Anda di halaman 1dari 11

Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102

OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

PENGUKURAN TINGKAT EKO-EFISIENSI


MENGGUNAKAN METODE LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)
UNTUK MENCIPTAKAN PRODUKSI BATIK YANG EFISIEN
DAN RAMAH LINGKUNGAN
(Studi Kasus di UKM Sri Kuncoro Bantul)

Yulius Windrianto, Dyah Rachmawati L. Intan Berlianty


Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta
Jl. Babarsari 2 Tambakbayan, Yogyakarta, 55281
Telp. (0274) 485363 Fax.: (0274) 486256 email : jur_tiupn@telkom.net

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di industri batik Sri Kuncoro, desa Giriloyo, Imogiri, Bantul. Tujuan dari
penelitian ini adalah mendapatkan alternatif terbaik untuk memperbaiki produksi batik tulis pewarna sintetis
Sri Kuncoro sehingga diperoleh produksi batik yang efisien dan ramah lingkungan.
Metode yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA) dan Eco-Efficiency Ratio (EER).
Metode LCA merupakan metode untuk mengidentifikasi dan menghitung penggunaan energi, penggunaan
sumber daya alam, dan pembuangan pada lingkungan, serta mengevaluasi dan menerapkan kemungkinan
perbaikan lingkungan. Metode LCA dilakukan melalui empat tahap yaitu goal and scope, Life Cycle
Inventory (LCI), Life Cycle Impact Assessment (LCIA), dan interpretasi. Metode Eco-Efficiency Ratio (EER)
merupakan metode untuk mengetahui tingkat sustainable suatu produk.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memperbaiki produksi batik dibutuhkan alternatif
pengganti, yaitu mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik pada proses pembatikan, dan
mengganti kayu bakar dengan bahan bakar gas pada proses nglorod. Nilai EER pada produksi batik Sri
Kuncoro sebesar 56%, dan batik alternatif pengganti sebesar 60% dengan nilai affordable dan sustainable
lebih besar dari 1.

Kata kunci : Life Cycle Assessment (LCA), Eco-Efficiency Ratio (EER), batik.

1. PENDAHULUAN pewarna naphtol. Bahan pewarna kimia pada


Saat ini batik sudah menjadi identitas batik tersebut tergolong tidak ramah
yang begitu melekat dengan masyarakat lingkungan. Apabila limbah-limbah mengalir
Indonesia. Dari anak muda hingga orang tua ke dalam tanah atau sungai, bahan-bahan
maupun kalangan bawah hingga kalangan tersebut tentu merusak ekosistem tanah dan
atas juga menggunakannya. Tak sedikit pula air. Efek negatif pewarna kimia dalam proses
orang-orang mancanegara yang tertarik pewarnaan oleh pengrajin batik adalah risiko
dengan kain bermotif khas Indonesia. Banyak terkena kanker kulit. Akibatnya, kulit tangan
varian dan ragam batik berdasarkan tempat yang bersinggungan dengan pewarna kimia
asal maupun cara pembuatannya, hal ini berbahaya seperti naphtol yang termasuk
membuat batik kaya akan motif dan jenisnya. dalam kategori B3 (bahan beracun
Yogyakarta merupakan salah satu berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit.
kota yang menjadi sentra industri batik Penggunaan bahan bakar minyak tanah yang
terbesar di Indonesia. Industri batik Sri merupakan bahan bakar yang bersumber dari
Kuncoro adalah satu dari beberapa industri fosil juga terdapat dampak negatif yaitu
batik yang berada di desa Giriloyo, Bantul. pencemaran lingkungan dari hasil
Kelompok batik tersebut mengerjakan batik pembakaran yang dapat mengakibatkan
dengan prioritas batik tulis tangan dengan pemanasan global, berdampak pada
major product–nya berupa kain batik. Batik kesehatan manusia yang menyebabkan
yang diproduksi terdiri dari dua jenis metode gangguan pernafasan, dan menipisnya bahan
pembuatan yakni pembuatan batik melalui bakar fosil karena penggunaan bahan bakar
pewarna alam maupun sintetis. Untuk batik yang berlebihan. Industri batik Sri Kuncoro
sintetis yang diproduksi menggunakan tidak hanya menggunakan bahan bakar

