PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Pengukuran Konduktifitas Isolator Panas
B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya panas yang diserap oleh penyekat / hambatan.
C. Latar Belakang
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan proses diperlukan pemasukan atau
pengeluaran ka1or untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai
keadaan yang dibutuhkan untuk pemrosesan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus
dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua
yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses,
terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Secara umum perpindahan panas merupakan berpindahnya energi
panas dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari perbedaan
suhu diantara kedua daerah tersebut. Secara umum ada tiga cara
perpindahan panas yang berbeda yaitu: konduksi, radiasi dan konveksi.
Jika kita berbicara secara tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat
digolongkan sebagai proses perpindahan panas, karena hanya kedua
mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedangkan konveksi tidak
secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk
perpindahannya bergantung pada transport massa mekanik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Defenisi Percobaan
Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energy panas.
Proses tersebut adalah perpindahan energy secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan energy secara konduksi dan konveksi terjadi pada material padat dan
cair. Sedangkan proses perpindahan energy panas secara radiasi terjadi pada ruang
hampa. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai ketiga perpindahan energy
Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah
panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin
pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang
harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada kondisi-
kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen
peralatan, seperti misalnya sudut-sudut turbin atau dinding ruang bakar,
tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan
membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator
dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari
konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan
merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap
cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat
dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa
yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.
Konduksi
Keterangan :
Konveksi
Radiasi
Dua jenis ikatan dapat terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan
kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan.
Klasifikasi
Bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas : kristalin dan amorf
(non kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun
jarak jauh, sedang dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya
ada, namun pada jarak jauh keteraturannya tidak ada. Beberapa keramik dapat
berada dalam kedua bentuk tersebut, misalnya SiO2. Jenis ikatan yang dominan
(ionik atau kovalen) dan struktur internal (kristalin atau amorf) mempengaruhi
sifat-sifat bahan keramik. Sifat termal penting bahan keramik adalah kapasitas
panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan
adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang
diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion
penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan.
Jadi getaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya
kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu
banyak pada kisi kristalnya.
C. SEMIKONDUKTOR
atau Ω-cm. Jadi, bahan semikonduktor mampu menghantarkan listrik lebih baik
daripada isolator, tapi lebih rendah dibandingkan konduktor.
Dilihat dari struktur atom, atom terdiri dari sejumlah elektron, proton, dan
neutron. Nukleus (inti-atom) mengandung proton ( bermuatan positif) dan neutron
( tidak bermuatan). Elektron (bermuatan negatif) beredar di sekeliling nukleus.
Setiap atom cenderung mempunyai jumlah elektron dan proton yang sama. Model
Bohr dari dua bahan semikonduktor yang paling umum, germanium (Ge) dan
silikon (Si).
A. Materi
Alat
Stopwatch
Seperangkat peralatan pengukur konduktifitas isolator panas
Bahan
Benzene
B. Metode
A. Data Pengamatan
PRE – SET MEASUREMENT
STV T V A T1 T2 T3 T4 T5
B. Pembahasan
Data ke 1, menit 8
1. Meghitung sumber panas
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
2. Menghitung perbedaan temperature
Untuk T= 8
∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=53,6oC –44,3oC
= 9,3oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 44,3oC –37,6oC
= 6,7oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 37,6oC –32,6oC
= 5,0oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 32,6oC – 30,7oC
= 1,9oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) . 9,3 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,01708 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 6,7 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,01520kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 5,0 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,01501kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 1,9 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,3250kkal/menit m oC
∅2 + ∅3 (44,3+37,6)𝑜 𝐶
∅23 = = = 40,95oC
2 2
∅3 + ∅4 (37,6+32,6)𝑜 𝐶
∅34 = = = 35,1oC
2 2
∅4 + ∅5 (32,6+30,7)𝑜 𝐶
∅45 = = = 31,65oC
2 2
Data ke 2, menit 16
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=76,3oC –61,9oC
= 14,4oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 61,9oC –50,1oC
= 11,8oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 50,1oC –39,8oC
= 10,3oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 39,8oC – 34,8oC
= 5oC
∅1 + ∅2 (76,3 +61,9)𝑜 𝐶
∅12 = = = 69,1oC
2 2
∅1 + ∅2 (61,9 +50,1)𝑜 𝐶
∅23 = = = 56,0oC
2 2
∅3 + ∅4 (50,1+39,8)𝑜 𝐶
∅34 = = = 44,95oC
2 2
∅4 + ∅5 (39,8+34,8)𝑜 𝐶
∅45 = = = 37,3oC
2 2
Data ke 3.menit 24
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) .18,2 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,008731kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 15,6 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,006528kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 15,2 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,004932 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 8,3𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,01622kkal/menit m oC
3 Menghitung temperatur rata-rata.
∅1 + ∅2 (97,6+79,4)𝑜 𝐶
∅12 = = = 88,5oC
2 2
∅2 + ∅3 (79,4+63,8)𝑜 𝐶
∅23 = = = 71,6oC
2 2
∅3 + ∅4 (63,8+48,6)𝑜 𝐶
∅34 = = = 56,2oC
2 2
∅4 + ∅5 (48,6+40,3)𝑜 𝐶
∅45 = = = 44,45oC
2 2
Data ke 4, menit 32
Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
2 Menghitung perbedaan temperature
∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=165,2oC –138,5oC
= 27,15oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 138,05oC –113,5oC
= 24,55oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 113,5oC –82,9oC
= 30,6oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 82,9oC –63oC
= 19,9oC
3. Menghitung Panas konduksi diperoleh antar jari – jari.
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) .27,15 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,005854 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 24,55 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,004148kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 30,6 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,002454kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 19,9 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,003103kkal/menit m oC
∅1 + ∅2 (165,2+138,05)𝑜 𝐶
∅12 = = = 151,625oC
2 2
∅2 + ∅3 (128,05+113,5)𝑜 𝐶
∅23 = = = 125,775oC
2 2
∅3 + ∅4 113,5+82,9)𝑜 𝐶
∅34 = = = 98,2oC
2 2
∅4 + ∅5 (82,9+63)𝑜 𝐶
∅45 = = = 72,95oC
2 2
Dari Grafik :
-0,0030= k1 . 75
0,0058 = k1 . 149
-
−0,0028 = k1 .(−74)
K1 = 0,00003243
,79 53,6 44,3 37,6 32,6 30 9,3 6,7 5,0 1,9 0,1708 0,015 0,015 0,325 48,9 40,95 35,1 31,6 0,000
,7 01 01 0 5 5 003,2
43
,79 76,3 61,9 50,1 39,8 34 14,4 11,8 10,3 5 0,0410 0,008 0,007 0,026 69,1 56,0 44,05 37,3
,8 3 63 203 92
,79 97,6 79,4 63,8 48,6 40 18,2 15,6 150 8,3 0,0087 0,006 0,004 0,001 88,6 71,6 56,2 44,4
,3 31 528 932 622 5
,79 165, 138, 113, 82,9 63 27,5 24,55 30,6 19,9 0,0058 0,004 0,002 0,003 151, 125,77 98,2 72,9
2 05 5 ,0 54 148 454 103 625 5 5
r1 = 13,6 mm r4 = 43,6 mm
l = 0,25 m
r2 = 23,6 mm r5 = 53,6 mm
r3 = 33,6 mm L=0,25M
3λ34
19
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
InstitutPertanian Bogor.
