Lahan EKOTEKNOLOGI
SUMBERDAYA Analisis
LAHAN DAN
Air
AIR
Tim Penyusun
Dwi Rustam Kendarto
DAFTAR ISI
DESKRIPSI:
Praktikum ekoteknologi sumberdaya lahan dan air merupakan praktikum mata kuliah
ekoteknologi sumberdaya lahan dan air yang berisi model-model dan praktek kegiatan-
kegiatan yang bersifat ekoteknologi dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air .
CAPAIAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mempunyai pemahaman yang menyeluruh mengenai ekoteknologi
sumberdaya lahan dan air dan mampu menjelaskan dan menyusun secara sederhana mengenai
ekoteknologi.
DAFTAR ACARA PRAKTIKUM
No Pertemuan Acara Jenis kegiatan
1 1 Kontrak Praktikum Resitasi
2 2 Pengenalan dan analisis ekosistem alami Pengamatan
3 3 Pengenalan dan analisis eksistem buatan Pengamatan
4 4 Pengenalan pemanenan air untuk air irigasi Pengamatan
dan
pengukuran
5 5 Pembuatan dan perancangan wet land/ Penelusuran
phytoremediasi dan
identifikasi
6 6 pembuatan perancangan wetland/phyoremediasi Project
7 7 Pembuatan dan perancangan Project
wetland/phytoremediasi
8 8 Pembuatan filter air Identifikasi
dan
penulusuran
9 9 Pembuatan filter air project
10 10 Pengujian filter air pengukuran
11 11 kunjungan ke IPAL Unpad fieldtrip
Terrestrial Ecosystems
Ekosistem terestrial diklasifikasikan menurut jenis lahan atau kawasan terestrial.
• Forest: Ekosistem ini memiliki populasi pohon padat dan mencakup hutan hujan tropis.
• Desert: pasir menerima curah hujan kurang dari 25 cm per tahun.
• Grassland: Ekosistem ini meliputi savana tropis, padang rumput sedang, dan tundra Arktik.
• Mountain: Ekosistem mountain meliputi perubahan elevasi curam antara padang rumput,
jurang, dan puncak.
II. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenetahui komponen ekosistem alami dan dapat melakukan
analisis peranan komponen ekosistem dalam keberlanjutan ekosistem.
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur, alat pengukur karakeristik
ekosisitem
Bahan yang digunakan adalah ekosistem alami yang dipilih untuk dilakukan analisis
IV. Metode
Pengamatan lapangan dan melakukan analisis terhadap komponen ekosistem
lingkungan yang sudah ditentukan
V. Tugas
1. Mahasiswa melakukan pengamatan pada suatu ekosistem alami dan melakukan pendataan
faktor-faktor pembentuk
2. Mahasiswa membuat rantai energy dalam suatu ekosistem
3. Mahasiswa melakukan analisis spesies kunci dalam penentuan keberlangsungan ekosistem
ACARA III
I. Pendahuluan
Ekosistem buatan tidak menopang dirinya sendiri, dan ekosistemnya akan binasa tanpa
bantuan manusia. Misalnya, peternakan adalah ekosistem buatan yang terdiri dari tumbuhan
dan spesies di luar habitat aslinya. Tanpa manusia, ekosistem ini tidak bisa bertahan sendiri.
Tanaman dan hewan membutuhkan bantuan manusia untuk makan dan bertahan. Perbedaan
utama antara ekosistem alami dan ekosistem buatan adalah keragaman. Ekosistem alami
mengandung lebih banyak faktor alami dan organisme. Hubungan antara organisme, satu sama
lain dan lingkungan di ekosistem ini lebih kompleks daripada ekosistem buatan.
Dinding hidup adalah ekosistem buatan. Semua dinding yang hidup membutuhkan
intervensi manusia agar bisa berkembang, dalam bentuk pasokan air dan nutrisi, dan
pengelolaan hama dan penyakit. Dinding dalam ruangan juga membutuhkan cahaya yang tepat.
Komponen yang direkayasa, seperti sistem irigasi, sangat penting untuk berfungsinya sistem;
Misalnya, jenis geotekstil yang digunakan dalam sistem dinding hidup hidroponik secara
langsung akan mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menerima jumlah air yang tepat -
tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu sedikit. Komponen yang direkayasa juga mendukung dan
mempengaruhi komponen biologis dari sistem. Oleh karena itu, desain manusia merupakan
faktor penting yang mendasari semua ekosistem buatan. Dinding hidup memiliki desain yang
relatif sederhana, dibandingkan dengan kompleksitas ekosistem alami yang jelas.
Dinding hidup mungkin menampilkan tingkat kebaruan ekologi yang tinggi, seperti
kombinasi spesies yang belum pernah terjadi dalam sejarah evolusioner organisme atau
populasi yang terlibat. Jika hal baru menghasilkan kondisi yang melebihi toleransi organisme
individual, maka stres, berkurangnya kebugaran, perubahan struktur masyarakat dan
konsekuensi fungsi ekosistem dapat terjadi. Penyebab utama kebaruan dalam ekosistem buatan
berasal dari penciptaan mereka dari nol karena terputusnya ekosistem alami, yang seringkali
berakibat pada kurangnya warisan biologis dan memori ekologis yang melekat pada dinamika
ekosistem alami. Dalam ekosistem alami, tanah merupakan reservoir ekologi yang
mengandung biji-bijian dan keseluruhan makanan berbasis aktivitas mikroba, namun tanah
alami jarang membentuk dasar ekosistem buatan tumbuhan buatan. Kurangnya warisan
biologis atau memori ekologis dapat menyebabkan komunitas mikroba depauperate yang dapat
memiliki efek mendalam pada fungsi ekosistem. Termasuk keanekaragaman hayati yang lebih
besar di dinding yang hidup dapat meningkatkan fungsinya.
II. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan ekosisitem artifisial, komponen ekosistem artifisial
dan rantai makanan dan energy dalam ekosistem artifisial.
III. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alah ukur dan sokumentasi
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekosistem artifisial yang dipilih
untuk diamati
IV. Metode
Praktikum dilakukan dengan metode pengamatan dan analisis terhadap komponen
ekosistem serta mengetahui spesies kunci dalam ekosistem tersebut
V. Tugas
1. Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap suatu ekosistem artifisiel terpilih
2. Mengidentifikasi komponen pembentuk ekosistem dan melakukan analisis system ekologi
dari ekosistem tersebut
3. Melakukan identifikasi spesies kunci dalam penentuan kualitas ekosistem dan keberanjutan
ekosistem
4. Membuat laporan hasil identifikasi dan analisis
ACARA IV
I. Latar Belakang
Eco-teknologi didefinisikan sebagai desain berkelanjutan ekosistem yang
mengintegrasikan makhluk hidup dengan lingkungan alaminya. mencakup pemulihan
ekosistem yang secara substansial telah terganggu oleh kegiatan manusia dan pengembangan
ekosistem berkelanjutan yang memiliki nilai-nilai manusia dan ekologi. Terutama dibutuhkan
sebagai energi konvensional
Prinsip eko-teknologi adalah teknologi yang berbasis kepada kapasitas diri dalam
merancang suatu eco-system, mengandalkan kepada pendekatan sistemik dalam melakukan
konservasi sumberdaya. Eco-technologi mencoba menyeimbangkan antara kebutuhan manusia
dan kebutuhan alam, eco-technology akan memberikan solusi yang berkelanjutan dengan
mengandalkan kepada ketersediaan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.
Prinsip eko-technologi
• self-design
Salah satu pilar dasar rekayasa ekologi yang merupakan sebuah aplikasi self-
organisasi dalam desain ekosistem. Ini telah menjadi salah satu prinsip-prinsip
rekayasa yang paling konsisten digunakan ekologi
• acid-test
Membuat atau memulihkan ekosistem biasanya tidak eksperimental ilmu. Jadi
jika ada beberapa prinsip-prinsip ilmiah umum dapat dikembangkan dari
rekayasa ekologi. Tapi ketika sebuah ekosistem dibuat atau dipulihkan, prinsip-
prinsip umum yang sudah ada di bidang ekologi dapat dibantah
• systems thinking
Sistem berpikir diperlukan bila ekosistem diciptakan atau dikembalikan. Ini bukan
waktunya untuk berpikir tentang penyebab linear dan efek melainkan ekosistem
sebagai semua.
