Anda di halaman 1dari 157

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Pengukuran Konduktifitas Isolator Panas

B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya panas yang diserap oleh penyekat / hambatan.

C. Latar Belakang
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan proses diperlukan pemasukan atau
pengeluaran ka1or untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai
keadaan yang dibutuhkan untuk pemrosesan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus
dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua
yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses,
terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Secara umum perpindahan panas merupakan berpindahnya energi
panas dari satu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari perbedaan
suhu diantara kedua daerah tersebut. Secara umum ada tiga cara
perpindahan panas yang berbeda yaitu: konduksi, radiasi dan konveksi.
Jika kita berbicara secara tepat, maka hanya konduksi dan radiasi dapat
digolongkan sebagai proses perpindahan panas, karena hanya kedua
mekanisme ini yang tergantung pada beda suhu. Sedangkan konveksi tidak
secara tepat memenuhi definisi perpindahan panas, karena untuk
perpindahannya bergantung pada transport massa mekanik.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Defenisi Percobaan
Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energy panas.
Proses tersebut adalah perpindahan energy secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan energy secara konduksi dan konveksi terjadi pada material padat dan
cair. Sedangkan proses perpindahan energy panas secara radiasi terjadi pada ruang
hampa. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai ketiga perpindahan energy

tersebut. Konduktivitas panas ialah tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas


yang dimiliki suatu benda. Setiap benda memiliki konduktivitas yang berbeda.
Logam mempunyai konduktivitas panas yang tinggi, sedangkan hewan memiliki
konduktivitas panas yang rendah. Berarti hewan merupakan penahan panas
(insulator) yang baik. Rambut dan bulu merupakan contoh insulator yang baik.
Oleh karena itu, mamalia dan aves hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas
dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan dengannya.

Bila dalam suatu sistem terdapat gradien suhu, atau bila dua sistem yang
suhunya berbeda disinggungkan,maka akan terjadi perpindahan energi. Proses ini
disebut sebagai perpindahan panas (Heat Transfer). Dari titik pandang teknik
(engineering), Analisa perpindahan panas dapat digunakan untuk menaksir biaya,
kelayakan, dan besarnya peralatan yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah
panas tertentu dalam waktu yang ditentukan. Ukuran ketel, pemanas, mesin
pendingin, dan penukar panas tergantung tidak hanya pada jumlah panas yang
harus dipindahkan, tetapi terlebih-lebih pada laju perpindahan panas pada kondisi-
kondisi yang ditentukan. Beroperasinya dengan baik komponen-komponen
peralatan, seperti misalnya sudut-sudut turbin atau dinding ruang bakar,
tergantung pada kemungkinan pendinginan logam-logam tertentu dengan
membuang panas secara terus menerus pada laju yang tinggi dari suatu
permukaan. Juga pada rancang-bangun (design) mesin-mesin listrik, transformator
dan bantalan, harus diadakan analisa perpindahan panas untuk menghindari
konduksi-konduksi yang akan menyebabkan pemanasan yang berlebihan dan
merusakan peralatan. Berbagai contoh ini menunjukkan bahwa dalam hampir tiap
cabang keteknikan dijumpai masalah perpindahan panas yang tidak dapat
dipecahkan dengan penalaran termodinamika saja, tetapi memerlukan analisa
yang didasarkan pada ilmu perpindahan panas.

Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang keteknikan


lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal memerlukan asumsi
(pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik
secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang
dapat diselesaikan kita perlu mengadakan beberapa pengira-iraan
(approximation).

Bila panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya


didalam ketel, maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan
akan mengurangi laju aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang
memuaskan dalam jangka waktu yang lama, maka harus ditrapkan faktor
keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam perpindahan panas ada tiga
jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi,
dan radiasi.

Konduksi

Perpindahan energy panas secara konduksi merupakan perpindahan energy


panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa adanya perpindahan
dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda padat, cair
maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut.
Ada empat hal penting dalam konduksi yaitu : 1. Konduktivitas panas, 2.
Konduktansi panas, 3. Resistivitas panas, dan 4. Resistansi panas.

Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas


suatu material atau disebut dengan indeks hantar per unit luas konduksi per
gradient temperature dari suatu material. Perumusannya adalah sebagai berikut :
𝑄
K=
𝐴 ∆ 𝑇/𝑚

Keterangan :

Q = kecepatan aliran panas (W)

A = Luas daerah hantaran panas (m2)

T/m = gradient temperature disepanjang material (∆1℃/𝑚 )

Konveksi

Perpindahan energy panas dengan proses konveksi terjadi hanya pada


benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara fisik.
Pada saat energy panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas
maka benda cair itu mengalami perubahan fasa.

Radiasi

Perpindahan panas dengan proses radiasi ini berbeda dengan proses-proses


yang telah dijelaskan sebelumnya. Energy radiasi dirambatkan menggunakan
gelombang elektromaknetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan
perbedaan temperature dan tanpa medium penghantar. Hal ini sangat berbeda
dengan perambatan energy cahaya yang hanya menggunakan panjang gelombang
masing-masing. Gelombang elektromaknetik ini (radiant energy) dapat melalui
ruangan hampa dengan sangat cepat dan juga dapat melalui cair, gas dan beberapa
benda yang dikenainya dengan jumlah yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada kemampuan menyerap dari benda yang dikenainya. Matahari merupakan
contoh yang mudah untuk perpindahan panas dengan radiasi. Radiant energy dari
matahari dirambatkan melalui ruang hampa dan atmosfer bumi. Energy yang
dirambatkan ini akan diserap dan tergantung pada karakteristik permukaan.
Semua objek yang memiliki warna yang gelap terutama berwarna hitam akan
lebih mudah menyerap energy ini.

B. Perkembangan Serta Penggunaan Dalam Dunia Industri

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan alat-alat yang


terbuat dari kertas, plastik, karet, lilin, kayu, alumunium, bahkan bahan yang
terbuat dari besi dan baja. Ada benda yang bersifat konduktor dan ada pula yang
bersifat isolator. Seperti apa benda konduktor dan isolator? Lakukan kegiatan
berikut ini! Benda-benda yang termasuk konduktor misalnya: aluminium, besi,
dan baja. Sedangkan benda-benda yang termasuk isolator misalnya: kertas,
plastik, karet, lilin, dan kayu. Memasak air akan lebih cepat mendidih bila
menggunakan alat/wadah yang terbuat dari logam, karena logam merupakan
penghantar panas (konduktor) yang baik. Bandingkan jika menggunakan
alat/wadah yang terbuat dari tanah liat. Begitu pula tangkai atau pegangan alat
masak atau alat penggorengan, biasanya menggunakan kayu atau karet. Sebab,
kayu dan karet merupakan benda penyekat panas (isolator) yang baik atau
penghantar panas yang kurang baik. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan
bahwa benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik di sebut konduktor,
sedangkan benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut
isolator. Penghantar dalam teknik elektronika adalah zat yang dapat
menghantarkan arus listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena sifatnya
yang konduktif maka disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang
memiliki tahanan jenis yang kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif.
Emas, perak, tembaga, alumunium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan
jenis semakin besar. Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi
karena sangat mahal harganya, maka secara ekonomis tembaga dan alumunium
paling banyak digunakan.

Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk


berbagai aplikasi termasuk :

1. kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah.


2. Tahan korosi
3. Sifat listriknya dapat insolator, semikonduktor, konduktor bahkan
superkonduktor
4. Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik
5. Keras dan kuat, namun rapuh.

Dua jenis ikatan dapat terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan
kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan.
Klasifikasi

Bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas : kristalin dan amorf
(non kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun
jarak jauh, sedang dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya
ada, namun pada jarak jauh keteraturannya tidak ada. Beberapa keramik dapat
berada dalam kedua bentuk tersebut, misalnya SiO2. Jenis ikatan yang dominan
(ionik atau kovalen) dan struktur internal (kristalin atau amorf) mempengaruhi
sifat-sifat bahan keramik. Sifat termal penting bahan keramik adalah kapasitas
panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan
adalah kemampuan bahan untuk mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang
diserap disimpan oleh padatan antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion
penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan.
Jadi getaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya
kuat maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu
banyak pada kisi kristalnya.

Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer energi antar atom-atom


yang bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan atom-atom lain di
tetangganya dan hasilnya adalah gelombang yang bergerak dengan kecepatan
cahaya yakni fonon. Fonon bergerak dalam bahan sampai terhambur baik oleh
interaksi fonon-fonon maupun cacat kristal. Keramik amorf yang mengandung
banyak cacat kristal menyebabkan fonon selalu terhambur sehingga keramik
merupakan konduktor panas yang buruk. Mekanisme hantaran panas oleh
elektron, yang dominan pada logam, tidak dominan di keramik karena elektron di
keramik sebagian besar terlokalisasi.

C. SEMIKONDUKTOR

Bahan semikonduktor adalah bahan yang mempunyai level konduktiviti


(kemampuan menghantarkan arus listrik) diantara bahan konduktor dan isolator.
Kebalikan dari konduktiviti adalah resistansi , yaitu kemampuan menahan arus
listrik. Semakin tinggi level konduktiviti maka semakin rendah level resistansi.
Istilah resistivity (rho, yunani) biasanya digunakan untuk membandingkan level
resistansi material. Resistivity suatu material diukur dalam satuan Ω-m

atau Ω-cm. Jadi, bahan semikonduktor mampu menghantarkan listrik lebih baik
daripada isolator, tapi lebih rendah dibandingkan konduktor.

Dilihat dari struktur atom, atom terdiri dari sejumlah elektron, proton, dan
neutron. Nukleus (inti-atom) mengandung proton ( bermuatan positif) dan neutron
( tidak bermuatan). Elektron (bermuatan negatif) beredar di sekeliling nukleus.
Setiap atom cenderung mempunyai jumlah elektron dan proton yang sama. Model
Bohr dari dua bahan semikonduktor yang paling umum, germanium (Ge) dan
silikon (Si).

Walaupun ikatan kovalen menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara


elektron valensi dengan inti atomnya, tapi masih memungkinkan bagi elektron
valensi untuk menyerap cukup energi kinetik dari lingkungannya yang
mengakibatkan putusnya ikatan tersebut. Energi ini bisa berasal dari cahaya dalam
bentuk energi photon atau energi panas dari lingkungan sekitarnya. Akibatnya
elektron akan berada dalam kondisi bebas. Dalam kondisi bebas ini, pergerakan
elektron menjadi sensitif terhadap medan listrik yang diberikan. Pada suhu kamar,
ada sekitar 1,5 x 1010 elektron sebagai carrier bebas dalam 1 cm3 silikon intrinsik.
Pada suhu yang sama, germanium memiliki sekitar 2,5 x 1013 elektron bebas. Jadi
pada suhu kamar, germanium adalah konduktor yang lebih baik dibandingkan
silikon. Tapi, dalam kondisi intrinsik, keduanya masih merupakan konduktor yang
buruk.Meningkatnya jumlah elektron dalam bahan semikonduktor akan
meningkatkan level konduktansinya. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan
menaikkan suhu bahan atau dengan melakukan penyinaran pada bahan.
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi
Alat

 Stopwatch
 Seperangkat peralatan pengukur konduktifitas isolator panas

Bahan
 Benzene
B. Metode

1. Perangkat dihubungkan dengan sumber arus dengan tegangan


200-220 v,50-60 Hz,lalu on kan power supply
2. AC Amperemeter diatur pada ampere dan AC Volt meter pada
volt pada penunjuk pada indicator
3. Stopwatch dihidupkan dan dilakukan pengukuran dengan
pembacaan harga temperature dari Q1-Q2 dengan interval
waktu 8 menit,16 menit,24 menit,32 menit,40 menit,48
menit,dan 56 menit
4. Tombol thermo RV ditekan secara bergantian untuk
pembacaan temperature.
5. Setelah pembacaan temperature selesai
6. 6. Knop pengatur AC amperemeter dan AC Volt meter
dikembalikan pada posisi semula.
7. Poerw supply dimatikan mode off.

C. Gambar rangkaian percobaan.


HASIL KERJA PRAKTEK & PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
PRE – SET MEASUREMENT

clock AC volt AC DIGITAL THERMOMETER


meter
watch Meter

Time Volt Curr TEMPERATUR

STV T V A T1 T2 T3 T4 T5

1 8 40 0,79 53,6 44,3 37,6 32,6 30,7

2 16 40 0,79 876,3 61,9 50,1 39,8 34,8

3 24 40 0,79 97,6 79,4 63,8 48,6 40,3

4 32 40 0,79 117,7 96,35 77,6 57,8 46,2

5 40 40 0,79 135,5 111,7 98,5 66,7 54,1

6 48 40 0,79 151,1 125,5 102,5 75,1 57,7

7 56 40 0,79 165,2 138,5 113,5 82,9 63,0

B. Pembahasan

Data ke 1, menit 8
1. Meghitung sumber panas

Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
2. Menghitung perbedaan temperature
Untuk T= 8
∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=53,6oC –44,3oC
= 9,3oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 44,3oC –37,6oC
= 6,7oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 37,6oC –32,6oC
= 5,0oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 32,6oC – 30,7oC
= 1,9oC

3. Menghitung Panas konduksi diperoleh antar jari – jari.

𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) . 9,3 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,01708 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 6,7 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,01520kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 5,0 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,01501kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 1,9 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,3250kkal/menit m oC

4. Menghitung temperatur rata-rata.


∅1 + ∅2 (53,6+44,3)𝑜 𝐶
∅12 = = = 48,95oC
2 2

∅2 + ∅3 (44,3+37,6)𝑜 𝐶
∅23 = = = 40,95oC
2 2

∅3 + ∅4 (37,6+32,6)𝑜 𝐶
∅34 = = = 35,1oC
2 2

∅4 + ∅5 (32,6+30,7)𝑜 𝐶
∅45 = = = 31,65oC
2 2

Data ke 2, menit 16

1. Meghitung sumber panas

Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit

2. Menghitung perbedaan temperature

∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=76,3oC –61,9oC
= 14,4oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 61,9oC –50,1oC
= 11,8oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 50,1oC –39,8oC
= 10,3oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 39,8oC – 34,8oC
= 5oC

3. Menghitung Panas konduksi diperoleh antar jari – jari.


𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) . 14,4 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,01103kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 11,8 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,00863kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 10,3 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,007309kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 5 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,02692kkal/menit m oC

4. Menghitung temperatur rata-rata.

∅1 + ∅2 (76,3 +61,9)𝑜 𝐶
∅12 = = = 69,1oC
2 2

∅1 + ∅2 (61,9 +50,1)𝑜 𝐶
∅23 = = = 56,0oC
2 2

∅3 + ∅4 (50,1+39,8)𝑜 𝐶
∅34 = = = 44,95oC
2 2

∅4 + ∅5 (39,8+34,8)𝑜 𝐶
∅45 = = = 37,3oC
2 2

Data ke 3.menit 24

1 Meghitung sumber panas

Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17 kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit

2 Menghitung perbedaan temperature


∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=97,6oC –79,4oC
= 18,2oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 79,4oC – 63,8oC
= 15,6oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 63,8oC –48,6oC
= 15,2oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 48,6oC –40,3oC
= 8,3oC

3. Menghitung Panas konduksi diperoleh antar jari – jari.

𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) .18,2 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,008731kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 15,6 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,006528kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 15,2 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,004932 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 8,3𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,01622kkal/menit m oC
3 Menghitung temperatur rata-rata.

∅1 + ∅2 (97,6+79,4)𝑜 𝐶
∅12 = = = 88,5oC
2 2

∅2 + ∅3 (79,4+63,8)𝑜 𝐶
∅23 = = = 71,6oC
2 2

∅3 + ∅4 (63,8+48,6)𝑜 𝐶
∅34 = = = 56,2oC
2 2

∅4 + ∅5 (48,6+40,3)𝑜 𝐶
∅45 = = = 44,45oC
2 2

Data ke 4, menit 32

1 Meghitung sumber panas

Q = 0,86.V . A
= 0,86 . 40 . 0,79A
= 27,17kkal/jam
Konversi :
𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑗𝑎𝑚
Q = 27,17 𝑗𝑎𝑚 x 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 0,4528 kkal/menit
2 Menghitung perbedaan temperature

∆𝑡12 = 𝛳1−𝛳2
=165,2oC –138,5oC
= 27,15oC
∆𝑡23 = 𝛳2−𝛳3
= 138,05oC –113,5oC
= 24,55oC
∆𝑡34 = 𝛳3−𝛳4
= 113,5oC –82,9oC
= 30,6oC
∆𝑡45 = 𝛳4−𝛳5
= 82,9oC –63oC
= 19,9oC
3. Menghitung Panas konduksi diperoleh antar jari – jari.

𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 2⁄𝑟1
𝜆12 = 2𝜋 .∆𝑡12 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0236𝑚⁄0,0136𝑚
= 2 (3,14) .27,15 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,005854 kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 3⁄𝑟2
𝜆23 = 2𝜋 .∆𝑡23 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0336𝑚⁄0,0236𝑚
= 2 (3,14) . 24,55 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
=0,004148kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 4⁄𝑟3
𝜆34 = 2𝜋 .∆𝑡34 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0436𝑚⁄0,0336𝑚
= 2 (3,14) . 30,6 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,002454kkal/menit m oC
𝑟
𝑄 .𝑙𝑛 5⁄𝑟4
𝜆45 = 2𝜋 .∆𝑡45 .𝑙
0,4528𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 . 𝑙𝑛0,0536𝑚⁄0,0436𝑚
= 2 (3,14) . 19,9 𝑜𝐶 . 0,25𝑚
= 0,003103kkal/menit m oC

4. Menghitung temperatur rata-rata.

∅1 + ∅2 (165,2+138,05)𝑜 𝐶
∅12 = = = 151,625oC
2 2

∅2 + ∅3 (128,05+113,5)𝑜 𝐶
∅23 = = = 125,775oC
2 2

∅3 + ∅4 113,5+82,9)𝑜 𝐶
∅34 = = = 98,2oC
2 2

∅4 + ∅5 (82,9+63)𝑜 𝐶
∅45 = = = 72,95oC
2 2

Dari Grafik :

Panas konduksi berdasarkan pada temperature.