Jakarta.
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“Heat Exchanger”
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari dasar – dasar penukar panas
2. Untuk menghitung neraca panas dari penukar panas
3. Untuk menghitung koefisiennsi pemindahan panas keseluruhan dari penukar
panas
4. Untuk menghitung efisiensi penukar panas
5. Untuk mempelajari hubungan antara bilangan reynold dengan karakteristik
penukar panas
C. Latar belakang
Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger)
berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari
berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut. Pada
percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat penukar kalor pipa
ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa
yang berada di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan bagian dalam
dikenal sebagai pipa (tube).
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.
19
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati
dua bidangbatas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang
terbuat dari berbagaijenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari
dua pipa konsentris, yaitu:annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube
(pipa yang berada di dalam).
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger) berfungsi
mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas
pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari berbagai jenis logam sesuai
dengan penggunaan dari alat tersebut. Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan
unjuk kerja alat penukar kalor pipa ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari
dua pipa konsentris. Pipa yang berada di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan
bagian dalam dikenal sebagai pipa (tube).
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan
panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air
biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua
bidangbatas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari
berbagaijenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa
konsentris, yaitu:annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang berada di
dalam).
1. Pararel Flow
19
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua fluida
memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE.
Temperatur keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.
2. Counter Flow
Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk dari
arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif
dari paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel
flow, dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state
Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and shell heat
exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.
Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle sebagai tempat keluar
masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu finned tube (tube yang
mempunyai sirip (fin) pada bagian luar tube) dan bare tube (tube dengan permukaan yang
rata)
2. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube
bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet.
19
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tube side dengan
shell side.
3. Baffle
Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi yang
disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan panas
lebih sempurna. Jenis baffle yaitu battle melintang (segmental, dish and doughnut)
dan baffle memanjang.
4. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
lainnya tetap.
A. Berdasarkan Fungsinya
1. Heat exchanger
Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas dan
lainnya berbentuk cairan.
2. Condenser
Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair sebagian
atau seluruhnya dengan pemindahan panas.
3. Cooler – Chiller
Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap menjadicair.
Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor biasanya
19
dipasang pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa digunakan
ketika temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut ‘chiller’.
4. Reboiler
Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas yang
digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media pemanas
atau dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau fire tube
5. Heater – Superheater
Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik bahan
baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai pemanas.
Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.
B. Berdasarkan Konstruksinya
1. Tubular Exchanger
Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya
yangberdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di
dalam pipakecil sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian luarnya. Pada bagian
luar pipa kecil biasanya dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan permukaan perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini
dapat digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan fluida hasil proses yang
membutuhkan area perpindahan panas yang kecil (biasanya hanya mencapai 50 m.
Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan panas
dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipe Heat exchanger ini
juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini dapat dipasang
19
dengan berbagai macam fitting (ukuran). Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor
terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah
antara kedua fluida sehingga kedua
fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin)
mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi
mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian
mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal.
Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses
konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi
ke fluida yang bertemperatur rendah.
o Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD
o Relatif mahal
o Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m)
o Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.
19
Jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian pipa kecil yang disebut
tube bundle.
Perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir di dalam tube dan fluida yang
mengalir diluar tube (pada shell side). Shell and tube ini merupakan Heat exchanger yang
paling banyak digunakan dalam proses-proses industri. Keuntungan Shell and Tube Heat
exchanger merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan di proses-proses
industri karena mampu memberikan ratio area erpindahan panas dengan volume dan
massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi ekspansi
termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara
yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung
dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di
dalam shell tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles).
Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan
tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk
keperluan fluida yang korosif). Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada
dinding tube dimana terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan
konveksi
19
BAB III
A. Materi
1. Pompa sirkulasi
2. Tangki air panas
3. Tangki air dingin
B. Metoda
1) Prosedur menghidupkan alat
1. Semua alat dan perpipaan dipersiapkan
2. Saklar dihubungkan dengan sumber arus
3. Pompa air dingin dan air panas di mulai start dimana keran keduanya
dibuka
4. Tombol on pada heater ditekan
5. Temperatur set diatas kearah 60
6. Katup diatur pada posisi searah
7. Laju arus (w) diatur pada 60 dan laju arus (w) 300
8. Tanda bungi ditunggu 3 kali, apabila telah bunyi 2 kali maka data pada
T1,T2,t3,t2 dicatat
9. Percobaan 7 dan 8 dilakukan kembali dengan mengatur laju arus(w) 80
dan 110 𝐿 ⁄𝑗𝑎𝑚
19
3. Laju arus (w) dan (w) dikembalikan pada posisi semula
4. Temperatur pada set dikembalikan pada posisi semula
5. Tombol panel di off kan
6. Sumber arus listrik dicabut melalui saklar
C. Gambar rangkaian
19
BAB IV
HASIL KERA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
1) Perhitungan
Searah
Data C :
1. Menghitung harga △ 𝑡𝑚
Dik : T1 = 60℃ t1= 31℃
T2 = 55℃ t2 = 32,5℃
Peny :
△ 𝑡1 = T 1 – t1 △ 𝑡2 = T 1 – t1
= 60℃ - 31℃ = 55℃ - 32,5℃
= 29℃ = 22,5℃
△𝑡1− △𝑡2
△ 𝑡𝑚 = △𝑡1
𝑙𝑛
△𝑡2
29℃−22,5℃
= 29℃
𝑙𝑛22,5℃
6,5℃ 6,5℃
= ln 1,2889 = 0,254 = 25,59℃
2. Menghitung qw dan Qw
a. Untuk yang dingin
𝑡1+ 𝑡2
w =
2
31℃ + 32,5 ℃
=
2
19
= 31,75℃
Interpolasi w :
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
31,75 − 30 𝑦 − 0,99564
=
32−30 0,99502−0,99564
1,75 𝑦 − 0,99564
=
2 0,00062
y – 0,99564 = -0,0005425
𝑔𝑟
y = 0,9950975 ⁄𝑚𝑙
𝐾𝑔
= 0,99551 ⁄𝑙
Maka
𝐾𝑔⁄
W = 300 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,99551 𝑙
𝐾𝑔
= 298,529 ⁄𝑗𝑎𝑚
Interpolasi Cp :
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
31,75 − 30 𝑦 − 0,998
=
32−30 0,998−0,998
𝑦 − 0,998
0,875 =
0
y = 0,998 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃
19
Maka :
Qw = w x cp x (t1-t2)
𝐾𝑔
= 298,529 ⁄𝐽𝑎𝑚 x 0,998 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃ (31℃ - 32,5℃)
= 446,898𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐽𝑎𝑚
𝑡1+ 𝑡2
w =
2
60℃ + 55 ℃
=
2
= 57,5℃
Interpolasi w :
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥−𝑥 𝑦−𝑦
57,5 − 56 𝑦 − 0,98501
=
58−56 0,98422−0,98501
𝑦 − 0,98501
0,75 =
0,00079
y – 0,98501 = 0,0005925
𝐾𝑔
= 0,98422 ⁄𝑙
𝐾𝑔
Maka w = 80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,98422 ⁄𝑙
19
𝐾𝑔
= 78,75 0,98422 ⁄𝑗𝑎𝑚
Interpolasi Cp :
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
57,5 − 56 𝑦 − 0,999
=
58−56 1− 0,999
𝑦 − 0,999
0,75 =
0,001
0,00075 = y – 0,999
y = 0,99975 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃
Maka :
Qw = w x cp x (t1-t2)
𝐾𝑔
= 78,75 ⁄𝐽𝑎𝑚 x 0,99975𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃ (60℃ -
55℃)
= 393,652𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐽𝑎𝑚 ℃
= 7,34 x 10-4m
19
𝑊
V =
𝐴
300
=
7,34𝑥10−4 𝑚2
= 40,87 x 10-5 𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2
31℃+ 32,5℃
t = = 31,75℃
2
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
31,75 − 30 𝑦 − 0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796
1,75 𝑦 − 0,00796
=
5 0,00072
-0,000252 = y-0,00796
2
= 0,027708 x 10-4𝑚 ⁄𝑠
300
Rew = 7,584 x
0,027708 𝑥 10−4
22,752 𝑥 10−4
=
0,007788 10−4
= 2.951,74
𝜋
A = x Di2
4
3,14
= x (1,7 x 10-2m)2
4
= 2,27 x 10-4m2
19
𝑊
V =
𝐴
80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2,27𝑥10−4 𝑚2
= 35,68 x 10-4𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2
60℃+ 55℃
t = = 57,5℃
2
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
57,5 − 55 𝑦 − 0,00578
=
60−55 0,00480 − 0,00518
-0,00019 = y – 0,00518
y = 0,00499 x 10-4𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
80
Rew = 2,080 x 10-5 x
0,00499 𝑥 10−4
16,64 𝑥 10−4
=
0,00499 10−4
= 3.334,67
19
5℃
= x 100 %
29℃
= 17,24%
= 420,275 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
𝑑𝑖+𝑑0
A =𝜋 ( )ℓ
2
1,7 𝑥 10−2 𝑚 +1,9 𝑥 10−2 𝑚
= 3,14 ( )1m
2
= 3,14 x 1,8 x 10-2 m2
= 5,652 x 10-2m2
Maka :
420,275𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
U =
5,652 𝑥 10−2 𝑚2 𝑥 25,59 ℃
420,275𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
= = 290,576 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 𝑚2 ℃
144,635 𝑥 10−2 𝑚2 ℃
Untuk Berlawanan
31℃ + 33 ℃
t =
2
= 32℃
𝑔𝑟
32℃ = 0,99502 ⁄𝑚𝑙
𝑘𝑔⁄
= 0,99502 𝑙
Maka : w = w x 𝜌air
19
𝑘𝑔
= 300𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,99502 ⁄𝑙
𝑘𝑔
= 298,506 ⁄𝑗𝑎𝑚
Cp :
Cp = 0,998𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑔℃
qw = w x cp x (T1-T2)
𝑘𝑔
= 298,506 ⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,998𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑔℃ (31℃-3℃)
= 595,22𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
60℃ + 56 ℃
t =
2
= 58℃
Interpolasi w
𝑔𝑟
58℃ = 0,98422 ⁄𝑚𝑙
𝐾𝑔⁄
y = 0,98422 𝑙
Interpolasi Cp
58℃ = 1 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔℃
Maka : w = w x 𝜌air
𝑘𝑔
= 80𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,98422 ⁄𝑙
19
𝑘𝑔
= 78,74 ⁄𝑗𝑎𝑚
𝜋
A = (Dp2-D02)
4
3,14
= ((3,6 x 10-2m) – (1,9 x 10-2m)2)
3
= 7,34 x 10-4m2
𝑊
V =
𝐴
300
=
7,34𝑥10−4 𝑚2
= 47,68 x 104 𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2
31℃+ 33℃
t = = 32℃
2
𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1
32 − 30 𝑦 − 0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796
𝑦 − 0,00796
0,6 =
−0,00072
– 0,000432 = y -0,00796
2
y = 0,007528 x 10 -4𝑚 ⁄𝑠
19
300 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
-6
Rew = 7,584 x 10 x 2
0,007528𝑚 ⁄𝑠
= 3.022,32
𝜋
A = x Di2
4
3,14
= x (1,7 x 10-2m)2
4
-
= 2,27 x 10 4m
𝑊
V =
𝐴
80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2,27𝑥10−4 𝑚2
= 35,68 x 10-4𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 . 𝑚2
Qw + qw
q =
2
19
314,96 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 +595,22 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2
= 455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
𝑑𝑖+𝑑0
A =𝜋 ( )ℓ
2
= 5,652 x 10-2 m2
Maka :
455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
U =
5,652 𝑥 10−2 𝑚2 𝑥 25,59 ℃
455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
144,89 𝑥 10−2 𝑚2 ℃
= 309,82 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2 ℃
19
C. Tabulasi data
T T 𝑟𝑒𝑤 𝑙
𝑤 t1 t2 𝑤 𝑗𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑤 𝑙 𝐾𝑘𝑎𝑙 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄
aliran 1 2 ⁄ 𝑙. ⁄ 𝑙. ℃ 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄ 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄ ⁄ 2 ⁄𝑗𝑎𝑚 % ⁄𝑗𝑎𝑚. 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 ℃ ℃ 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑚
℃ ℃
𝑚2 . 𝑠 𝑚2 ℃
𝑠
6 5 3 246.321,865 188,6855
60 33 300 421,35 595,8179 457,3260 2,413 1,332120
0 3 1 7
6 5 3 32, 25,5
Searah
6 5 3 455,09
80 33 300 25,9 314,96 595,22 3309,47 3022,32 14,81 309,82
0 6 1
9
-
6 5 3 27,6029
110 32 300 689,1967 -743,8531 5148,5148 1398,7090 25 0,10894290
0 7 1
4
L d1 d0 di
19
m 1,7 x 10 -2m 1,9 x 10 -2m 3,6 x 10 -2m
19
BAB V
KESIMPULAN
1. Heat exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida
lain
2. Faktor faktor yang mempengaruhi,yakni :
a. Koefisien overal (u)
b. Fouling factor (Rd)
c. Nilai efisiensi (nh)
d. Laju alir
3. Nilai efisiensi yang didapat sebesar
a. Pada aliran searah = 17,24 %
b. Pada aliran berlawanan = 14,81%
Nilai koefisiensi yang didapat sebesar
a. Pada aliran searah = 290,576 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚.
