Anda di halaman 1dari 5

4.

PROSES PEMBENTUKAN URINE


Salah satu fungsi dari ginjal adalah menyerap kembali sisa-sisa metabolisme
yang masih dapat diserap oleh tubuh dan membuang zat yang tidak berguna
lagi melalui urin.
Adapun proses pembentukan urine ini sendiri terdiri atas tiga proses, yaitu :
a. Filtrasi (Penyaringan)
Proses ini terjadi di kapsul bowman dan glomerulus. Awalnya, darah masuk
ke glomerulus. Setelah darah masuk, secara tidak langsung tekanan darah
dalam ginjal ini menjadi lebih tinggi yang menyebabkan air serta komponenkomponen yang tidak terlarut dalam darah ini akan melewati endotelium
kapiler, glomerulus, membran dasar dan melewati lempeng filtrasi. Maka
filtrat ini akan masuk ke dalam kapsul bowman yang selanjutnya hasil dari
filtrasi ini disebut sebagai urine primer. Namun dalam proses filtrasi ini
masih banyak zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
b. Re-Absorpsi (Penyerapan Kembali)
Pada proses ini, tempat yang paling berperan adalah tubula. Proses ini terjadi
karena pada urine primer masih banyak zat yang diperlukan oleh tubuh,
seperti Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Proses re-absorpsi ini dimulai ketika urine primer mengalir menuju tubulus
proksimal dan lenkung Henle. Pada tubulus proksimal ini terjadi reabsorpsi
glukosa dan ion Na+ serta reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif di tubulus
distal. Setelah proses reabsorpsi ini selesai, maka terjadilah urine sekunder
yang mengandung garam, air, urea dan pigmen empedu yang memberikan
warna serta bau dari urine itu sendiri.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi di tubulus pengumpul. Proses ini dimulai dengan
mengalirnya urine sekunder menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus
pengumpul ini terjadi penyerapan Na+ ,Cl- dan urea. Seteleh penyerapan ini
berhasil, maka urine sesungguhnya terbentuk.

Urine yang sesungguhnya ini kemudian dipindahkan dari tubulus pengumpul


menuju pelvis renalis yang selanjutnya akan dialirkan ke ureter menuju
tempat penyimpanan urine sementara, yaitu vesika urinaria.
Pada urine yang sesungguhnya tidak terdapat glukosa ataupun protein. Maka
apabila pada urine ini terdapat glukosa ataupun protein, maka ginjal orang
tersebut memiliki kelainan.
5. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI URINE
Jumlah urine yang dihasilkan tiap orang berbeda-beda. Pada hakikatnya,
kurang lebih sekitar 180 liter darah mengalir setiap harinya melewati ginjal
dan dihasilkan 10 liter urine primer. Tapi pada kenyataannya hanya 1-1.5 liter
urine yang dikeluarkan oleh orang pada kebanyakan.
Adapun jumlah urine yang dihasilkan oleh manusia ini dipengaruhi oleh :
a. Hormon ADH
b. Hormon Aldosteron
c. Hormon Insulin
d. Jumlah Air yang diminum
e. Suhu
f. Emosi
g. Mekanisme Kerja Ginjal
h.
Mekanisme Kerja Ginjal Berdasarkan Tahap Filtrasi, Reabsorpsi, dan
Sekresi
1. Anatomi dan Fungsional Ginjal
Unit fungsional terkecil dari ginjal adalah nefron. Nefron tersebut
terdiri dari struktur vaskuler yaitu glomerulus dan struktur non vaskuler
yaitu capsula bowman, tubulus proximal, ansa henle pars desensdes dan
pars asendens, tubulus distal, dan duktus koligentes. Tiap ginjal
mengandung 1,3 juta nefron.
Anatomi ginjal, saluran kencing dan nefron.
Filtrasi Glomerulus