λ1 = k1 . ∅1 + k 2
λ2 = k 1 . ∅2 + k 2

-0,0030= k1 . 75
0,0058 = k1 . 149
-
−0,0028 = k1 .(−74)
K1 = 0,00003243

Untuk mencari nilai K2 substitusikan ke persamaan (1)


λ1 = k1 . ∅1 + k 2
-0,0030 = 0,00003243.75 + K2
K2 = 0,0030-0,002432
= 0,000568
K1 = 0,00003243
K2 = 0,000568
5. GRAFIK
TABULASI DATA

Am Perbedaan temperature Perbedaan rata-rata Panas konduksi Temperature rata rata

A ᶿ1 ᶿ2 ᶿ3 ᶿ4 ᶿ5 ∆12 ∆34 ∆34 ∆45 λ5 λ2 λ2 λ2 Q12 Q23 Q34 Q45 K1

,79 53,6 44,3 37,6 32,6 30 9,3 6,7 5,0 1,9 0,1708 0,015 0,015 0,325 48,9 40,95 35,1 31,6 0,000
,7 01 01 0 5 5 003,2
43
,79 76,3 61,9 50,1 39,8 34 14,4 11,8 10,3 5 0,0410 0,008 0,007 0,026 69,1 56,0 44,05 37,3
,8 3 63 203 92

,79 97,6 79,4 63,8 48,6 40 18,2 15,6 150 8,3 0,0087 0,006 0,004 0,001 88,6 71,6 56,2 44,4
,3 31 528 932 622 5

,79 117, 96,3 77,6 57,8 46


7 5 ,2

,79 135, 111, 98,5 66,7 52


5 7 ,1

,79 151, 125, 102, 75,1 57


1 5 5 ,7

,79 165, 138, 113, 82,9 63 27,5 24,55 30,6 19,9 0,0058 0,004 0,002 0,003 151, 125,77 98,2 72,9
2 05 5 ,0 54 148 454 103 625 5 5

r1 = 13,6 mm r4 = 43,6 mm
l = 0,25 m

r2 = 23,6 mm r5 = 53,6 mm

r3 = 33,6 mm L=0,25M

3λ34

19
BAB V

KESIMPULAN

1. Panas yang diserap dapat dilihat dari nilai temperature Q panas


yang diserap semakin tinggi dan isolator dari Q1 hingga Q5,
nilai Q1 sampai Q5 berbanding lurus dengan penambahan
waktu, dalam perhitungan grafik kami mendapat nilai K1 =
0,00003243 dan nilai K2 = 0,000568
2. Prinsip kerja metode pengukuran isolasi panas untuk
mengurangi perpindahan panas (kalor), energy panas dapat di
ukur/ketetapan panas agar panas tidak keluar lingkungan
3. Penggunaan isolator dapat kita jumpai pada pengunaan boiler
dan lain lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, Himsar, 2011. Perpindahan panas konveksi dan Pengantar Alat

Penukar Kalor. Medan: Departemen Teknik Mesin FT USU.

Buchori, Lukman, 2004. Buku ajar perpindahan panas. UNDIP. Semarang.

Erwin Rommel, dkk, 2017 .“ Pengaruh Pemakaian Fly-Ash Terhadap

Karakteristik Beton Busa ( Tinjauan pada Konduktivitas Termal dan

Sound Absorption Beton“. Universitas Muhammadiyah Malang.

Firmansyah , dkk,2017. ”Uji Konduktivitas Termal pada Daun

Bayam dengan Menggunakan Thermal Conductivity Apparatus ”.

InstitutPertanian Bogor.

J.P Holman ( Jasjfi, E ), 1987.Perpindahan Kalor, Edisi kelima, Erlangga,

Jakarta.

Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi ketiga.


Erlangga:Jakarta.1997.

19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
“Heat Exchanger”

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mempelajari dasar – dasar penukar panas
2. Untuk menghitung neraca panas dari penukar panas
3. Untuk menghitung koefisiennsi pemindahan panas keseluruhan dari penukar
panas
4. Untuk menghitung efisiensi penukar panas
5. Untuk mempelajari hubungan antara bilangan reynold dengan karakteristik
penukar panas

C. Latar belakang
Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger)
berfungsi mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang
batas. Bidang batas pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari
berbagai jenis logam sesuai dengan penggunaan dari alat tersebut. Pada
percobaan ini akan dilakukan pengamatan unjuk kerja alat penukar kalor pipa
ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari dua pipa konsentris. Pipa
yang berada di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan bagian dalam
dikenal sebagai pipa (tube).
Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan
perpindahan panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas
(super heated steam) dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien.

19
Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati
dua bidangbatas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang
terbuat dari berbagaijenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari
dua pipa konsentris, yaitu:annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube
(pipa yang berada di dalam).

19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Heat Exchanger

Sesuai dengan namanya, maka alat penukar kalor (heat exchanger) berfungsi
mempertukarkan suhu antara dua fluida dengan melewati dua bidang batas. Bidang batas
pada alat penukar kalor ini berupa pipa yang terbuat dari berbagai jenis logam sesuai
dengan penggunaan dari alat tersebut. Pada percobaan ini akan dilakukan pengamatan
unjuk kerja alat penukar kalor pipa ganda (double pipe heat exchanger) yang terdiri dari
dua pipa konsentris. Pipa yang berada di luar dikenal sebagai annulus (shell), sedangkan
bagian dalam dikenal sebagai pipa (tube).

Penukar panas atau dalam industri kimia populer dengan istilah bahasa
Inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan
panas dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas yang dipakai adalah uap lewat panas (super heated steam) dan air
biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin
agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.

2.2. Prinsip Kerja Heat Exchanger

Heat exchanger adalah heat exchanger antara dua fluida dengan melewati dua
bidangbatas. Bidang batas pada heat exchanger adalah dinding pipa yang terbuat dari
berbagaijenis logam. Pada heat exchanger ini, terdapat dari dua pipa
konsentris, yaitu:annullus/shell (pipa yang berada di luar) dan tube (pipa yang berada di
dalam).

Berdasarkan jenis alirannya heat exchanger dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pararel Flow

19
Kedua fluida ,mengalir dalam heat exchanger dengan aliran yang searah. Kedua fluida
memasuki HE dengan perbedaan suhu yang besar. Perbedaan temperatur yang besar
akan berkurang seiring dengan semakin besarnya x, jarak pada HE.
Temperatur keluaran dari fluida dingin tidak akan melebihi temperatur fluida panas.

2. Counter Flow

Berlawanan dengan paralel flow, kedua aliran fluida yang mengalir dalam HE masuk dari
arah yang berlawanan. Aliran keluaran yang fluida dingin ini suhunya
mendekati suhu dari masukan fluida panas sehingga hasil suhu yang didapat lebih efekrif
dari paralel flow. Mekanisme perpindahan kalor jenis ini hampir sama dengan paralel
flow, dimana aplikasi dari bentuk diferensial dari persamaan steady-state

3. Cross flow Heat exchanger

Dimana satu fluida mengalir tegak lurus dengan fluida yang lain. Biasa dipakai untuk
aplikasi yang melibatkan dua fasa. Misalnya sistem kondensor uap (tube and shell heat
exchanger), di mana uap memasuki shell, air pendingin mengalir di dalam tube dan
menyerap panas dari uap sehingga uap menjadi cair.

2.3. Komponen Penyusun Heat Exchanger

Komponen-komponen dari penyusun Heat Exchanger, terdiri dari:

1. Shell dan Tube

Suatu sillinder yang dilengkapi dengan inlet dan outlet nozzle sebagai tempat keluar
masuknya fluida. Ada 2 jenis tube dalam shell, yaitu finned tube (tube yang
mempunyai sirip (fin) pada bagian luar tube) dan bare tube (tube dengan permukaan yang
rata)

2. Tube Sheet

Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu yang disebut tube
bundle. HE dengan tube lurus pada umumnya menggunakan 2 buah tube sheet.

19
Sedangkan pada tube tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah antara tube side dengan
shell side.

3. Baffle

Berfungsi sebagai penyangga tube, menjaga jarak antar tube, menahan vibrasi yang
disebabkan oleh aliran fluida, dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan panas
lebih sempurna. Jenis baffle yaitu battle melintang (segmental, dish and doughnut)
dan baffle memanjang.

4. Tie Rods

Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan di bagian paling luar
dari baffle yang berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan
lainnya tetap.

2.4. Jenis-Jenis Heat Exchanger

A. Berdasarkan Fungsinya

1. Heat exchanger

Heat exchanger mengontrol kalor antara dua proses aliran: aliran fluida panas yang
membutuhkan pendinginan ke aliran fluida temperatur rendah yang membutuhkan
pemanasan. Kedua fluida biasanya satu fasa atau suatu fluida yang berbentuk gas dan
lainnya berbentuk cairan.

2. Condenser

Condenser adalah tipe lain dimana hidrokarbon atau gas lainnya yang mencair sebagian
atau seluruhnya dengan pemindahan panas.

3. Cooler – Chiller

Berfungsi memindahkan panas, baik panas sensibel maupun panas laten fluida yang
berbentuk uap kepada media pendingin, sehingga terjadi perubahan fasa uap menjadicair.
Media pendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor biasanya

19
dipasang pada top kolom fraksinasi. Pada beberapa kasus refrijeran biasa digunakan
ketika temperatur rendah dibutuhkan. Pendinginan itu sering disebut ‘chiller’.

4. Reboiler

Digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolom (bottom)
distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada masih teruapkan. Media pemanas yang
digunakan adalah uap (steam). Reboiler bisa dipanaskan melalui media pemanas
atau dipanaskan langsung. Yang terakhir reboilernya adalah furnace atau fire tube

5. Heater – Superheater

Heater digunakan untuk memanaskan fluida yang memiliki viskositas tinggi baik bahan
baku ataupun fluida proses dan biasanya menggunakan steam sebagai pemanas.
Superheater memanaskan gas dibawah temperatur jenuh.

B. Berdasarkan Konstruksinya

1. Tubular Exchanger

a. Double-pipe Heat exchanger

Terdiri dari satu buah pipa yang diletakkan di dalam sebuah pipa lainnya
yangberdiameter lebih besar secara konsentris. Fluida yang satu mengalir di
dalam pipakecil sedangkan fluida yang lain mengalir di bagian luarnya. Pada bagian
luar pipa kecil biasanya dipasang fin atau sirip memanjang, hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan permukaan perpindahan panas yang lebih luas. Double pipe ini
dapat digunakan untuk memanaskan atau mendinginkan fluida hasil proses yang
membutuhkan area perpindahan panas yang kecil (biasanya hanya mencapai 50 m.

Double-pipe Heat exchanger ini juga dapat digunakan untuk mendidihkan atau
mengkondensasikan fluida proses tapi dalam jumlah yang sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan jika memakai Heat exchanger ini adalah kesulitan untuk memindahkan panas
dan mahalnya biaya per unit permukaan transfer. Tetapi, double pipe Heat exchanger ini
juga memiliki keuntungan yaitu Heat exchanger ini dapat dipasang

19
dengan berbagai macam fitting (ukuran). Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor
terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah
antara kedua fluida sehingga kedua

fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin)
mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi
mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian
mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang disusun dalam susunan vertikal.
Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses

konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi
ke fluida yang bertemperatur rendah.

Kelebihan Double-pipe Heat exchanger:

o Dapat digunakan untuk fluida yang memiliki tekanan tinggi.

o Mudah dibersihkan pada bagian fitting

o Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa

o Dapat dipasang secara seri ataupun paralel

o Dapat diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD

sesuai dengan keperluan

o Mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya

o Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat

Kekurangan Double-pipe Heat exchanger:

o Relatif mahal

o Terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m)

o Biasanya hanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau
dikondensasikan.

b. Shell and tube

19
Jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian pipa kecil yang disebut
tube bundle.

Perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir di dalam tube dan fluida yang
mengalir diluar tube (pada shell side). Shell and tube ini merupakan Heat exchanger yang
paling banyak digunakan dalam proses-proses industri. Keuntungan Shell and Tube Heat
exchanger merupakan Heat exchanger yang paling banyak digunakan di proses-proses
industri karena mampu memberikan ratio area erpindahan panas dengan volume dan
massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi ekspansi
termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling murah di antara
yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi tabung
dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di
dalam shell tersebut dipasangkan sekat/penghalang (baffles).

Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan
tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk
keperluan fluida yang korosif). Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada
dinding tube dimana terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan
konveksi

19
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi
1. Pompa sirkulasi
2. Tangki air panas
3. Tangki air dingin
B. Metoda
1) Prosedur menghidupkan alat
1. Semua alat dan perpipaan dipersiapkan
2. Saklar dihubungkan dengan sumber arus
3. Pompa air dingin dan air panas di mulai start dimana keran keduanya
dibuka
4. Tombol on pada heater ditekan
5. Temperatur set diatas kearah 60
6. Katup diatur pada posisi searah
7. Laju arus (w) diatur pada 60 dan laju arus (w) 300
8. Tanda bungi ditunggu 3 kali, apabila telah bunyi 2 kali maka data pada
T1,T2,t3,t2 dicatat
9. Percobaan 7 dan 8 dilakukan kembali dengan mengatur laju arus(w) 80
dan 110 𝐿 ⁄𝑗𝑎𝑚

10. Setelah percobaan searah dilakukan maka percobaan berlawanan arah


dilakukan dengan mengatur katub kearah tertentu
11. Laju arus (w) diatur 110 dan laju arus (w) 300
12. Pada bunyi ditunggu 2 kali, apabila telah bunyi 2 kali maka dalam
T1,T2,t3,t2 dicatat
13. Perobaan 12 dan 13 dilakukan kembali dengan megatur laju arus (w) 110
dan 300
2) Prosedur mematikan alat
1. Semua proses percobaan dihentikan
2. Semua kran air ditutup

19
3. Laju arus (w) dan (w) dikembalikan pada posisi semula
4. Temperatur pada set dikembalikan pada posisi semula
5. Tombol panel di off kan
6. Sumber arus listrik dicabut melalui saklar

C. Gambar rangkaian

19
BAB IV
HASIL KERA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil kerja praktek

B. Pembahasan
1) Perhitungan

Searah

Data C :

1. Menghitung harga △ 𝑡𝑚
Dik : T1 = 60℃ t1= 31℃
T2 = 55℃ t2 = 32,5℃
Peny :
△ 𝑡1 = T 1 – t1 △ 𝑡2 = T 1 – t1
= 60℃ - 31℃ = 55℃ - 32,5℃
= 29℃ = 22,5℃

△𝑡1− △𝑡2
△ 𝑡𝑚 = △𝑡1
𝑙𝑛
△𝑡2

29℃−22,5℃
= 29℃
𝑙𝑛22,5℃

6,5℃ 6,5℃
= ln 1,2889 = 0,254 = 25,59℃

2. Menghitung qw dan Qw
a. Untuk yang dingin
𝑡1+ 𝑡2
w =
2
31℃ + 32,5 ℃
=
2

19
= 31,75℃

Interpolasi w :

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

31,75 − 30 𝑦 − 0,99564
=
32−30 0,99502−0,99564

1,75 𝑦 − 0,99564
=
2 0,00062

y – 0,99564 = -0,0005425

𝑔𝑟
y = 0,9950975 ⁄𝑚𝑙

𝐾𝑔
= 0,99551 ⁄𝑙

Maka

𝐾𝑔⁄
W = 300 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,99551 𝑙

𝐾𝑔
= 298,529 ⁄𝑗𝑎𝑚

Interpolasi Cp :

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

31,75 − 30 𝑦 − 0,998
=
32−30 0,998−0,998

𝑦 − 0,998
0,875 =
0

y = 0,998 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃

19
Maka :

Qw = w x cp x (t1-t2)

𝐾𝑔
= 298,529 ⁄𝐽𝑎𝑚 x 0,998 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃ (31℃ - 32,5℃)

= 446,898𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐽𝑎𝑚

b. Menghitung Qw Air panas

𝑡1+ 𝑡2
w =
2

60℃ + 55 ℃
=
2

= 57,5℃

Interpolasi w :

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥−𝑥 𝑦−𝑦

57,5 − 56 𝑦 − 0,98501
=
58−56 0,98422−0,98501

𝑦 − 0,98501
0,75 =
0,00079

y – 0,98501 = 0,0005925

𝐾𝑔
= 0,98422 ⁄𝑙

𝐾𝑔
Maka w = 80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,98422 ⁄𝑙

19
𝐾𝑔
= 78,75 0,98422 ⁄𝑗𝑎𝑚

Interpolasi Cp :

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

57,5 − 56 𝑦 − 0,999
=
58−56 1− 0,999

𝑦 − 0,999
0,75 =
0,001

0,00075 = y – 0,999

y = 0,99975 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃

Maka :

Qw = w x cp x (t1-t2)

𝐾𝑔
= 78,75 ⁄𝐽𝑎𝑚 x 0,99975𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔 ℃ (60℃ -

55℃)

= 393,652𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐽𝑎𝑚 ℃

3. Bilangan reynold air dingin


𝜋
A = (Di2-D02)
4
3,14
= ((3,6 x 10-2m) – (1,9 x 10-2m)2)
3

= 0,785 ( 12,96 x 10-4m – 3,61 x 10-4m)