𝑚2 ℃
b. Pada aliran berlawanan = 309,82𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚.
𝑚2 ℃
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia UI.
Kern,D.Q. 1981. Process Heat Transfer. Mc-Graw Hill International Company Book,
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“Fluidisasi “
B. Tujuan Percobaan
C. Latar Belakang
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan ( bed ) dalam suatu
reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke dalamnya,
baik berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang
ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada
partikel dan menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik
jika kecepatan superficial naik. Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada
kolom yang kosong, sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara
partikel unggun. Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika
kecepatan superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan
unggun mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun. Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida
19
menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang
dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity ( Umf ).
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi, aplikasi
dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya. Aplikasi fluidisasi dalam
proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun 1926 untuk Gasifier
Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC) crude oil
menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC
dan sintesis FischerTropsch), proses-proses kimia nonkatalitik (seperti thermal
cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan
absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik
pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke tempat lain.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fluidisasi
Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan
ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak
dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan
untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun
terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar B.
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:
19
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi
ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum
19
h. Tinggi unggun.
B. Jenis-jenis Fluidisasi
1. Fluidisasi Partikulat
Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat,
hal inidipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan
solid tidakterlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah,
unggun akanterluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri melewati
jalur bebas rata-rata(mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini memiliki
banyak karakteristik liquid dandisebut fluidisasi partikulat.
19
beriringan lalu bergerak ke puncak kolomterpisah dari zat padat yang seakan-akan
tersumbat.Peristiwa ini disebut penyumbatan(slugging).
Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat
sukarterfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya.
Partikelcenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan
membentuk channel.Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung
terutama disebabkan olehvolume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat
pada umumnya tidak berekspansidengan peningkatan aliran. Dalam penurunan
berikut ini, aliran gas melalui fase rapatdiandaikan sama dengan Umf dikalikan
dengan fraksi unggun yang diisi oleh fase rapat,ditambah sisa aliran gas yang dibawa
oleh gelembung.
3. Fluidisasi Kontinu
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalamhamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu
fluidisasi kontinu.Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat
padat dari suatu titik ke titiklain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada
beberapa reaktor gas zat padat lama yangbekerja dengan prinsip ini. Contohnya
adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasipneumatic.
Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akankehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran
19
fluida. Metodapengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan
udara sebagai fasa fluida,antara lain untuk mengangkut produk dari pengering
semprot (spray dryers). Keuntunganmetoda ini adalah kehilangan yang terjadi sedikit,
prosesnya bersih, dan kemampuannyauntuk memindahkan sejumlah besar solid
dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antaralain ada kemungkinan terjadi
kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin besar.
Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida
cair denganviskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.
Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang
tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.
Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor.
Kebocoran seperti pada aliaran cairan dan partikel-partikel memberikan
kontrol secara kontinyu.
19
kehilanganmaterial yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun serta
ada kemungkinanterjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi yang
terlalu besar.
Sulit menggambarkan aliran gas dengan deviasi besar dari sumber aliran dan
dengan passing dari solute dan gelembung-gelembung menyebabkan tidak
efisiennya sistem kontak. Hal ini menjadi serius bila konversi tinggi dan
reaktan-reaktan dibutuhkan
Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggunyang besar dan dalam.
Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan
dalammengubah skala kecil menjadi skala industri.
Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlahtertentu.
19
BAB III
A. Materi
Alat
Blower : 1 buah
Plat Orifice : 1 buah
Timbangan : 1 buah
Manometer Pipa U : 1 buah
Kolom Fluidized Bed : 1 buah
Pengaris : 1 buah
Bahan
Pasir Kwarsa : 15 ml
Aquadest : 10 ml
19
B. Metoda
C. Prosedur Kerja
1.Menghitung porositas
1. Gelas ukur kosong ditimbang kemudian dicatat sebagai M1
2. Aquadest sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam gelas ukur. Catat beratnya
sebagai V1.
3. Pasir kwarsa ditimbang sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam gelas ukur
kemudian dicatat beratnya sebagai V2.
4. Aquadest dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi pasir kwarsa.
5. Pasir kwarsa dan aquadest ditimbang, dicatat sebagai M2.
6. Pasir kwarsa disaring menggunakan kertas saring.
7. Pasir kwarsa dan kertas saring dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100°C.
2.katub pada nomor 2 dibiarkan tertutup, katub pada nomor 3 dan 4 dibiarkan
terbuka. Katub pada nomor 1 dibiarkan setengah terbuka.
3. setelah semua selesai sesuai prosedur, amati yang terjadi. Catat gerakan partikelnya
yang terjadi dalam kolom, catat temperature, manometer dan flow rate/ level pada
pengamatan fixed bed,
1. katup 1 dipastikan terbuka setengah, katup 2 tertutup penuh, katup 3 dan 4 terbuka
penuh
19
3. katup 2 diputar dua putaran, amati sampai pasir kwarsa naik ke atas lalu temperatur
dan manometernya dicatat beserta tinggi fluidisasi
C. Gambar Rangkaian
19
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
D1 = 0,0563 m
Dp = 0,00039 m
L = 1m
ρp = 2,21 gr/ml
∑o = 0,16
B. Analisa data
Diketahui :
M1 = 81,9 gram
M2 = 104 gram
V1 = 15 ml
V2 = 25 ml
19
VT = 40 ml
1. Menghitung porositas partikel (∑0)
( V1+V2)−Vt
∑0 = V1+V2
(15+15)𝑚𝐿−25 𝑚𝐿
∑0 = (15+25)𝑚𝐿
5 mL
= 30 mL
= 0,16 ml
V π
Vs = ; A= Di2
A 4
π
A= (Di2 )(m2)
4
3,14
= ( 0,00316969m)2(m2)
4
= 0,002488 m2
V
Vs =A
19
= 0,0336 m/sec
= 000569 m3
= 0,2 x 0,000569 m3
= 0,0001138 m3
= 0,000569 m3 – 0,000113 m3
= 0,000456m3
∑o3 x Dp2 x G
𝑘𝑔
(36 − 0 )℃ y − 17,10 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠
=
(50 − 0)℃ 𝑘𝑔 𝑘𝑔
19,54 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠 − 17,10 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠
36 y − 17,10 × 10−6
=
50 𝑘𝑔
2,44 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠
19
𝑘𝑔⁄
1,7568 × 10−6 𝑚. 𝑠= y – 17,10 × 10
−6
𝑘𝑔⁄
y =1,7568 × 10−6 𝑚. 𝑠+ 17,10 × 10
−6
𝑘𝑔⁄
y = 18,8568 × 10−6 𝑚. 𝑠
ΔP = 150 × (1-∑o)2× µ × VS × l
(∑o)3 (DP)2 × g
= 49.987,376kg/m2
5. Fluidized Bed
a) VL1 = A x L1
= 0,002488 m2 x 0,229 m
= 0,000569 m3
VL2= A x L2
= 0,002488 m2 x 2,33 m
= 0,000579 m3
b) €mf
€mf1= VL1- Vp
VL1
19
= 5,69 × 10-4 m3– 4,8× 10-4 m3
5,69 × 10-4 m3
= 0,89 × 10-4 m3
5,69 × 10-4 m3
= 0,156
€mf1= VL1- Vp
VL1
5,79 × 10-4 m3
= 0,99 × 10-4 m3
5,79 × 10-4 m3
= 0,170
c) Umf
Interpolasi ρ udara
T=54
Y=0,98618 gr/ml
150 0,844
𝑔𝑟
= 1 × 10𝑚⁄𝑠2 × 8,159 x 10-10 ⁄𝑚𝑙 . m2
19
150
150 0,83
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 1 × 10𝑚⁄𝑠2 × 0,005919 ⁄𝑚𝑙 . m2. (1,8613x10-7) ⁄𝑚𝑙
150
= 0,7344x10-10 kg/s2
= 0,00042714 gr/L
19
= 0,000042741 gr/L
= 4,274× 10-4kg/m2
19
19
D. Tabulasi Data
19
BAB V
KESIMPULAN
138
DAFTAR PUSTAKA
Angga, putu.dkk. 2014. Fluidized Bed gasification Berbahan Bakar Biomassa dan
Batu Bara dengan Variasi Komposisi Bahan Bakar. Bali: Universitas
Udayana.