• natural energy use, andBerfokus pada energi alam seperti energi surya, energi
angin, dan energi hidrologi yang sudah terwujud dalam ekosistem
• ecosystem conservationPerkembangan ekosistem berkelanjutan dengan rekayasa
ekologi akan memiliki efek yang sama. Oleh karena itu, konsekuensi langsung
dari rekayasa ekologi adalah bahwa hal itu akan menjadi kontraproduktif untuk
menghilangkan atau bahkan mengganggu ekosistem alam kecuali benar-benar
perlu. Pengakuan nilai ekosistem memberikan justifikasi yang lebih besar untuk
konservasi ekosistem dan spesies lainnya.
Kegiatan atau usaha dapat dinyatakan sebagai kegiatan eco-technologi bila memiliki lima
kriteria sebagai berikut:
• Ekosistem digunakan untuk mengurangi atau mengatasi masalah polusi.
• Ekosistem ditiru atau disalin untuk mengurangi masalah sumber daya.
• memulihkan ekosistem didukung setelah gangguan yang signifikan.
• ekosistem yang ada dimodifikasi dengan cara yang ramah lingkungan.
• Ekosistem digunakan untuk kepentingan umat manusia tanpa menghancurkan
keseimbangan ekologi
Salah satu model eco-teknologi adalah pemanfaatan air hujan untuk kegiatan budidaya
pertanian dan kebutuhan domestic dengan melakuka pemanenan air atau rain water harvesting.
Pemanenan Air hujan merupakan upaya pengumpulan air hujan dari permukaan lahan
dan langsung dari air hujan dikumpulkan untuk penggunaan disaat membutuhkan (Sustainable
Earth Technologies, 1999, dalam Charles, 2005). Pengembangan pemanenan air sebagai
sumber alternative harus mempertimbangkan; kualitas air, kuantitas dan peruntukan, serta
dalam pembangunan model pemanenan air harus mempertimbangkan aspek fisik, aspek sosial
dan aspek teknis (Charles, 2005).
II. Tujuan
Mahasiswa dapat mengelompokaan suatu kegiatan termasuk dalam eko-teknologi atau
bukan dengan melihat kriteria-kriteria kegiatan/usaha dinyatakan sebagai eko-technologi
II. . Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum acara ini antara lain, alat ukur, mesin hitung
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah green house penelitian ALG
(academic ledearship grant)
III. Langkah Kerja
1. Mahasiswa mengamati project rain water harvesting hasil penelitian Akademik Leadership
Grant
2. Melakukan identifikasi terhadap kriteria eco-technologi (5 kriteria dasar)
3.Melakukan analisis factor-faktor yang menentukan kegiatan rainwater harversing dinyatakan
sebagai eko-teknologi
4. Membuat sket diagram alur proses rain water harvesting dan menjelaskan kegiatan-kegiatan
yang termasuk dalam eko-teknologi
5. Jelaskan secara rinci aspek fisik, aspek sosial dan aspek teknik dalam konstruksi pemanenan
air hujan,
IV. Tugas
1. Mahasiswa melakukan identifikasi komponen dalam pemanenan air hujan
2. Mahasiswa mengukur dimensi struktur bangunan pemanenan air hujan
3. Mehasiswa melakukan perhitungan air yang tertampung oleh bangunan pemanenan air
hujan
4. Mehasiswa menghitung ketersediaan-kebutuhan air untuk kegiatan budidaya pertanian
dengan jenis tanaman budidaya yang terpilih
5. Membua laporan hasil perhitungan dan anlisis kesetimbangan air untuk budidaya tanaman
Pustaka:
1. Patrick C. Kangas , 2005, Ecological Engineering: Priciples and Practises, Lewis
Publishers London
2. Milagros Jean Charles, Rain Water Harvesting Systems for Communities in Developing
Countries, Thesis, Michigan Technological University, Michigan
ACARA V
IV. Tugas
1. Mahasiswa mengumpulkan bahaan penyusun wetland dan pemilihn komposisi tanaman
untuk phytoremediasi
2. Mahasiswa membangun konstruksi wetland
3. Melakukan pengamatan dari hasil konstruki wet land
ACARA VIII
VII. Metode
Metode pengamatan di dalam lab ditambah dengan penelusuran literature untuk
memperolah informasi mengenai jenis-jenis filter pengolahan air.