= 0,785 (9,35 x 10-4m)

= 7,34 x 10-4m

19
𝑊
V =
𝐴
300
=
7,34𝑥10−4 𝑚2

= 40,87 x 10-5 𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2
31℃+ 32,5℃
t = = 31,75℃
2

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

31,75 − 30 𝑦 − 0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796

1,75 𝑦 − 0,00796
=
5 0,00072

-0,000252 = y-0,00796

2
= 0,027708 x 10-4𝑚 ⁄𝑠

300
Rew = 7,584 x
0,027708 𝑥 10−4

22,752 𝑥 10−4
=
0,007788 10−4

= 2.951,74

4. Menghitung bilangan reynold air panas

𝜋
A = x Di2
4

3,14
= x (1,7 x 10-2m)2
4

= 2,27 x 10-4m2

19
𝑊
V =
𝐴

80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2,27𝑥10−4 𝑚2

= 35,68 x 10-4𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2

60℃+ 55℃
t = = 57,5℃
2

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

57,5 − 55 𝑦 − 0,00578
=
60−55 0,00480 − 0,00518

0,5 x (-0,00038) =y – 0,00518

-0,00019 = y – 0,00518

y = 0,00499 x 10-4𝑙⁄𝑗𝑎𝑚

80
Rew = 2,080 x 10-5 x
0,00499 𝑥 10−4

16,64 𝑥 10−4
=
0,00499 10−4

= 3.334,67

5. Menghitung nilai efisiensi


𝑇1−𝑇2
nh = x 100 %
𝑇1−𝑡1
60−55
=( )x 100 %
60−31

19
5℃
= x 100 %
29℃
= 17,24%

6. Menghitung nilai koefisiensi


Qw + qw
q =
2

39,652 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 +446,898 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚


=
2

= 420,275 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚

𝑑𝑖+𝑑0
A =𝜋 ( )ℓ
2
1,7 𝑥 10−2 𝑚 +1,9 𝑥 10−2 𝑚
= 3,14 ( )1m
2
= 3,14 x 1,8 x 10-2 m2
= 5,652 x 10-2m2
Maka :

420,275𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
U =
5,652 𝑥 10−2 𝑚2 𝑥 25,59 ℃

420,275𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
= = 290,576 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 𝑚2 ℃
144,635 𝑥 10−2 𝑚2 ℃

Untuk Berlawanan

1. Menghitung Qw air dingin

31℃ + 33 ℃
t =
2

= 32℃

𝑔𝑟
32℃ = 0,99502 ⁄𝑚𝑙

𝑘𝑔⁄
= 0,99502 𝑙

Maka : w = w x 𝜌air

19
𝑘𝑔
= 300𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,99502 ⁄𝑙

𝑘𝑔
= 298,506 ⁄𝑗𝑎𝑚

Cp :

Cp = 0,998𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑔℃

qw = w x cp x (T1-T2)

𝑘𝑔
= 298,506 ⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,998𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑔℃ (31℃-3℃)

= 595,22𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚

2. Menghitung Qw air panas

60℃ + 56 ℃
t =
2

= 58℃

Interpolasi w

𝑔𝑟
58℃ = 0,98422 ⁄𝑚𝑙

𝐾𝑔⁄
y = 0,98422 𝑙

Interpolasi Cp

58℃ = 1 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝐾𝑔℃

Maka : w = w x 𝜌air

𝑘𝑔
= 80𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 x 0,98422 ⁄𝑙

19
𝑘𝑔
= 78,74 ⁄𝑗𝑎𝑚

3. Menghitung bilangan reynold air dingin

𝜋
A = (Dp2-D02)
4
3,14
= ((3,6 x 10-2m) – (1,9 x 10-2m)2)
3

= 0,785 ( 12,96 x 10-4m – 3,61 x 10-4m)

= 0,785 (9,35 x 10-4m)

= 7,34 x 10-4m2

𝑊
V =
𝐴
300
=
7,34𝑥10−4 𝑚2

= 47,68 x 104 𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2

31℃+ 33℃
t = = 32℃
2

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑥2−𝑥1 𝑦2−𝑦1

32 − 30 𝑦 − 0,00796
=
35−30 0,00724−0,00796

𝑦 − 0,00796
0,6 =
−0,00072

– 0,000432 = y -0,00796

2
y = 0,007528 x 10 -4𝑚 ⁄𝑠

19
300 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
-6
Rew = 7,584 x 10 x 2
0,007528𝑚 ⁄𝑠

2275,2 𝑥 10−6 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚


= 2
0,007528𝑚 ⁄𝑠

= 3.022,32

4. Menghitung bilangan reynold air panas

𝜋
A = x Di2
4

3,14
= x (1,7 x 10-2m)2
4

-
= 2,27 x 10 4m

𝑊
V =
𝐴

80 𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2,27𝑥10−4 𝑚2

= 35,68 x 10-4𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 . 𝑚2

5. Menghitung nilai efisiensi


𝑇1−𝑇2
nh = x 100 %
𝑇1−𝑡1
60−56
=( )x 100 %
60−33
4
= x 100 %
27℃
= 14,81%
6. Menghitung nilai koefisiensi

Qw + qw
q =
2

19
314,96 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚 +595,22 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
2

= 455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚

𝑑𝑖+𝑑0
A =𝜋 ( )ℓ
2

1,7 𝑥 10−2 𝑚 +1,9 𝑥 10−2 𝑚


= 3,14 ( )1m
2

= 3,14 x 1,8 x 10-2 m2

= 5,652 x 10-2 m2

Maka :

455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
U =
5,652 𝑥 10−2 𝑚2 𝑥 25,59 ℃

455,09𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚
=
144,89 𝑥 10−2 𝑚2 ℃

= 309,82 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄
𝑗𝑎𝑚 𝑚2 ℃

19
C. Tabulasi data

Bilangan Bilangan Nilai


posis A q
Air panas Air dingin ∆𝑡𝑚 Qw qw reynold air reynold air efisiens m2
i
dingin panas i

T T 𝑟𝑒𝑤 𝑙
𝑤 t1 t2 𝑤 𝑗𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑤 𝑙 𝐾𝑘𝑎𝑙 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄
aliran 1 2 ⁄ 𝑙. ⁄ 𝑙. ℃ 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄ 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄ ⁄ 2 ⁄𝑗𝑎𝑚 % ⁄𝑗𝑎𝑚. 𝑗𝑎𝑚
𝑗𝑎𝑚 ℃ ℃ 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑗𝑎𝑚 𝑚
℃ ℃
𝑚2 . 𝑠 𝑚2 ℃
𝑠

6 5 3 246.321,865 188,6855
60 33 300 421,35 595,8179 457,3260 2,413 1,332120
0 3 1 7
6 5 3 32, 25,5
Searah

80 300 393,652 446,898 3334,67 2951,74 17,24 290,576 420,275


0 5 1 5 9
6 5 3 959,475
110 32 300 826,744 -1786,219 5880,4523 1293,9035 16,66 6,5366
0 6 1
6 5 3 33, 788,414
60 300 156,0846 745,141 2310,895 457,83278 1,8867 2,326
0 5 1 5
Berlawanan

6 5 3 455,09
80 33 300 25,9 314,96 595,22 3309,47 3022,32 14,81 309,82
0 6 1
9
-
6 5 3 27,6029
110 32 300 689,1967 -743,8531 5148,5148 1398,7090 25 0,10894290
0 7 1
4

L d1 d0 di

19
m 1,7 x 10 -2m 1,9 x 10 -2m 3,6 x 10 -2m

19
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa :

1. Heat exchanger adalah alat penukar panas yang dapat digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida
lain
2. Faktor faktor yang mempengaruhi,yakni :
a. Koefisien overal (u)
b. Fouling factor (Rd)
c. Nilai efisiensi (nh)
d. Laju alir
3. Nilai efisiensi yang didapat sebesar
a. Pada aliran searah = 17,24 %
b. Pada aliran berlawanan = 14,81%
Nilai koefisiensi yang didapat sebesar
a. Pada aliran searah = 290,576 𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚.
𝑚2 ℃
b. Pada aliran berlawanan = 309,82𝐾𝑘𝑎𝑙⁄𝑗𝑎𝑚.
𝑚2 ℃

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Praktikum Proses Operasi Teknik I, Teknik Gas dan Petrokimia UI.

Holman,J.P. 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta:Erlangga.

Kern,D.Q. 1981. Process Heat Transfer. Mc-Graw Hill International Company Book,

19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
“Fluidisasi “

B. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pengaruh kehilangan tekanan ( Pressure Loss ) pada Fixed dan


Fluidized Bed, mengukur porositas ( Voidage ) dan mengamati keadaan
luidisasi
2. Mempelajari kecepatan fluidisasi minimum ( Umf ).
3. untuk mengetahui hubungan antara pressure loss dengan pressure difference
pada system fluidisasi.
4. untuk mengetahui jarak lompatan suatu partikel ataupun level yang paling jauh
dalam proses fluidisasi

C. Latar Belakang

Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan ( bed ) dalam suatu
reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliran fluida ke dalamnya,
baik berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang
ada dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada
partikel dan menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik
jika kecepatan superficial naik. Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada
kolom yang kosong, sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara
partikel unggun. Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika
kecepatan superfisial dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan
unggun mengembang dan menyebabkan tahanan terhadap aliran udara mengecil,
sampai akhirnya gaya seret tersebut cukup untuk mendukung gaya berat partikel
unggun. Hal ini menyebabkan unggun terfluidisasi dan sistem solid-fluida

19
menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan superfisial terendah yang
dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization velocity ( Umf ).
Fluidisasi berhubungan dengan banyak proses industri kimia, misalnya dalam proses
katalisasi maupun dalam proses pemurnian gas. Proses fluidisasi ini memiliki
beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti jenis dan tipe fluidisasi, aplikasi
dalam industri serta spesifikasi dan cara kerja alatnya. Aplikasi fluidisasi dalam
proses industri sangat banyak. Hal ini dimulai pada tahun 1926 untuk Gasifier
Winkler berskala besar lalu Fluidized-bed Catalytic Cracking (FCC) crude oil
menjadi bensin pada tahun 1942. Aplikasi tersebut semakin berkembang dan pada
tahun 1990 dapat diklasifikasikan menjadi proses-proses kimia katalitik (seperti FCC
dan sintesis FischerTropsch), proses-proses kimia nonkatalitik (seperti thermal
cracking dan gasifikasi batubara), dan proses-proses fisik (seperti pengeringan dan
absorpsi). Selain itu, fluidisasi kontinu banyak dimanfaatkan dalam pabrik
pengolahan untuk memindahkan padatan dari satu tempat ke tempat lain.

19
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fluidisasi

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padat dengan fluida


baik cair maupun gas.Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki
sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom
berisi sejumlah partikel padat berbentuk bola Melalui unggun padatan ini kemudian
dialirkan gas dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan
tetap diam, karena gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup
rendah, butiran padat akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar
partikel tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang
demikian disebut unggun diam atau fixed bed.

Jika laju alir kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu keadaan di mana
unggun padatan akan tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada keadaan
ini masing-masing butiran akan terpisahkan satu sama lain sehingga dapat bergerak
dengan lebih mudah. Pada kondisi butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun akan
menyerupai suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan
untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Sifat unggun
terfluidisasi ini dapat dilihat pada Gambar B.

Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti


transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus,
perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik
pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses
pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi
(untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain.

Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi antara lain:

19
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap
diam.
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida
mencapai laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi
ini partikel-partikel padat mulai terekspansi.
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama
atau homogen sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam.
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
kondisi ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat.
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal.
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui
kecepatan maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan
terbawa aliran fluida dan berekspansi mencapai nilai maksimum

faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena fluidisasi berikut:

a. Laju alir fluida dan jenis fluida


b. Ukuran partikel dan bentuk partikel
c. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
d. Porositas unggun
e. Distribusi aliran,
f. Distribusi bentuk ukuran fluida
g. Diameter kolom

19
h. Tinggi unggun.
B. Jenis-jenis Fluidisasi

1. Fluidisasi Partikulat

Dalam fluidisasi pasir dengan air, partikel-partikel bergerak menjauh satu


sama lain dangerakannya bertambah hebat dengan meningkatnya kecepatan, tetapi
densitas unggun rata-ratapada suatu kecepatan tertentu sama di semua bagian unggun.
Proses ini disebut fluidisasipartikulat dan bercirikan ekspansi hamparan yang cukup
besar tetapi seragam pada kecepatantinggi.

Akan tetapi, tidak semua fluida liquid pasti menghasilkan fluidisasi partikulat,
hal inidipengaruhi oleh perbedaan densitas. Dalam kasus dimana densitas fluida dan
solid tidakterlalu berbeda, ukuran partikel kecil, dan kecepatan aliran fluida rendah,
unggun akanterluidisasi merata dengan tiap partikel bergerak sendiri-sendiri melewati
jalur bebas rata-rata(mean free path) yang relatif sama. Fase padat ini memiliki
banyak karakteristik liquid dandisebut fluidisasi partikulat.

Pada fluidisasi partikulat, ekspansi yang terjadi adalah seragam dan


persamaan Ergun,yang berlaku untuk unggun diam, dapat dikatakan masih berlaku
untuk unggun yang agakmengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah laminar, persamaan yangberlaku untuk hamparan yang mengalami ekspansi.

2. Fluidisasi Agregat/ Fluidisasi Gelembung

Unggun yang difluidisasikan dengan udara biasanya menunjukkan fluidisasi


agregat. Padakecepatan superfisial yang jauh melebihi Umf, kebanyakan gas akan
melewati unggunsebagai gelembung atau rongga-rongga kosong yang tidak berisikan
zat padat dan hanyasebagian kecil gas yang mengalir dalam saluran-saluran yang
terbentuk di antara partikel.Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir sama
dengan gelembung udara di dalam airatau gelembung uap di dalam zat cair yang
mendidih, dan karena itu fluidisasi jenis ini seringdisebut fluidisasi didih (boiling
bed).

Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar


pada waktunaik melalui hamparan fluidisasi itu.Jika kolom yang digunakan
berdiameter kecil denganhamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhiseluruh penampang.Gelembung-gelembung yang

19
beriringan lalu bergerak ke puncak kolomterpisah dari zat padat yang seakan-akan
tersumbat.Peristiwa ini disebut penyumbatan(slugging).

Penyamarataan bahwa fluida gas pasti menghasilkan fluidisasi gelembung


tidaksepenuhnya benar.Perbedaan densitas merupakan parameter yang penting.Pada
kasusdimana densitas fluida dan solid berbeda jauh atau ukuran partikel besar,
kecepatan aliranfluida yang dibutuhkan lebih besar dan fluidisasi yang terjadi tidak
merata. Sebagian besarfluida melewati unggun dalam bentuk gelembung (bubbles).
Di sini, unggun memiliki banyakkarakteristik liquid dengan fasa fluida terjadi pada
saat gas menggelembung melewatiunggun.Fluidisasi jenis ini disebut fluidisasi
agregat.

Partikel unggun yang lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat
sukarterfluidisasi karena gaya tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya.
Partikelcenderung melekat satu sama lain dan gas menembus unggun dengan
membentuk channel.Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung
terutama disebabkan olehvolume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat
pada umumnya tidak berekspansidengan peningkatan aliran. Dalam penurunan
berikut ini, aliran gas melalui fase rapatdiandaikan sama dengan Umf dikalikan
dengan fraksi unggun yang diisi oleh fase rapat,ditambah sisa aliran gas yang dibawa
oleh gelembung.

Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan


unggun dalamtingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui
unggun dan pecah padapermukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana
partikel unggun akan bergerak keatas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan fluida,
perilaku gelembung akan bertambah besar.

3. Fluidisasi Kontinu

Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalamhamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu
fluidisasi kontinu.Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat
padat dari suatu titik ke titiklain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada
beberapa reaktor gas zat padat lama yangbekerja dengan prinsip ini. Contohnya
adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasipneumatic.

Ketika laju alir fasa fluida melewati kecepatan terminal partikel, unggun
terfluidisasi akankehilangan identitasnya karena partikel solid terbawa dalam aliran

19
fluida. Metodapengangkutan ini sering digunakan dalam industri, biasanya dengan
udara sebagai fasa fluida,antara lain untuk mengangkut produk dari pengering
semprot (spray dryers). Keuntunganmetoda ini adalah kehilangan yang terjadi sedikit,
prosesnya bersih, dan kemampuannyauntuk memindahkan sejumlah besar solid
dalam waktu singkat. Tetapi kerugiannya antaralain ada kemungkinan terjadi
kerusakan partikel solid serta korosi pada pipa mungkin besar.

Dalam fluidisasi, karena sifat-sifat partikel padat yang menyerupai sifat fluida
cair denganviskositas tinggi, metode pengontakan fluidisasi memiliki beberapa
keuntungan dan kerugian.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi

Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:

 Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang
terbentuk menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang
tinggi diperoleh antara unggun dan permukaan yang dicelupkan.
 Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat
secara kontinu dan memudahkan pengontrolan.
 Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas
yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas
permukaan kecil.
 Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup
tinggi.
 Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan
pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor.
 Kebocoran seperti pada aliaran cairan dan partikel-partikel memberikan
kontrol secara kontinyu.

Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:

 Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana


unggunterfluidisasi. Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi

19
kehilanganmaterial yang cukup besar akibat terbawa keluar dari unggun serta
ada kemungkinanterjadi kerusakan partikel karena kecepatan operasi yang
terlalu besar.
 Sulit menggambarkan aliran gas dengan deviasi besar dari sumber aliran dan
dengan passing dari solute dan gelembung-gelembung menyebabkan tidak
efisiennya sistem kontak. Hal ini menjadi serius bila konversi tinggi dan
reaktan-reaktan dibutuhkan
 Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk
unggunyang besar dan dalam.
 Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
 Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan
dalammengubah skala kecil menjadi skala industri.
 Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
 Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya
sejumlahtertentu.

19
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

Alat
Blower : 1 buah
Plat Orifice : 1 buah
Timbangan : 1 buah
Manometer Pipa U : 1 buah
Kolom Fluidized Bed : 1 buah
Pengaris : 1 buah

Beberapa buah Valve : 1 buah

Pipa- pipa : 1 buah

Gelas Ukur : 1 buah

Bahan
Pasir Kwarsa : 15 ml

Aquadest : 10 ml

19
B. Metoda
C. Prosedur Kerja
1.Menghitung porositas
1. Gelas ukur kosong ditimbang kemudian dicatat sebagai M1
2. Aquadest sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam gelas ukur. Catat beratnya
sebagai V1.
3. Pasir kwarsa ditimbang sebanyak 15 ml dimasukkan kedalam gelas ukur
kemudian dicatat beratnya sebagai V2.
4. Aquadest dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi pasir kwarsa.
5. Pasir kwarsa dan aquadest ditimbang, dicatat sebagai M2.
6. Pasir kwarsa disaring menggunakan kertas saring.
7. Pasir kwarsa dan kertas saring dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100°C.

2. Percobaan fixed bed dari fluidized bed

1. Untuk fix bed

1. kompresor udara blower dihidupkan

2.katub pada nomor 2 dibiarkan tertutup, katub pada nomor 3 dan 4 dibiarkan
terbuka. Katub pada nomor 1 dibiarkan setengah terbuka.

3. setelah semua selesai sesuai prosedur, amati yang terjadi. Catat gerakan partikelnya
yang terjadi dalam kolom, catat temperature, manometer dan flow rate/ level pada
pengamatan fixed bed,

2. Untuk fluidized bed

1. katup 1 dipastikan terbuka setengah, katup 2 tertutup penuh, katup 3 dan 4 terbuka
penuh

2. blower dipastikan hidup. Tunggu sampai udara terasa hangat

19
3. katup 2 diputar dua putaran, amati sampai pasir kwarsa naik ke atas lalu temperatur
dan manometernya dicatat beserta tinggi fluidisasi

4. lakukan percoaan sebanyak 3-4 kali pada katup 2.

C. Gambar Rangkaian

19
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

N Temp Manometer Air Volume Flow Note


O rate
( oC ) ( mmHg ) ( m3 / sec )
(m3/sec)

1 36 2 8.3.10-5 - Fixed Bed 22,9

2 38 5 10-3 - Fluidized Bed 23,3

3 42 8 1,6. 10-3 - Fluidized Bed 26,1

 D1 = 0,0563 m
 Dp = 0,00039 m
 L = 1m
 ρp = 2,21 gr/ml
 ∑o = 0,16

B. Analisa data
Diketahui :

 M1 = 81,9 gram
 M2 = 104 gram
 V1 = 15 ml
 V2 = 25 ml

19
 VT = 40 ml
1. Menghitung porositas partikel (∑0)
( V1+V2)−Vt
∑0 = V1+V2

(15+15)𝑚𝐿−25 𝑚𝐿
∑0 = (15+25)𝑚𝐿

5 mL
= 30 mL

= 0,16 ml

2. Menghitung density bahan ( ρp)


(M2 − M1)
ρp =
(Vt − V1)
(104−81,9)gr
= (25−15) mL
22,1 gr
= 10 mL
= 2,21gr/ml

3. Menghitung Laju alir udara (Vs )

V π
Vs = ; A= Di2
A 4

π
A= (Di2 )(m2)
4

3,14
= ( 0,00316969m)2(m2)
4

= 0,002488 m2

V
Vs =A

8,3 ×10−3 𝑚2 ⁄𝑠𝑒𝑐


= 0,02488

19
= 0,0336 m/sec

4. Fixed Bed (Saat Diam)


a) VLo = A x Lo
= 0,002488m2 .0,229m

= 000569 m3

b). VUdara = ∑0 x VLo

= 0,2 x 0,000569 m3

= 0,0001138 m3

c). VPartikel = VLo- VUdara

= 0,000569 m3 – 0,000113 m3

= 0,000456m3

d). ∆p = 150 ( 1 - ∑o )2μ x Vs x L

∑o3 x Dp2 x G

µ= viscositas udara (interpolasi)

𝑘𝑔
(36 − 0 )℃ y − 17,10 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠
=
(50 − 0)℃ 𝑘𝑔 𝑘𝑔
19,54 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠 − 17,10 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠

36 y − 17,10 × 10−6
=
50 𝑘𝑔
2,44 × 10−6 ⁄𝑚. 𝑠

19
𝑘𝑔⁄
1,7568 × 10−6 𝑚. 𝑠= y – 17,10 × 10
−6

𝑘𝑔⁄
y =1,7568 × 10−6 𝑚. 𝑠+ 17,10 × 10
−6

𝑘𝑔⁄
y = 18,8568 × 10−6 𝑚. 𝑠

ΔP = 150 × (1-∑o)2× µ × VS × l

(∑o)3 (DP)2 × g

ΔP= 150 × ( 1- 0,2 )2× 18,8568× 10-6 kg/m.s ×3,36x10-2m/sec ×1m


(0,2)3 (0,00039m) 2×10 m/s2

ΔP = 150 × 0,64× 63,359× 10-8kg/m.s2

0,008 1,521×10 -7 m2/s2

ΔP = 150 × 80 × 4,1656 kg/m2

= 49.987,376kg/m2

5. Fluidized Bed
a) VL1 = A x L1
= 0,002488 m2 x 0,229 m

= 0,000569 m3

VL2= A x L2

= 0,002488 m2 x 2,33 m

= 0,000579 m3

b) €mf
€mf1= VL1- Vp

VL1

19
= 5,69 × 10-4 m3– 4,8× 10-4 m3

5,69 × 10-4 m3

= 0,89 × 10-4 m3

5,69 × 10-4 m3

= 0,156

€mf1= VL1- Vp

VL1

= 5,79 × 10-4 m3– 4,8× 10-4 m3

5,79 × 10-4 m3

= 0,99 × 10-4 m3

5,79 × 10-4 m3

= 0,170

c) Umf
Interpolasi ρ udara
T=54
Y=0,98618 gr/ml

Umf1 = 1 × g × (€mf1)3( ῤp- ῤudara ) × Dp2

150 (1- €mf1)

Umf1 = 1 × 10𝑚⁄𝑠2× (0,156)3(2,21gr/ml – 0,98618gr/ml) × (0,00039 m)2

150 (1- 0,156)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
Umf1 = 1 × 10𝑚⁄𝑠2× 0,0037(1,2238) ⁄𝑚𝑙 . m2 . (15,21x10-8) ⁄𝑚𝑙

150 0,844
𝑔𝑟
= 1 × 10𝑚⁄𝑠2 × 8,159 x 10-10 ⁄𝑚𝑙 . m2

19
150

= 0,543 × 10-10 gr/s2

Umf2 = 1 × g × (€mf1)3( ῤp- ῤudara ) × Dp2

150 (1- €mf1)

Umf1 = 1 × 10𝑚⁄𝑠2× (0,170)3(2,21gr/ml – 0,98618gr/ml) × (0,00039 m)2

150 (1- 0,170)


𝑔𝑟
Umf1 = 1 × 10𝑚⁄𝑠2× 0,00493(1,2238) ⁄𝑚𝑙 × 15,21 × 10-8 m2

150 0,83
𝑔𝑟 𝑔𝑟
= 1 × 10𝑚⁄𝑠2 × 0,005919 ⁄𝑚𝑙 . m2. (1,8613x10-7) ⁄𝑚𝑙

150

= 0,7344x10-10 kg/s2

d). ∆pf 1 = L1×( ῤp - ῤudara )× ( 1 - €mf1)

= 0,229 m × (0,00221gr/ml – 0,000001141 gr/ml ) × (1-0,156)

= 0,28 m × 0,00221gr/ml × 0,844

= 0,00042714 gr/L

= 4,2714× 10-4 kg/m2

∆pf1 = L1×( ῤp - ῤudara )× ( 1 - €mf2)

= 0,233 m × (0,00221 gr/ml – 0,000001125 gr/ml ) × (1-0,170)

= 0,233 m × 0,00221gr/ml × 0,83

19
= 0,000042741 gr/L

= 4,274× 10-4kg/m2

19
19
D. Tabulasi Data

Fl ∑ Umf ∆pf KET


Air
V.Part ΔP
Te Mano ow V. mf
Volu Ρp Vs
N mp meter Ra ∑ A Vl Udar (Kg/
me (Kg/ (m/ ikel
o (oC (mmH2 te 0 (m2) (m3) a m2)
(m3/s m3) s) (m3)
) O) (c ( m3)
)
m)
3,3× 22, 0, 0,33 0,002 0,000
0,000 0,0004 1,44 - - - Saat
1. 36 2 2,21 36 488 519 ×10-3 Diam
10-3 9 2 456 6
23, 0, - 5,65 0,1 0,543× 0,23 Berge
2. 38 5 10-3 - -
3 2 2,21 ×10-4 - - 56 10-10 65 rak

1,6× 26, 0, - - 5,79 - - 0,7344 0,23 Berge


3. 42 8 2,21 - -
10-3 1 2 ×10-4 ×10-10 66 rak

19
BAB V

KESIMPULAN

1.Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa nilai ∑o = 0,2. Ρp =


2,21 kg/m3, nilai V1 pada saat diam = 0,00569 m3 dan pada saat
bergerak = 0,00569 m3 dan 0,00579 m3.
2. Semakin tinggi udara yang dimasukkan maka temperatur juga kan
semakin tinggi.
3. Semakin tinggi laju udara yang dimasukkan maka tinggi partikel
paa tabung semakin tinggi juga.

138
DAFTAR PUSTAKA

Angga, putu.dkk. 2014. Fluidized Bed gasification Berbahan Bakar Biomassa dan
Batu Bara dengan Variasi Komposisi Bahan Bakar. Bali: Universitas
Udayana.

Ernest, G., 1950. Minyak Atsiri Jilid I dan IV.UIPress.Jakarta.

Schaum, ‘ Mekanika Fluida & HIdraulika’, Edisi kedua.

Suherman.dkk. 2016. Analisi Energi dan Eksergi pada Pengeringan Tepung


Tapioka Menggunakan Pengeringan Kontinu Unggun Fluidisasi Getar.
Semarang: UNDIP.

Www.triwahyuni.blogspot.com. Fluidisasi dan materi.

Yahya, M. 2015. Kajian Karakteristik Pengering Fluidisasi Terintegrasi dengan


Tungku Biomassa untuk Pengeringan Padi. Padang: Instut Teknologi
Padang.

139
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
“EKSTRAKSI BERPELARUT”

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui teknik ekstraksi dalam perolehan minyak atsiri.
2. Untuk mengetahui kadar minyak atsiri seoptimal mungkin dengan
menggunakan alat soxclet extration apparatus.
3. Untuk mengetahui pelarut yang paling digunakan untuk perolehan
minyak atsiri.

C. Latar Belakang

Metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara


bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan
banyak dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut
pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai
terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah
didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang
berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk
dilakukan analisis selanjutnya.

Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam mana suatu


larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut
kedua (biasanya organik), yang pada hakekatnya tak tercampurkan dengan
yang disebut pertama dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat
terlarut (solute) ke dalam pelarut yang ke dua itu.

140
BAB II
LANDASAN TEORI

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode


pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini
dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau
kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbada dalam kedua fase pelarut.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu


campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak
saling bercampur.Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan
sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam
analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini
diekstraksi secara selektif.

Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air


yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik
agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling
tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong
pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.

Ekstraksi dapat dilakukan secara kontinue atau bertahap, ekstraksi bertahap


cukup dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan
corong pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan
atas.

Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa


proses ekstraksi merupakan proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu
lapisan pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam.

141
Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka
kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar.
Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu
kali.Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai metode
analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan pelepasan
karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan langsung dalam
lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk pelarut air
maupun organik.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:

Tipe persiapan sampel

Waktu ekstraksi

Kuantitas pelarut

Suhu pelarut

Tipe pelarut

Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah
metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan
senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi
perlu ditentukan terlebih dahulu.

142
Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya:

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme

3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara


struktural.

Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber


tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya
dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam
kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu
organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik.

Proses ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan


adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan


penggilingan bagian tumbuhan.

2. Pemilihan pelarut

3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.

5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya.

Ekstraksi

Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

 Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.


Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri. Metode ini

143
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke
dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari
metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan
cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,
beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di
sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang
bersifat termolabil.

 Ultrasound - Assisted Solvent Extraction

Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan


bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang
berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal
ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga
menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pel arut dan meningkatkan hasil
ekstraksi.

 Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam


sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode ini
adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan kerugiannya
adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit
menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu.

144
 Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel dalam


sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang
ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai
dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di bawah suhu reflux.
Keuntungan dari metode ini adalah proses ektraksi yang kontinyu, sampel
terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak membutuhkan
banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang
diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.

 Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam


labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga
mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu. Destilasi
uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk mengekstraksi
minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan,
uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling
bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor.
Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat
terdegradasi .

Pemisahan Senyawa

 Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan kromatograsi kolom pada prinsipnya


sama. Apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa
komponen yang diserap lemah oleh adsorben akan keluar lebih cepat bersama
eluen, sedangkan komponen yang diserap kuat akan keluar lebih lama
(Hostettman,1995). KLT merupakan suatu teknik pemisahan dengan

145
menggunakan adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang
disalutkan pada permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat
aluminium, atau pelat plastik. Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase
gerak tertapis melewati adsorben (Deinstrop, Elke H,2007 ).

KLT dapat digunakan jika :

1. Senyawa tidak menguap atau tingkat penguapannya rendah.

2. Senyawa bersifat polar, semi polar, non polar, atau ionik.

3. Sampel dalam jumlah banyak harus dianalisis secara simultan, hemat


biaya, dan dalam jangka waktu tertentu.

4. Sampel yang akan dianalisis akan merusak kolom pada Kromatografi


Cair (KC) ataupun Kromatografi Gas (KG).

5. Pelarut yang digunakan akan mengganggu penjerap dalam kolom


Kromatografi Cair.

6. Senyawa dalam sampel yang akan dianalisis tidak dapat dideteksi


dengan metode KC ataupun KG atau memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

7. Setelah proses kromatografi, semua komponen dalam sampel perlu


dideteksi (berkaitan dengan nilai Rf).

8. Komponen dari suatu campuran dari suatu senyawa akan dideteksi


terpisah setelah pemisahan atau akan dideteksi dengan berbagai metode secara
bergantian (misalnya pada drug screening)

9. Tidak ada sumber listrik. KLT digunakan secara luas untuk analisis
solute-solute organic terutama dalam bidang biokimia, farmasi, klinis,
forensic, baik untuk analisis kualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf
solut dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif (Gandjar IG.,
2008). Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya

146
komponen dalam campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya
suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian, menentukan kondisi yang
sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi kolom,
melakukan screening sampel untuk obat (Gandjar IG, 2008).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu


campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak
saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan
sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu dalam
analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini
diekstraksi secara selektif.

Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air


yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik
agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling
tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong
pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.

Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa


proses ekstraksi merupakan proses kesetimbanganmaka pemisahan salah satu
lapisan pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam.
Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka
kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar.
Untuk tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.

Analisis lebih lanjut setelah proses ekstraksi dapat dilakukan dengan


berbagai metode seperti volumetri, spektrofotometri dan sebagainya. Jika sebagai
metode analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu dilakukan
pelepasan karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan langsung
dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk pelarut air
maupun organik.

147
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.

148
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

Alat :

 1 Set Alat Soxclet Extration Apparatus


 Neraca Analitis
 Pisau
 Pipet Tetes
 Gelas Ukur 1000 ml
 Statif dan Klem
 Pemanas Listrik
 Stop Watch
 Thermometer
 Piknometer 5 ml
 Timbangan

Bahan :

 kernel
 Normal Hexane
 Pembalut Sampel
 Air

B. Metoda

149
I. Prosedur kerja ekstraksi brondolan kernel kelapa sawit

1. Kertas saring kosong ditimbang pada neraca anlitik


2. Kernel buah kelapa sawit yang sudah hilang kadar airnya
ditumbuk hingga halus dengan menggunakan alu dan mortal
dimasukan kedalam beaker glass
3. Sampel yang sudah dihakuskan dimasukan kedalam kertas saring
kemudian ditutup kertas saringnya
4. Kertas saring yang berisi sampel kemudian ditimbang dengan
neraca analitik dan dicatat beratnya
5. Peralatan dirangkai dengan memasang labu ekstraksi pada klem
lalu diletakan water bath dibawahnya. Lalu dipasang soklet pada
tabung ekstraksi. Dimasukan kertas saring yang telah berisi
sampel kedalam soklet lalu dimasukan pelarut N-heksane
kedalam soklet menggunakan corong sebanyak 200 ml.
Kondensor dipasang kedalam soklet dan dialirkan air pendingin
pada kondensor. Dimasukan aquadest kedalam waterbath hingga
penuh lalu dihidupkan water bath dan diatur suhunya sebesar
80oC bersamaan dengan warna larutan menjadi bening
6. Solven disirkulasikan hingga samperl diektraksi semuanya
ditandai dengan warna larutan menjadi bening
7. Waktu tiap sirkulasi dicatat
8. Kertas saring yang berisi sampel yang telah diekstrakan
dikeluarkan dari dalam soklet.Lalu ditimbang beratnya dengan
neraca analitik dan dicatat beratnya.
9. Kertas saring basa berisi sampel dikeringkan di dalam oven
selama 1 hari
10. Kertas saring berisi sampel yang suda dikeringkan ditimbang
kembali dengan neraca analitik dan dicatat beratnya

II. Prosedur kerja mengukur density hasil ekstraksi

150
1. Piknometer kosong ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat
beratnya
2. Minyak hasil ekstraksi dimasukan kedalam piknometer 5ml hingga
penuh
3. Pikno + minyak hasil ekstraksi ditutup dan ditimbang kemudian
dicatat beratnya
4. Hitung density minyak hasil ekstraksi

C. Gambar Rangkaian

151
152
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

EKSTRAKSI

A. Hasil Kerja Praktek


No Berat Temperatur Berat Berat Density
Labu (oC) labu+Minyak+Pelarut Minyak+Pelarut Campuran
(gram) (gram) (gram) (gram)

1. 100 70 175 75 0,67112

No Sirkulasi Suhu (oC) Waktu (menit)

1 1 70 35.02

2 2 70 39.41

3 3 70 43.29

4 4 70 47.53

1. Berat Labu Kosong : 100 gr


2. Berat Labu Berisi Sampel : 175 gr
3. Berat Pembalut Sampel Kosong : 1,5165 gr
4. Berat Pembalut Sampel Berisi : 21,3093 gr
5. Berat Pembalut Sampel Setelah di Keringkan : 8,7152 gr
6. Berat Pikno Kosong : 10,7222 gr
7. Berat Pikno Berisi Sampel : 14,0778 gr
8. Volume Pikno : 5 ml
9. N-Hexana : 200 ml

153
B. Pembahasan
1. Menghitung Rendemen Minyak
Dik : Berat Awal : 21,3093gram
: Berat Akhir : 8,7152 gram
Dit : Rendemen Minyak ?
Jawab :

Berat Awal − Berat Akhir


𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟

21,3093gram − 8,7152 gram


= 𝑥 100%
21,3093gram

12,5941 gram
= 𝑥 100%
21,3093gram

= 59,1%

2. Menghitung Density Campuran


Dik : Berat Pikno Kosong : 10,7222 gram
Massa pikno kosong + Sampel : 14,0778gram
Volume Pikno : 5 ml
Dit : Density Campuran ?
Jawab :
Massa = (massa pikno + sampel) – ( massa pikno kosong)
Massa = 14,0778gram – 10,7222 gram
Massa = 3,3556 gram

Massa
Density Campuran = volume pikno
3,3556 gram
= 5 ml

= 0,67112 gram/ml

154
C. Tabulasi Data

No Berat Temperatur Berat Berat Density


Labu (oC) labu+Minyak+Pelarut Minyak+Pelarut Campuran
(gram) (gram) (gram) (gram)

1. 100 70 175 75 0,67112

Berat Berat % rendemen M.Pikno M.Pikno V.

Awal Akhir Minyak Kosong Berisi N-Hexane

(gram) (gram) (%) (gram) (gram) (ml)

21,3093 8,7152 59,1 10,7222 14,0778 200

Berat Labu Berat Berat V.Pikno

Kosong Kertas Saring Kertas Saring Berisi (ml)

(gram) Kosong (gram) (gram)

100 1,5165 21,3093 5

155
BAB V

KESIMPULAN

1. Ekstraksi minyak kernel ini dilakukan dengan alat ekstraksi soklet yaitu
metode ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
sifatnya sama dengan bahan yang akan diekstrak.
2. Hasil ekstraksi kami mendapat rendemen minyak dari kernel yang telah
kami ekstaksi adalah 59,1 %
3. Pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak inti (kernel) kelapa sawit
adalah N-heksane. Karena N-heksane mimoiliki titik didih yang tidak
terlalu tinggi dan dapat dengan baik melarutkan minyak kernel

156
DAFTAR PUSTAKA

Mukhriani . 2014.” Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi


Senyawa Aktif”. Makassar : Program Studi Farmasi, Fakultas
Ilmu Kesehatan, UIN Alauddin Makassar

Kristen, Jeremia. Dkk. 2016. “Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap


Rendemen Dan Mutu Minyak Bungan Melati Putih Menggunakan
Metode Ekstrasksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction)”.
Bandung : Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas
Padjadjaran

Prasetiyo, Arif Wahyu. 2015. “Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber


officinale, Rosc.) Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi”. Malang :
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

https://aisyiahrestu.wordpress.com/ekstraksi-pelarut/

https://alexkimia.wordpress.com/2013/12/02/laporan-praktikum-ekstraksi/

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi

157
BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
“Menara Destilasi (Packed tower)”
B. Tujuan Percobaan
1. Pemisahan Kompone dari suatu bahan dengan menggunakan perbedaan
titik didih yang diikuti kondensasi uap.
2. Untuk mengetahui komponen larutan tertentu dengan proses destilasi.
3. Dapat menggunakan alat untuk pemisahan atau pemurnian suatu zat
dengan cara destilasi sederhana.
C. Latar Belakang
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan
perbedaan titik didih. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Prinsip destilasi adalah penguapan cairan dan
pengembunan kembali uap tersebut pada suhu titik didih. Titik didih suatu
cairan adalah suhu dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer.
Cairan yang diembunkan kembali disebut destilat.
Tujuan destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan
memisahkan cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair
lainnya yang mempunyai titik didih cairan murni yang berbeda. Pada destilasi
biasa, tekanan uap diatas cairan adalah tekanan atmosfer ( titk didih normal).
Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan
pada tempat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan titik didih destilat.

158
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Destilasi

Pertama kali destilasi dikenalkan oleh seorang kimiawan Babilonia di


Mesopotamia pad millennium ke-2 sebelum masehi. Namun untk industri dibawa
oleh kimiwan muslim dalam proses mengisolasi ester untuk membuat parfum.
Pada abad ke-8 kimiawan muslim juga berhasil mendapatkan substan kimia yang
benar-benar murni melalui proses destilasi. Pada tahun 800-an ahli kimia Persia,
Jabir ibnu Hayam menjadi insprasi dalam destilasi skala mikro, karena
penemuannya di bidang destilasi yang masih dipakai sampai sekarang. Petroleum
pertama kali di dsetilasi oleh kimiawan muslim yang bernama Al-Razi pada abad
ke-9, untuk destilasi karosin/ minyak tanah pertama ditemukan oleh Avicenna
pada awal abad ke-11. Sedangkan distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan
Yunani sekitar abad pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu
terutama oleh tingginya permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria
dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari
Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses
distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan
oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahanAbbasiah, terutama oleh Al-
Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat
alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan
rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan
oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir
menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga telah menemukan
banyak peralatan dan proses kimiayang bahkan masih banyak dipakai sampai saat
kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-
873). Destilasi secara umum merupakan suatu proses pemisahan komponen
didalam zat cair pada suhu didihnya. Campuran zat cair yang akan dipisahkan
dididihkan dan uap yang terbentuk diembunkan didalam kondenser. Destilasi ada
beberapa macam, destilasi biasa, destilasi dengan reflux dan destilasi dengan
uap.Pemisahan komponen dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan
uap komponen dalam campuran.Tekanan cairan diukur sebagai kecenderungan
molekul dalam permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu cairan
dinaikkan , tekanan uap cairan akan naik sampai tekanan uap cairan sama dengan
tekanan atmosfir. Pada keadaan ini cairan akan mendidih, suhu pada saat tekanan
uap cairan sama dengan tekanan atmosfir dinamakan titik didih. Jika campuran
dididihkan, komposisi uap diatas cairan tidak sama dengan komposisi pada cairan,

159
uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatil atau komponen yang
mempunyai titik didih lebih rendah. Jika uap didinginkan akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap. Jika suhu
relatif tetap destilat akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen
dalam campuran zat cair.Destilasi merupakan suatu metode pemisahan campuran
larutan dengan menggunakan fase uap yang kemudian diembunkan menjadi suatu
larutan murni.Destilasi dapat digunakan untuk memisahkan dua buah campuran
atau lebih terhadap larutan non volatil. Karena sifat larutan yang selalu terdapat
uap diatas cairan, sehingga berdasarkan hal tersebut maka dengan proses
pemisahan dapat dilakukan untuk memperoleh destilat dengan melihat perbedaan
titik didih dalam campuran, dimana larutan volatil cenderung lebih cepat
mendidih daripada larutan non volatile.

Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan


minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk
transportasi, pembangkit listrik, pemanasUdara didistilasi menjadi komponen-
komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi
balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatanalkohol dengan
penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman
suling.Distilasi adalah suatu proses pemisahan campuran cairan berdasarkan sifat
volatilitas menjadi hasil atas destilat dan hasil bawah atau bottom.Proses ini telah
berkembang pesat utamanya dilingkungan industri perminyakan karena banyak
diperlukan untuk pemisahan minyak mentah (crude oil) menjadi fraksi-
fraksinya.Disamping merupakan unit operasi yang banyak dipakai dalam industri,
destilasi juga merupakan pengguna energi yang sangat banyak,sehinggaperlu
pemikiran adanya konservasi energi .Hali ini sejalan dengan trend kenaikan bahan
bakar yang terus meningkat dari tahun ketahun.

Konservasi energi bertujuan untuk mengurangi kebutuhan energi .Untuk pabrik


yang sudah berdiri bisa dilakukan dengan me-review perancangan menara distilasi
dan dilanjutkan dengan audit energi berdasarkan data proses.Untuk rencana
pendirian pabrik baru,rancangan menara distilasi yang hemat energi sudah bisa
dirancang sejak awal.Dari kondisi tersebut jelaslah diperlukan pemahaman yang
baik tentang analisis dan sintesis, termasuk perancangan menara destilasi.Destilasi
merupakan teknik pemisahan campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen
menjadi komponen yang mempunyai tingkat kemurnian sesuai keinginan.Secara
umum teknik distilasi banyak digunakan dalam industri refinery dan industri
petrokimia.Permasalahan utama dalam distilasi adalah pemakaian energi yang
tinggi.

160
Beberapa teknik telah dikembangkan untuk mengatasi masalah besarnya
konsumsi energi seoertin pengintegrasian dari kolom distilasi dengan keseluruhan
proses yang secara teori dapat menghasilkan penghematan energi yang signifikan
sampai dengan 28-33% bila dibandingkan dengan konfigurasi
nkonvensional.Teknik lain adalah dengan melakukan optimasi untuk mencari
kondisi operasi yang membutuhkan energi yang terkecil.Optimasi ini bisa
dilakukan dengan memanfaatkan algoritma genetika.

Algoritma genetika adalah algoritma pencarian yang didasarkan pada mekanisme


seleksi alamiah dan genetika alamiah.Optimasi algoritma genetika umum
digunakan karena kemudahan dalam implementasi dan kemampuannya untuk
menemukan solusi dengan baik.Metode algoritma genetika banyak dipakai untuk
tujuan optimasi numerik dengan merepresentasikan masalah kedalam persamaan
matematis.Dengan demikian mutlak diperlukan adanya suatu metode untuk
merepresentasikan proses kolom distilasi.Namun pengembangan model distilasi
yang non linear dan multivariabel dengan persamaan matematis menjadi kendala
tersendiri berkaitan dengan jumlah persamaan yang dibutuhkan serta waktu
penyelesaian yang lama.

B. Metode destilasi
Metode destilasi yang umum digunakan dalam produksi minyak atsiri
adalah destilasi air dan destilasi uap-air. Karena metode tersebut merupakan
metode yang sederhana dan membutuhkan biaya yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan destilasi uap. Namun belum ada penelitian tentang pengaruh
kedua metode destilasi tersebut terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Minyak
atsiri dalam tanaman aromatik diselubungi oleh kelenjar minyak, pembuluh–
pembuluh, kantung minyak atau rambut granular. Sebelum diproses, sebaiknya
bahan tanaman dirajang (dikecilkan ukurannya) terlebih dahulu. Namun dalam
proses destilasi tradisional pada umumnya ukuran bahan yang digunakan tidak
seragam, karena proses pengecilan ukurannya hanya melalui proses penghancuran
sederhana.

Jenis-jenis Destilasi

Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana,
distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum. Selain itu ada pula distilasi
ekstraktif dan distilasi azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan
garam berion, distilasi pressure-swing, serta distilasi reaktif.

161
Distilasi Sederhana

Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih


yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol.

Distilasi Fraksionisasi

Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,


dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi
ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari
20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah. Aplikasi
dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak mentah, untuk memisahkan
komponen-komponen dalam minyak mentah
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya
kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu
yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya.[8]
Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.

Distilasi Uap

Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki


titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap
adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-

162
masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk
campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi
dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke
atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.

Distilasi Vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi


tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode distilasi
ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika
kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak
dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum
atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi
ini.

Azeotrop

Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki
titik didih yang konstan. Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan
hasil distilasi menjadi tidak maksimal. Komposisi dari azeotrope tetap konstan
dalam pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi ketika tekanan total
berubah, kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai
akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus selalu
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.

163
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu,
misalnya penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Air dan
pelarut akan ditangkap oleh penangkap Dean-Stark. Air akan tetap tinggal di dasar
penangkap dan pelarut akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi.[8]
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan dari hukum Raoult.
Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan
perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat
cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat
pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair.
Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Air pada
kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan supaya air tersebut dapat
mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan dihasilkan proses
pendinginan yang sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian
didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah
terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah
semula.Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya
dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair
pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat.

164
BAB III
MATERI & METODA
A. Materi
1. Peralatan percobaan ialah :
1. Labu Destilasi 500 ml
2. Batu didih
3. Heater (penangas air)
4. Termometer dan pendingin refluks ( condensor ).
Pendingin samping dan wadah sampel.
5. Piknometer
6. Beaker glass
7. Erlemeyer
8. Neraca analitik

2. Bahan percobaan ialah :


1. Minyak hasil ekstraksi : 210 gr

165
B. Metoda
 Prosedur kerja merangkai alat destilasi:
1. Labu ekstraksi ditimbang dalam keadaan kosong dengan neraca
kemudian dicatat beratnya kedalam data pengamatan
2. Sampel minyajk hasil ekstraksi dimasukkan kedalam gelas ukur untuk
mengetahui volume lalu dimasukkan kedalam labu destilasi, dan
dilakukan penimbangan ulang dan dicatat beratnya.
3. Alat destilasi dirangkai dengan cara kondensor dihubungkan dengan
Erlenmeyer, labu destilasi dan keran air pendingin. Labu destilasi
diletakkan diatas penangas air agar dapat menaikkan temperatur
minyak dan thermometer diletak didalam labu destilasi pastikan tidak
terkena minyak dan pastikan permukaan labu, condenser dan
Erlenmeyer tehubung dan tertutup rapat. Tambahkan aquadest kedalam
penangas air sebagai media untuk memanaskan labu.
4. Penangas air dihubungkan ke sumber arus kemudian naikkan suhu
bersamaan dengan menghidupkan stopwatch. Amati temperatur, catat
temperatur awal hingga mengalir satu tetes kedalam Erlenmeyer, catat
dan lanjutkan hingga destilat mengalir dan terpisah dari minyak
melalui proses kondensasi uap.
5. Labu destilasi ditimbang kembali dan catat berat akhir pada lembar
data
6. Minyak dan N-hexana yang telah terpisah ditimbang dan dihitung
densitasnya.

 Prosedur menghitung density


1. N-heksan dicari densitasnya dengan menggunakan piknometer dengan
cara menimbang piknometer dalam keadaan kosong kemudian isi
piknometer dengan normal heksan sampai penuh dan pastikan tidak
ada gelembung lalu piknometer ditutup dan dibersihkan dengan tissue,
timbang dengan neraca analitik.

166
2. Hitung destilat dengan menggunakan rumus
berat pikno + sampel(gr) − berat pikno kosong
V. piknometer
3. Langkah yang sama untuk menghitung destilat residu.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

167
BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

N Berat Labu Temp Berat Labu Berat


o Minyak
+Minyak
(gr)
(gr) (0C) (gr)

1 250 gr 29 °C 380 gr 130 gr

(sebelum destilasi

300 gr 80 gr

(sesudah destilasi)

N Berat pikno Berat Berat Sample Density


o kosong pikno+sa
mpel
(gr)
(gr)

(gr) (gr/ml)

1 12,4252 16,6232 4,1982 0, 83964


gr gr/ml
gr Gr

2 12,4352 15,9622 3, 541 0,7082


gr gr/ml
gr Gr
(N-
heksana)

168
3 12,4252 17,0876 4,6624 0,93248
gr gr/ml
gr Gr
(Residu)

B. Pembahasan

1. Menghitung kadar minyak.


Minyak hasil ekstraksi (sampel) = 318 ml

Destilat = 100 ml (100/218 x 100%) = 45,87% (N-hexana)

Residu = 118 ml (118/218 x 100%) = 54, 13% (Minyak)

Jadi, kadar minyak hasil destilasi adalah 54,13%

2. Menghitung Neraca Massa

F= D + R

Feed = Destilat (N-heksana) + Residu (Minyak)

F x ρ = (D x ρ) + ( D + M )

218 ml x 0,83964 gr/ml = (100 ml x 0,7082 gr/ml) + (D+M)

183,04152 gr = 70,82 gr + (D+M)

(D+M) = 183,0415 – 70,82 gr

(D+M) =112,2215 gr

3. Menghitung komponen
a. destilat N-Heksane

169
f. 𝜌.Dx = (D+M)
218 ML X 0,83964 gr/ml x Dx = 112,2215 gr
183,04152 gr x Dx = 112,2215 gr
Dx = 112,2215 gr
183,04152 gr
Dx = 0,61

b. Residu (Minyak)
f. 𝜌.Mx = (Destilat x Residu)
218 ml x 0,93248 gr/ml x MX = Destilat x Residu
203,28064 gr x MX = 70,82 gr
Mx = 70,82 gr
203, 28064 gr
Mx = 0,34

4. Total Fraksi Mol


Total Fraksi Mol = Dx + Mx
= 0,61 + 0,34
= 0.95

C. Tabulasi Data

N Berat Labu Temp Berat Labu Berat Kadar Total


o Minyak Minyak Fraksi
+Minyak Mol
(gr)
(gr) (0C) (gr)
(%)

1 250 gr 29°C 380 gr 130 gr 54,13% 0,95

(sebelum
destilasi)

300 gr 80 gr
(sesudah
destilasi)

170
N Berat pikno Berat pikno Berat Density
o kosong sample Sample

(gr)

(gr)
(gr/ml)
(gr)

1 12,4252 gr 16,6232 4,1982 0,83964 gr/ml

gr gr

2 12,4252 gr 15,9662 3,541 0, 7082 gr/ml

gr gr

(n-hexana)

3 12, 4252 gr 17, 0876 4, 6624 0, 93248 gr/ml

gr gr

(residu)

171
BAB V

KESIMPULAN

1. Dari hasil praktikum disimpilkan bahwa kadar minyak pada campuran minyak
dan N-hexana adalah 54,13%.
2. Dari hasil praktikum disimpulkn bahwa hasil destilat adalah n-hexana. Titik
didih n-hexana= 68,9°C.
3. Proses destilasi terjadi karena destilat (n-hexana) menguap dan mengalir pada
kondensor dan akan terjadi kondensasi uap yang menyebabkan uap n-hexana
akan berubah menjadi air dan mengalir ke Erlenmeyer.
DAFTAR PUSTAKA

Ani Purwanti. Pemisahan Amil Alkohol Dari Limbah Cair LutterWasher


Fakultas Teknologi Industri,Institut Sains &Teknologi.2016

Bahtiar Setya Nugraha, Pengembangan Alat Destilator Bioetanol ModelRefluk

Bertingkat Dengan Bahan Baku SingkongVol5 No 2 Nopember 2014

Khopkar, S. M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 2014

Zuhdi Ma’sum dan Wahyu Diah Proborini Optimasi Proses Difusi Uap

Pada Daun Sereh Dapur VOL 2 No 2 Maret 2017


PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
MODUL PRAKTIKUM

“Teknik Pemisahan Bahan Padat - Cair ( Kristalisasi )”

LABORATORIUM SATUAN OPERASI


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2018
PRAKTIKUM SATUAN OPERASI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
“TEKNIK PEMISAHAN BAHAN PADAT-CAIR (KRISTALISASI)

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui teknik pemisahan bahan padat-cair.
2. Untuk mengetahui jumlah bahan padat dan cair yang terbentuk.
3. Untuk mengkristalkan stearin dengan cara pendinginan.

C. Latar Belakang

Pemisahan secara kristalisasi dilakukan untuk memisahkan zat


padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya. Zat padat
tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan bentuk kristal.

Apabila kita mempunyai campuran yang berupa larutan, maka


partikel padat yang ada dalam campuran tersebut dapat kita pisahkan
dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal.
Kristal kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengal
ami sublimasi menjadi dingin. Selama proses kristalisasi, hanya partikel
murni yang akanmengkristal. Pembentukan kristal digunakan dalam teknik
untuk memperoleh suatu bahan murni dari suatu campuran. Pada
kristalisasi, bahan-bahan lain yang tidak diinginkan, tetapi terdapat dalam
campuran akan tetap berwujud cair. Sebagai contoh bila kristal Iodium
dipanaskan dalam piring penguapan, kristal akan melebur dan membentuk
uap ungu. Setelah didinginkan uap berubah kembali menjadi kristal
Iodium.
Pembemtukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah
melampaui titik jenuhnya. Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika
penambahan partikel terlarut sudah tidak dapat menyebabkan partikel
tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan jenuh.Larutan jenuh adalah
larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel terlarut pada suatu
larutan pada suhu tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika mencapai titik
jenuh maka akan terbentuk kristal. Berkurangnya air karena penguapan,
menyebabkanlarutan melewati titik jenuh dan mempercepat terbentuknya
kristal.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-
cair, di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut
(solute) dari cairan larutan ke fase kristal padat.

Proses Kristalisasi

Proses Kristalisasi terdiri atas dua tahapan utama, pertama ialah nukleasi dan yang
kedua ialah pertumbuhan kristal. Nukleasi adalah langkah awal dimana molekul
padatan yang terdispersi di dalam larutan akan berkumpul dan membentuk ikatan,
berkumpulnya padatan ini membentuk bibit kristal berukuran nanometer (sangat
kecil), tetapi bibit kristal ini belum stabil, diperlukan besar ukuran tertentu
sehingga bibit-bibit kristal ini berada dalam keadaan stabil.

Dengan mengontrol kondisi tertentu (Temperatur, tingkat kejenuhan


(supersaturated), tekanan, dll) dalam sistem, maka pembentukan bibit kristal
dengan ukuran yang cukup besar dapat terjadi. Peristiwa nulkleasi ini merupakan
proses perombakan struktur atomnya, jadi bukan hanya pada tingkatan sifat
makroskopisnya, melainkan terjadi penata ulangan atom-atom dalam senyawa
tersebutmembentukstrukturkristal.

Pertumbuhan kristal merupakan proses lanjutan dari nukleasi, dimana nuklei atau
bibit kristal yang telah mencapai besar ukuran tertentu akan mengikat atom-atom
lain membentuk struktur kristal yang sama sehingga ukuran kristal akan semakin
besar. Terjadinya pertumbuhan kristal ini hanya dapat terjadi karea sistem terlalu
jenuh (oleh senyawa pembentuk kristal), sehingga ukuran kristal akan bertambah
besar secara terus menerus sampai sistem (larutan) tidak lagi dalam keadaan
sangat jenuh.

Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat
terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk
kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-
cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%.

MEKANISME PEMBENTUKAN KRISTAL


1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat terbentuk
secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau
dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan lewat jenuh
2. Pertumbuhan Kristal

Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :


Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini
berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.

Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal
persatuan waktu.

SYARAT - SYARAT KRISTALISASI

Larutan harus jenuh

Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu,
sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat
terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya
konsentrasinya telah maksimal kalau larutan jenuh suatu zat padat didinginkan
perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan mengkristal, dalam arti diperoleh
larutan super jenuh atau lewat jenuh

Larutan harus homogen

Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.

Adanya perubahan suhu

Penurunan suhu secara dratis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari
bentuk kristal yang didinginkan.

METODE KRISTALISASI

Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
Pemanasan

Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya


suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagian pelarut.
Pemanasan dan Pendinginan

Metode ini merupakan gabunga dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap,
panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin
dan lewat jenuh. Metode ini disebut kristalisasi vakum.
Penambahan bahan (zat) lain.

Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam.
Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi
desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.

PROSES KRISTALISASI PADA PEMBEKUAN (FASE CAIR - PADAT)

1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu
mudah bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang
cukup untuk mudah bergerak.

2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin
sulitbergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain, mulai
membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.

3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau membentuk
inti baru.

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang
sama, tetapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui
sehari-hari merupakan polikristal.

Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung
pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan
ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.

Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam


keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam
banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-
atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya.Suatu bahan non-kristalin biasa
disebut bahan amorf atau seperti gelas.Walaupun terkadang bahan seperti ini juga
disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan
gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa
Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang
menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Topik ini kontroversial,
silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.

Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis
ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam
amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar.
Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan
maupun kondensasi larutan.Kristal ikatan kovalen juga sangat umum.Contohnya
adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk
bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah
pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam
struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan
berpola heksagonal pada grafit.

Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat


kristalografis.Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada
sifat-sifat material tersebut.Galium, logam yang dengan mudah membentuk kristal
tunggal berukuran besar.

Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam


ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk
pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali
sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-
bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk
menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga
salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.

Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti


efek feroelektrik atau efek piezoelektrik.

Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam


struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan
seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah studi ilmiah
kristal dan pembentukannya.

Kristal tunggal juga disebut sebagai monokristalin, yaitu suatu padatan


kristal yang mempunyai kisi kristal yang susunannya teratur secara kontinyu dan
kisi-kisi kristal yang membentuk bingkai tersebut tidak rusak atau tetap struktur-
nya. Kristal tunggal adalah suatu padatan yang atom-atom dalam molekul-
molekulnya diatur dalam keterulangan di mana sebagian padatan kristal tersusun
dari jutaan kristal tunggal yang disebut grain.

Pembentukan Inti Kristal


Pembentukan Inti Kristal secara sistematis
1. Primary Nukleus
Proses pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai derajat
supersaturasi yang cukup tinggi.

 Homogen Nukleus
Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan supersaturasi
tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul solute
sendiri

 Heterogen Nukleus

Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun dapat


dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.
2. Secondary Nukleus (Contact Nucleation)
Pembentukan inti kristal dengan akibat dari :

 Tumbukan antarkristal induk


 Tumbukan antar kristal dengan katalisator
o Gerakan antara permukaan kristal yang relatif lebih kecil.
Dinyatakan dengan persamaan :

N = (a) (L)b (¨C)c (P)d


Dimana :
N : jumlah nukleus yang terbentu (number/jam)
L : ukuran kristal induk (mm)
¨C : derajat supersaturasi larutan (mol/lt) atau (oC)
P : power dari pengaduk (Hp)
a,b,c,d : konstanta-konstanta
Jika :

1. L >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin besar, krisatal
makin besar menyebabkan kemungkinan tumbukan semakin banyak.
Pecahan bagian kecil dari kristal menyebabkan terbentuknya inti kristal.
2. ¨C >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin banyak. Derajat
saturasi makin besar maka semaikn besar pula kemungkinan terbentuk inti
kristal baru.
3. P >>> maka gaya gesekan partikel larutan juga semakin besar sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan partikel semakin besar, maka inti
kristal yang terbentuk juga semakin besar jumlahnya.
Dalam percobaan, Miers membuat larutan supersaturasi melalui pendingin
setelah melalui kurva saturasi A-B sampai pada kondisi kristalisasi mulai
terbentuk inti kristal (titik ke F). kurva larutan murni dua komponen tanpa
feeding, artinya inti kristal yang terbentuk primary homogen nuklei mulai
terbentuk dengan terbentuknya inti kristal yang selanjutnya tumbuh maka
konsentrasi solute dalam larutan akan turun (dari F ke G).
Untuk beberapa sistem tertentu yang viskositasnya tinggi, kurva primary
homogen nuklei tetap jenuh daripada kurva saturasi. Dengan kata lain diperlukan
konsentrasi lebih tinggi untuk membuat primary homogen nukleasi. Hal ini sangat
tidak rfisien secara teoritis dan ekonomi. Karena itu dalam kondisi industri
dikenal sistem seeding (pemberian kristal nuklei). Nukleasi ini disebut secondary
nukleasi. Penambahan larutan supersaturasi melaui pendinginan setelah melalui
kurva saturasi AB. Pada konsentrasi ini di titik baru akan terbentuk inti kristal.
Tetapi mengingat efisiensi secar ekonomis, penambahan kristal pada sistem ini
akan memperoleh penghematan.
Pertumbuhan Kristal
Umumnya kristal yang berukuran > 100 kecepatan tumbuhnya tidak
tergantung pada ukuran dan dapat dinyatakan dengan :
r = a (¨C)b
di mana :
r : kecepatan tumbuhnya kristal
¨C : derajat saturasi (mol/L)
a,b : kontanta
Derajat saturasi (oC) merupakan faktor terpenting dalam proses
pertumbuhan kristal. Larutan yang berderajat saturasi tinggi, perbedaan
konsentrasi antara permukaan kristal dengan permukaan akan tinggi sehingga r
dan ¨C juga semakin tinggi.

JENIS - JENIS KRISTALIZER


1. Oslo Surface Cooled Crystalizer
Alat ini dikembangkan dalam larutan tersirkulasi dengan pendinginan di
dalam cooler (H) larutan supersaturasi ini dengan dikontakan dengan suspensi
kristal alm ruangan suspensi pada (E). Pada puncak ruang suspensi aliran larutan
induk (D) dapat dipisahkan digunakan untuk memindahkan partikel halus
2. Oslo Evaporative Crystalizer
Larutan yang meninggalkan ruang penguapan pada sueprsaturated,
mendekati daerah metastail sehingga nukleus baru tidak akan terentuk. Kontak
cairan pada unggun E membantu supersaturasi pada pertumbuhan kristal dan
menuju pertumbuhan kristal. Dalam kristal tipe umpan panas dimasukan pada 6
dan campurn larutan menyemprot ketika mencapai kamar penguapan pada A. Jika
evaporator lebih jauh diperlukan untuk menghentikan driving force.
Sebuah penukar panas dipasang antara pipa sirkulasi dan ruang penguapn
utnuk mencuplai panas yang dibutuhkan. Perpindahan larutan supersaturasi dai
vaporizer (titik B), sering menyebabkan timbulnya kerak dan pengurang sirkulasi.
3. Draft Tube Buffle Crystalizer
Dilengkapi buffle untuk mengukur sirkulasi magma dan propeler yang
berfungsi mengatur sirkulasi kristal magma sedangkan diluar body crystalizer
ditambah pompa untuk sistem sirkulasi di mana pada pompa dihubungkan heater
dan feed inert.
Alat ini dilengkapi dengan ekstraktor pum yang berfungsi untuk
mengklasifikasikan kristal hingga didapat kristal dalam ukuran tertentu.
Klasifikasi ukuran kristal di sini didasarkan atas gaya gravitasi dengan jalan
sebagai berikut:
Jika dalam kristalizer telah terbentuk kristal-kristal dengan ukuran
heterogen, maka kristal ni diklasifikasikan ukuranya dengan mengalirkan larutan
ini dari bawah ke atas dengan menggunakan ekstraktor pump. Dengan adanya
larutan jenuh ini, kristal dengan ukuran yang besar akan berada di bawah, dengan
demikian didapatkan produk dengan ukuran yang homogen. Disini untuk
mendapatkan kristal dengan ukuran tertentu dapat diatur dengan mengatur aliran
larutannya. Jika larutan mempunyai kecepatan tinggi, maka dakan didapat kristal
dengan ukuran yang besar dan menyebabkan turun ke bawah dan dapat
dikeluarkan sebagai produk.
Sistem sirkulasi ini simaksudkan agar inti kristal berkurang dimana
dibiarkan makin lama makin banyak. Karena inti kristal membutuhkan solute
untuk pertumbuhan selanjutnya. Padahal kecepatan feed masuk tetap, maka
diperlukan recycle dengan ukuran pompa sirkulasi.
BAB III

MATERI DAN METODA


 Materi
Alat :
 Buret
 Statif dan klem
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Neraca analitik
 Piknometer 5 ml
 Pipet Tetes
 Beakerglass
 Spatula
 Thermometer
 Pemanas Listrik

Bahan :
 Minyak Curah
 Indikator pp
 Es Batu
 NaOH
 Etanol

 Metoda
a. Prosedur pemanasan- pendinginan sampel
 Minyak curah sebanyak 250 ml ditimbang
menggunakan neraca massa dalam beaker glass 250
ml diukur temperature dan density nya
 Beaker glass yang berisi minyak curah dipanaskan
hingga suhu 65-70C diatas hotplate(sambil diaduk).
Temperature minyak curah dijaga konstan secara 10
menit
 Es batu dipecahkan hingga pecah merta lalu
dimasukkan ke dalam wadah pendingin
 Minyak curah yang telah dipanaskan hingga suhu
65C diangkat lalu didinginkan ditempat terbuka
 Setelah itu, minyak curah didinginkan di dalam
wadah oendingin hingga setengah permukaan
beaker glass tenggelam dengan es batu,suhu dijaga
hingga 23C ditandai dengan terbentuk 2 lapisan
pada lapisan atas olein dan l;apisan bawah stearin
 Olein dan stearin yang terbentuk dipisahkan pada
wadah yang berbeda.
b. Prosedur titrasi
 Larutan KOH 0,1N dimasukkan kedalam buret
hingga batas atas buret
 Minyak curah ditimbang dalam Erlenmeyer
sebanyak 2 gram menggunakan neraca analitik
 Etanol dimasukkan kedalam beaker glass yang
berisi minyak curah sebanyak 20ml lalu diaduk
perlahan
 Lalu indicator ditambahkan sebanyak 2 tetes
kedalam beaker glass yang berisi minyak curah dan
alcohol lalu diaduk perlahan
 Minyak curah + etanol + indicator pp dititrasi
menggunakan larutan KOH menggunakan buret 50
ml hingga terjadi perubahan warna lembayung.
Dicatat volume KOH yang terpakai
 Hal yang sama dilakukan terhadap stearin dan olein
dengan menggantikan minyak goring.
c. Prosedur mencari density
 Piknometer dikeringkan hingga tidak terdapat air di
permukaan piknometer
 Piknometer 5 ml ditimbang menggunakan neraca
analitik dicatat massanya
 Minyak curah dimasukkan kedalam piknometer 5
ml sehingga penuh dan pastikan tidak ada
gelembung
 Lalu piknometer dikeringkan kembali hingga tidak
terdapat minyak di seluruh permukaan luar
piknometer
 Piknometer berisi minyk curah ditimbang
menggunakan neraca analitik,dictat massanya
 Dilakukan hal yang sama terhadap stearin dan olein
dengan mengganti minyak goring.

 Gambar Rangkaian Percobaan


BAB IV

HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

KRISTALISASI
A. Hasil Kerja Praktek

Berat Volume
o
Temperatur ( C) Density Titrasi
sampel
No Sampel Warna
Tangki Tangki (ml)
(gram/ml) (gram)
Panas Dingin
Minyak Merah
1 65 23 0,8621 2,04006 10,9
curah muda
Merah 6,5
2 Olein 65 23 0,9089 2,0398
muda
Merah 10,4
3 Stearin 65 23 0,82732 2,04912
muda

 V. titrasi KOH = 10,9 ml


 NKOH = 0,1 N
 BM Asam Palmitat = 256,4 gr/ml
 W Minyak= 2,0406gr

B. Pembahasan
1. Menghitung densitas
a. Densitas untuk minyak curah
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas () = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
6,12811 𝑔𝑟−11,8136 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
4,3155 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
= 0,8621 gr/ml
b. Densitas untuk olein
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas () = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
16,3581 𝑔𝑟−11,8136 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
4,5445 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
= 0,9089 gr/ml

c. Densitas untuk stearin


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas () = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
15,9502 𝑔𝑟−11,8136 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
4,1366 𝑔𝑟
= 5 𝑚𝑙
= 0,82752 gr/ml

 BE Olein (C18H34O2) = 282,46 gr/ek


 BE Asam palmitat = 256,42 mgr/mek
 BM Stearat (C18O36O2) = 284 gr/ek

2. Menghitung % FFA
a. Pada Minyak Curah
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑒 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑙𝑚𝑖𝑡𝑎𝑡
 %FFA = 𝑤 𝑥 10
10,9 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 256,4 𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 2,04006𝑔𝑟 𝑥 10
= 13,699401%

b. Pada Olein
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑒 𝑂𝑙𝑒𝑎𝑡
%FFA = 𝑤 𝑥 10
6,50 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 282,47 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑒𝑘
= 2,0398 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 10
= 9,00115%

c. Pada Stearin
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁.𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐵𝑀 𝑆𝑡𝑒𝑎𝑟𝑎𝑡
%FFA = 𝑤 𝑥 1000
10,40𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 284,48𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑙
= 2,04912 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 10
= 014,4383%
C. Tabulasi Data
N Samp Temperatur Wa Densi Bera Vol Norm BM %
o el Tan Tan rna ty t ume alitas Asam FFA
gki gki (gram sam Titra KOH
pan Din /ml) pel si Gr/ml
as gin (gra (ml) N
m)

1 Miny 65 23 Me 0,862 2,04 10,9 As.pal 13,69


ak rah 1 006 mitat 9401
0,1
curah 65 23 mu 256,4
da
2 Olein 65 23 Me 0,908 2,03 6,5 0,1 As, 9,001
rah 9 98 oleat 15
mu 282,47
da
3 Steari Me 0,927 2,04 10,4 0,1 As.Ste 14,43
n rah 32 912 arate 83
mu
da 284,8
BAB V

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :

1.Teknik pemisahan padat cair pada umumnya terbagi aras empat macam yaitu
kristalisasi penguapan,kristalisasi pendinginan,pemanasan dan
pendinginan,penambahan bahan (zat) lain.

2.Dari hasil praktikum didapat bahwa berat olein : 2,0398 gr dan berat stearin
yang didapat adalah 2,04916 gr

3.Dari hasil praktikum menyatakan bahwa cara mengkristalkan stearin dan olein
adalah melalui pemanasan dengan suhu 65C lalu didinginkan dengan suhu 23C
sehingga stearin membeku dan terjadi pengendapan,stearin di bawah olein diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Christiyani, Fransiska.(2015).Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat

Menggunakan Antisolvent.USU:Sumatera Utara

Munawaroh,Fatimatul.(2015).Analisis Fasa Kristal Terbentuk Pada Bahan

Gelas Metalik Berbasis Zirkonium Antara Suhu 440-4800C.Universitas


Trunojoyo:Madura

Pinalla,Anita.(2016).Kristalisasi Ammonium Perkolat(AP)Dengan Sistem

Pndinginan Terkontrol Untuk Menghasilkan Kristal Berbentuk


Bulat.Peneliti Bidang Teknologi:Lapan

Samant, K.D. and O’Young, L., Understanding Crystallization and Crystallizers,

Chemical Engineering Progress, October 2006.

Sulistyaningsih,Triastuti.(2013).Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode


Kristalisasi Air Tua Dengan Bahan Pengikat Pengotor.UNNES:Semaran
BAB I
PENDAHULUAN

E. Judul Percobaan
“PERCOBAAN PENGERINGAN ZAT PADAT (DRYING OF
SOLIDS)”

F. Tujuan Percobaan
Mengetahui bagaimana mengetahui cara kerja proses praktek kerja
percobaan pengeringan.
G. Latar Belakang

Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam


hal ini air) dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai
media pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu
sendiri atau di luar alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer
dengan sumber energi udara panas dari electric heater yang dipasang
diluar alat percobaan, sebagai penghembus udara dipakai blower yang
terpasang satu unit dengan electric heater itu. Alat itu memakai x tray
yang nantinya untuk menempatkan zat yang akan dikeringkan secara
batch. Saat pengeringan berlangsung, permukaan kontak antara
permukaan dengan udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan
habis teruapkan seluruhnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Defenisi Percobaan

Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan cara


pemanasan sedemikian rupa, sampai mencapai kadar air tertentu. Dengan sangat
terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak aktif dan atau
mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad mikroorganisme dapat
dihambat bahkan dapat dimatikan, karena mikroorganisme seperti umumnya jasad
hidup membutuhkan air proses metabolismenya.Mikroorganisme hanya dapat
hidup dan melangsungkan pertumbuhannya pada pada bahan dengan kadar air
tertentu. Dengan terjadinya pengeringan, walaupun secara fisik ataupun kimia
masih terdapat molekul-molekul air yang terikat, maka air ini tidak dapat
dipergunakan untuk kepentingan jasad renik.Enzim tidak mungkin aktif pada
bahan ynag dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai
medianya. Oleh karena itu, bila menyimpan suatu bahan yang awet melalui proses
pengeringan, harus diusahakan bahwa kadar air yang terkandung tidak
memungkinkan enzim menjadi aktif.Jadi pengeringan ialah suatu cara untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan, dengan cara
menguapkan sebagian air yang dikandungnya dengan menggunakan energi panas
dan perbedaan RH (kelembaban).

Drying adalah suatu proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat laninya
darei bahan padatan, sehingga mengurangi kandungan sisa air yang masiih terikat
pada zat padat tersebut. Pengeringan ini merupakan salah satu langkah
downstream dari suatu proses yang hasilnya merupakan produk dari proses
tersebut.

Pada umumnya pengeringan ini dilakukan pada slurry yang memiliki


viscositas yang sangat tinggi dapat dikeringkan dengan cara mengalirkan udara
panas yang tidak jenuh pada bahan yang akan dikeringkan. Sebagai conth lain
adalah pengeringan air pada kayu, kapas, kertas dan lainnya. Pada bahan tersebut
mengandung air yang terikat yaitu air yang ada pada suatu bahan yang sulit
dipisahkan, walaupun sudah dipisahkan tetap ada. Bond dry adalah suatu bahan
yang tidak mengandung zat cair lagi.
Pada proses drying tidak merusak zat atau senyawa yang dikeringkan.
Evaporasi memiliki jumlah air diupakan lebih besar dari tadah medium pembawa
air. Sedangkan drying memiliki jumlah air diuapkan lebih sedikit karena sudah
terjadi evaporasi pada awalnya (untuk mendapatkan yang lebih pekat).
Klasifikasi
Alat pengering dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok:
1. Berdasarkan proses
Proses batch yaitu material dimasukkan ke dalam pengering dan
dikeringkan sampai waktu tertentu yang diinginkan.
Proses continue yaitu materila dimasukkan ke dalam pengering dan bahan
kering diambil secara sinambung.
2. Berdasarkan sistem kontak
Pengeringan adiabatik yaitu bahan bersentuhan langsung dengan media
pengering uap air yang terbentuk dipindahkan oleh udara.
Pengeringan nonadiabatik yaitu perpindahan kalor berlangsung dari suatu
medium diluar penyaring.
Pengering adiabatik dan nonadiabatik yaitu kombinasi antara pengering
adiabatik dan nonadiabatik.
3. Berdasarkan keadaan fisik bahan yang dikeringkan:
Pengering hampa yaitu pengeringan pada tekanan rendah dan proses
penguapan berlangsung cepat.
Pengering beku (freezing drying) yaitu air disublimasikan dari bahan yang
dibekukan sebgai contohnya N2 cair dan seperti silika gel tetapi menjaga
bahan tetap beku agar bahan tidak rusak seperti protein yang rentang
terhadap suhu.
Pengeringan dan Aplikasinya
Dalam pengeringan adiabatik zat padat itu bersentuhan dengan gas menurut salah
satu cara berikut:
1. Gas ditiupkan menlintas zat permukaan hamparan atau lembaran zat padat
atau melintas satu atau kedua sisi lembaran atau film sinambung. Proses ini
dapat disebut juga pengeringan dengan sirkulasi silang.
2. Gas yang ditiupkan melalui hamparan zat padat butiran besar yang
ditempatkan diatas awak pendukung.
3. Zat padat disiramkan disiram ke bawah melalui suatu arus gas yang bergerak
perlahan-lahan ke atas, terkadang dalam hal ini terdapat pembawa ikutan yang
tidak dikehendaki dari partikel halus oleh gas.
4. Gas dialirkan melaluizat padat dan dengan kecepatan yang cukup membuat
bahan terfluidisasikan.
5. Zat padat seluruhnya dibawa ikut dengan arus gas kecepatan tinggi dan
diangkat secara pneumatik dari piranti percampuran ke pemisah mekanik.
Pengeringan adiabatik dibedakan menurut zat padatnya itu berkontak dengan
permukaan panas sumber kalor lainnya. Zat padat dihamparkan diatas permukaan
bersama dengan permukaan horizontal, yang stasioner atau bergerak lambat dan
dimasak hingga kering. Sedangkan yang satu lagi yaitu zat padat tersebar diatas
permukaan panas biasanya berbentuk silinder dengan batuan pengaduk.
Ada beberapa Faktor yang berpengaruh terhadap laju pengeringan diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Sifat fisika dari bahan yang dikeringkan
b. Pengaturan geometris bahan pada permukaan alat atau media perantara
perpindahan panas
· Sifat fisik lingkungan pengering.
Operasi pengeringan zat padat yang mengandung cairan (dalam hal ini air)
dapat dilakukan pada alat-alat pengering dengan udara sebagai media
pengeringan. Operasi ini dapat ditempatkan di dalam alat itu sendiri atau di luar
alat pengering. Untuk pekerjaan ini dicapai tray dryer dengan sumber energi udara
panas dari electric heater yang dipasang diluar alat percobaan, sebagai
penghembus udara dipakai blower yang terpasang satu unit dengan electric heater
itu. Alat itu memakai x tray yang nantinya untuk menempatkan zat yang akan
dikeringkan secara batch. Saat pengeringan berlangsung, permukaan kontak
antara permukaan dengan udara yang selalu basah dengan cairan sampai cairan
habis teruapkan seluruhnya.
Buah-buahan yang dikeringkan merupakan produk yang disukai
konsumen, walaupun ada diantaranya mempunyai rasa yang berbeda dengan
bahan asalnya. Makanan-makanan kering lainnya dapat diterima, terutama karena
dapat dimakan tanpa proses penyiapan yang memerlukan waktu lama.
Lama proses pengeringan tergantung dari bahan yang dikeringkan dan cara
pemanasan. Jika suatu benda padat mengering, maka berlangsung 2 proses, yaitu:

 Pemindahan panas untuk menguapkan cairan-cairan yang terdapat


pada bahan padat tersebut
 Pemindahan massa, yaitu dalam bentuk cair bahan (internal
moisture) atau dalam bentuk uap (evaporated liquid)
Pemindahan atau perambatan panas sendiri dapat terjadi melalui 3
cara, yaitu konveksi, konduksi, radiasi, dan kombinasi ketiga cara
tersebut. Pemindahan panas terjadi dalam bentuk sebagai cairan
atau uap dari dalam benda padat, dan sebagai uap dari permukaan
benda padat tersebut.
 Pengeringan pada bahan hasil pertanian dan hasil olahannya
mempunyai segi keuntungan dan kerugian, keuntungan yang
didapat adalah :Bahan yang dikeringkan dapat disimpan lebih lama
dan praktis dalam penyimpanan, karena sebagian besar air (sekitar
90-99 %) hilang sewaktu pengeringan
 Pengangkutan menjadi lebih ringan, sehingga secara langsung akan
mengirit ongkos angkut, karena dengan biaya yang sama bahan
yang dapat diangkut lebih banyak
 Biaya atau investasi modal yang diperlukan untuk fasilitas
pengeringan relative lebih kecil bila dibandingkan dengan cara lain
 Tidak memerlukan cara-cara sterililasi khusus
• Bahan yang telah dikeringkan tidak memerlukan persyaratan
yang berarti dalam penyimpanan
 Pemakaian bahan kering lebih praktis
Adapun kerugian yang mungkin ditimbulkan dengan pengeringan
antara lain :Kerusakan-kerusakan yang timbul pada bahan yang
telah dikeringkan tidak dapat diketahui dengan segera, sebelum
bungkus atau kalengnya dibuka. Kerusakan yang timbul antara lain
ditumbuhi jamur atau jasad renik lainnya, atau rusak karena
menyerap air.

Beberapa jenis bahan kering sebelum digunakan perlu direndam terlebih


dahulu dengan air (rehidratasi). Waktu perendaman berbeda tergantung pada
komoditinya. Hal ini diperlukan karena jika tidak maka hasilnya akan tidak sesuai
dengan yang diharapkan.

Ada 2 macam cara pengeringan, yaitu pengeringan secara alami dan


pengeringan buatan. Proses pengeringan secara alami yaitu suatu proses
kehilangan air yang disebabkan oleh kekuatan alam seperti sinar matahari atau
angin kering. Proses pengeringan secara buatan (dehidrasi) ialah suatu proses
kehilangan air dengan menggunakan alat-alat pengeringan (dehydrator) istilah
desikasi kadang-kadang digunakan juga untuk dehidrasi, tetapi desikasi
mempunyai arti “kehilangan air berlebihan atau menjaga kadar air bahan makanan
tidak naik menuju ke kadar air keseimbangan”, contoh, bahan yang disimpan di
dalam desikator.

1. Pengeringan Alami

Pengeringan dengan sinar matahari merupakan cara pengeringan


tradisional. Namun hasil yang diperoleh bermutu baik, cara yang umum
dikerjakan yaitu biasanya bahan dikeringkan pada lantai yang terbuat dari semen
atau bahan dihamparkan pada wadah berupa nampan atau rak-rak yang dibuat
khusus untuk pengeringan, ada pula cara yang digantung seperti pada tembakau
atau jagung. Kerugiannya antara lain :

a. Memerlukan waktu yang lebih lama


b. Sangat bergantung pada cuaca
c. Memerlukan tempat yang luas
d. Suhu dan waktu pengeringan tidak dapat diawasi dengan baik dan
akurat, sehingga dapat terjadi kerusakan oleh mikroba selama proses
pengeringan
e. Kebersihan bahan yang dikeringkan kurang terjamin
f. Penyusutan bobot bahan relative lebih banyak
Selain kerugiannya sinar matahari juga memiliki keuntungan yaitu
sebagian berikut:
1. biaya relatif murah karena sinar matahari diperoleh secara cuma-
Cuma
2. tidak memerlukan keahlian.

2. Pengeringan buatan
Pada proses pengeringan, pengaturan dilakukan terutama terhadap
suhu dan volume udara yang dihembuskan. Kualitas hasilnya
tergantung dari faktor-faktor antara lain:
a. suhu
b. kelembaban,
c. volume kubik udara yang dihembuskan,
d. pengadukan bahan, dan
e. tebal lapisan bahan yag dikeringkan.
Pada proses dehidrasi, udara yang telah dipanaskan
dialirkan atau disirkulasikan dengan alat penghembus. Maka
suhu, kelembaban dan kecepatan udara diatur dan diubah-ubah
dengan meyesuaikan kebutuhan.
Proses pengeringan buatan, seperti juga pengeringan alami mempunyai
keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang didapat dari proses pengeringan
buatan ialah:

a. Suhu dan aliran udara dapat diatur


b. Kebersihan bahan lebih terjamin, karena peralatan yang dipakai
dalam pengeringan buatan terdapat dalam ruangan tertutup
c. Proses pengeringan dapat dikontrol, sehingga kemungkinan
kerusakan dapat dikurangi
d. Tidak memerlukan area yang luas
e. Penyusutan tidak sebesar pengeringan alami
Kerugian yang dapat timbul antara lain :
f. Membutuhkan peralatan yang mahal, karena alat-alat yang dipakai
dan dibuat, tentu saja memerlukan biaya yang besar.
g. Membutuhkan bahan bakar, sehingga biaya pengeringan relative
lebih mahal
h. Membutuhkan tenaga kerja yang ahli
Macam-macam pengering :
i. Pengeringan berbentuk cabinet, alat ini memepunyai rak-rak untuk
menetapkan bahan yang akan dikeringkan
j. Pengering berbentuk klin, alat ini ruangannya lebih besar dan lebih
luas dari pengering cabinet. Mempunyai pipa-pipa pemanas yang
ditempatkan pada bagian bawah dan bagian atas ruangan
k. Pengering berbentuk terowongan (Funnel Dryer). Prinsipnya tidak
berbeda dengan kedua pengering diatas. Ruang pengeringnya lebih
luas lagi, sehingga dapat digunakan untuk mengeringkan bahan lebih
banyak.
l. Pengering yang dapat berputar (Rotary Dryer). Kebanyakan
digunakan untuk mengeringkan bahan berbentuk biji-bijian. Bagian
dalam berbentuk silindris seperti sayap yang banyak, sayap-sayap
tersebut dialiri udara panas yang kering sementara silinder pengering
berputar. Jadi bahan seolah-olah diaduk sehingga pemanasan dapat
merata dan diperoleh hasil lebih baik.
m. Pengering berbentuk silindris (drum dryer). Digunakan untuk
mengeringkan zat-zat cair. Terdiri atas pipa silinder yang besar.
Bagian dalamnya dialiri uap panas.
n. Pengering dengan sistem penyemprotan (spray dryer). Digunakan
untuk mengeringkan bahan cair. Pada prinsipnya cairan
disemprotkan pada sebuah alat penyemprot (sprayer) ke dalam
ruangan yang panas. Jadi air dapat menguap sehingga bahan menjadi
kering dan bubuk (powder).
o. Cara-cara mengeringkan bahan hasil pertanian
Untuk mendapatkan produk-produk hasil pertanian dengan kualitas
prima, bahan mentah berupa hasil-hasil petanian haruslah dipanen
dan ditangani sebaik-baiknya. Sebelum dikeringkan, biasanya
sayuran atau buah-buahan mengalami proses pencucian, jika perlu
dipotong-potong, kemudian diblansir. Pada buah-buahan biasanya
dilakukan pencelupan atau pemberian belerang. Air susu dipanaskan
dahulu, daging dimasak dan ikan biasanya direndam dahulu dalam
air garam.Supaya produk buah-buahan atau sayuran kering mencapai
suatu tingkat kualitas yang utama, maka dianjurkan pemanasan
dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat. Beberapa jenis bahan
makanan kadang-kadang memerlukan penyimpanan atau
pengangkutan dalam ruang pendingin, karena sifatnya yang peka
terhadap kerusakan.
Semua jenis sayuran harus dicuci sampai bersih terutama
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang melekat. Tidak
semua buah-buahan Dicuci terlebih dahulu. Terkadang dalam
pencucian dipakai juga larutan basa atau asam.
Beberapa jenis sayuran dan buah-buahan perlu dikupas sebelum
dikeringkan. Pengupasan dapat dilakukan dengan pisau secara
manual, mesin penggosok, larutan basa atau air garam panas dan uap
panas.
p. Pencelupan
Pencelupan biasanya dikerjakan pada buah-buahan, terutama yang
dikeringkan secara utuh. Dengan pencelupan ini, maka produk akhir
akan baik. Hal ini disebabkan karena hilangnya lapisan lilin pada
permukaan kulit buah-buahan dan juga dapat memberikan hasil yang
lebih kering (rapuh, rangu, crispy).
q. Pemberian belerang
Tujuannya untuk mempertahankan warna yang menarik, mencegah
kerusakan dan mempertahankan nilai gizi. Caranya dengan
menghembuskan gas belerang dioksida dalam ruang tertutup.
r. Pemblansiran (blanching)
Blanching merupakan pemanasan pendahuluan dalam uap air
panas dalam waktu singkat. Terutama untuk sayuran dan buah-
buahan yang bertujuan untuk mengeluarkan udara dalam jaringan,
memantapkan warna hijau daripada klorofil, untuk memudahkan
pengaturan bahan makanan dalam wadah, menonaktifkan enzim-
enzim (terutama oksidase) dan menghilangkan bau dan flavor yang
tidak dikehendaki.

Faktor yang mempengaruhi pengeringan

Faktor yang mempengaruhi pengeringan meliputi keadaan bahan makanan


yangakan dikeringkan, udara di sekelilingnya, perlakuan pendahuluan dan alat
pengeringnya. Bahan hasil pertanian yang akan dikeringkan harus diusahakan
dalam keadaan yang sebaik-baiknya, terutama dalam pemilihan jenis, kondisi
bahan serta tingkat kematangan yang tepat.Keadaan udara di sekelilingnya juga
sangat berpengaruh, terutama pada hasil-hasil pengeringan alami, karena
tergantung dari cuaca. Pada alat-alat pengering perlu diperhatikan antara lain
faktor kelembaban udara atau tingkat kejenuhan udara akan uap air, perpindahan
pada massa dan suhu pengeringan, kecepatan aliran udara dan luas permukaan
BAB III

MATERI DAN METODA

A. Materi

- Alat.
- Alat pengering ( Dryer ).
- Stop watch.

- Timbangan disebelah dalam pengering.


- Dry bulb temperature.
- Wet bulb temperature.
- Pengaris.

- wadah pengering

- Bahan.
- serat kelapa sawit
B. Metoda
Prosedur Kerja :

1. Bahan dan peralatan dipersiapkan dan bibersihkan


2. Fiber digunting kecil dan dimasukan kedalam gilingan dan
dihaluskan
3. Berat wadah kosong ditimbang dineraca analitik
4. Fiber yang dihaluskan dimasukan kedalam wadah yang telah
ditimbang massanya dinerca analitik
5. Drying dihidupkan suhu diatur (110oC) dry bulb dan wet bulb
dihidupkan dan stopwatch dihidupkan
6. Wadah yang berisi fibre diukur panjang lebar dan tingginnya
lalu dicatat pada data pengamatan
7. Lakukan pencatatn massa temperatur kering dan temperatur
basa secara berkala dalam interval 5 menit hingga masaa
bahan konstan
8. Langkah pemberhentian alat
a. Alat pengatur suhu dimatikan
b. Pengukur suhu dimatikan
c. Power suply dimatikan
C. Gambar Percobaan
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

 Q0 : 8,7604 gr
 𝜆 :545,1 KKal/kg
 Sampel : Brondolan sawit
 Ukuran Sampel : P = 5 cm, L = 4 cm, T = 0,5 cm.
 Berat sampel :9,3482 gram
A. Hasil Kerja Praktek

NO Meassurements

Time Weight Dry Bulb Wet Bulb


Temperatur ( 0C )
menit Q Temperatur ( oC )
T
(T) ( gram ) Tw

1 0 7,2309 67,7 61,1

2 5 7,1481 68,1 61,6

3 10 7,0176 68,1 61,7

4 15 6,9232 68,5 61,9

5 20 6,8349 68,6 62,0

6 25 6,7258 68,7 62,1

7 30 6,6263 68,8 62,2

8 35 6,6249 68,9 62,3

9 40 6,6217 68,9 62,3


B. Analisa data

1. Luas permukaan sampel (Cm2) (A)

A= 2 (𝑃 × 𝑙) + 2(𝑃 × 𝑡) + 2(𝐿 × 𝑡)𝑐𝑚2

= 2 ( 3,54𝑋 2,9) + 2( 2,9 × 0,3) + 2( 3,54 × 0,3)𝑐𝑚2


= 24,396 𝑐𝑚2

2. Kadar air yang teruapkan (W)

𝑄𝑛
W= −1
𝑄0

 Untuk Data ke-1

𝑄𝑛 7,2309 𝑔𝑟
W= 𝑄𝑜 − 1 = −1
6,6217 𝑔𝑟

= 0,0920

 Untuk Data ke-2

𝑄𝑛 7,1481𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0794

 Untuk Data ke-3

𝑄𝑛 7,0176 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0597

 Untuk Data ke-4


𝑄𝑛 6,9232 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0455

 Untuk Data ke-5

𝑄𝑛 6,8349 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0321

 Untuk Data ke-6

𝑄𝑛 6,7258 𝑔𝑟
W= 𝑄𝑜 − 1 = −1
6,6217 𝑔𝑟

= 0,0157

 Untuk Data ke-7

𝑄𝑛 6,6263𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0006

 Untuk Data ke-8

𝑄𝑛 6,6249 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

= 0,0004

 Untuk Data ke-9

𝑄𝑛 6,6217 𝑔𝑟
W= −1= −1
𝑄𝑜 6,6217 𝑔𝑟

=0
3. Menghitung nilai M (gr/jam)

 Untuk Data ke-1

5 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=60 𝑋 1 𝑗𝑎𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 0,0833 jam

𝑚1−𝑚2
M= 𝑡

7,2309𝑔𝑟𝑎𝑚−7,1481 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 0,9975 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-2

𝑚2−𝑚3
M= 𝑡

7,1481 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 7,0176 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 1,5722 gram/jam
0,0833𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-3

𝑚3−𝑚4
M= 𝑡

7,0176 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,9232 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 1,1373 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-4

𝑚4−𝑚5
M= 𝑡
6,9232 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,8349 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 1,0638 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-5

𝑚5−𝑚6
M= 𝑡

6,8349 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,7258 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 1,3144 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-6

𝑚6−𝑚5
M= 𝑡

6,7258𝑔𝑟𝑎𝑚−6,6263 𝑔𝑟𝑎𝑚
= = 1,1987 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-7

𝑚7−𝑚6
M= 𝑡

6,6263 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,6249 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 0,0168 gram/jam
0,0833𝑗𝑎𝑚

 Untuk Data ke-8

𝑚8−𝑚7
M= 𝑡

6,6249 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,6217 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 0,0385 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚
 Untuk Data ke-9

𝑚9−𝑚8
M= 𝑡

6,6217 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 6,6217 𝑔𝑟𝑎𝑚


= = 0 gram/jam
0,0833 𝑗𝑎𝑚

4. Menghitung panas yang diterima (Kal/jam) (Q)


Q= M X𝜆

𝑘𝑘𝑎𝑙 1 𝑘𝑔 1000 𝑘𝑎𝑙


𝜆 = 532,4 𝑋 𝑋
𝐾𝑔 1000 𝑔𝑟 1 𝐾𝑘𝑎𝑙

𝑘𝑎𝑙
= 532,4 𝑔𝑟

 Untuk Data ke-1

Q= M X𝜆

Q = 0,9975gr/jam x 532,4 kal/gr


= 531,069 kal/jam

 Untuk Data ke-2

Q= M X𝜆
Q = 1,5722 gr/jam x 532,4 kal/gr
= 837,039kal/jam

 Untuk Data ke-3


Q= M X𝜆
Q = 1,1373 gr/jam x 532,4 kal/gr
= 605,458kal/jam

 Untuk Data ke-4


Q= M X𝜆
Q = 1,0638gr/jam x 532,4 kal/gr
=566,367 kal/jam

 Untuk Data ke-5

Q= M X𝜆

Q = 01,3144 gr/jam x 532,4kal/gr

= 699,789 kal/jam
 Untuk Data ke-6

Q= M X𝜆
Q = 1,1987gr/jam x 532,4 kal/gr
= 638,187 kal/jam

 Untuk Data ke-7

Q= M X𝜆
Q = 0,0168 gr/jam x 532,4 kal/gr
= 8,944kal/jam

 Untuk Data ke-8


Q= M X𝜆
Q = 0,0385gr/jam x 532,4 kal/gr
=28,497kal/jam

 Untuk Data ke-9

Q= M X𝜆

Q = 0 gr/jam x 532,4kal/gr

= 0 kal/jam

5. Menghitung Koefisien perpindahan panas konveksi (Kal/jam.cm2.oC) (h)


𝑄
h =𝐴.(𝑡−𝑡𝑤)

 Untuk Data ke-1


𝑘𝑎𝑙
536,069
𝑗𝑎𝑚
h =24,396𝑐𝑚2 (67,7−61,1)℃

𝑘𝑎𝑙
531,069
𝑗𝑎𝑚
=24,396 𝑐𝑚2 .℃

= 3,2982 kal/jam.cm2.oC

 Untuk Data ke-2

𝑘𝑎𝑙
837,039
h =24,396𝑐𝑚2𝑗𝑎𝑚
(65)℃

= 9,2785 kal/jam.cm2.oC

 Untuk Data ke-3

𝑘𝑎𝑙
6815,498
𝑗𝑎𝑚
h =24,396 𝑐𝑚2 (6,46)℃

= 3,1780 kal/jam.cm2.oC

 Untuk Data ke-4


𝑘𝑎𝑙
566,367
𝑗𝑎𝑚
h =24,396𝑐𝑚2 (6,62)℃

= 3,5179 kal/jam.cm2.oC
 Untuk Data ke-5

𝑘𝑎𝑙
699.786
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃

= 4,3461 kal/jam.cm2.oC
 Untuk Data ke-6

𝑘𝑎𝑙
638,187
𝑗𝑎𝑚
h =24,396𝑐𝑚2 (6,6)℃

= 3,9635 kal/jam.cm2.oC

 Untuk Data ke-7

𝑘𝑎𝑙
8,944
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃

= 0,555 kal/jam.cm2.oC

 Untuk Data ke-8


𝑘𝑎𝑙
20,497
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396𝑐𝑚2 (6,6)℃

= 0,1272 kal/jam.cm2.oC
 Untuk Data ke-9

𝑘𝑎𝑙
0
𝑗𝑎𝑚
h= 24,396 𝑐𝑚2 (6,6)℃

= 0 kal/jam.cm2.oC
6. Menghitung Kec. Pengeringan (RC) (gr/jam. Cm2)
ℎ (𝑡−𝑡𝑤)
Rc = 𝜆

 Untuk Data ke-1


𝑘𝑎𝑙
3,2982 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0408 gr/jam. Cm2

 Untuk Data ke-2

𝑘𝑎𝑙
5,2785 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0644 gr/jam. Cm2


 Untuk Data ke-3

𝑘𝑎𝑙
3,8780 2 .(6,4)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0466 gr/jam. Cm2

 Untuk Data ke-4

𝑘𝑎𝑙
3,5175 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,4360 gr/jam. Cm2


 Untuk Data ke-5

𝑘𝑎𝑙
4,3461 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0538 gr/jam. Cm2


 Untuk Data ke-6

𝑘𝑎𝑙
3,9635 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0491 gr/jam. Cm2


 Untuk Data ke-7

𝑘𝑎𝑙
0,0555 2 .(6,4)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,000688 gr/jam. Cm2

 Untuk Data ke-8

𝑘𝑎𝑙
0,1272 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc= 532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0,0015 gr/jam. Cm2


 Untuk Data ke-9

𝑘𝑎𝑙
0 2 .(6,6)℃
𝑐𝑚 . 𝑗𝑎𝑚.℃
Rc=
532,4 𝑘𝑎𝑙/𝑔𝑟

= 0 gr/jam. Cm2
C. Tabulasi Data

Meassurements Calculations

N Time Weigh Dry Bulb Wet Bulb Luas Wakt Massa


O t Temperau permukaan u air M
meni Temperatur Kadar 𝜆 Q H RC
r gram/ja
t Q oC Sampel Air T
m Kkal/ (Kkal/Ja (Kal/Jam. (gr/Jam.oC)
0C
T Gram Tw A W (jam) kg m) Cm.oC)
T
cm2

1 0 7,2309 67,7 61,1 24,396 0,0920 0,083 8,9975 532,4 531,067 3,2982 0,0408
3

2 5 7,1481 68,1 61,6 24,396 0,0704 0,083 1,5722 532,4 837,039 8,2785 0,0644
3
3 10 7,0176 68,1 61,7 24,396 0,0597 0,083 1,1373 532,4 605,498 3,8780 0,0466
3

4 15 6,9232 68,5 61,9 24,396 0,455 0,083 1,0638 532,4 566,367 3,5175 0,4360
3

5 20 6,8349 68,6 62,0 24,396 0,0321 0,083 1,3149 532,4 699,786 4,3461 0,0538
3

6 25 6,7258 68,7 62,1 24,396 0,0157 0,083 1,1987 532,4 638,187 3,9635 0,0491
3

7 30 6,6263 68,8 62,2 24,396 0,0006 0,083 0,0168 532,4 8,944 0,0555 0,0068
3

8 35 6,6249 68,9 62,3 24,396 0,0004 0,083 0,0385 532,4 20,457 0,1272 0,0019
3

9 40 6,6217 69,9 62,4 24,396 0 0,083 0 532,4 0 0 0,


3
D. Grafik
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Pada percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kecepatan
pengeringan zat padat dipengaruhi oleh besarnya perpindahan panas konversi.
Jika perpindahan panas besar maka semakin cepat kecepatan
pengeringan.besarnya perpindahan panas dipengaruhi oleh panas yang diterima
oleh sampel
DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, Sperisa Distantina, Dhian Budi Pratiwi.2015”PENGARUH METODE


PENGERINGAN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN DAN
KUALITAS KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma
cottonii . Jurusan Teknik Kimia FT Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta

Geankoplis, C. J., 2016,Transport Processes and Unit Operation, 3nd Edition,


Prentice Hall, Inc, U.S.A

Hasibuan R. 2015 “Proses Pengeringan”. Program Studi Teknik Kimia Fakultas


Teknik Universitas Sumatera Utara; Medan

Martunis. 2016”PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN


TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PATI KENTANG
VARIETAS GRANOLA”. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Syiah Kuala; Darussalam, Banda Aceh

McCabe, W. L., and J. C., Smith. 2015.Operasi Teknik Kimia, edisi keempat,
jilid 2, Erlangga, Jakarta

Riansyah A, Supriadi A, Rodiana Nopianti.2016 “PENGARUH PERBEDAAN


SUHU DAN WAKTU PENGERINGAN TERHADAP
KARAKTERISTIK IKAN ASIN SEPAT SIAM (Trichogaster
pectoralis) DENGAN MENGGUNAKAN OVEN.”Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya; Palembang

http://kc12engineer.blogspot.co.id/2014/06/laporan-pengeringan-zat-padat.html

Anda mungkin juga menyukai