139
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“EKSTRAKSI BERPELARUT”
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui teknik ekstraksi dalam perolehan minyak atsiri.
2. Untuk mengetahui kadar minyak atsiri seoptimal mungkin dengan
menggunakan alat soxclet extration apparatus.
3. Untuk mengetahui pelarut yang paling digunakan untuk perolehan
minyak atsiri.
C. Latar Belakang
140
BAB II
LANDASAN TEORI
141
Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka
kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar.
Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu
kali.Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode
analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan
karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam
lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk pelarut air
maupun organik.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
Tipe pelarut
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah
metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi
perlu ditentukan terlebih dahulu.
142
Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya:
2. Pemilihan pelarut
Ekstraksi
Maserasi
143
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari
metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan
cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,
beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di
sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang
bersifat termolabil.
Perkolasi
144
Soxhlet
Pemisahan Senyawa
145
menggunakan adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang
disalutkan pada permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat
aluminium, atau pelat plastik. Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase
gerak tertapis melewati adsorben (Deinstrop, Elke H,2007 ).
9. Tidak ada sumber listrik. KLT digunakan secara luas untuk analisis
solute-solute organic terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinis,
forensic, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf
solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif (Gandjar IG.,
2008). Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya
146
komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya
suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang
sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom,
melakukan screening sampel untuk obat (Gandjar IG, 2008).
147
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.
148
BAB III
A. Materi
Alat :
Bahan :
kernel
Normal Hexane
Pembalut Sampel
Air
B. Metoda
149
I. Prosedur kerja ekstraksi brondolan kernel kelapa sawit
150
1. Piknometer kosong ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat
beratnya
2. Minyak hasil ekstraksi dimasukan kedalam piknometer 5ml hingga
penuh
3. Pikno + minyak hasil ekstraksi ditutup dan ditimbang kemudian
dicatat beratnya
4. Hitung density minyak hasil ekstraksi
C. Gambar Rangkaian
151
152
BAB IV
EKSTRAKSI
1 1 70 35.02
2 2 70 39.41
3 3 70 43.29
4 4 70 47.53
153
B. Pembahasan
1. Menghitung Rendemen Minyak
Dik : Berat Awal : 21,3093gram
: Berat Akhir : 8,7152 gram
Dit : Rendemen Minyak ?
Jawab :
12,5941 gram
= 𝑥 100%
21,3093gram
= 59,1%
Massa
Density Campuran = volume pikno
3,3556 gram
= 5 ml
= 0,67112 gram/ml
154
C. Tabulasi Data
155
BAB V
KESIMPULAN
1. Ekstraksi minyak kernel ini dilakukan dengan alat ekstraksi soklet yaitu
metode ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
sifatnya sama dengan bahan yang akan diekstrak.
2. Hasil ekstraksi kami mendapat rendemen minyak dari kernel yang telah
kami ekstaksi adalah 59,1 %
3. Pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak inti (kernel) kelapa sawit
adalah N-heksane. Karena N-heksane mimoiliki titik didih yang tidak
terlalu tinggi dan dapat dengan baik melarutkan minyak kernel
156
DAFTAR PUSTAKA
https://aisyiahrestu.wordpress.com/ekstraksi-pelarut/
https://alexkimia.wordpress.com/2013/12/02/laporan-praktikum-ekstraksi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi
157
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“Menara Destilasi (Packed tower)”
B. Tujuan Percobaan
1. Pemisahan Kompone dari suatu bahan dengan menggunakan perbedaan
titik didih yang diikuti kondensasi uap.
2. Untuk mengetahui komponen larutan tertentu dengan proses destilasi.
3. Dapat menggunakan alat untuk pemisahan atau pemurnian suatu zat
dengan cara destilasi sederhana.
C. Latar Belakang
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan
perbedaan titik didih. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu
cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer.
Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat.
Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair
lainnya yang mempunyai titik didih cairan murni yang berbeda. Pada destilasi
biasa, tekanan uap diatas cairan adalah tekanan atmosfer ( titk didih normal).
Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan
pada tempat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan titik didih destilat.
158
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Destilasi
159
uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatil atau komponen yang
mempunyai titik didih lebih rendah. Jika uap didinginkan akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap. Jika suhu
relatif tetap destilat akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen
dalam campuran zat cair.Destilasi merupakan suatu metode pemisahan campuran
larutan dengan menggunakan fase uap yang kemudian diembunkan menjadi suatu
larutan murni.Destilasi dapat digunakan untuk memisahkan dua buah campuran
atau lebih terhadap larutan non volatil. Karena sifat larutan yang selalu terdapat
uap diatas cairan, sehingga berdasarkan hal tersebut maka dengan proses
pemisahan dapat dilakukan untuk memperoleh destilat dengan melihat perbedaan
titik didih dalam campuran, dimana larutan volatil cenderung lebih cepat
mendidih daripada larutan non volatile.
160
Beberapa teknik telah dikembangkan untuk mengatasi masalah besarnya
konsumsi energi seoertin pengintegrasian dari kolom distilasi dengan keseluruhan
proses yang secara teori dapat menghasilkan penghematan energi yang signifikan
sampai dengan 28-33% bila dibandingkan dengan konfigurasi
nkonvensional.Teknik lain adalah dengan melakukan optimasi untuk mencari
kondisi operasi yang membutuhkan energi yang terkecil.Optimasi ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma genetika.
B. Metode destilasi
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri
adalah destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan
metode yang sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh
kedua metode destilasi tersebut terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak
atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar minyak, pembuluh–
pembuluh, kantung minyak atau rambut granular. Sebelum diproses, sebaiknya
bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih dahulu. Namun dalam
proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan tidak
seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui proses penghancuran
sederhana.