VIII. Tugas
1. Mahasiswa mengamati beberapa jenis filter
2. Mahasiswa mengidentifikasi beberapa jenis filter yang ditunjukkan untuk mengenai
kegunaan filter-filter tersebut dalam pengolahan air
3. Melakukan pelacakan informasi untuk memperolah informasi tambahan mengenai jenis-
jenis filter dan kegunaan
4. Membuat laporan
ACARA IX
keterangan:
B= Berat kertas filter oven (mg)
A= Berat kertas filter (mg).
% kandungan lumpur yang tersuspensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛
% Lumpur= 𝑥 100%
1000
II. Tujuan
Mahasiswa mampu menguji kualitas air hasil penyaringan terutama parameter fisik air
hasil penyaringan
III. Metode
Pengamilan sampel hasil proses penyaringan air menggunakan beberapa filter untuk
mengetahu kualitas air hasil produksi.
IV. Tugas
1. Mahasiswa melakukan pengambilan sampel dari pengujian penyaringan air, pengambilan
sampel dilakukan pada saat sebelum proses pengaringan dan setelah proses penyaringan.
2. Mahasiswa membuat laporan hasil pengamatan
ACARA XI
I. Pendahuuan
Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biologis
Di dalam proses pengolahan air limbah khususnya yang mengandung polutan senyawa
organik, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan aktifitas mikro-organisme
untuk menguraikan senyawa polutan organik tersebut. Proses pengolahan air limbah dengan
aktifitas mikro-organisme biasa disebut dengan “Proses Biologis”.
Proses pengolahan air limbah secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi
aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik (tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik.
Proses biologis aeorobik biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban BOD
yang tidak terlalu besar, sedangkan proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air
limbah dengan beban BOD yang sangat tinggi.
Pengolahan air limbah secara bilogis secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yakni
proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), proses biologis dengan biakan
melekat (attached culture) dan proses pengolahan dengan sistem lagoon atau kolam. Proses
biologis dengan biakan tersuspensi adalah sistem pengolahan dengan menggunakan aktifitas
mikro-organisme untuk menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air dan mikroorganime
yang digunakan dibiakkan secara tersuspesi di dalam suatu reaktor. Beberapa contoh proses
pengolahan dengan sistem ini antara lain : proses lumpur aktif standar atau konvesional
(standard activated sludge), step aeration, contact stabilization, extended aeration, oxidation
ditch (kolam oksidasi sistem parit) dan lainya. Proses biologis dengan biakan melekat yakni
proses pengolahan limbah dimana mikroorganisme yang digunakan dibiakkan pada suatu
media sehingga mikroorganisme tersebut melekat pada permukaan media. Proses ini disebut
juga dengan proses film mikrobiologis atau proses biofilm. Beberapa contoh teknologi
pengolahan air limbah dengan cara ini antara lain : trickling filter, biofilter tercelup, reaktor
kontak biologis putar (rotating biological contactor , RBC), contact aeration/oxidation (aerasi
kontak) dan lainnnya. Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam
adalah dengan menampung air limbah pada suatu kolam yang luas dengan waktu tinggal yang
cukup lama sehingga dengan aktifitas mikro-organisme yang tumbuh secara alami, senyawa
polutan yang ada dalam air akan terurai. Untuk mempercepat proses penguraian senyawa
polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu
contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi
(stabilization pond). Proses dengan sistem lagoon tersebut kadang-kadang dikategorikan
sebagai proses biologis dengan biakan tersuspensi. Secara garis besar klasifikasi proses
pengolahan air limbah secara biologis dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1, sedangkan
karakteristik pengolahan, parameter perencanaan serta efisiensi pengolahan untuk tiap jenis
proses dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Untuk memilih jenis teknologi atau proses
yang akan digunakan untuk pengolahan air limbah, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain : karakteristik air limbah, jumlah limbah serta standar kualitas air olahan yang diharapkan.
