NSS : 332051827001
NPSN : 20552642
KEAHLIAN : FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
i
1. Judul Karya : Studi Kasus Furosemide
2. Profil Penulis
a. Nama : Malika Savira Hafsari
d. Nomor HP : 082132678180
e. Email : malika.shafira16@gmail.com
Menyetujui
Mengetahui
( Yuliatin, S. Pd )
ii
DAFTAR ISI
PROFIL SEKOLAH.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
iii
3.1 Definisi Penyakit Hipertensi .................................................................. 17
BAB IV PENUTUP
iv
DAFTAR GAMBAR
v
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana yang
telah melimpahkan hidayahnya dan memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan
laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang telah kami buat ini.
Praktek kerja ini adalah salah satu bentuk atau upaya dalam mengenal lebih
jauh bagaimana diterapkannya ilmu kefarmasian di dalam dunia kerja .Dengan begitu,
kami harap praktek kerja ini akan memberi banyak manfaat serta motivasi bagi kami
para murid khususnya maupun bagi para pembaca.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak -pihak
yang terkait PKL. dimana telah memberi dukungan moral serta juga bimbingannya
kepada kami. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :
3. Ibu Apt Syahila R.M, S. Farm selaku guru pembimbing disekolah yang
selalu memberikan dukungan serta semangat kepada kami.
vi
5. Ibu Apt Siswati Sukardi, S. Si selaku apoteker di instansi apotek Arjasa
yang dengan ikhlas membimbing kami.
6. Orang tua yang dan teman terdekat yang selalu mendukung serta
memberi semangat.
Penulis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit hipertensi ?
2. Apa macam macam penyakit hipertensi ?
3. Apa saja penyebab dan gejala penyakit hipertensi?
4. Apa saja terapi farmakologi untuk penyakit hipertensi ?
5. Apa saja terapi non farmakologi untuk penyakit hipertensi ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
2.1 Sejarah Apotik Arjasa
Apotek Arjasa adalah Apotek swasta yang di dirikan oleh Bapak Apt.
Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati Sukardi, S.Si. yang berdiri pada tahun 1998.
Saat ini Apotek Arjasa telah memiliki 7 cabang Apotek. Apotek pertama yang
didirikan oleh Bapak Apt. Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati Sukardi, S.Si. adalah
Apotek Arjasa 1 yang bertempat di jalan Raya Sengkaling no. 243A. Pada tahun 1998
belum ada PMK 9 2017 pasal 17 sehingga pengadaan sediaan farmasi masih bebas,
maka pengadaan obat awal dari pasar atom Surabaya dengan membeli secara ecer,
kemudian bagian modal kedua untuk pengadaan obat dengan memperbanyak jenis
obat dengan jumlah yang sedikit atau secara ngecer atau nempil. Pengadaan dengan
cara tersebut berlangsung selama 5 tahun, pada tahun pertama masih 100% nempil,
tahun kedua 80% nempil, tahun ketiga 60% nempil, tahun ke empat 40% nempil, dan
tahun kelima 20% nempil hingga pada akhirnya Apotek Arjasa dapat melakukan
pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sendiri pada PBF (Pedagang Besar
Farmasi) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Apotek Arjasa.
Pada tahun 2000 setelah dua tahun berdirinya Apotek Arjasa 1, Bapak Apt.
Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati Sukardi, S.Si. membeli tempat di Jalan
Kartanegara No. 50, Grimoyo, Karangploso yang kemudian menjadi Apotek Arjasa
II. Seiring berjalannya waktu, Apotek Arjasa II menunjukkan perkembangan yang
signifikan. Pengadaan sediaan farmasi dan alkes di Apotek Arjasa II di pesan di
distributor atau PBF menggunakan SP Apotek Arjasa II dengan jumlah pemesanan
disesuaikan dengan stok obat dan alkes yang tersedia di Apotek.
Pada tahun 2002 di dirikan Apotek Arjasa III yang bertempat di Jalan Raya
Bululawang. Tahun 2003 Bapak Apt. Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati Sukardi,
S.Si. kembali membuka apotek cabang yang ke IV di daerah Turen, yang sekarang
telah dikelolah oleh keluarga. Selanjutnya setelah pendirian Arjasa IV tepatnya pada
tahun 2004 Bapak Apt. Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati Sukardi, S.Si. kembali
mendirikan Arjasa V yang berada di Kandangan Kabupaten Kediri tepatnya di Jalan
Malang No. 122 Kandangan.
3
Tahun 2007 cabang Apotek Arjasa kembali bertambah dengan didirikannya
Arjasa VI di daerah Bandulan, tepatnya berada di Jalan Raya Bandulan no. 122,
Bandulan, Sukun Malang. Kemudian selanjutnya didirikan Arjasa VII yang pada
awalnya berada di Dinoyo, namun karena beberapa faktor Apotek Arjasa VII
akhirnya tutup. Pada tahun 2017 Bapak Apt. Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati
Sukardi, S.Si. kembali mendirikan Apotek Arjasa VII yang berada di Batu, tepatnya
di Jalan Dadaprejo No. 9 Batu. Selain menjadi Apotek, Arjasa VII juga menyediakan
berbagai alat tulis. Pada tahun 2018, Bapak Apt. Fransisko, S.Si. dan Ibu Apt. Siswati
Sukardi, S.Si. membuka Arjasa IV yang telah diberikan kepada keluarga, Apotik ini
berada di Pakisaji tepatnya di Jalan Raya Pakisaji.
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
2.2.3 Motto
4
2.2.4 Budaya
5
2.4 Denah Apotek
6
2.5 Denah lokasi
7
2.6 Sistem Pelayanan
Pelayanan resep dibagai menjadi 2 yaitu pelayanan obat atas resep dokter dan
pelayanan resep obat BPJS :
8
2. Pelayanan Obat BPJS
9
2.6.2 Pelayanan Non Resep
10
a) Buku Defecta
b) Kartu stok
c) Surat Pesanan
11
1. Surat Pesanan Reguler, digunakan untuk memesan obat bebas, bebas
terbatas, dan obat obat keras.
2. Surat Pesanan Narkotika, digunakan untuk memesan obat golongan
narkotika.
3. Surat Pesanan Psikotropika, digunakan untuk memesan obat
golongan psikotropika.
4. Surat pesanan prekursor, digunakan untuk memesan obat-obat yang
mengandung prekusor
5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu, digunakan untuk memesan
obatobat yang mengandung golongan obat-obat tertentu.
d) Etiket
e) Copy Resep
Copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep yang ditulis
oleh seorang apoteker untuk diberikan kepada pasien. Istilah lain dari copy
12
resep adalah apograph, exemplum dan afscrift. Copy resep dapat
dikeluarkan apabila:
• Terdapat tanda “iter” dan “Rep”, hal ini dilakukan oleh dokter dengan
pertimbangan pasien masih memerlukan pengulangan terapi. Iter
(iterator) sementara Rep (Reperature) Keduanya dalam Bahasa
Indonesia diartikan sebagai dapat diulang.
• Pasien tidak bisa menebus resep secara penuh karena suatu hal.
• Apotek tidak memiliki sebagian obat yang tertulis di resep.
• Permintaan dari lembaga yang membiayai pengobatan pasien.
g) Buku Kas
h) Buku Penjualan
13
b. Buku penjualan resep, Yaitu berisi barang perbekalan farmasi yang dilayani
dengan resep dokter. Contohnya obat dengan resep psikotropika, resep antibiotik, dll.
a. Perencanaan
b. Pengadaan
c. Penerimaan
14
d. Penyimpanan
15
f. Pencatatan dan Pelaporan
BAB III
TINJAUAN TEORI
16
3.1 Definisi
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi
ini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan
nyawa jika dibiarkan. Bahkan, gangguan ini dapat menyebabkan dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya penyait jantung, stroke, hingga kematian. Seseorang
dapat dikatakan terkena penyakit hipertensi saat tekanan darah sistolik mencapai 140
mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg (Makarim,2022).
Sistolik adalah angka yang ada di “atas” dan diastolik adalah angka yang ada
di “bawah”. Sistolik menunjukan tekanan ketika jantung Anda memompa darah ke
seluruh tubuh,. Sementara diastolik menunjukkan tekanan ketika jantung Anda dalam
keadaan istirahat yaitu saat terjadi pengisian darah ke jantung (Upahita,2021).
Klasifikasi Hipertensi :
a. Normal
17
maka mereka dianggap terkena penyakit hipotensi atau memiliki
tekanan darah rendah. Sebaliknya jika pasien memiliki tekanan darah
diatas 120/80 mmHg mereka dianggap terkena penyakit hipertensi.
b. Pra Hipertensi
Merujuk pada Gambar 3.1 bisa kita lihat bahwa tekanan darah
pasien yang dikatakan mengalami fase pra hipertensi adalah sekitar
120/80 mmHg sampai dengan 139/89 mmHg. Pada fase pra hipertensi
biasanya gejala awal yang dirasakan pasien adalah pusing yang
berkepanjangan.
c. Hipertensi Derajat 1
Pada fase hipertensi derajat 1 pasien mulai mengonsumsi lebih
dari 1 golongan obat penurun tekanan darah. Pasien dalam fase ini
diakibatkan karena kombinasi pola hidup yang buruk serta faktor
keturunan,. Mengutip pada gambar 3.1 Klasifikasi Hipertensi tekanan
darah penderita hipertensi derajas 1 adalah 140-159 mmHg untuk
tekanan darah systole dan 90-99 mmHg untuk tekanan darah diastole.
d. Hipertensi Derajat 2
Pada fase terakhir atau hipertensi derajat 2, gejala yang paling
sering dirasakan pasien adalah pusing, sakit kepala hingga kesulitan
bernapas akibat sedikitnya pasokan oksigen yang berasal dari jantung.
Pada fase hipertensi derajat 2 kebiasaan hidup/pola hidup yang buruk,
banyak mengonsumsi makanan tinggi garam, obesitas, serta riwayat
keturunan hipertensi menjadi penyebab utama penyakit hipertensi
derajat 2. Tekanan darah pasien hipertensi derajat 2 berkisar antara
160 mmHg atau lebih untuk tekanan darah systole dan 100 mmHg
atau lebih untuk tekanan diastole.
18
3.2 Penyebab dan Gejala
19
a. Ace Inhibitor
c. Beta Blockers
20
e. Diuretic
f. Alpha Blockers
g. Nitrat
21
3.2.3 Terapi non Farmakologi
b. Menghindari stress
22
memompa lebih keras darah ke dalam seluruh tubuh
sehingga tekanan darah menjadi naik. Refreshing dengan
sekedar berjalan jalan keluar dapat membuat pikiran sedikit
tenang dan menghilangkan stress untuk sejenak.
Pengelolaan stress yang baik sangat dibutuhkan oleh semua
orang terutama pada penderita hipertensi.
23
3.3 Study Kasus
3.3.1 Resep
24
3.4 Skrinning Resep
SKRINNING ADMINISTRATIF
25
Kompaktibilitas Tadaidak -
(ketercampuran
obat )
SKRINNING KLINIS
26
3.5 Spesialite Obat
27
3.5.2 Indikasi Obat
a. Bisoprolol
b. Furosemide
c. Amlodipine
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina
stabil kronik, angina vasopatik ( angina prinzmetal atau variant
angina ). Amlodipine dapat diberikan sebagai terapi tunggal
ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan
antiangina lain (ISO vol 52, 2019).
d. Candesartan
Untuk menangani hipertensi pada orang dewasa dan anak
berusia ≥1 tahun, serta untuk menangani gagal jantung pada orang
dewasa. Dosis candesartan yang digunakan akan bervariasi
tergantung indikasi pengobatan, usia pasien, dan respons tekanan
darah terhadap terapi (Putri,2022).
28
3.5.3 Dosis Obat
a. Bisoprolol
Aturan pakai : diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah
makan
( malam )
b. Furosemide
Aturan pakai : diminum 1 kali sehari 1 tablet seduah makan
( pagi ).
c. Amlodipine
Aturan pakai : diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah
makan ( pagi ).
d. Candesartan
Aturan pakai : diminum 1 kali sehari 1 tablet sesudah
makan ( malam ).
3.5.4 Interaksi Obat
a. Bisoprolol
- Peningkatan resiko terjadinya bradikardia (denyut jantung
lambat ) jika dikonsumsi bersama digoxin.
- peningkatan resiko terjadinya hipotensi berat dan
atrioventricular block (terhambatnya aliran impuls listrik di
jatung) jika digunakan Bersama obat antagonis kalsium,
seperti diltiazem dan nifedipine.
- Peningkatan resiko bertambah parahnya kondisi gagal
jantung jika digunakan dengan metildopa atau klonidin.
- Penurunan efektivitas bisoprolol jika digunakan Bersama
obat golongan antiinflamasi nonsteroid dan rifampicin
(Nareza,2022).
29
-
b. Furosemide
- peningkatan resiko terjadinya kerusakan ginjal jika
digunakan bersama antibiotic golongan sefalosporin
- peningkatan resiko terjadinya kerusakan telinga jika
digunakan bersma antibiotic golongan aminoglikosida,
polymyxin, vancomycin, cisplatin, atau ethacrynic acid.
- Peningkatan resiko terjadinya hyperkalemia jika digunakan
bersama dengan obat diuretic hemat kalium seperti
spironolactone.
- Peningkatan resiko terjadinya kerusakan jantung jika
digunakan Bersama dengan antihistamin, antipsikotik, atau
glikosida jantung, seperti digoxin (Nareza,20222).
c. Amlodipine
- Peningkatan kadar dan efektivitas amlodipine
jikadigunakan dengan ciclosporin, erythromycin, diltiazem,
atau antijamur azole.
- Penurunan kadar dan efektivitas amlodipine jika digunakan
dengan rifampicin
- Peningkatan kadar simvastatin dalam darah
- Peningkatan resiko terjadinya hipotensi atau tekanan darah
rendah jika digunakan dengan tizanidine (Pane,2021)
d. Candesartan
- Peningkatan resiko terjadinya hyperkalemia, hipotensi, dan
kerusakan ginjal jika digunakan oleh penderita diabetes
yang sedang mengonsumsi aliskiren
- Peningkatan resiko terjadinya hipotensi jika digunakan
bersamaan dengan anastesi dan diuretic dosis dinggi.
- Peningkatan kadar kalium di dalam darah jika digunakan
dengan diuretic hemat kalium (Nareza,2022).
30
3.5.5 Efek Samping
a. Bisoprolol
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual atau muntah
b. Furosemide
- Pusing
- Sakit kepala
- Mual atau muntah
- Diare c.
Amlodipine
- Pusing
- Bengkak pada kaki
- Sakit perut
d. Candesartan
- Sakir kepala
- Nyeri punggung
- Pusing
- Ruam kulit
31
(Dewi,2021). Bisoprolol bekerja dengan
cara memperlambat detak jantung dan menurunkan
tekanan otot jantung saat berdetak. Selain itu, bisoprolol juga
memiliki efek melebarkan pembuluh darah. Cara kerja ini
menghasilkan penurunan tekanan darah dan berkurangnya
beban jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh
(Nareza,2022).
b. Furosemide
Mekanisme kerja furosemide adalah menghambat
reabsorbsi natrium dan klorida di tubulus proksimal pada
loop of Henle sehingga dapat meningkatkan ekskresi air,
sodium, klorida, magnesium dan kalsium (Neal, 2002).
Masa kerja furosemide biasanya 2 – 3 ja, sedang waktu
paruhnya tergantung pada fungsi ginjal. Karena agen ansa
bekerja pada sisi luminal tubulus, respon diuretic berkaitan
secara positif dengan eskresi urin. Sebagai efek diuretiknya
aen ansa mempunyai efek langsung pada peredaran darah
melalui tatanan vaskuler. Furosemide meningkatkan aliran
darah di dalam korteks ginjal (Rochmawati,2019).
c. Amlodipine
d. Candesartan
Candesartan merupakan golongan antagonis
reseptor angiotensin II atau ARB. Peran candesatan adalah
32
untuk menghambat ikatan angiotensin II dan reseptor AT11
yang banyak terdapat di jaringan ( misalnya : otot polos,
pembuluh darah, kelenjar adrenal ) yang akan menghambat
vasokontriksi dan pelepasan aldosterone tujuan pemberian
obat ini adlah untuk mencapai efek terapi yang diinginkam
agar tidak menimbulkan efek merugika, serta untuk
menurunkan resiko mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular. Oleh karena itulah dilakukan
penggabungan prinsip-prinsip farmakokinetik dengn
farmakodnamik sehingga dapat menjelaskan hubungan dari
efek pemberian dosis obat (Nafrialdi,2016).
33
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil akhir penulisan laporan penulis menyimpulkan bahwa. Terdapat banyak
sekali kasus hipertensi pada pasien lanjut usia. Gaya hidup tidak sehat, makan
makanan tinggi garam serta obesitas dan pengelolaan stress yang buruk merupakan
penyebab utama pasien memiliki penyakit hipertensi. Berdasarkan jawaban
narasumber yang menjadi objek pada penelitian penulis, dikatakan bahwa sulit bagi
pasien untuk melakukan diet rendah garam dan juga mengelola stress setiap harinya
yang berujung pada setiap pemeriksaan tekanan darah pasien tergolong tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pada studi kasus dengan kondisi
pasien yang mengalami penyakit Hipertensi dan mendapat terapi farmakologi
menggunakan obat bisoprolol, furosemide, amlodipine dan candesartan sudah sesuai.
Begitupun dengan cara pakainya sudah sesuai dengan anjuran dokter, yakni diminum
satu kali sehari sesudah makan. Dengan ini maka jenis terapi farmakologi yang telah
diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan keadaan pasien saat ini.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
34
Adrian, S.J. & Tommy 2019, 'Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana
Terbaru pada Dewasa', Cermin Dunia Kedokteran-274, vol. 46, no. 3,
pp. 172–
8.
35
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.73 tahun 2016 diakses pada 2022
https://iaijatim.id/wp-content/uploads/2019/11/Permenkes-73-
2016Standar-Pelayanan-Kefarmasian-Di-Apotek.pdf
Rochmawati, D. 2021 Uji Efektivitas Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Terhadap Mencit Jantan (Mus muscullus). Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Farmasi Program Studi D-III Stikes Bhakti Husada Madiun
36