Jenis-jenis Destilasi
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana,
distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.
161
Distilasi Sederhana
Distilasi Fraksionisasi
Distilasi Uap
162
masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi
dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke
atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
Distilasi Vakum
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan
hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan
dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai
akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.
163
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan
pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar
penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.[8]
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat
cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat
pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.
Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Air pada
kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan supaya air tersebut dapat
mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan dihasilkan proses
pendinginan yang sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian
didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah
terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah
semula.Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya
dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair
pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat.
164
BAB III
MATERI & METODA
A. Materi
1. Peralatan percobaan ialah :
1. Labu Destilasi 500 ml
2. Batu didih
3. Heater (penangas air)
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
Pendingin samping dan wadah sampel.
5. Piknometer
6. Beaker glass
7. Erlemeyer
8. Neraca analitik
165
B. Metoda
Prosedur kerja merangkai alat destilasi:
1. Labu ekstraksi ditimbang dalam keadaan kosong dengan neraca
kemudian dicatat beratnya kedalam data pengamatan
2. Sampel minyajk hasil ekstraksi dimasukkan kedalam gelas ukur untuk
mengetahui volume lalu dimasukkan kedalam labu destilasi, dan
dilakukan penimbangan ulang dan dicatat beratnya.
3. Alat destilasi dirangkai dengan cara kondensor dihubungkan dengan
Erlenmeyer, labu destilasi dan keran air pendingin. Labu destilasi
diletakkan diatas penangas air agar dapat menaikkan temperatur
minyak dan thermometer diletak didalam labu destilasi pastikan tidak
terkena minyak dan pastikan permukaan labu, condenser dan
Erlenmeyer tehubung dan tertutup rapat. Tambahkan aquadest kedalam
penangas air sebagai media untuk memanaskan labu.
4. Penangas air dihubungkan ke sumber arus kemudian naikkan suhu
bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Amati temperatur, catat
temperatur awal hingga mengalir satu tetes kedalam Erlenmeyer, catat
dan lanjutkan hingga destilat mengalir dan terpisah dari minyak
melalui proses kondensasi uap.
5. Labu destilasi ditimbang kembali dan catat berat akhir pada lembar
data
6. Minyak dan N-hexana yang telah terpisah ditimbang dan dihitung
densitasnya.
166
2. Hitung destilat dengan menggunakan rumus
berat pikno + sampel(gr) − berat pikno kosong
V. piknometer
3. Langkah yang sama untuk menghitung destilat residu.
167
BAB IV
(sebelum destilasi
300 gr 80 gr
(sesudah destilasi)
(gr) (gr/ml)
168
3 12,4252 17,0876 4,6624 0,93248
gr gr/ml
gr Gr
(Residu)
B. Pembahasan
F= D + R
F x ρ = (D x ρ) + ( D + M )
(D+M) =112,2215 gr
3. Menghitung komponen
a. destilat N-Heksane
169
f. 𝜌.Dx = (D+M)
218 ML X 0,83964 gr/ml x Dx = 112,2215 gr
183,04152 gr x Dx = 112,2215 gr
Dx = 112,2215 gr
183,04152 gr
Dx = 0,61
b. Residu (Minyak)
f. 𝜌.Mx = (Destilat x Residu)
218 ml x 0,93248 gr/ml x MX = Destilat x Residu
203,28064 gr x MX = 70,82 gr
Mx = 70,82 gr
203, 28064 gr
Mx = 0,34
C. Tabulasi Data
(sebelum
destilasi)
300 gr 80 gr
(sesudah
destilasi)
170
N Berat pikno Berat pikno Berat Density
o kosong sample Sample
(gr)
(gr)
(gr/ml)
(gr)
gr gr
gr gr
(n-hexana)
gr gr
(residu)
171
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari hasil praktikum disimpilkan bahwa kadar minyak pada campuran minyak
dan N-hexana adalah 54,13%.
2. Dari hasil praktikum disimpulkn bahwa hasil destilat adalah n-hexana. Titik
didih n-hexana= 68,9°C.
3. Proses destilasi terjadi karena destilat (n-hexana) menguap dan mengalir pada
kondensor dan akan terjadi kondensasi uap yang menyebabkan uap n-hexana
akan berubah menjadi air dan mengalir ke Erlenmeyer.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi Ma’sum dan Wahyu Diah Proborini Optimasi Proses Difusi Uap
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“TEKNIK PEMISAHAN BAHAN PADAT-CAIR (KRISTALISASI)
B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui teknik pemisahan bahan padat-cair.
2. Untuk mengetahui jumlah bahan padat dan cair yang terbentuk.
3. Untuk mengkristalkan stearin dengan cara pendinginan.
C. Latar Belakang
Proses Kristalisasi
Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi dan yang
kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal dimana molekul
padatan yang terdispersi di dalam larutan akan berkumpul dan membentuk ikatan,
berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal berukuran nanometer (sangat
kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan besar ukuran tertentu
sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam keadaan stabil.
Pertumbuhan kristal merupakan proses lanjutan dari nukleasi, dimana nuklei atau
bibit kristal yang telah mencapai besar ukuran tertentu akan mengikat atom-atom
lain membentuk struktur kristal yang sama sehingga ukuran kristal akan semakin
besar. Terjadinya pertumbuhan kristal ini hanya dapat terjadi karea sistem terlalu
jenuh (oleh senyawa pembentuk kristal), sehingga ukuran kristal akan bertambah
besar secara terus menerus sampai sistem (larutan) tidak lagi dalam keadaan
sangat jenuh.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-
cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu.
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya
konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat didinginkan
perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh
larutan super jenuh atau lewat jenuh
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.
Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.
METODE KRISTALISASI
Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
Pemanasan
Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap,
panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin
dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi
desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu
mudah bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang
cukup untuk mudah bergerak.
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin
sulitbergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai
membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk
inti baru.
Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang
sama, tetapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui
sehari-hari merupakan polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan
ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis
ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam
amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar.
Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan
maupun kondensasi larutan.Kristal ikatan kovalen juga sangat umum.Contohnya
adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk
bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah
pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam
struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan
berpola heksagonal pada grafit.
Homogen Nukleus
Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan supersaturasi
tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul solute
sendiri
Heterogen Nukleus
1. L >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin besar, krisatal
makin besar menyebabkan kemungkinan tumbukan semakin banyak.
Pecahan bagian kecil dari kristal menyebabkan terbentuknya inti kristal.
2. ¨C >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin banyak. Derajat
saturasi makin besar maka semaikn besar pula kemungkinan terbentuk inti
kristal baru.
3. P >>> maka gaya gesekan partikel larutan juga semakin besar sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan partikel semakin besar, maka inti
kristal yang terbentuk juga semakin besar jumlahnya.
Dalam percobaan, Miers membuat larutan supersaturasi melalui pendingin
setelah melalui kurva saturasi A-B sampai pada kondisi kristalisasi mulai
terbentuk inti kristal (titik ke F). kurva larutan murni dua komponen tanpa
feeding, artinya inti kristal yang terbentuk primary homogen nuklei mulai
terbentuk dengan terbentuknya inti kristal yang selanjutnya tumbuh maka
konsentrasi solute dalam larutan akan turun (dari F ke G).
Untuk beberapa sistem tertentu yang viskositasnya tinggi, kurva primary
homogen nuklei tetap jenuh daripada kurva saturasi. Dengan kata lain diperlukan
konsentrasi lebih tinggi untuk membuat primary homogen nukleasi. Hal ini sangat
tidak rfisien secara teoritis dan ekonomi. Karena itu dalam kondisi industri
dikenal sistem seeding (pemberian kristal nuklei). Nukleasi ini disebut secondary
nukleasi. Penambahan larutan supersaturasi melaui pendinginan setelah melalui
kurva saturasi AB. Pada konsentrasi ini di titik baru akan terbentuk inti kristal.
Tetapi mengingat efisiensi secar ekonomis, penambahan kristal pada sistem ini
akan memperoleh penghematan.
Pertumbuhan Kristal
Umumnya kristal yang berukuran > 100 kecepatan tumbuhnya tidak
tergantung pada ukuran dan dapat dinyatakan dengan :
r = a (¨C)b
di mana :
r : kecepatan tumbuhnya kristal
¨C : derajat saturasi (mol/L)
a,b : kontanta
Derajat saturasi (oC) merupakan faktor terpenting dalam proses
pertumbuhan kristal. Larutan yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan
konsentrasi antara permukaan kristal dengan permukaan akan tinggi sehingga r
dan ¨C juga semakin tinggi.
Bahan :
Minyak Curah
Indikator pp
Es Batu
NaOH
Etanol
Metoda
a. Prosedur pemanasan- pendinginan sampel
Minyak curah sebanyak 250 ml ditimbang
menggunakan neraca massa dalam beaker glass 250
ml diukur temperature dan density nya
Beaker glass yang berisi minyak curah dipanaskan
hingga suhu 65-70C diatas hotplate(sambil diaduk).
Temperature minyak curah dijaga konstan secara 10
menit
Es batu dipecahkan hingga pecah merta lalu
dimasukkan ke dalam wadah pendingin
Minyak curah yang telah dipanaskan hingga suhu
65C diangkat lalu didinginkan ditempat terbuka
Setelah itu, minyak curah didinginkan di dalam
wadah oendingin hingga setengah permukaan
beaker glass tenggelam dengan es batu,suhu dijaga
hingga 23C ditandai dengan terbentuk 2 lapisan
pada lapisan atas olein dan l;apisan bawah stearin
Olein dan stearin yang terbentuk dipisahkan pada
wadah yang berbeda.
b. Prosedur titrasi
Larutan KOH 0,1N dimasukkan kedalam buret
hingga batas atas buret
Minyak curah ditimbang dalam Erlenmeyer
sebanyak 2 gram menggunakan neraca analitik
Etanol dimasukkan kedalam beaker glass yang
berisi minyak curah sebanyak 20ml lalu diaduk
perlahan
Lalu indicator ditambahkan sebanyak 2 tetes
kedalam beaker glass yang berisi minyak curah dan
alcohol lalu diaduk perlahan
Minyak curah + etanol + indicator pp dititrasi
menggunakan larutan KOH menggunakan buret 50
ml hingga terjadi perubahan warna lembayung.
Dicatat volume KOH yang terpakai
Hal yang sama dilakukan terhadap stearin dan olein
dengan menggantikan minyak goring.
c. Prosedur mencari density
Piknometer dikeringkan hingga tidak terdapat air di
permukaan piknometer
Piknometer 5 ml ditimbang menggunakan neraca
analitik dicatat massanya
Minyak curah dimasukkan kedalam piknometer 5
ml sehingga penuh dan pastikan tidak ada
gelembung
Lalu piknometer dikeringkan kembali hingga tidak
terdapat minyak di seluruh permukaan luar
piknometer
Piknometer berisi minyk curah ditimbang
menggunakan neraca analitik,dictat massanya
Dilakukan hal yang sama terhadap stearin dan olein
dengan mengganti minyak goring.
KRISTALISASI
A. Hasil Kerja Praktek
Berat Volume
o
Temperatur ( C) Density Titrasi
sampel
No Sampel Warna
Tangki Tangki (ml)
(gram/ml) (gram)
Panas Dingin
Minyak Merah
1 65 23 0,8621 2,04006 10,9
curah muda
Merah 6,5
2 Olein 65 23 0,9089 2,0398
muda
Merah 10,4
3 Stearin 65 23 0,82732 2,04912
muda
B. Pembahasan
1. Menghitung densitas
a. Densitas untuk minyak curah
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas () = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
6,12811 𝑔𝑟−11,8136 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
4,3155 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
= 0,8621 gr/ml
b. Densitas untuk olein
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas () = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
16,3581 𝑔𝑟−11,8136 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
4,5445 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
= 0,9089 gr/ml
2. Menghitung % FFA
a. Pada Minyak Curah
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑒 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
%FFA = 𝑤 𝑥 10
10,9 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 256,4 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 2,04006𝑔𝑟 𝑥 10
= 13,699401%
b. Pada Olein
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑒 𝑂𝑙𝑒𝑎𝑡
%FFA = 𝑤 𝑥 10
6,50 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 282,47 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑒𝑘
= 2,0398 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 10
= 9,00115%
c. Pada Stearin
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑟𝑎𝑡
%FFA = 𝑤 𝑥 1000
10,40𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 284,48𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 2,04912 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 10
= 014,4383%
C. Tabulasi Data
N Samp Temperatur Wa Densi Bera Vol Norm BM %
o el Tan Tan rna ty t ume alitas Asam FFA
gki gki (gram sam Titra KOH
pan Din /ml) pel si Gr/ml
as gin (gra (ml) N
m)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1.Teknik pemisahan padat cair pada umumnya terbagi aras empat macam yaitu
kristalisasi penguapan,kristalisasi pendinginan,pemanasan dan
pendinginan,penambahan bahan (zat) lain.
2.Dari hasil praktikum didapat bahwa berat olein : 2,0398 gr dan berat stearin
yang didapat adalah 2,04916 gr
3.Dari hasil praktikum menyatakan bahwa cara mengkristalkan stearin dan olein
adalah melalui pemanasan dengan suhu 65C lalu didinginkan dengan suhu 23C
sehingga stearin membeku dan terjadi pengendapan,stearin di bawah olein diatas.
DAFTAR PUSTAKA
E. Judul Percobaan
“PERCOBAAN PENGERINGAN ZAT PADAT (DRYING OF
SOLIDS)”
F. Tujuan Percobaan
Mengetahui bagaimana mengetahui cara kerja proses praktek kerja
percobaan pengeringan.
