Anda di halaman 1dari 10

UNDANG UNDANG KESEHATAN

DAN PROFESI KEFARMASIAN


Nama Anggota Kelompok :
1. Krisna Agung C. (142211101033)
2. Annisa Rahmawati (142211101034)
3. Indri Dyah K. (142211101035)
4. Egi Garcinia Z (142211101036)
5. Hendra Widya P (142211101037)
5. Jessica Dwi P. (142211101038)
6. Rini Oktaviana (142211101040)

1. Sebutkan peraturan perundangan


yang mendasari tentang Apotek
PP RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
Kepmenkes RI Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek
Kepmenkes RI Nomor: 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian

2. Definisi Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker (PP RI NO. 51 Tahun 2009 Pasal 1)
Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran Sediaan farmasi, Perbekalan
Kesehatan lainnya kepada masyarakat
(Kepmenkes RI Nomor:
1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 1)

3. Pengertian Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker (PP RI NO. 51 Tahun 2009 Pasal 1).
Apoteker adalah Sarjana Farmasi Yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker mereka yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia
sebagai Apoteker (Kepmenkes RI Nomor:
1332/MENKES/SK/X/2002 Pasal 1).
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker (Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
Pasal 1).

4. Kewenangan dan kewajiban


apoteker di apotek
Berikut adalah Tugas dan Kewajiban seorang Apoteker
Apotek:
a. Bertanggungjawab atas proses pembuatan obat, meskipun
obat dibuat oleh asisten apoteker.;
b. Kehadirannya di tempat bertugas diatur oleh UndangUndang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan;
c. Wajib berada di tempat selama jam apotek buka;
d. Wajib menerangkan ke konsumen tentang kandungan obat
yang ditebus. Penjelasan ini tidak dapat diwakilkan kepada
asisten atau petugas apotek;
e. Membahas dan mendiskusikan resep obat langsung kepada
dokter, bukan asisten atau petugas apotek; dan
f. Wajib menjaga kerahasiaan resep pasien.

5. Tata cara mendapatkan SIPA


Permenkes RI Nomor 889/MENKES/PER/V/2011
Pasal 21
(1) Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 terlampir.
(2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran;
c. surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar;
(3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian
pertama, kedua, atau ketiga.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan
lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 7 atau
Formulir 8 terlampir

6. Syarat pendirian apotek


PERMENKES NO 922/MENKES/PER/X/1993
BAB IV
PERSYARATAN APOTIK

Pasal 6
(1) Untuk mendapatkan izin Apotik, Apoteker atau Apoteker yang
bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri
atau milik pihak lain.
(2) Sarana Apotik dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
(3) Apotik dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi.

7.Prosedur pergantian APA


PERMENKES NO 922/MENKES/PER/X/1993
BAB VIII
PENGALIHAN TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN APOTIK

Pasal 23
(1) Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian
Apoteker Pengelola Apotik kepada Apoteker Pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika.
Obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika.
(2) Pada serah terima dimaksud ayat (1), wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk
yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yang
melakukan serah terima dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-10.
Pasal24
(1) Apabila Apoteker Pengelola Apotik meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat
jam, ahli waris Apoteker Pengelola Apotik wajib melaporkan kejadian tersebut, secara tertulis kepada
Kepala Kantor Wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya.
(2) Apabila pada Apotik tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping pada pelaporan dimaksud ayat (1)
wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan
narkotika dan psikotropika.
(3) Pada penyerahan dimaksud ayat (1) dan (2), dibuat Berita Acara, Serah Terima sebagaimana dimaksud
Pasal 23 ayat (2) dengan Kepala Kantor Wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku
pihak yang menerima dengan menggunakan contoh Formulir Model AP-11.

8. Prosedur penutupan apotek


KepMenKes RI No 1332/MENKES/SK/X/2002

Pasal 26
(1). Pelaksanaan Pencabutan Izin Apotik sebagaimana dimaksud, dalam Pasal 25 huruf (g)
dilakukan setelah dikeluarkan :
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotik sebanyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang
waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan Izin Apotik untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotik dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT- 13.
(2). Pembekuan Izin Apotik sebagaimana dimaksud daiam ayat (1) huru'f (b), dapat
dicairkan kembali apabiia Apotik telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir
Model APT-14 ;
(3). Pencairan Izin Apotik dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sotelah menerima laporan
pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 27
Keputusan Pencabutan Surat Izin Apotik oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dengan menggunakan contoh Formulir
Model APT-15, dan tembusan disampaikan kepada Menteri dan Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi setempat serta Kepala Balai POM setempat.

9. Sebab apotek ditutup oleh dinkes


KepMenKes RI No 1332/MENKES/SK/X/2002

Pasal 25
(1). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotik
apabila :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5
dan atau;
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalamPasal 12 dan Pasal
15 ayat (2) dan atau;
c. Apoteker Pengelola Apotik terkena ketentuan dimaksud dalam
pasal 19 ayat (5) dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturanperundang- undangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan atau; e. Surat Izin Kerja Apoteker
Pengelola Apotik dicabut dan atau;
f. Pemilik Sarana Apotik terbukti terlibat dalam pe langgaran Perundangundangan di bidang obat, dan atau;
g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 6.
(2). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelurn melakukan
pencabutan sebagaimana dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan Kepala
Balai POM setempat.

Anda mungkin juga menyukai