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 143


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

minyak tanah pada proses pembatikan tetapi nilai/produk dengan dampak yang minimal
juga menggunakan bahan bakar kayu pada “doing more value with less impact”
proses nglorod. Dampak yang ditimbulkan (Verfaillie dan Bidwell, 2000).
dari penggunaan bahan bakar kayu juga dapat 2.2 Life Cycle Assessment (LCA)
mencemari lingkungan dan berbahaya bagi Life Cycle Assessment (LCA)
kesehatan manusia. merupakan suatu metode yang digunakan
Sebagai upaya untuk menekan untuk mengestimasikan energi atau aliran
penggunaan bahan bakar dan bahan kimia material yang berhubungan dengan siklus
yang kurang ramah lingkungan dan untuk hidup produk yang berpengaruh pada dampak
meminimasi limbah yang dihasilkan pada ke lingkungan (Fiksel, 2011). Life Cycle
proses industri batik, perlu adanya penerapan Assessment (LCA) meliputi beberapa
pembangunan berkelanjutan. Menurut tahapan, antara lain (Horne, 2009):
Brutland Report (1987) seperti dikutip 1. Goal and Scope
Agustin (2015) pembangunan berkelanjutan Tahap ini bertujuan untuk
merupakan proses pembangunan yang memformulasikan dan
berprinsip untuk memenuhi kebutuhan mendeskripsikan tujuan, sistem yang
sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan akan dievaluasi, batasan-batasan dan
generasi yang akan datang. asumsi-asumsi yang berhubungan
Menurut Astuti et al. (2004), salah dengan dampak di sepanjang siklus
satu alat yang bisa digunakan untuk hidup dari sistem.
mengevaluasi dampak produk terhadap 2. Life Cycle Inventory (LCI)
lingkungan adalah Life Cycle Assessment Merupakan proses kuantifikasi
(LCA). LCA merupakan metode untuk kebutuhan energi dan material, emisi
mengidentifikasi dan menghitung udara, limbah padat dan semua
penggunaan energi, penggunaan sumber daya keluaran yang dibuang ke lingkungan
alam, dan pembuangan pada lingkungan, selama daur hidup produk.
serta mengevaluasi dan menerapkan 3. Life Cycle Impact Assessment
kemungkinan perbaikan lingkungan. Dengan (LCIA)
mengetahui seberapa besar dampak yang Tahap Life Cycle Impact Assessment
ditimbulkan terhadap lingkungan, sehingga (LCIA) merupakan tahap analisa
dapat menentukan perbaikan dengan mengenai jenis dan besarnya nilai
melakukan penggantian pada material atau tiap kategori dampak yang dihasilkan
energi guna meminimalisir dampak yang (nilai Eco-costs) menggunakan
ditimbulkan. metode Eco-costs 2012, nilai dan
indikator dari Eco-costs berdasarkan
2. LANDASAN TEORI standar dari WBCSD (World
2.1 Eko-efisiensi Business Council for Sustainable
Eko-efisiensi merupakan suatu Development). Pada fase LCIA
filosofi manajemen yang mendorong suatu terbagi lagi menjadi beberapa
bisnis untuk mencari perbaikan terhadap tahapan analisa diantaranya
lingkungan yang dapat memberikan manfaat (Vogtlander et al, 2010):
ekonomi yang bersifat paralel. Seperti yang a. Klasifikasi dan karakterisasi
diartikan oleh World Business Council for Klasifikasi merupakan langkah
Sustainable Development (WBCSD) bahwa untuk mengidentifikasi dan
eko-efisiensi dapat dicapai dengan membuat mengelompokkan substansi yang
suatu harga produk yang kompetitif dan
berasal dari LCI ke dalam
pelayanan yang memuaskan untuk kebutuhan
manusia dan memberikan kualitas dari hidup, kategori II-23
mengurangi dampaknya terhadap lingkungan
dan intensitas keluaran dari sumber daya dampak yang heterogen yang
yang digunakan serta level dari life cycle telah ditentukan sebelumnya
dengan estimasi dari kapasitas yang dapat sedangkan karakterisasi
diterima oleh lingkungan. Singkatnya eko- merupakan penilaian besarnya
efisiensi lebih berfokus pada membuat suatu substansi yang berkontribusi

144 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

pada kategori dampak. produk dan nilai penjualan dari produk


b. Normalisasi tersebut.
Prosedur yang diperlukan untuk 2.5 Eco Efficiency Index (EEI)
menunjukkan kontribusi relatif Perhitungan ini berfungsi untuk
dari semua kategori dampak pada mengetahui nilai affordable dan sustainable.
seluruh masalah lingkungan Input EEI berupa besar Eco-costs yang
untuk menciptakan satuan yang dihasilkan dan besar net value produk dengan
seragam untuk semua kategori input nilai rasio kelayakan keuntungan
impact dengan mengalikan nilai (benefit cost).
karakterisasi dengan nilai Menurut Tak Hur et al. (2003),
normal. perhitungan Eco Efficiency Index (EEI)
c. Pembobotan berfungsi untuk mengetahui nilai affordable
Pembobotan didapatkan dengan dan sustainable dari produksi (persamaan
mengalikan kategori impact 2.1).
dengan faktor pembobotan dan EEI =
ditambahkan untuk mendapatkan 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 − 𝐶𝑜𝑠𝑡
..................................(2.1)
nilai total. 𝐶𝑜𝑠𝑡 + 𝐸𝑐𝑜 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
Tabel 2.1 Kriteria Eco Efficenci Index
d. Single score
Eco-efficiency affordable, sustainable
Digunakan untuk
>1
mengklasifikasikan nilai kategori
impact berdasarkan aktivitas atau affordable, not
proses. Nilai single score akan = 0-1 sustainable
terlihat aktivitas mana yang not not
berkontribusi terhadap dampak <0 affordable, sustainable
lingkungan. 2.6 Eco-costs Value Ratio (EVR)
4. Interpretasi Eco-costs Value Ratio (EVR)
Mengevaluasi hasil dan digunakan untuk menghitung nilai dari
mengimplementasikan kesempatan tingkat Eco Efficiency Ratio (EER), sehingga
unntuk pengembangan lebih lanjut. dari perhitungan ini dapat diketahui hasil
2.3 Eco-costs tingkat efisiensi dari suatu proses pembuatan
Eco-costs adalah ukuran untuk suatu produk.
menyatakan jumlah dampak lingkungan dari Nilai dari EVR ini diperoleh dari
suatu produk atas dasar pencegahan dampak membagi Eco-costs dengan net value, dari
itu sendiri. Ini adalah biaya yang harus sini hasil kalkulasi antara net value yang
dikeluarkan untuk mengurangi polusi dan diperoleh dari interpretasi analisis LCA,
berkurangnya bahan material yang ada di sehingga akan dihasilkan suatu nilai yang
bumi. Konsep dari Eco-costs merupakan disebut Eco Efficiency Ratio (EER).
konsep biaya bayangan atau shadow prices, Persamaan 2.2 berikut merupakan rumus
biaya bayangan merupakan suatu poin untuk menghitung nilai EVR (Vogtlander et
dimana biaya-biaya pencegahan bertemu al, 2010).
dengan biaya-biaya kerusakan yang EVR =
𝐸𝑐𝑜 𝑐𝑜𝑠𝑡𝑠
dihasilkan di dalam suatu sistem perdagangan ..................................(2.2)
𝑁𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
bebas. Bagaimanapun, kalkulasi perhitungan 2.7 Eco Efficiency Ratio (EER)
di dalam Eco-costs memberikan hasil sebagai Menurut Vogtlander et al. (2010)
kalkulasi di dalam biaya kerusakan (TU hasil perhitungan EER Rate diperoleh dengan
Delft, 2015). cara membagi nilai Eco-cost yang dihasilkan
2.4 Cost Benefit Analysis (CBA) dengan nilai net value yang diperoleh
Cost Benefit Analysis (CBA) sehingga diketahui rasio Eco-costs dengan
digunakan untuk menghitung net value dari net value kemudian hasilnya dikurangkan
suatu produk. Net value ini diperoleh dengan dengan 1 dan dikalikan 100% (persamaan
mengurangi harga jual dengan Harga Pokok 2.3). Adapun data yang digunakan untuk
Produksi (HPP), sehingga besarnya nilai dari menghitung nilai EEI antara lain biaya dari
net value ini dipengaruhi oleh biaya-biaya hasil representasi nilai atau output Eco-costs
yang dibutuhkan dalam produksi suatu dan besar net value produk.

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 145


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

EER Rate = (1 – EVR)100% ...(2.3) costs yang merupakan indikator


dampak lingkungan setiap
3. METODOLOGI PENELITIAN komponen produk.
3.1 Pengumpulan Data c. Life Cycle Impact Assessment
Untuk mempermudah dalam (LCIA)
penelitian ini maka harus didukung dengan Perhitungan nilai dampak
data yang berhubungan dengan kegiatan ini, lingkungan produk dilakukan
data tersebut adalah : pada tahap ini dengan
1. Data wawancara menggunakan software SimaPro
Data ini diperoleh secara langsung versi 8.2 dan perhitungan
melalui wawancara dengan para manual. Tahap ini terdapat 4
pekerja produksi serta pihak tahap yaitu karakterisasi,
perusahaan untuk mengetahui proses normalisasi, pembobotan, dan
produksi batik tulis pewarna sintetis, single score.
jumlah bahan baku yang digunakan, d. Interpretation
jenis bahan baku yang digunakan, Dijelaskan hasil dari penilaian
bahan bakar yang digunakan, biaya dampak lingkungan produk
listrik, biaya tenaga kerja, harga jual dengan proses dan material yang
produk, harga bahan baku. digunakan.
2. Teknik pengumpulan data dilakukan 2. Cost Benefit Analysis (CBA)
secara langsung dengan cara Cost Benefit Analysis (CBA)
melakukan pengamatan untuk digunakan untuk menghitung net
mengetahui proses produksi secara value dari suatu produk. Input dari
langsung, alat-alat yang digunakan, net value ini antara lain biaya-biaya
jumlah bahan baku yang digunakan, yang terkait dalam proses produksi
jumlah tenaga kerja. serta harga jual dari produk batik.
3. Suatu cara yang dilakukan untuk 3. Eco Efficiency Index (EEI)
mendapatkan informasi mengenai Perhitungan ini untuk mengetahui
segala hal yang dilakukan dalam nilai affordable dan sustainable.
penelitian seperti harga alat, harga Input EEI berupa besar Eco-costs
bahan baku, dan jurnal-jurnal untuk yang dihasilkan dan besar net value
membantu dalam penelitian. produk dengan input nilai rasio
3.2 Pengolahan Data kelayakan keuntungan (benefit cost).
Data penelitian ini terdapat beberapa 4. Eco-costs Value Ratio (EVR)
tahap dalam melakukan pengolahan data Eco-costs Value Ratio (EVR)
yaitu: digunakan untuk menghitung nilai
1. Life Cycle Assessment (LCA) dari tingkat Eco Efficiency Ratio
Menghitung Life Cycle Assessment (ERR), sehingga dari perhitungan ini
(LCA) produk dengan proses dan dapat diketahui hasil tingkat efisiensi
material yang digunakan perusahaan dari suatu proses pembuatan suatu
dengan tahap sebagai berikut: produk.
a. Goal and scope 5. Eco Efficiency Ratio (EER)
Menentukan batasan siklus hidup EER merupakan perhitungan terakhir
produk yang akan dibahas pada untuk mengetahui tingkat eko-
penelitian yang disesuaikan efisiensi produk dalam persentase
dengan data yang telah harga.
dikumpulkan sebelumnya.
b. Life Cycle Inventory (LCI)
Data yang diperlukan dalam
penilaian dampak lingkungan
produk dikumpulkan sesuai
dengan batasan siklus hidup yang
telah ditentukan sebelumnya.
Termasuk di dalamnya data Eco-

146 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

4. PENGOLAHAN DATA DAN dihasilkan pada proses produksi batik tulis


ANALISIS HASIL pewarna sintetis di industri batik Sri Kuncoro
4.1 Perhitungan Life Cycle Assessment dan dampak lingkungan yang dihasilkan dari
(LCA) proses produksi batik alternatif.
4.1.1 Goal and scope 4.1.2 Perhitungan Life Cycle Inventory
Sasaran dalam LCA ini adalah (LCI)
mengetahui dampak ekologi yang dihasilkan Gambar 4.1 berikut merupakan
serta menentukan alternatif pengganti langkah dalam pembuatan batik tulis pewarna
material dan energi produksi batik tulis sintetis beserta kebutuhan bahan yang
pewarna sintetis yang efisien dan ramah digunakan pada industri batik Sri Kuncoro
lingkungan. Sistem yang dievaluasi dalam untuk memproduksi 12 lembar batik tulis
LCA yaitu pada dampak lingkungan yang pewarna sintetis.
Input Proses Output Input Proses Output

