk pembawaan materi dan praktikum sudah bagus. Saran untuk


kedepannya mungkin untuk jadwal praktikum direnggangkan sedikit misal sekali
dalam seminggu. Kemudian untuk tenggat waktu pengumpulan laprak jangan
terlalu mepet, laprak satu dengan laprak acara berikutnya. Waktu saat praktikum
termasuk terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Afian, D. A. 2022. Pembuatan dan Uji Kualitas Bahan Bakar Alternatif Dari
Limbah Oli. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Ngawi.

Astuti, I. A. D. 2015. Penentuan konduktivitas termal logam tembaga, kuningan,


dan besi dengan metode gandengan. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan
Pendidikan Fisika. 6(1).

Burhani, K., Ramelan, & Naryanto, R. F. 2014. Pengembangan Media


Pembelajaran Perpindahan Panas Radiasi Dengan Variasi Beda Perlakuan
Permukaan Spesimen Uji. Journal of Mechanical Engineering Learning, 3(2),
86–93.

Damarjati, F. Y. 2019. Efisiensi dan Efektivitas Sirip Berbentuk Benda Putar


Dengan Jari-jari r = 0,5 2√ 7 dan Konduktivitas Termal k=k(T) Kasus 1
Dimensi Keadaan Tak Tunak. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Hakiki, F. 2018. Analisa Suhu Inert Gas System Terhadap Operasional Pada Saat
Bongkar Minyak Mentah di Kapal MT. Universitas Multimedia Nusantara.

Loesasi, A. R. 2013. Pengaruh Mekanisasi Pertanian Padi Terhadap Penyerapan


Tenaga Kerja di Desa Sukowiyono Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi. Swara
Bumi E-Jorunal Pendidikan Geografi FIS Unesa, 2(c), 268–275.

Maghfiroh, R., & Zaman, M. B. 2020. PROSES PENYEBARAN KONDUKSI


PANAS 1-DIMENSI PADA PIPA BESI. Transformasi : Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Matematika, 4(1), 251-258.

Mahmuddin, M. 2016. Karakteristik Perpindahan Panas Pada Pipa Penukar Kalor


Selongsong Aliran Searah Vertikal. Journal Of Chemical Process Engineering,
1(2), 30.

19
Mardwianta, B., Subarjo, A. H., & Cahyadi, R. D. 2022. Studi Ekperimental
Penambahan Reflektor Datar Pada Kompor Tenaga Surya Tipe Parabolic.
JURNAL SURYA ENERGY, 6(1), 31-40.

Ningsi, S. 2021. Metode Elemen Hingga Untuk Perpindahan Panas Konduksi


Steady State pada Domain 2D dengan Menggunakan Elemen Segitiga.
SAINTIFIK, 7(2), 146-156.

Novriansyah, N., Chamdareno, P. G., & Budiyanto, B. 2017. Aplikasi Pyranometer


Digital Berbasis Node Webkit Dengan Sistem Penampilan Data Secara
Realtime. Elektum, 14(1), 9.

Pratama, N., Djamas, D., & Darvina, Y. 2016. Pengaruh Variasi Ukuran Partikel
Terhadap Nilai Konduktivitas Termal Papan Partikel Tongkol Jagung. Pillar of
Physics, 7, 25–32

Puspawan, A., Pangestu, M,A., Suandi, A., & Sofwan, A. 2020. The Heat Transfer
Flow Analysis of Standard Plate Stell of JIS G3106 Grade SM20B on
Pre Heating Joint Web Plate I-Girder Process Case Study in PT. Bukaka
Teknik Utama, Bogor Regency, West Java Province. Rekayasa Mekanik, 4(1),
1-8.

Rachman, T. 2018. Unjuk Kerja Solarcooker Type Parabolic Dengan Diameter 100
cm Tinggi 50 cm. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951– 952.,
5(2), 10–27.

Rosman, N. A. 2018. Perancangan Termokopel Berbahan Besi (Fe) dan Tembaga


(Cu) Untuk Sensor Temperatur. Indonesian Journal of Fundamental Sciences,
4(2), 120.

Sumarkantini, S. 2018. Evaluasi Kalibrasi Tranduser Rtd Pt100 Dan Termokopel


Type K. EPIC : Journal of Electrical Power, Instrumentation and Control, 1(2),
1-9.

Supu, I., Usman, B., Basri, S., & Sunarmi. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap
Perpindahan Panas Pada Material Yang Berbeda. Jurnal Dinamika, 07, 62–
73. .

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai