Anda di halaman 1dari 27

Peraturan Pendirian

Apotek
Leni Rahmawati
260110130012

PENGERTIAN ISTILAH
Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan
kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
Apotek (Pereturan Pemerintah No.51 ) adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker

TUGAS DAN FUNGSI APOTEK


Tempat pengabdian tenaga kefarmasian yaitu Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian
Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan
Kefarmasian oleh tenaga kefarmasian
Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, serta
pelayanan informasi obat.

PENDIRIAN APOTEK
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4 (2) menyatakan
bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan
oleh Menteri kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

Dasar hukum pemberian Izin


Pendirian Apotek
1. Undang-undang Obat Keras ( St. 1937 No. 541 );
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara tahun 1997 No. 10, Tambahan Lembaran Negara
No. 3671 );
4. Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran
Negara tahun 1997 No. 67, Tambahan Lembaran Negara No. 378 );
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotik;
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1980 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3169);

Lanjutan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara RI Nomor 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan ( Lembaran Negara Nomor 138 tahun 1998
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781 );
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332 / Menkes / SK /
X / 2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 /
Menkes / Per / X / 1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotik.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922 / Menkes / Per / X / 1993 tentang
ketentuan dan tata cara pemberian Izin Apotik.
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kuantan Singingi Nomor 9 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian


Ijin Apotek
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin
Apotek pasal 4 (2) bahwa wewenang pemberian izin apotek dilimpahkan oleh Menteri kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan pada pasal 7 proses pemberian izin apotek
sebagai berikut :
1. Permohonan Ijin Apotek diajukan apoteker kepada Kepala Dinas Kesehatan (DinKes)
Kabupaten/Kota setempat (Form Apt-1).
2.Kepala Dinkes Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima permohonan
(Form Apt-1) dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan (Form Apt-2).
3.Tim Dinkes Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah
permintaan bantuan teknis dari Kepala DinKes Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
kepada DinKes Kabupaten/Kota (Form Apt-3).
4.Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam nomor 2 dan 3 tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala
DinKes Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi (Form Apt-4).

5.Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil


pemeriksaan sebagaimana dimaksud nomor 3, atau pernyataan
yang dimaksud nomor 4, Kepala DinKes Kabupaten/Kota setempat
mengeluarkan Surat Ijin Apotek (Form Apt-5).
6.Dalam hal hasil pemeriksaan tim Dinkes Kabuapaten/Kota atau
Kepala Balai POM yang dimaksud nomor 3 masih belum memenuhi
persyaratan, Kepala DinKes Kabupaten/Kota setempat dalam
waktu 12 hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan (Form Apt-6).
7.Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud nomor 6,
apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan
sejak tanggal penundaan.

Tata cara pemberian ijin apotek sesuai dengan


Kepmenkes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002

Berdasarkan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


32/Menkes/SK/X/2002 pasal 9 terhadap permohonan izin
apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi apotek
tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan
alasan-alasannya.

Lampiran KepMenKes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 mencantumkan


syarat-syarat administrasi yang harus dilampirkan dalam
permohonan izin apotek adalah sebagai berikut :
1.Salinan/fotokopi Surat Izin Kerja Apoteker
2.Salinan/fotokopi KTP.
3.Salinan/fotokopi denah bangunan.
4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akta
hak milik/ sewa/ kontrak.
5. Daftar asisten apoteker dengan mencantumkan nama,
alamat, tanggal lulus, dan nomor surat izin kerja.

6.Asli dan salinan/fotokopi daftar terperinci alat perlengkapan


apotek.
7.Surat pernyataan dari apoteker pengelola apotek bahwa tidak
bekerja tetap pada perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker
pengelola apotek di apotek lain.
8.Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai
negeri, anggota ABRI, dan pegawai instansi pemerintahan lainnya.
9.Akte perjanjian kerjasama apoteker pengelola apotek dengan
pemilik sarana apotek.
10.Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran
peraturan perundangan di bidang apotek.