Kain katun mbironi


· Emisi
· Katun primisima 3,22 kg Pemotongan kain 7,08 kg
· Sisa kain katun
· Air 200 liter
Kain katun potongan Perendaman · Emisi
3,12 kg · Listrik 26,6 wh

· Air 30 liter · Emisi


Pencucian Kain katun perendaman
· Listrik 4 wh · Limbah cair
· Naphtol 360 gram 7,08 kg
Kain katun pencucian · Garam diazonium 720 gram
3,51 kg · TRO 12 gram · Emisi
Pewarnaan kedua
· Caustic soda 36 gram · Limbah cair
Penjemuran · Emisi · Air 30 liter
· Listrik 4 wh Kain katun pewarnaan
Kain katun penjemuran 7,44 kg
3,03 kg

· Karbon 2,4 gram · Emisi · Emisi


Nyorek (mola) Pencucian
· Listrik 1344 wh · Ceceran karbon · Limbah cair
Kain katun nyorek Kain katun pencucian
3,06 kg 7,86 kg

· Malam bening 2,7 kg · Emisi


Nyanting Penjemuran · Emisi
· Minyak tanah 12 liter · Ceceran malam
Kain katun nyanting
Kain katun penjemuran
5,76 kg
7,48 kg
· Soda abu 500 gram · Emisi
· Air 200 liter
Perendaman · Emisi · Kayu bakar 55 kg · Limbah cair
· Listrik 26,6 wh Nglorod
· Air 160 liter · Limbah kayu bakar
· Listrik 21,33 wh · Sisa malam
Kain katun perendaman Kain katun nglorod
6,26 kg 3,84 kg
· Naphtol 360 gram
· Garam diazonium 720 gram
· Air 30 liter · Emisi
· TRO 12 gram · Emisi Pencucian
Pewarnaan pertama · Listrik 4 wh · Limbah cair
· Caustic soda 36 gram · Limbah cair
· Air 30 liter Kain katun pencucian
· Listrik 4 wh Kain katun pewarnaan 3,48 kg
6,6 kg · Fiksanol 250 ml
· Emisi
· Air 20 liter Perendaman fiksanol
· Limbah cair
· Listrik 2,66 wh
· Emisi
Pencucian Kain katun perendaman
· Limbah cair
3,54 kg
Kain katun pencucian
7,02 kg · Air 30 liter · Emisi
Pencucian
· Listrik 4 wh · Limbah cair
Penjemuran · Emisi Kain katun pencucian
3,54 kg
Kain katun penjemuran
6,72 kg Pengeringan · Emisi
· Emisi
Pengerokan
· Limbah malam Kain batik jadi 3,36 kg
Kain katun pengerokan
5,28 kg
· Malam 1,8 kg
· Emisi
· Paraffin 150 gram Mbironi
· Ceceran malam
· Minyak tanah 2 liter
Kain katun mbironi
7,08 kg

Gambar 4.1 Diagram alir proses produksi batik tulis pewarna sintetis
4.1.3 Perhitungan Life Cycle Impact pencegahan emisi Eco-costs 2012.
Assessment (LCIA) Tabel 4.1 Hasil output software Simapro
1. Batik tulis pewarna sintetis Sri LCIA
Kuncoro Batik
Batik Sri
Berikut ini adalah Tabel 4.1 yang Kategori Sri
Kuncoro
menunjukkan hasil output software dampak Kuncoro
(Rp)
Simapro untuk kalkulasi pembobotan (€)
kain batik tulis Sri Kuncoro. Hasil Climate
perhitungan ini adalah biaya 42,352 618.974
change
pencegahan dari emisi yang Acidification 14,117 206.321
diperoleh dari kalkulasi antara hasil
normalisasi dengan standar biaya

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 147


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Tabel 4.1 Hasil output software Simapro Human


17,987 262.874
LCIA (lanjutan) toxicity
Batik Exotoxicity
Batik Sri 3,550 51.883
Kategori Sri (freshwater)
Kuncoro
dampak Kuncoro Metals
(Rp) 2,747 40.147
(€) depletion
Eutrophication 3,491 51.027 Oil & gas
Photochemical depletion excl 0 0
oxidant 0,337 4.921 energy
formation Waste 365,455 5.341.125
Fine dust 13,621 199.069 Land-use 0 0
Human Water stress
19,275 281.710 8,174 119.457
toxicity indicator
Exotoxicity Total 466,032 6.811.058
3,808 55.650
(freshwater) 4.2 Perhitungan Cost Benefit Analysis
Metals (CBA)
3,123 45.643
depletion 4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Oil & gas (HPP)
depletion excl 0 0 Perhitungan harga pokok produksi
energy merupakan penjumlahan dari semua biaya
Waste 395,613 5.781.878 yang dikeluarkan dalam memproduksi batik
Land-use 0 0 tulis pewarna sintetis. Harga Pokok Produksi
Water stress (HPP) batik Sri Kuncoro dan batik alternatif
8,564 125.160 terbaik dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut
indicator
Total 504,301 7.370.353 ini.
2. Batik tulis pewarna sintetis alternatif Tabel 4.3 Harga Pokok Produksi (HPP)
Dari hasil perhitungan LCIA pada Batik Sri Batik
setiap alternatif maka diperoleh Jenis biaya Kuncoro Alternatif
proses produksi batik alternatif yang (Rp) (Rp)
memiliki biaya pencegahan emisi Biaya bahan baku 1.923.450 1.810.400
paling sedikit yaitu pada proses Biaya tenaga kerja 2.616.000 2.616.000
pembatikan menggunakan kompor Biaya
3.657 8.249
listrik, pada proses pewarnaan listrik
Biaya
menggunakan pewarna naphtol, dan Biaya
overhead
pada proses nglorod menggunakan penyusutan 138.907 149.827
bahan bakar gas. Pada Tabel 4.2 yang alat
menunjukkan hasil output software Total biaya 4.682.014 4.584.476
Simapro untuk kalkulasi pembobotan HPP 1 lembar kain
proses produksi batik tulis pewarna 390.168 382.040
batik
sintetis pada batik alternatif. 4.2.2 Perhitungan net value
Tabel 4.2 Hasil output software Produksi batik tulis pewarna sintetis
Simapro LCIA pada industri batik Sri Kuncoro memiliki
Batik harga Rp 1.800.000 per lembar. Perhitungan
Kategori Batik
alternatif net value dapat diketahui dengan hasil
dampak alternatif (€)
(Rp) sebagai berikut:
Climate Net value batik Sri Kuncoro = Rp
38,588 563.964
change 1.800.000 - Rp 390.168
Acidification 12,665 185.100 = Rp 1.409.832
Eutrophication 3,247 47.452 Net value batik alternatif = Rp
Photochemical 1.800.000 - Rp 382.040
oxidant 0,253 3.691 = Rp 1.417.960
formation Jadi, net value atau keuntungan bersih
Fine dust 13,366 195.338 industri batik Sri Kuncoro sebesar Rp

144 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

1.409.832,- dan net value dari alternatif bahwa nilai EER dari batik tulis pewarna
terbaik sebesar Rp 1.417.960,- dalam sintetis Sri Kuncoro sebesar 56% dan batik
memproduksi satu lembar batik tulis pewarna tulis pewarna sintetis alternatif sebesar 60%.
sintetis 4.4 Analisis Hasil
4.3 Perhitungan Eco Efficiency Index 4.4.1 Analisis hasil LCA
(EEI), Eco-costs Value Rate (EVR, Tabel 4.4 Kategori dampak terbesar batik
dan Eco Efficiency Ratio (EER) tulis pewarna sintetis Sri Kuncoro pada tahap
4.3.1 Perhitungan Eco Efficiency Index pembobotan
(EEI) Jenis Dampak Unit
Nilai
Berikut ini adalah perhitungan EEI proses terbesar
dengan tujuan untuk mengetahui nilai Pemotongan Climate Rupiah
affordable dan sustainable dari produksi 176.842
kain change
batik tulis pewarna sintetis. Perhitungan EEI Climate Rupiah
dapat diketahui dengan hasil sebagai berikut: Pencucian 3.084
change
EEI batik Sri Kuncoro = Penjemuran - 0 Rupiah
Rp 1.800.000 − Rp 390.168
Fine Rupiah
Rp 390.168 + Rp 614.196 Nyorek 8.155
Rp 1.409.832 dust
= Climate Rupiah
Rp 1.004.364
Nyanting 27.184
= 1,40 change
EEI batik alternatif = Climate Rupiah
Rp 1.800.000 − Rp 382.040 Perendaman 17.976
change
Rp 382.040 + Rp 567.588
Rp 1.417.960 Pewarnaan Rupiah
= Waste 1.607.650
Rp 949.628 pertama
= 1,49 Tabel 4.4 Kategori dampak terbesar batik
Dari perhitungan yang telah dilakukan tulis pewarna sintetis Sri Kuncoro pada tahap
didapatkan nilai EEI batik tulis pewarna pembobotan (lanjutan)
sintetis Sri Kuncoro dengan nilai 1,40 dan Jenis Dampak Unit
Nilai
nilai EEI batik tulis pewarna sintetis proses terbesar
alternatif dengan nilai 1,49. Sehingga dapat Pencucian - 0 Rupiah
dikatakkan produk batik tulis pewarna Penjemuran - 0 Rupiah
sintetis Sri Kuncoro dan produk batik tulis Pengerokan - 0 Rupiah
pewarna sintetis alternatif sama-sama bersifat Climate Rupiah
Mbironi 5.510
affordable dan sustainable. change
4.3.2 Perhitungan Eco-costs Value Rate Climate Rupiah
(EVR) Perendaman 17.976
change
Berikut ini adalah perhitungan EVR Pewarnaan Rupiah
yang diperoleh dengan cara membagi nilai Waste 1.607.650
kedua
eco-costs dengan nilai net value. Pencucian - 0 Rupiah
Rp 614.196
EVR batik Sri Kuncoro = Penjemuran - 0 Rupiah
Rp 1.409.832
= 0,44 Nglorod Waste 1.856.105 Rupiah
Rp 567.588 Climate Rupiah
EVR batik alternatif = Pencucian 3.084
Rp 1.417.960 change
= 0,40 Perendaman Rupiah
4.3.3 Perhitungan Eco Efficiency Ratio Waste 697.136
fiksanol
(EER) Climate Rupiah
Nilai EER ini menunjukan tingkat Pencucian 3.084
change
eko-efisiensi dari proses produksi batik tulis Pengeringan - 0 Rupiah
pewarna sintetis.
EER batik Sri Kuncoro = (1 – 0,44)100% Tabel 4.5 Kategori dampak terbesar batik
= 56% tulis pewarna sintetis alternatif pengganti
EER batik alternatif = (1 – 0,40)100% pada tahap pembobotan
= 60% Jenis Dampak
Dari perhitungan diatas dapat diketahui Nilai Unit
proses terbesar

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 145


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Alternatif Sehingga software menerjemahkan bahwa


Fine dust 19.146 Rupiah
nyanting proses tersebut tidak memiliki dampak yang
Alterntaif Climate dihasilkan atau dikatakan nol.
3.931 Rupiah Pada Tabel 4.5 dapat diketahui
mbironi change
Alternatif dengan membandingkan dampak penggunaan
pertama Waste 1.622.265 Rupiah material/energi di industri batik Sri Kuncoro
pewarnaan dengan dampak penggunaan material/energi
Alternatif alternatif pengganti. Dampak yang dihasilkan
kedua Waste 1.768.415 Rupiah dari proses nyanting dengan kompor minyak
pewarnaan di industri batik Sri Kuncoro terjadi pada
Alternatif kategori dampak climate change sebesar Rp
Waste 1.427.886 Rupiah 27.184,- sedangkan alternatif pengganti
nglorod
dengan kompor listrik terjadi pada kategori
Pada Tabel 4.4 dapat diketahui dampak fine dust sebesar Rp 19.146,-.
bahwa pada proses pemotongan kain, Dampak yang dihasilkan dari proses mbironi
pencucian, nyanting, perendaman, dan dengan kompor minyak di industri batik Sri
mbironi memilik dampak terbesar pada Kuncoro terjadi pada kategori dampak
kategori dampak climate change dengan total climate change sebesar Rp 5.510,- sedangkan
dampak Rp 254.739,-. Climate change atau alternatif pengganti dengan kompor listrik
perubahan iklim atau sering dikenal dengan terjadi pada kategori dampak climate change
global warming merupakan kondisi dimana sebesar Rp 3.931,-. Dampak yang dihasilkan
suhu bumi semakin meningkat. Beberapa dari proses pewarnaan dengan pewarna
proses di atas tersebut membutuhkan bahan naphtol di industri batik Sri Kuncoro terjadi
berupa energi listrik dan minyak bumi. pada kategori dampak waste sebesar Rp
Sektor energi listrik merupakan sumber 1.607.650,- sedangkan alternatif pengganti
penting gas rumah kaca, khususnya karena pertama dengan pewarna indigosol terjadi
energi dihasilkan dari bahan bakar fosil pada kategori dampak waste sebesar Rp
seperti minyak, gas, dan batu bara, dimana 1.622.265,- dan alternatif pengganti kedua
batu bara banyak digunakan untuk dengan pewarna remazol terjadi pada
menghasilkan listrik. kategori dampak waste sebesar Rp
Pada proses pewarnaan pertama, 1.768.415,-. Dampak yang dihasilkan dari
pewarnaan kedua, nglorod dan perendaman proses nglorod dengan bahan bakar kayu di
fiksanol memilik dampak terbesar pada industri batik Sri Kuncoro terjadi pada
kategori dampak waste atau limbah dengan kategori dampak waste sebesar Rp
total dampak Rp 5.768.541,-. Pada proses 1.856.105,- sedangkan alternatif pengganti
tersebut limbah yang dihasilkan adalah dengan bahan bakar gas terjadi pada kategori
limbah cair dan limbah padat. Untuk limbah dampak waste sebesar Rp 1.427.886,-.
cair berasal dari penggunaan bahan-bahan Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kimia pada proses pewarnaan, nglorod, pada proses nyanting dan proses mbironi
perendaman fiksanol sedangkan limbah padat lebih baik mengggunakan kompor listrik dan
berasal dari sisa malam yang mencair dan pada proses nglorod lebih baik menggunakan
abu kayu bakar pada proses nglorod. bahan bakar gas untuk meminimalisir
Pada proses nyorek memilik dampak dampak yang ditimbulkan. Sedangkan pada
terbesar pada kategori dampak fine dust atau proses pewarnaan masih tetap sama
debu sebesar Rp 8.155,-. Pada saat proses menggunakan pewarna naphtol yang
tersebut debu yang dihasilkan berasal dari memiliki dampak paling sedikit
ceceran karbon yang digunakan untuk dibandingkan penggunaan pewarna yang
memola dan asap pembakaran malam pada lainnya.
proses nyanting. 4.4.2 Analisis hasil Cost Benefit Analysis
Pada proses yang tidak memiliki (CBA)
kategori dampak dikarenakan pada proses Biaya bahan untuk pembuatan 12
perhitungan di software Simapro tidak lembar kain batik tulis pewarna sintetis
memiliki input untuk proses perhitungan. adalah sebesar Rp 1.923.450,- untuk batik Sri
Kuncoro dan sebesar Rp 1.810.400,- untuk

146 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

batik alternatif. Katun primisima yang sintetis adalah sebesar Rp 4.682.014,- atau
merupakan bahan utama pembuatan batik Rp 390.168,- per lembar untuk batik Sri
yang menyumbang total biaya paling mahal. Kuncoro dan sebesar Rp 4.584.476,- atau Rp
Biaya tenaga kerja yang harus 382.040,- per lembar untuk batik alternatif.
dikeluarkan untuk memproduksi 12 lembar Setelah dilakukan perhitungan HPP,
kain batik tulis pewarna sintetis adalah kemudian batik tulis pewarna sintetis
sebesar Rp 2.616.000,-. Biaya yang dihitung net value (keuntungan) dengan cara
dikeluarkan untuk proses nyanting memiliki mengurangkan antara harga jual dengan HPP
nilai paling besar. Biaya tenaga kerja yang telah dihitung. Harga jual per lembar
dihitung berdasarkan jumlah berapa lembar batik tulis pewarna sintetis adalah Rp
batik yang dapat diselesaikan. Proses yang 1.800.000,- sehingga net value batik tulis
membutuhkan waktu lama yaitu proses pewarna sintetis per lembarnya adalah Rp
nyanting yang membutuhkan kurang lebih 3 1.409.832,- untuk batik Sri Kuncoro dan Rp
hari untuk satu lembar kain batik dengan 1.417.960 untuk batik alternatif. Keuntungan
upah 100.000/lembar kain. Untuk proses batik alternatif lebih besar dibandingkan
pewarnaan tidak masuk dalam perhitungan batik Sri Kuncoro denagan selisih per lembar
biaya tenaga kerja karena proses pewarnaan sebesar Rp 8.128,-.
dilakukan langsung oleh pemilik usaha batik. 4.4.3 Analisis hasil Eco Efficiency Ratio
Baya overhead terdiri dari biaya (EER)
listrik dan biaya penyusutan alat. Listrik yang Nilai Eco Efficiency Index (EEI)
digunakan pada industri batik Sri Kuncoro ini pada proses produksi batik tulis pewarna
memiliki daya sebesar 1300 VA. Kebutuhan sintetis Sri Kuncoro sebesar 1,40 dan nilai
yang digunakan selama proses produksi 12 EEI batik tulis pewarna sintetis alternatif
lembar kain batik hanya sebesar 1,44 kwh sebesar 1,49, yang berarti batik tulis pewarna
untuk batik Sri Kuncoro dan sebesar 4,74 sintetis Sri Kuncoro maupun batik tulis
untuk batik alternatif. Batik alternatif pewarna sintetis alternatif bersifat afforable
membutuhkan daya yang lebih besar dan sustaiable. Meskipun bersifat
dibandingkan batik Sri Kuncoro karena sustainable, bukan berarti di dalam proses
penggunaan kompor listrik pada proses produksi batik tulis pewarna sintetis tidak
nyanting dan proses mbironi. Tarif dasar memiliki dampak terhadap lingkungan. Batik
listrik yang ditetapkan PLN untuk pemakaian tulis pewarna sintetis dapat bersifat
daya 1300 VA untuk bulan Mei 2016 sebesar sustainable karena didukung harga jual yang
Rp 1.352/kwh. Di dalam perhitungan biaya tinggi dan penggunaan bahan-bahan sintetis
listrik dikenakan biaya administrasi sebesar yang masih dalam batas normal. Semakin
Rp 1.600,- dan pajak penerangan jalan tinggi harga jual suatu produk, maka semakin
sebesar 3% dari biaya total. Setelah melalui besar pula nilai EEI. Semakin besar nilai EEI,
proses perhitungan, biaya listrik yang harus kemungkinan produk bersifat sustainable
dikeluarkan untuk memproduksi 12 lembar akan semakin besar.
kain batik adalah sebesar Rp 3.657,- untuk Nilai Eco-costs Value Rasio (EVR)
batik Sri Kuncoro dan sebesar Rp 8.249,- pada proses produksi batik tulis pewarna
untuk batik alternatif. Di dalam perhitungan sintetis Sri Kuncoro sebesar 0,44 dan batik
biaya penyusutan menggunakan metode tulis pewarna sintetis alternatif sebesar 0,40.
straight line (garis lurus). Metode straight Nilai EVR ini diperoleh dengan cara
line ini mengukur besarnya penyusutan alat membagi nilai eco-cost dengan net value
yang selalu sama setiap periodenya. Sehingga sebagai nilai ekonomi dari masing-masing
setelah melakukan perhitungan didapat hasil produk. Semakin besar net value maka
biaya penyusutan alat pada batik Sri Kuncoro semakin kecil nilai EVR dan semakin kecil
sebesar Rp 138.907,- dan batik alternatif EVR yang dihasilkan maka semakin baik dan
sebesar Rp 149.827,-. Biaya penyusutan batik layak produk tersebut untuk dihasilkan. Hal
alternatif lebih besar dibandingkan batik Sri ini berbanding terbalik dengan nilai EEI yang
Kuncoro dikarenakan penggunaan alat telah dihitung sebelumnya. Semakin besar
kompor gas yang harganya lumayan mahal. nilai EVR maka semakin kecil nilai EEI-nya,
Setelah seluruh biaya dijumlahkan, begitu juga sebaliknya jika EEI semakin
HPP dari 12 lembar kain batik tulis pewarna besar maka nilai EVR semakin kecil.

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 147


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

Nilai Eco Efficiency Ratio (EER) yang dihasilkan dengan dampak


batik tulis pewarna sintetis Sri Kuncoro sebesar Rp 6.811.058,- dari dampak
sebesar 56% dan batik tulis pewarna sintetis yang sebelumnya sebesar Rp
alternatif sebesar 60%. Semakin tinggi 7.370.353,-.
efisiensi dari suatu proses produksi maka 5.2 Saran
akan semakin baik produktivitasnya. Oleh Saran yang diberikan berdasarkan
karen itu apabila ingin meningkatkan EER hasil penelitian ini adalah:
pada suatu produk maka net value dari 1. Diharapkan pada penelitian
produk tersebut harus ditingkatkan, dengan selanjutnya dapat meneliti alternatif-
kata lain produsen harus menaikkan harga alternatif lain lebih banyak lagi
jual suatu produk, sehingga menghasilkan net sehingga dapat meminimalisir
value yang lebih besar. dampak yang dihasilkan dari
produksi batik tulis pewarna sintetis .
5. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Untuk industri batik Sri Kuncoro
5.1 Kesimpulan diharapkan mengelola limbah padat
Dari hasil pengolahan data dan maupun limbah cair yang
analisis hasil, maka dapat ditarik dikeluarkan dalam proses produksi
kesimpulan: batik lebih baik lagi sehingga limbah
1. Dampak yang dihasilkan dari yang ada tidak mencemari
produksi batik tulis pewarna sintetis lingkungan sekitar proses produksi.
Sri Kuncoro sebesar Rp 7.370.353,-
yang memiliki dampak terbesar pada DAFTAR PUSTAKA
proses nglorod dengan kategori Amaya, J., Peggy Zwolinski, and Daniel
dampak waste (limbah) sebesar Rp Brissaud, 2010, Environmental
2.199.426,-. Untuk tingkat Benets of Parts Remanufacturing:
efisiensinya cukup tinggi yang The Truck Injector Case. Jurnal G-
bersifat affordable dan sustainable SCOP Laboratory, https://hal-
dengan nilai eco efficiency index sde.archives-ouvertes.fr/hal-
sebesar 1,40 dan nilai eco efficiency 00519559/document, diakses 23
ratio sebesar 56%. Februari 2016.
2. Untuk memperbaiki produksi batik Astuti, P., U. Ciptomulyono, dan M. Suef,
tulis pewarna sintetis Sri Kuncoro 2004, Evaluasi Konsep Produk
perlu adanya penggantian material Dengan Pendekatan Green Quality
dan energi yang digunakan yaitu Function Deployment II. Jurnal
pada proses nyanting dan mbironi metode Green Quality Function
yang sebelumnya menggunakan Deployment (QFD) II, pp 2-3.
kompor berbahan bakar minyak Batik Giriloyo, 2015, Giriloyo: Sentra Batik
tanah digantikan dengan kompor Tulis di Yogyakarta.
listrik dengan daya maksimal https://giriloyobatik. wordpress. com,
200watt dan pada proses nglorod diakses 1 Desember 2015.
yang sebelumnya menggunakan Batik Tulis, 2016, Perbedaan Batik Tulis,
bahan bakar kayu untuk memanaskan Batik Cap dan Batik Printing.
panci penglorodan digantikan dengan https://www.
bahan bakar gas. Pada proses batiktulis.net/posts/40140579326979
pewarnaan tetap menggunakan 1, diakses 15 Mei 2016.
pewarna naphtol karena pewarna Bayer, Compaq, 2010, Supply Chain
tersebut memilik dampak yang Operation Reference (SCOR) Model
paling sedikit dibandingkan Version 10.0. Jurnal Supply Chain
menggunakan pewarna indigosol dan Council,
remazol. http://www.portaldeconhecimentos.o
3. Setelah dilakukan penggantian pada rg.br/index.php/por/content/
beberapa material dan energi, download/24758/296095/file/Supply
diperoleh hasil bahwa penggantian %20Chain%20Operations%20Refere
tersebut dapat meminimalisir dampak nce%20(SSCO)%20model.pdf,

148 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta


Jurnal OPSI Vol 9 No 2 Desember 2016 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri

diakses 23 Februari 2016. Diponegoro, pp 2.


Fiksel, J., 2011, Design for Environment. Rousse, Daniel, dan Guillermo Quesada,
Amerika Serikat: McGraw-Hill. 2011, Sustainable Buildings: An Ever
Fitinline, 2016, Pewarna Sintetis. Evolving Target. Jurnal
https://www.fitinline.com/article/rea Sustainabilty, 443-464,
d/pewarna-sintetis, diakses 15 Mei www.mdpi.com/2071-1050/3/2/443,
2016. diakses 9 Maret 2016.
Hur, Tak, Song-Tack Lim, dan Hye-Jin Lee, Sari, Nydhia K., 2013, Pemilihan Material
2003. A Study on The Eco- dan Proses Pada Produk Container
efficiencies for Recycling Methods of Plastik Menggunakan Pendekatan
Plastics Waste. Jurnal Dept of Life Cycle Assessment (LCA). Tugas
Material Chemistry & Enggineering Akhir Teknik Industri UNS,
Konkuk University, Surakarta.
http://www.lcacenter.org/InLCA- TU Delft, 2015, The Model of the Eco-costs /
LCM03/Hur-presentation.pdf, Value Ratio (EVR). Delft University,
diakses 2 Februari 2016. http://www.eco costsvalue.com/,
Katura, A.R., 2016, Perbedaan antara Batik Diakses 20 Desember 2015.
Tulis, Batik Cap dan Batik Printing. Voglander, Joost G., Charles Hendriks, dan
http://sanggar batikkatura. Han Brezet, 2010, LCA-based
com/category/galeri, diakses 15 Mei Assessment of Sustainability: The
2016. Eco-Costs/Value Ratio EVR. Jurnal
Nisa, F., A. Tunggul Sutan Haji, Bambang Delf University of Technology,
Suharto, dan Sukrisno Widyotomo, http://www.vanstockum.nl/document
2015, Penentuan Tingkat Eko- / 14463852.pdf, diakses 23 Februari
efisiensi Proses Produksi Biji Kakao 2016.
Menggunakan Life Cycle Verfaillie, Hendrik A., dan Robin Bidwell,
Assessment Pada Unit Produksi di 2000, Measuring Eco-efficiency A
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Guide to Reporting Company
Indonesia. Jurnal Sumberdaya Alam Performance. WBCSD (World
dan Lingkungan, pp 32-39, Teknik Business Council for Sustainable
Lingkungan Universitas Brawijaya, Development),
Malang. http://www.wbcsd.org/web/publicati
Agustin, D.P., 2015, 6 Pengertian ons/measuring_eco_efficiency.pdf,
Pembangunan Berkelanjutan diakses 7 Maret 2016.
Menurut Para Ahli. Jurnal Yang, Q. Z, 2007, Life Cycle Assessment in
Universitas Gadjah Mada (UGM), Sustainable Product Design. Jurnal
Yogyakarta, SIMTech Technical Reports, pp 27,
http://www.radarplanologi.com/2015 https://www.researchgate.net/publica
/11/ pengertian-pembangunan- tion/265617116_Life_
berkelanjutan.html, diakses 18 cycle_assessment_in_sustainable_pr
Agustus 2016. oduct_design, diakses 8 Maret 2016.
PRe, 2016, SimaPro. https://www.pre- Yulianto, P., 2012, Peningkatan Sustainable
sustainability.com/simapro, PRe dengan Strategi Eko-efisiensi. Tugas
Sustainabel, diakses 15 Januari 2016. Akhir Teknik Industri Universitas
Pringgajaya, K. A., dan Udisubakti Diponegoro, Semarang.
Ciptomulyono, 2012, Implementasi
Life Cycle Assessment (LCA) dan
Pendekatan Analytical Network
Process (ANP) untuk Pengembangan
Produk Hetric Lamp yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Teknik ITS, No.
1.
Purwanto, 2013, Teknologi Produksi Bersih.
Jurnal Badan Penerbit Universitas

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 149

Anda mungkin juga menyukai