G. Latar Belakang
LANDASAN TEORI
A. Defenisi Percobaan
Drying adalah suatu proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat laninya
darei bahan padatan, sehingga mengurangi kandungan sisa air yang masiih terikat
pada zat padat tersebut. Pengeringan ini merupakan salah satu langkah
downstream dari suatu proses yang hasilnya merupakan produk dari proses
tersebut.
1. Pengeringan Alami
2. Pengeringan buatan
Pada proses pengeringan, pengaturan dilakukan terutama terhadap
suhu dan volume udara yang dihembuskan. Kualitas hasilnya
tergantung dari faktor-faktor antara lain:
a. suhu
b. kelembaban,
c. volume kubik udara yang dihembuskan,
d. pengadukan bahan, dan
e. tebal lapisan bahan yag dikeringkan.
Pada proses dehidrasi, udara yang telah dipanaskan
dialirkan atau disirkulasikan dengan alat penghembus. Maka
suhu, kelembaban dan kecepatan udara diatur dan diubah-ubah
dengan meyesuaikan kebutuhan.
Proses pengeringan buatan, seperti juga pengeringan alami mempunyai
keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang didapat dari proses pengeringan
buatan ialah:
A. Materi
- Alat.
- Alat pengering ( Dryer ).
- Stop watch.
- wadah pengering
- Bahan.
- serat kelapa sawit
B. Metoda
Prosedur Kerja :
Q0 : 8,7604 gr
𝜆 :545,1 KKal/kg
Sampel : Brondolan sawit
Ukuran Sampel : P = 5 cm, L = 4 cm, T = 0,5 cm.
Berat sampel :9,3482 gram
A. Hasil Kerja Praktek
NO Meassurements
𝑄𝑛
W= −1
𝑄0
𝑄𝑛 7,2309 𝑔𝑟
W= 𝑄𝑜 − 1 = −1
6,6217 𝑔𝑟
= 0,0920
𝑄𝑛 7,1481𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
= 0,0794
𝑄𝑛 7,0176 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
= 0,0597
= 0,0455
𝑄𝑛 6,8349 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
= 0,0321
𝑄𝑛 6,7258 𝑔𝑟
W= 𝑄𝑜 − 1 = −1
6,6217 𝑔𝑟
= 0,0157
𝑄𝑛 6,6263𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
= 0,0006
𝑄𝑛 6,6249 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
= 0,0004
𝑄𝑛 6,6217 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟
=0
3. Menghitung nilai M (gr/jam)
5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=60 𝑋 1 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,0833 jam
𝑚1−𝑚2
M= 𝑡
7,2309𝑔𝑟𝑎𝑚−7,1481 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 0,9975 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚
𝑚2−𝑚3
M= 𝑡
𝑚3−𝑚4
M= 𝑡
𝑚4−𝑚5
M= 𝑡
6,9232 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,8349 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 1,0638 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚
𝑚5−𝑚6
M= 𝑡
𝑚6−𝑚5
M= 𝑡
6,7258𝑔𝑟𝑎𝑚−6,6263 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 1,1987 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚
𝑚7−𝑚6
M= 𝑡
𝑚8−𝑚7
M= 𝑡
𝑚9−𝑚8
M= 𝑡
𝑘𝑎𝑙
= 532,4 𝑔𝑟
Q= M X𝜆
Q= M X𝜆
Q = 1,5722 gr/jam x 532,4 kal/gr
= 837,039kal/jam
Q= M X𝜆
= 699,789 kal/jam
Untuk Data ke-6
Q= M X𝜆
Q = 1,1987gr/jam x 532,4 kal/gr
= 638,187 kal/jam
Q= M X𝜆
Q = 0,0168 gr/jam x 532,4 kal/gr
= 8,944kal/jam
Q= M X𝜆
Q = 0 gr/jam x 532,4kal/gr
= 0 kal/jam
𝑘𝑎𝑙
531,069
𝑗𝑎𝑚
=24,396 𝑐𝑚2 .℃
= 3,2982 kal/jam.cm2.oC
𝑘𝑎𝑙
837,039
h =24,396𝑐𝑚2𝑗𝑎𝑚
(65)℃
= 9,2785 kal/jam.cm2.oC
𝑘𝑎𝑙
6815,498
𝑗𝑎𝑚
h =24,396 𝑐𝑚2 (6,46)℃
= 3,1780 kal/jam.cm2.oC
= 3,5179 kal/jam.cm2.oC
Untuk Data ke-5
𝑘𝑎𝑙
699.786
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃
= 4,3461 kal/jam.cm2.oC
Untuk Data ke-6
𝑘𝑎𝑙
638,187
𝑗𝑎𝑚
h =24,396𝑐𝑚2 (6,6)℃
= 3,9635 kal/jam.cm2.oC
𝑘𝑎𝑙
8,944
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃
= 0,555 kal/jam.cm2.oC
= 0,1272 kal/jam.cm2.oC
Untuk Data ke-9
𝑘𝑎𝑙
0
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃
= 0 kal/jam.cm2.oC
6. Menghitung Kec. Pengeringan (RC) (gr/jam. Cm2)
ℎ (𝑡−𝑡𝑤)
Rc = 𝜆
𝑘𝑎𝑙
5,2785 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
3,8780 2 .(6,4)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
3,5175 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
4,3461 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
3,9635 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
0,0555 2 .(6,4)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
0,1272 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
𝑘𝑎𝑙
0 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc=
532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟
= 0 gr/jam. Cm2
C. Tabulasi Data
Meassurements Calculations
1 0 7,2309 67,7 61,1 24,396 0,0920 0,083 8,9975 532,4 531,067 3,2982 0,0408
3
2 5 7,1481 68,1 61,6 24,396 0,0704 0,083 1,5722 532,4 837,039 8,2785 0,0644
3
3 10 7,0176 68,1 61,7 24,396 0,0597 0,083 1,1373 532,4 605,498 3,8780 0,0466
3
4 15 6,9232 68,5 61,9 24,396 0,455 0,083 1,0638 532,4 566,367 3,5175 0,4360
3
5 20 6,8349 68,6 62,0 24,396 0,0321 0,083 1,3149 532,4 699,786 4,3461 0,0538
3
6 25 6,7258 68,7 62,1 24,396 0,0157 0,083 1,1987 532,4 638,187 3,9635 0,0491
3
7 30 6,6263 68,8 62,2 24,396 0,0006 0,083 0,0168 532,4 8,944 0,0555 0,0068
3
8 35 6,6249 68,9 62,3 24,396 0,0004 0,083 0,0385 532,4 20,457 0,1272 0,0019
3
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kecepatan
pengeringan zat padat dipengaruhi oleh besarnya perpindahan panas konversi.
Jika perpindahan panas besar maka semakin cepat kecepatan
pengeringan.besarnya perpindahan panas dipengaruhi oleh panas yang diterima
oleh sampel
DAFTAR PUSTAKA
McCabe, W. L., and J. C., Smith. 2015.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat,
jilid 2, Erlangga, Jakarta
http://kc12engineer.blogspot.co.id/2014/06/laporan-pengeringan-zat-padat.html