Pencabutan Surat Izin Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri KesehatanRINo. 1332/MenKes/SK/X/2002
Pasal 25, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat ijin
apotek apabila :
a.Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5
Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002.
b.Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 12 Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan :
1)Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.
2)Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam
atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.

c.Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan apoteker tidak
diijinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
d.Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19ayat (5)
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan apabila
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun
secara terus menerus, Surat Ijin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut.
e.Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yaitu pelanggaran terhadap Undang-Undang
no 22 tahun 1997 tentang Narkotika, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 serta
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang terjadi di apotek dapat
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan.

f.Surat Ijin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut.


g.Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam
pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.
h.Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud
dalam pasal 6 Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/MenKes/SK/X/2002.

SYARAT APOTEK
A. Lokasi dan tempat
Pemilihan lokasi apotek sangat penting karena dengan
memilih lokasi yang tepat akan berpengaruh pada
kelancaran usaha apotek tersebut. Dalam menentukan
lokasi apotek, menurut keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1332/MenKeslSKJX/2002 mengenai regulasi
tentang persyaratan mengenai jarak dan ijin lokasi
apotek tidak lagi diatur.

BANGUNAN DAN KELENGKAPAN : Bangunan apotek


harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan
yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan
tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
Syarat mengenai bangunan terdapat pada Kepmenkes
No. 1332/MENKES/PER/X/2002

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :


- Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja
apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan
dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar
mandi dan toilet.
- Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan :
Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang
berfungsi baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik
dan memenuhi syarat higienis, Papan nama yang
memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat

Perlengkapan apotek
Berdasarkan Kepmenkes RI No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 yang dimaksud perlengkapan
apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di
apotek

PERLENGKAPAN APOTEK
Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti
timbangan, mortir, gelas ukur dll. Perlengkapan dan
alat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti lemari
obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan
pembungkus, etiket dan plastik pengemas. Tempat
penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO,
MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan per-UU yang
berhubungan dengan apotek. Alat administrasi,
seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep dan lain-lain.

Sumber Daya Manusia


1. Apoteker
- Apoteker Pengelola Apotek
- Apoteker Pendamping
Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Teknis Non Kefarmasian (kasir, reseptir, tenaga
administrasi, cleaning service dan satpam)

SARANA DAN PRASARANA Papan nama apotek yang


dapat terlihat dengan jelas, terbuat dari bahan yang
memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker
Pengelola Apotek, nomor izin apotek dan alamat
apotek. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan
obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa
brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan. Ruang
untuk memberikan konseling bagi pasien Ruang
peracikan Ruang/tempat penyimpanan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.
Ruang/tempat penyerahan obat Tempat pencucian
alat Peralatan penunjang kebersihan apotek

Studi Kelayakan Apotek Studi kelayakan (Feasibility


Study / FS ) adalah suatu metode penjajakan gagasan
(idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau
tidaknya untuk dilaksanakan.

ASPEK MANAJEMEN Strategi manajemen antara lain


mengenai visi, misi, strategi, program kerja, standar
prosedur operasional Bentuk dan tata letak
bangunan Jenis produk yang akan dijual Analisis
SWOT (analisi kekuatan-kelemahanpeluang dan
ancaman untuk menyusun strategi) Kegiatan
operasional (jam buka apotek, jenis pelayanan) SDM

2. ASPEK PASAR Bentuk pasar, dapat berupa pasar


persaingan sempurna, monopoli, oligopoli Potensi
pasar Target pasar / sekmentasi pasar 3. Aspek
teknis o Lokasi dan lingkungan di sekitarnya o Bentuk
badan usaha o Struktur organisasi

4. ASPEK KEUANGAN Penilaian sumber pendanaan


Perhitungan rugi-laba Penilaian analisis keuangan,
yang dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis
(BEP, ROI , PBP) Perkiraan penjualan (berdasarkan
lokasi, kompetitor, sarana kesehatan di sekitar,
pertumbuhan penduduk, kerja sama apotek dengan
klinik/dokter praktek)

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai