Anda di halaman 1dari 5

Nama : Asdar

Nim : 21344170
Kelas : E ( Karyawan )

Tugas Farmasi Komunitas “Alur Perizinan Apotek” Soal :

1. Sebutkan regulasi yang mengatur perizinan suatu apotek ?


2. Apa saja faktor yang menyebabkan izin apotek di cabut ?
3. Jelaskan alur pembuatan dan pencabutan surat izin apoteker (SIPA) ?
4. Uraikan alur perizinan apotek menurut regulasi terbaru?
Jawab :
1. Regulasi yang mengatur perizinan suatu apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 9 tahun 2017 tentang apotek pada Pasal 12 yang berbunyi:
a. Setiap pendiria Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
b. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
c. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
d. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi syarat.
2. Faktor yang menyebabkan izin apotek dicabut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/2002 pada Pasal 25 yang berbunyi:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotik apabila
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5 dan atau.
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15 ayat (2) dan
atau;
c. Apoteker pengelola apotek terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat (5) dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 dan atau; e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotik dicabut
dan atau;
e. Pemilik Sarana Apotik terbukti terlibat dalam pelanggaran Perundang undangan di bidang obat, dan
atau;
f. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud dalam Pasal 6.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan sebagaimana
dimaksud ayat (1) berkoordinasi dengan kepala POM setempat
3. Alur pembuatan dan pencabutan SIPA terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 899/Menkes/Per/V/2011 pada Pasal 21 dan Pasal 23 yang berbunyi :

Pasal 21 (1)

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 terlampir.
1. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan
fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran;
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar;
2. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan
secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau
ketiga.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama
20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 7 atau Formulir 8 terlampir.
Pasal 23 (1)

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA, SIKA atau SIKTTK
karena:
a. atas permintaan yang bersangkutan;
b. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi
c. yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat izin;
d. yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan
ditetapkan dengan surat keterangan dokter;
e. melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan rekomendasi
KFN; atau
f. melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan
putusan pengadilan.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikirimkan kepada pemilik SIPA, SIKA,
atau SIKTTK dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
dan organisasi profesi atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
4. Alur perizinan apotek menurut regulasi terbaru terdapat pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 9 tahun 2017 tentang apotek pada Pasal 13 yang berbunyi :
(1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Apoteker
disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.

(3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan
telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir 2.
(4)Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan unsur dinas
Kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
(4) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan
Formulir 3.
(5) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dinyatakan
memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan
tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan
Formulir 4.
(6) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan masih
belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat
penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir
5.
(7) Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7), pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1
(satu) bulan sejak surat penundaan diterima.
(8) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan
dengan menggunakan Formulir 6.
(9) Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan
Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

Anda mungkin juga menyukai