Pemilihan teknologi pengolahan air limbah harus mempertimbangkan beberapa hal yakni
antara lain jumlah air limbah yang akan diolah, kualitas air hasil olahan yang diharapkan,
kemudahan dalam hal pengelolaan, ketersediaan lahan dan sumber energi, serta biaya operasi
dan perawatan diupayakan serendah mungkin Setiap jenis teknologi pengolahan air limbah
mempunyai keunggulan dan kekurangannya masing-masing, oleh karena itu dalam hal
pemilihan jenis teknologi tersebut perlu diperhatikan aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek
lingkungan, serta sumber daya manusia yang akan mengelola fasilitas tersebut.
3. Pengolahan limbah secara kimia
Pengolahan air limbah secara KIMIA merupakan pengolahan air limbah dengan
penambahan bahan kimia (padat, cair, dan gas) kedalam air limbah. Beberapa proses
pengolahan air limbah secara kimia seperti Netralisasi, Koagulasi/flokulasi, dan gas
transfer, setiap proses mempunyai tujuan tertentu.
a. Proses Netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman (pH) air
limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses (pengkondisian) air limbah sebelum dilakukan
proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah dibuang kelingkungan dalam rangka
memenuhi standar baku mutu air limbah yaitu pH 6-9.
Beberapa air limbah memiliki derajat keasaman (pH) asam dan basa, dalam proses
netralisasi diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar 6-9. Berbagai reaksi yang
terjadi pada proses netralisasi :
YOH + HX → XY + H2O
Y dan X mewakili monovalen kation dan anion, XY merupakan garam yang terbentuk, sebagai
contoh reaksi netralisasi yaitu natrium hidroksida dengan asam clorida seperti berikut.
Reaksi yang terjadi pada netralisasi ada yang bersifat eksotermis (the enthalpy of
neutralization)seperti reaksi antara natrium hidroksida dengan asam clorida, dan bersifat
endotermis yaitu natrium karbonat dengan asam asetat.
Pada air limbah yang bersifat asam, dibutuhkan basa untuk netralisasi dan sebaliknya. Pada
netralisasi air limbah dapat pula terbentuk padatan sehingga dibutuhkan proses pemisahan
padatan.
b. Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah secara kimia
yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air limbah pada umumnya
mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid (berukuran < 1 mikron), bahan terlarut
(berukuran < nanometer). Padatan-padatan dalam air pada umumnya bermuatan negatif dan
padatan-padatan tersebut sangat sulit dipisahkan secara fisik (sedimentasi dan filtrasi dengan
media padat) dan dapat dilakukan secara kimia melalui proses koagulasi-flokulasi
Koagulasi merupakan proses destabilisasi partikel, sedangakan flokulasi merupakan
proses penggabungan partikel yang telah mengalami proses destabilisasi, mekanisme
destabilisasi partikel seperti terlihat dalam gambar berikut. Proses destabilisasi partikel
dilakukan dengan penambahan bahan kimia yang bermuatan positif yang dapat menyelimuti
permukaan partikel sehingga partikel tersebut dapat berikatan dengan partikel lainnya. Partikel
yang telah berikatan akan mudah untuk dipisahkan secara fisik (sedimentasi, flotasi, dan
filtrasi). Proses flokulasi dibutuhkan untuk penggabungan partikel dengan mennggunakan
bahan kimia sehingga mempercepat waktu pengendapan partikel (flok).
II. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami proses pengolahan limbah secara sederhana dengan
benar
III. Metode
Pengamatan lapangan dilakukan untuk mengetahui model pengolahan limbah yang
ada di kampus UNPAD
IV. Tugas
1. Mahasiswa melakukan pengamatan model pengolahan limbah di UNPAD
2. Mahasiswa mencatat komponen dan fungsinya dalam pengolahan limbah
3. Mahasiswa menganalisis proses yang terjadi dalam setiap tahapan pengolahan limbah