Darah yang masuk ke dalam nefron melalui alteriol aferen dan


selanjutnya menuju glomerulus akan mengalami filtrasi tekanan darah
pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen
relatif lebih rendah sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada
glomerulus. Cairan filtrasi pada glomerulus akan masuk menuju tubulus,
dari tubulus masuk menuju ansa henle, tubulus distal, duktus koligentes,
pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya keluar berupa urine.
Membran glomerulus memiliki ciri khas yang berbeda dengan lapisan
pembuluh darah lain, yaitu terdiri dari lapisan endotel
kapiler, membranebasalis, lapisan epitel yang melapisi capsula bowman.
Permiabilitas membran glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel
dibandingkan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.
Laju Filtrasi Gomerulus ( GFR ) Glomerulus Filtration Rate dapat diukur
dengan menggunakan zat zat yang difiltrasi glomerulus akan tetapi tidak
di sekresi maupun di reabsorpsi oleh tubulus. Kemudian jumlah zat yang
terdapat pada urine diukur persatuan waktu dan dibandingkan dengan
jumlah zat yang terdapat pada cairan plasma. Pengaturan GFR rata rata
normal pada laki laki 125ml/menit, GFR pada wanita lebih rendah
dibandingkan pada pria.
Faktor faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain :
1.Ukuran anyaman kapiler,
2.Permiabilitas kapiler,
3.Tekanan Hidrostatik dan tekanan osmotik yang terdapat di dalam atau
diluar lumen kapiler.
Proses terjadinya filtrasi tersebut dipengaruhi oleh adanya berbagai
tekanan seperti :
1.Tekanan kapiler pada glomerulus 50 mm Hg,
2.Tekanan pada capsula bowman 10 mm Hg,
3.Tekanan osmotik koloid plasma 25 mm Hg.
Ketiga faktor diatas berperan penting dalam peningkatan laju filtrasi,
semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin meningkat
filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada capsula bowman
serta tekanan osmotik koloid plasma akan menyebabkan semakin
rendahnya filtrasi yang terjadi pada glomerulus. Komposisi filtrat pada
glomerulus dalam cairan filtrat tidak ditemukan erytrocit, sedikit
mengandung protein ( 1/200 protein plasma ). Jumlah elektrolit dan zat
zat terlarut lainnya sama dengan yang terdapat dalam cairan interstilstil
pada umumnya. Dengan demikian komposisi cairan filtrate cairan
glomerulus hampir sama dengan plasma kecuali dengan protein yang
terlarut.Sekitar 99% cairan filtrate tersebut di reabsorpsi kembali ke
dalam tubulus ginjal.
Faktor faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus :

1.Tekanan Glomerulus, semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi


laju filtrasi semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin
menurun laju filtrasi dan semakin tinggi tekanan capsula bowman
semakin menurun laju filtrasi.
2.Aliran darah ginjal, semakin cepat tekanan darah ke glomerulus
semakin meningkat laju filtrasi.
3.Perubahan Arteriol Aferen, apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen
akan menyebabkan tekanan darah ke glomerulus menurun keadaan ini
akan menyebabkan laju filtrasi menurun begitu pun sebaliknya.
4.Perubahan Arteriol Aferen pada keadaan vasokontriksi arteriol aferen
akan terjadi peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
5.Pengaruh perangsangan simpatis rangsangan simpatis ringan dan
sedang akan menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga
menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.
6.Perubahan tekanan arteri peningkatan tekanan arteri melalui
autoregulasi akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol
aferen sehingga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus.
Reabsorpsi dan Sekresi pada Tubulus
Hampir 99% dari cairan filtrate di reabsorpsi kembali bersama zat zat
yang terlarut di dalam cairan filtrate tersebut, akan tetapi tidak semua zat
zat yang terlarut dapat direabsorpsi sempurna antara lain glukosa dan
asam amino. Mekanisme reabsorpsi pada tubulus melalui dua cara yaitu:
Transpor Aktif zat zat yang mengalami transpor aktif pada tubulus
proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-, NO3-, glukosa dan asam amino.
Terjadinya difusi ion ion terutama ion Na+ melalui sel tubulus ke dalam
pembuluh kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik di
dalam epitel tubulus ( -70mvolt) dan di luar sel ( -3mvolt ). Perbedaan
electrochemichal gradientini membentuk terjadinya proses difusi. Selain
itu, perbedaan konsentrasi ion Na+ di dalam dan di luar sel tubulus
membantu meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi
natrium disebabkan permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative
tinggi. Keadaan ini dimungkinkan karena terdapat banyak mikrovili yang
memperluas permukaan tubulus. Proses ini memerlukan energi dan dapat
berlangsung terus menerus peritubuler.
Transpor Pasif, terjadinya transpor pasif ditentukan oleh jumlah
konsentrasi air yang ada pada lumen tubulus permiabilitas membran
tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan perbedaan
muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transpor
pasif misalnya, ureum sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui

proses osmosis. Perbedaan muatan listrik di dalam lumen tubulus


menyebabkan terjadinya proses difusi ion Na+ dari lumen tubulus ke
dalam sel epitel tubulus dan selanjutnya menuju sel peritubulus
bersamaan dengan perpindahan ion Na+ di ikuti pula terbawanya ion Cl-,
HCO3-, ke dalam kapiler. Kecepatan reabsorpsi ini ditentukan pula oleh
perbedaan potensial listrik yang terdapat di luar dan di dalam lumen
tubulus.

Anda mungkin juga menyukai