Anda di halaman 1dari 38

APOTEK

1. Cara dapet STRA, SERKOM, SIPA, SIA


PMK No 889 Tahun 2011
Pasal 7
Untuk memperoleh STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah Apoteker;
b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
e. memiliki surat izin praktik; dan
f. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
Pasal 12
(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir 1 terlampir.
(2) Surat permohonan STRA harus melampirkan:
a. fotokopi ijazah Apoteker;
b. fotokopi surat sumpah/janji Apoteker;
c. fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku;
d. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; e. surat pernyataan akan
mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan
b. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
(3) Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website
KFN.
(4) KFN harus menerbitkan STRA paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan
lengkap menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 2 terlampir.
Pasal 13
(1) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan dapat memperoleh STRA secara langsung.
(2) Permohonan STRA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif setelah
memperoleh sertifikat kompetensi profesi 2 (dua) minggu sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker
baru dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 3 terlampir.
Pasal 9
(1) Sertifikat kompetensi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b dikeluarkan oleh organisasi
profesi (IAI) setelah lulus uji kompetensi.
(2) Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis
masa berlakunya.
Pasal 10
(1) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh
sertifikat kompetensi profesi secara langsung.
(2) Permohonan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh perguruan tinggi secara
kolektif 1 (satu) bulan sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker baru.
(3) Organisasi profesi harus memberitahukan kepada KFN mengenai sertifikat kompetensi yang dikeluarkan paling lama
2 (dua) minggu sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker.
Pasal 19
SIPA, SIKA, atau SIKTTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
Pasal 21
(1) Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 6 terlampir.
(2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan
kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran;
c. surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar;
(3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA
untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 7 atau Formulir 8 terlampir.

PMK No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek


(1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan
dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
b. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
c. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan;dan
d. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
(3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan telah memenuhi
kelengkapan dokumen administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunakan Formulir 2.
(4) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang
terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
(5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dengan menggunakan Formulir 3.
(6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
(7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas)
hari kerja dengan menggunakan Formulir 5.
(8) Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima.
(9) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan Formulir 6.
(10)Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (6), Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

2. Surat pesanan apa saja, contoh obatnya


Berdasarkan permenkes no 3 tahun 2015 tentang peredaran penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi
a. Surat pesanan narkotika 3 rangkap
b. Surat pesanan psikotropika 3 rangkap
c. Surat pesanan bahan baku prekursor farmasi 3 rangkap
d. Surat pesanan obat jadi prekursor 3 rangkap
Contoh: Efedrin, pseudoefedrin, norefedrin, ergotamin, ergometrin
Berdasarkan surat keputusan kepala bpom no HK.00.05.35.02771 tanggal 4 september tahun 2002 tentang
pemantauan dan pengawasan prekursor
e. Surat pesanan obat 2 rangkap
f. Surat pesanan obat-obat tertentu 2 rangkap
g. Contoh: Tramadol, Triheksifenidil, Klorpomazin, Amitiprilin, haloperidol, Dextrometorpan

3. Kalau tugas resep ada hitungan, disuruh ngitung dosis (ada jg yg disuruh ngitung dosis buat bayi)

4. Penggolongan obat narko, psiko, oot, dan contoh yg ada di apotek


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi
a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Contoh:
1) Gol 1
Narkotika yang hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan
teknologi, reagensia diagnostik, dan reagensia laboratorium serta dilarang diproduksi atau tidak digunakan
untuk pengobatan atau dalam terapi, mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: Tanaman Papaver somniferum L. (opium), dan tanaman Cannabis sativa (ganja/marijuana), heroin,
kokain, amfetamin, tiofentanil.
2) Gol 2
Narkotika yang dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah memiliki izin edar (nomor registrasi).
Contoh: morfin (II), petidin (II), kodein (III), doveri, dan kodipron, fentanil, petidin.
3) Gol 3
Narkotik yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan, potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kodein
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
b. Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Contoh:
Gol IV : alprazolam, diazepam, estazolam, fenobarbital,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika
c. Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan
baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
yang mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau
Potasium Permanganat.
Contoh: efedrin, ergotamin, pseudoefedrin

Berdasarkan peraturan badan pengawas obat dan makanan nomor 10 tahun 2019 tentang pedoman pengelolaan obat-
obat tertentu yang sering disalahgunakan
d. Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat Tertentu adalah obat
yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika dan psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis
terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

5. All about business plan

6. Cara pendirian apotek, mulai dr dapet serkom, SIPA, STRA, SIA (giliran jawabnya)
Berdasarkan KEPMENKES No. 1332 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922 tahun
1993.
7. Strategi apotek bs berkembang
8. Dokumen di apotek ada apa aja
a. Pengarsipan Resep
b. Pengarsipan catatan pengobatan pasien
c. Catatan hasil monitoring penggunaan obat.
d. PIO
e. Dokumentasi konseling
f. Dokumentasi home care
g. Pelaporan Narko, psiko,
h. Administrasi pembukuan yaitu untuk mencatat keluar masuk yang dan bukti pengeluaran dan pemasukan2)
i. Administrasi penjualan
j. Administrasi pembelian (Permenkes 73 th 2016)

9. Defekta itu apa


Buku Daftar obat habis atau kosong (atau yang belum dilakukan pengadaan tapi ditanyakan pasien).

10. Penerimaan siapa yg menerima? Proses pengendalian apa aja


Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (PMK 73 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di apotek).
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan merupakan
salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur
Pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang yangsah.
Penerimaan sediaan farmasi di Apotek harus dilakukan oleh Apoteker. Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan
sediaan farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker Pemegang SIA.
Pendelegasian dilengkapi dengan Surat Pendelegasian Penerimaan sediaan farmasi menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5.
Pemeriksaan sediaan farmasi yang dilakukan meliputi:
a. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.
b. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara arsip surat pesanan dengan obat yang diterima.
c. Kesesuaian antara fisik obat dengan Faktur pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
1) kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk, kekuatan sediaan obat dan isi kemasan;
2) nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan
sediaan sediaan farmasi, jumlah atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi harus segera
dikembalikan pada saat penerimaan. Apabila pengembalian tidak dapat dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya
pengiriman melalui ekspedisi maka dibuatkan Berita Acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan disampaikan
ke pemasok untuk dikembalikan. Jika pada hasil pemeriksaan dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan baik maka Apoteker
atau Tenaga Kefarmasian yang mendapat delegasi wajib menandatangani Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman
Barang dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/SIPTTK dan stemple sarana. (Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek)

11. Pendapatmu tentang apoteker tekap


Apoteker tekap (tekén kabur) yang diberikan kepada Apoteker yang hanya datang sebulan sekali ke Apotek hanya untuk
mengambil gaji saja. Menurut uu no 36 th 2009 tentang kesehatan apoteker harus memberikan layanan kesehatan di RI.
Sedangkan menurut pp 51 th 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
dlm pengendalian mutu, sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan Informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional. Pp nomer 20 th 1962 tentang lafal sumpah janji apoteker. Seharus nya apt tidak melanggar
kode etik dan sumpah yang telah dilafal kan.

12. Pelayanan swamedikasi, alur praktek, disuruh ngasih penyelesaian

(pedoman praktik apoteker)

13. Analisis SWOT apotek (BP masing2)

14. Aspek apakah yg harus diperhatikan agar apotek perkembangannya eksponensial dan tidak stagnan
a. Permodalan
b. Rencana strategi marketing
c. Tata kelola sdm
d. Analisis keuangan
e. Strategi pengembangan (PPT Pak Albert).

15. Faktor apa yg harus diperhatikan agar SDM solid untuk perkembangan apotek
a. Lakukan fit and proper test
b. Buat mou dengan baik tanpa merugikan
c. Buat tim pansel jika dibutuhkan
d. Untuk menjaga operasional berjalan baik tunjuk leader (apoteker ideal nya)
e. Buat kpi jika memungkinkan
f. Terapkan sop dan teori duplikasi (MLM) (PPT Pak Albert).

16. Penyelesaian kelememahan di analisis SWOT gmn (BP masing2)

17. Analisis keuangan, PPH 10%


a. Analisis keuangan
b. Aplikasi apotek harus online (kita pegang data nya)
c. Harus paham alur masuk brg sampai menghasilkan profit
d. Belajar keuangan (contoh roseta stone)
e. Stok opname sering dilakukan (agar tahu nilai ideal tor) (ppt pak albert).

18. Pengelolaan di apotek dari perencanaan-pelaporan dan pencatatan


Perencanaan
1. Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan
dan/atau pengeluaran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
2. Pencatatan paling sedikit terdiri atas :
a. Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
3. Pencatatan harus dibuat sesuai dengan dokumen penerimaan dan dokumen penyaluran termasuk dokumen impor,
dokumen ekspor dan/atau dokumen penyerahan.
Pelaporan
1. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan
Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala
Balai setempat.
2. Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
b. jumlah yang diserahkan.

19. JKN itu apa? Fungsi dan tujuan serta perannya apotekr di sana apa
Pengertian JKN
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh Pemerintah.
Jaminan Kesehatan adalah Jamman berupa perlindungan kesehatan agar Peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar Iuran Jaminan Kesehatan atau Iuran Jaminan Kesehatannya dibayar oleh Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah (peraturan presiden republik indonesia nomor 82 tahun 20 18 tentang jaminan kesehatan).

Tujuan JKN
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk
manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Peraturan menteri kesehatan republik
indonesia nomor 28 tahun 2014 tentangpedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan nasional).
Peran Farmasis di Era JKN
a. pengadaan obat
b. pemberian informasi obat/konseling
c. promotif dan preventif di prolanis
d. program rujuk balik

20. Gimana cara komunikasi sama dokter


Salam
Memperkenalkan diri
Mengkonfirmasi obat tepat pasien, tepat dosis, tepat rute penggunaan, tepat frekuensi pemberian
Jangan langsung judge kesalahannya, tanyakan baik baik.
Tidak boleh menggunakan kalimat “salah, tidak tepat, tidak sesuai”

21. Instansi yg mau beli ke apotek tapi meminta PBF langsung kirim ke instansi
Apotek panel merupakan suatu pelanggaran apotek dari sektor distribusi obat. Appotek panel bekerjasama dengan pihak
distributor (PBF) untuk mendistribusikan obat-obat keras ke pihak-pihak trtentu berdasarkan pesanan dari paramedis
atau dokter, klinik yang tidak ada apotekernya, peroranganm atau toko obat, dsb.
Bentuk penyimpangan yang umum terjadi:
PBF distributor dan subdistributor bekerjasama dengan apotek panel untuk menyamarkan penyimpangan distribusi obat.
Istilah ini dikenal dengan pemutihan, yaitu apotek menyatakan diri sebagai pembeli dan penerima sejumlah obat tetapi
pada nyatanya obatnya bukan ke apotek.
Letak pelanggaran apotek panel
a. Fungsi resep disalahgunakan menjadi pesanan obat (tidak ada nama pasien, alamat, dosis, aturan pakai, dll
b. Obat disimpan di sarana pelayanan kesehatan yang tidak ada apoteker penanggung jawab sehingga peracikan dan
atau dispensing dilakukan oleh dokter atau perawat atau bidan
c. Fungsi apotek disalahgunakan. Seharusnya apotek merupakan sarana tempat pelayanan kefarmasian yang dilakukan
oleh apoteker, malah berubah fungsi menjadi “miniarut” distributor

22. KIE alkes dan sediana khusus (pas kemarin kenanya insulin, cara penggunaan, penyimpanan setelah dan sebelum dipakai,
perlakuan) (lihat di tugas farmasi praktis topik 8)

23. Izin bangunan apotek, syaratnya apa aja


Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 9 tahun 2017 tentang apotek:
Pasal 6
(1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan kemudahan dalam pemberian pelayanan
kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia.
(2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
(3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

24. Pengadaan dan cara penentuan margin


Margin = (harga jual – harga beli)/harga jual

25. Peraturan apa saja yg mengurus ttg apotek


a. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 184/MenKes/Per/II/1995.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin
apotek.
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
d. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
f. PP No. 4 Tahun 2010 tentang Prekursor.
g. KaBPOM No. 7 Tahun 2016 tentang OOT.
h. PMK No. 73 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
i. PMK No. 2 Tahun 2017 tentang narkotika.
j. PMK No. 3 Tahun 2017 tentang narkotika.
k. PMK No. 9 Tahun 2017 tentang apotek.

26. Proses penerimaan obat, penyimpanaan obat yg baik


Berdasarkan PMK 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis.
e. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out)

Berdasarkan petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek


Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan
farmasi. Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan pengawasan. Aspek umum yang perlu
diperhatikan:
a. Tersedia rak/lemari dalam jumlah cukup untuk memuat sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
b. Jarak antara barang yang diletakkan di posisi tertinggi dengan langit-langit minimal 50 cm.
c. Langit-langit tidak berpori dan tidak bocor.
d. Ruangan harus bebas dari serangga dan binatang pengganggu.
e. Tersedia sistem pendingin yang dapat menjaga suhu ruangan dibawah 25ºC.
f. Lokasi bebas banjir.
g. Tersedia lemari pendingin untuk penyimpanan obat tertentu.
h. Tersedia alat pemantau suhu ruangan dan lemari pendingin.
i. Pengeluaran obat menggunakan Sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO).
j. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi sediaan farmasi serta disusun
secara alfabetis.
k. Kerapihan dan kebersihan ruang penyimpanan
l. Sediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama sediaan farmasi, nomor batch dan tanggal kedaluwarsa.
Sediaan farmasi yang mendekati kedaluarsa (3-6 bulan) sebelum tanggal kadaluarsa disimpan terpisah dan diberikan
penandaan khusus.
m. Sediaan farmasi harus disimpan dalam kondisi yang menjaga stabilitas bahan aktif hingga digunakan oleh pasien.
Informasi terkait dengan suhu penyimpanan obat dapat dilihat pada kemasan sediaan farmasi.
n. Untuk menjaga kualitas, vaksin harus disimpan pada tempat dengan kendali suhu tertentu dan hanya diperuntukkan
khusus menyimpan vaksin saja.
o. Penanganan jika listrik padam. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan pengamanan terhadap sediaan
farmasi dengan memindahkan sediaan farmasi tersebut ke tempat yang memenuhi persyaratan. Sedapat mungkin,
tempat penyimpanan sediaan farmasi termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik cadangan.
p. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat penyimpanan sediaan farmasi.
q. Tempat penyimpanan obat (ruangan dan lemari pendingin) harus selalu dipantau suhunya menggunakan termometer
yang terkalibrasi. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu lemari penyimpanan dapat berupa termometer
eksternal dan internal, sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Penyimpanan sediaan farmasi, BMHP dan Alkes harus dilakukan pencatatan dengan kartu stok. Pencatatan di
kartu stok meliputi nama, bentuk sediaan dan kekuatan sediaan farmasi, jumlah persediaan, tanggal, nomor dokumen
dan sumber penerimaan, jumlah yang diterima, tanggal, nomor dokumen dan tujuan penyerahan, jumlah yang
diserahkan, nomor bets dan kedaluwarsa setiap penerimaan atau penyerahan, dan paraf atau identitas petugas yang
ditunjuk. Pencatatan stok dilakukan secara manual ataupun dapat secara elektronik dengan sistem yang tervalidasi,
mampu telusur dan dapat dicetak. Contoh Kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 6.

Penerimaan lihat nomor 10


27. Pembagian tugas tiap SDM di apotek
Bu Rizka dan Bu Siska
(pesan: jangan jawab banyak, ringkes aja, kalau banyak malah melebar kmn2)
1. Business plan (BP masing2)

2. SWOT (BP masing2)

3. Pengelolaan manajerial (PMK 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek)

4. Cara pendirian apotek (BP masing2)

5. Metode perencanaan lihat Bu Siska dan Bu Zora nomor 3

6. Pengadaan brp kali, caranya gmn lihat Bu Siska dan Bu Zora nomor 3
7. Sistem pembayaran ke PBF, bayarnya pas kapan
lihat Pak Putu nomor 15

8. Pemusnahan resep kapan, obat kapan


Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep
dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara PemusnahanResep menggunakan Formulir 2 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan Obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir PMK 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek

9. Isi peraturan PMK 9, 51, 73


Pp no 51 th 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
a. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk dlm pengendalian mutu, sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan Informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
b. Pengganti obat merek dagang dengan obat generik, apoteker di industri, OT dan pabrik kosmetika.
Pmk no.9 th 2017 tentang apotek: persyaratan pendirian apotek, perizinan, penyelenggaraan, pengalihan tanggung
jawab, pembinaan dan pengawas.
Pmk 73 2016 tentang standart pelayanan kefarmasian di apotek: pengelolaan, pelayanan farmasi klinik, SDM, evaluasi
mutu pelayanan

10. Perbedaan subdis dan dis, knp subdis lebih murah, kalau punya apotek lebih milih subdis atau dis
Subdis mengambil barang dari banyak distributor, sehingga diskon yang didapatkan lebih besar karena mengambil barang
juga dalam jumlah yang banyak. Diskon yang besar kemudian dibagikan untuk apotek-apotek pembeli.

11. Pengecekan barang datang, gunanya apa


Penerimaan dan pemeriksaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis,
jumlah dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang yang sah. Apabila hasil
pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan
sediaan farmasi, jumlah atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi harus segera dikembalikan pada
saat penerimaan (Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek).

12. Alur setelah sumpah, dapet berkas apa aja


Setelah sumpah mendapatkan SERKOM dari IAI dan STRA dan KFN. Menurut Permenkes No 26 Tahun 2018, serkom
didapatkan 2 minggu sebelum sumpah.

13. Prosedur penarikan produk, pemusnahan, penyimpanan resep


Penarikan ada 2 : penarikan wajib dan penarikan mandiri
Wajib : penarik dilakukan oleh kepala badan.
Mandiri: penarikan dilakukan oleh pemilik ijin edar. Dengan cara menerbitkan instruksi penarikan yang disampaikan
kepada fasilitas distribusi dan fasilitas pelayanan kefarmasian kemudian instruksi penarikan disampaikan kepada kepala
badan dan direktur jendral di lingkungan kemenkes yang bertanggung jawab di bidan kefarmasian (peraturan badan
pengawas obat dan makanan nomor 14 tahun 2019 tentang penarikan dan pemusnahan obat yang tidak memenuhi
standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label).

Mekanisme penarikan obat secara umum adalah sebagai berikut:


a. Inisiasi penarikan (mandatory recall atau voluntary recall)
b. Pemilik Izin Edar menghentikan distribusi dan melaporkan penarikan obat kepada kepala BPOM
c. Pemilik Izin Edar melaporkan investigasi obat dan penyebabnya
d. Unit Pelaksana Teknis BPOM di seluruh Indonesia melakukan monitoring terhadap keberadaan obat yang ditarik dari
peredaran
e. Kepala BPOM melakukan evaluasi terhadap efektivitas penarikan obat dan hasil investigasi oleh Pemilik Izin Edar
f. Pemilik Izin Edar memusnahkan obat disaksikan oleh petugas Badan POM
g. Kepala BPOM melakukan evaluasi terhadap laporan tindakan perbaikan dan pencegahan serta pemusnahan obat dari
Pemilik Izin Edar (PPT TOPIK 2)

Pemusnahan
a. Penanggung jawab apotek (Apoteker) mengisi berita acara pemusnahan rangkap 3 (tiga) dan tembusannya
disampaikan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai yang berisi:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan;
2) Tempat pemusnahan;
3) Nama penanggung jawab apotek;
4) Nama petugas kesehatan yang menjadi saksi
5) Nama dan jumlah narkotika, psikoterapika, dan prekursor farmasi yang dimusnahkan;
6) Cara pemusnahan; dan
7) Tanda tangan apoteker.
b. Menyampaikan surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan setempat
c. Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan Provinsi, Balai Besar/Balai Pengawas
Obat dan Makanan setempat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menetapkan petugas di lingkungannya menjadi
saksi pemusnahan sesuai dengan surat permohonan sebagai saksi.
d. Pemusnahan disaksikan oleh petugas yang telah ditetapkan beserta Apoteker dan TTK di apotek.
e. Narkotika, psikotropika dan prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi harus dilakukan pemastian kebenaran secara
organoleptis oleh saksi sebelum dilakukan pemusnahan

Penyimpanan resep: 5 tahun

Bu Siska dan Bu Zora


1. Beda istilah pekerjaan kefarmasian di PP 51 dan permenkes 73
PP 51 th 2009: Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pmk 73 th 2016: lebih menjelaskan pengelolaan, pelayanan farmasi klinik, sdm, dan evaluasi

2. Alur pengelolaan di apotek dan pelayanan di apotek apa saja


Alur pengelolaan : perencanaan - pengadaan - penerimaan - penyimpanan - munusnahan dan penarikan - pengendalian -
pencataan dan pelaporan
Alur pelayanan:
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Dispensing
c. PIO
d. Konseling
e. Home pharmacy care
f. PTO
g. MESO

3. Perencanaan seperti apa, buku defekta seperti apa, kenapa pk buku defekta, apa itu buffer stock, pengadaan brp kali,
gmn pengadaannya
Perencanaan
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP:
1) Perlu dipastikan kembali komoditas yang akan disusun perencanaannya.
2) Perlu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang akan direncanakan,
termasuk di dalamnya kombinasi antara obat generik dan bermerk.
3) Perencanaan perlu memperhatikan waktu yang dibutuhkan, mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi
safety stock dan memperhitungkan leadtime.
b. Pengumpulan data. Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
pasien periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok dan data morbiditas.
c. Penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang direncanakan menggunakan metode
perhitungan kebutuhan.
d. Evaluasi Perencanaan.
e. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan).
f. Apotek yang bekerjasama dengan BPJS diwajibkan untuk mengirimkan RKO yang sudah disetujui oleh pimpinan
Apotek melalui aplikasi E-Monev.

Pemilihan metode perhitungan kebutuhan didasarkan pada penggunaan sumber daya dan data yang ada. Metode
tersebut adalah metode konsumsi (didasarkan pada data konsumsi sediaan farmasi), metode morbiditas (perhitungan
kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit) dan metode proxy consumption (menggunakan data kejadian penyakit,
konsumsi obat, permintaan, atau penggunaan, dan/atau pengeluaran obat dari Apotek yang telah memiliki sistem
pengelolaan obat dan mengekstrapolasikan konsumsi atau tingkat kebutuhan berdasarkan cakupan populasi atau tingkat
layanan yang diberikan)

Untuk menjamin ketersediaan obat dan efisiensi anggaran perlu dilakukan analisa saat perencanaan. Evaluasi
perencanaan dilakukan dengan cara analisa ABC (suatu penamaan yang menunjukkan peringkat/rangking dimana urutan
dimulai dengan yang terbaik/terbanyak), analisa VEN (meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan farmasi yang
terbatas dengan mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap kesehatan),
dan analisis kombinasi (digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan sediaan farmasi dimana anggaran yang
ada tidak sesuai dengan kebutuhan).

Buffer stock: Buffer stock atau yang biasa disebut juga dengan safety stock (stok pengaman) merupakan persediaan yang
biasanya disiapkan oleh sebuah perusahaan dengan cara melebihkan jumlah stok suatu barang dalam gudang dengan
tujuan untuk mengantisipasi adanya stock out (kekurangan bahan baku atau barang

4. Cara pelaporan psiko, narko, precursor


PMK No 3 Tahun 2015
• Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan
Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat.
• Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
• Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan ayat (6) dapat menggunakan sistem
pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi secara elektronik.
• Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4 ) dan ayat (6) disampaikan paling lambat
/setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

5. Tugas khusus (tugas dari masing2 preseptor)

Bu Tora
1. Pelajari SERKOM, STRA, SIA, SIPA, cara mendapatkan, siapa yg mengeluarkan
Lihat nomor 1

2. Penggolongan obat

OBAT BEBAS
Golongan obat yang penggunaanya tidak membahayakan dan mudah diperoleh di toko obat, apotek, pedagang eceran
yang memiliki izin dan dipimpin oleh Asisten Apoteker. Diberi tanda khusus berupa lingkaran berwarna biru dengan
garis tepi berwarna hitam.
Contoh : panadol, paracetamol, oralit, promag, diatabs
OBAT BEBAS TERBATAS
Obat keras yang dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan tanda peringatan dan diberi
tanda khusus berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : aminofilin, bromhexin, alleron, ibuprofen, Benadryl
OBAT KERAS
Adalah obat yang dapat dibeli dengan resep dokter. Oabt keras memiliki tanda lingkaran berwarna merah dengan sisi
berwarna hitam dan tulisan K.
Contoh : amoxicilin, furosemid.

3. Prekursor itu apa? Contoh


Lihat nomor 4

4. Pengelolaan obat dari perencanaan-pelaporan dan pencatatan


(petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek halaman 4-32)

5. Kenapa psiko-narko hanya dikelola oleh apoteker saja? Apakah ad permenkesnya


Psiko narko hanya dikelola oleh apoteker agar tidak disalahgunakan dan menurut perbpom no.4 th 2018 menyebutkan
bahwa Seluruh kegiatan pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian wajib berada di bawah tanggung jawab seorang Apoteker penanggung jawab.

6. Pelayanan kefarmasian di apotek (PMK no 73 tahun 2016)

7. KIE
8. Perencanaan – pengadaan – penerimaan – penyimpanan (termasuk penyimpanan psiko-narko; tempat penyimpanan,
kunci berapa, yang membawa siapa dan penyimpanan termolabil) (PMK No 3 Tahun 2015)

9. Alur pelayanan resep dan nonresep/swamedikasi

10. Pemilihan PBF berdasarkan apa


Secara umum
a. Harga; apakah terdapat penawaran
b. Diskon
c. Pelayanan; Pelayanan yang khusus kadang kala dapat menjadi hal yang penting dalam pemilihan supplier.
Penggantian atas barang yang rusak, petunjuk cara penggunaan, perbaikan peralatan dan pelayanan yang sejenis,
dapat menjadi kunci dalam pemilihan satu supplier daripada yang lain.
d. Lokasi; Lokasi supplier dapat mempunyai pengaruh pada waktu pengiriman, biaya transportasi, dan waktu respon
saat ada order/pesanan yang mendadak atau pelayanan yang bersifat darurat.
e. Kebijakan persediaan supplier; Jika supplier dapat memelihara kebijakan persediaannya dan menjaga spare part yang
dimilikinya, hal ini dapat membantu dalam kasus kebutuhan bahan baku yang mendadak.
f. Fleksibilitas; kemampuan supplier dalam merespon perubahan permintaan dan memenuhi perubahan pesanan dapat
menjadi faktor yang penting dalam pemilihan supplier (William J Stevenson, 2002 : 701)
Secara khusus
11. Contoh obat precursor, OOT, dan obat termolabil di apotek
Contah obat prekursor : sama seperti sebelumnya
Contoh obat oot : sama seperti sebelumnya
Contoh obat termolabil yang disimpan di suhu (2-8 derajat celcius) : suppo propyretic 80 mg, suppo propyretic 160 mg,
suppo dulcolax 5 mg, suppo dulcolax 10 mg, insulin

12. Tugas preseptor apa saja (BP masing2)

13. Bagaimana cara menghadapi apabila ada rx dekstrometorfan? Sedangkan dekstrometorfan sudah tidak ada lagi
a. Menanyakan terlebih dahulu terkait keluhan pasien
b. Menghbungi dokter bahwa dextro dalam sediaan tunggal sudah tidak ada dan menyarankan obat lain yang memiliki
kandungan dekstro dalam campuran dengan obat lain

14. Cara pemusnahan obat


Sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan
sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Lampiran 7 sebagaimana terlampir.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep
dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Lampiran 8 sebagaimana
terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penarikan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary
recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan MedisHabis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

Bu Zora
(istri Pak Albert, cmn jaman kita ngga ada, tp be e dijadikan soal Pak Albert xixi)
1. Mendalami sistem pengadaan di KF yang harus ke BM dulu
Kimia Farma milik BUMN dan lokasinya ada pada tiap daerah, misal untuk daerah Setapal Kuda (Jember, Bwi, Situbondo,
Probolinggo) organisasi terpusatnya di Jember (mereka yg mengontrol seluruh outlet se tapal kuda). Pengadaan terpusat
dari Bisnis Menejer (BM), pengadaan berdasar dari pareto tiap apotek. Jadi yang dipesankan biasanya pareto A, pareto
B dan beberapa pareto C. Kimia Farma memiliki sistem namanya post untuk pengontrolan seluruh kegiatan penjualan
dsb di Kimia Farma, data diolah BM dan dipesankan dalam jumlah tertentu sesuai perhitungan yang telah dibuat BM).
Apoteker di apotek memiliki tugas kontrol jumlah sistem dan fisik.

2. Apa yg dilakukan saat penerimaan? Faktur apa yg perlu diisi


Lihat nomor 10

3. Apakah kunci psiko-narko hanya dipegang apoteker? bagaimana peraturannya


Lemari khusus penyimpanan Narkotika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh
Apoteker Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan.
Lemari khusus penyimpanan Psikotropika harus mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh
Apoteker Penanggung Jawab dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Apabila Apoteker
Penanggung Jawab berhalangan hadir dapat menguasakan kunci kepada pegawai lain PerBPOM No.4 tahun 2018

4. Jika ada ketidakcocokan saat penerimaan, hal apa yg dilakukan


Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak sesuai dengan pesanan seperti nama,
kekuatan sediaan sediaan farmasi, jumlah atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi harus segera
dikembalikan pada saat penerimaan. Apabila pengembalian tidak dapat dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya
pengiriman melalui ekspedisi maka dibuatkan Berita Acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan disampaikan
ke pemasok untuk dikembalikan (Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek)

5. Skrining resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, termasuk peracikan obat dan
penyerahan disertai pemberian informasi. Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk
tanpa kriteria pasien.
a. Tujuan
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat.
Selain itu kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien.
b. Manfaat
Dengan melakukan pengkajian dan pelayanan resep, risiko klinis, finansial, dan legal dapat diminimalisir.
c. Pelaksana
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan oleh apoteker dan dapat dibantu oleh TTK. TTK dapat membantu
pengkajian pelayanan resep dengan kewenangan terbatas dalam persyaratan administrasi dan farmasetik.
d. Alat dan bahan
Menyediakan sarana dan fasilitas untuk kegiatan pengkajian dan pelayanan resep, diantaranya:
1) resep;
2) nomor resep;
3) formulir untuk pengkajian;
4) komputer;
5) kalkulator;
6) alat tulis;
7) software atau buku referensi; dan
8) SPO pengkajian dan pelayanan
e. Kertas Kerja/Formulir
Kertas kerja/formulir berisi informasi tentang persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis
1) Persyaratan administrasi meliputi:
a) Nama, alamat, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan (harus diketahui untuk pasien pediatri,
geriatri, kemoterapi, gangguan ginjal, epilepsi, gangguan hati dan pasien bedah) dan tinggi badan pasien
(harus diketahui untuk pasien pediatri, kemoterapi).
b) Nama, No.SIP/SIPK dokter (khusus resep narkotika), alamat, serta paraf, kewenangan klinis dokter, serta
akses lain.
c) Tanggal resep.
d) Ada tidaknya alergi.
2) Persyaratan farmasetik meliputi:
a) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan dan jumlah obat.
b) Stabilitas dan OTT.
c) Aturan dan cara penggunaan.
d) Tidak menuliskan singkatan yang tidak baku. Jika ditemukan singkatan yang tidak baku dan tidak dimengerti,
klarifikasikan dengan dokter penulis resep.
3) Persyaratan klinis meliputi:
a) Ketepatan indikasi, obat, dosis dan waktu/jam penggunaan obat. 2) Duplikasi pengobatan.
b) Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
c) Kontraindikasi.
d) Interaksi obat (Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek).

Pak Putu
1. Dokumen apoteker apa saja
STRA, SIPA, SERKOM

2. Dokumen yang ada di apotek apa saja


Arsip faktur, arsip laporan pemusnahan obat, arsip resep,, buku defekta, kartu stok

3. Pengelolaan psiko-narko (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015)


4. Alur retur barang ke PBF (jurnal retur barang pbf halaman 26 – 31)

5. Pemusnahan psiko-narko (PMK 3 Tahun 2015)


6. Prinsip penyimpanan obat
a. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis.
e. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First Out) PMK 73 Tahun 2016
7. Cara menghitung harga jual obat

8. Pelayanan kefarmasian di apotek (PMK 73 Tahun 2016)

9. Prosedur pendirian apotek


a. Mengirimkan berkas form 1
1) fc STRA dan menungjukan stra yang asli
2) Fc ktp dan npwp
3) Fc peta lokasi dan denah bangunan
4) Daftra sarana, prasana dan peralatan
b. Berkas di kirim melalui PTSP. Kalau berkas sudah lengkap dalam 6 hari akan di periksa oleh dinkes daerah
c. Di periksa oleh dinkes dengan bawa form 2. Trus 6 hari berikutnya akan keluar hasil dari dinkes dalam bentuk form
3 (BAP)
d. Apotek dinyatak memenuhi syarat seteah 12 hari kerja setelah proses BAP
e. Kalo surat ijin apotek terlambat terbit, apotek tetap bisa berdiri dengan menggunakan berkas BAP

10. Stok opname


Stock opname sediaan farmasi, BMHP dan alkes secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan. Khusus
untuk Narkotika dan Psikotropika stock opname dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan.
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek

11. Pengertian apotek


Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. PMK No 9 Tahun
2017 tentang apotek

12. Kasus: apakah diperbolehkan rx narkotika dari dokter di Jember ditebus di luar Jember?
Tidak boleh (GAK TAU PMK NYA)

13. Bagaimana pengarsipan resep di apotek


Diarsipkan selama 5 tahun, diurutkan berdasarkan tanggal, bulan, tahun agar mudah dalam pelacakan.

14. Apakah apotek melakukan PMR? Kalau iya seperti apa?


Catatan Pengobatan Pasien / Patient Medication Record (PMR) merupakan salah satu dokumen dari pelayanan
kefarmasian yang dilakukan apoteker di apotek berdasarkan Permenkes no.73/2016 dan merupakan bagian dalam Good
Pharmacy Practice. PMR bertujuan untuk melakukan pencatatan sejarah penyakit dan pengobatan pasien.
Contoh:

15. Sebutkan dan jelaskan cara-cara pembayaran di apotek


a. Kredit, yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh tempo/tenggang waktu (21-45 hari) yang biasanya dilakukan 21
hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk PBF dari luar kota) setelah barang dating, biasanya tidak ada diskon,
mungkin ada diskon pada pabrik tertentu tergantung kebijakan pabrik.
b. COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsung cash ketika barang dating/diterima. Biasanya dilakukan
pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma/psikotropik ataupun pembelian obat-obatan dengan tunai/yang
memberikan bonus (spekulasi). Biasanya ada diskon 1-1,5% disamping diskon cash 5%.
c. Cash/tunai, pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo maksimal 2 minggu, biasanya ada diskon (missal 5%).
d. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan setelah barang sudah laku di jual
di apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru (produk baru) ke apotek, jika sudah
laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka
barang dapat dikembalikan.

16. Bolehkah obat yang sudah masuk ED di bulan tersebut diberikan kepada pasien?
Tidak boleh, karena efektivitas dan keamanannya sudah tidak terjamin.

17. Apa yang kamu lakukan selama PKPA?

18. Pelaporan SIPNAP


Apotek wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan Narkotika
dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai setempat.
Pelaporan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya (Permenkes no 3 tahun 2015). Caranya bisa baca di Materi
SIPNAP

19. Jika ED yg diminta di atas 2 th sedangkan di PBF semua di bawah 2 tahun, keputusan apa yg diambil?
Melihat dahulu, obat yang dibutuhkan masuk dalam kategori fast moving atau tidak, kalau memang iya, gpp. Kalau
memang tidak fast moving tapi tetap membutuhkan, order dalam jumlah sedikit. Atau mungkin bisa melakukan
kesepakatan dengan seles, terkait retur barang apabila dalam jangka waktu tertentu sebelum ED masih tersisa sekian
obat

20. Alur pelayanan resep dan non

Bu Diana dan Pak Furqon


1. Apa itu apotek
Lihat Pak Putu nomor 11
2. Apa tugas apoteker di apotek
PMK No. 73 tahun 2016 Pasal 3
(1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
(2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.
(3) Pelayanan farmasi klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. pengkajian Resep;
b. dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

3. Ada berapa macam sp


Lihat nomor 3

4. Contoh psiko, narko, oot, prekursor


Lihat nomor 5

5. Perencanaan di KF
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Perlu dipastikan kembali komoditas yang akan disusun perencanaannya.
2) Perlu disusun daftar spesifik mengenai sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang akan direncanakan,
termasuk di dalamnya kombinasi antara obat generik dan bermerk.
3) Perencanaan perlu memperhatikan waktu yang dibutuhkan, mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi
safety stock dan memperhitungkan leadtime.
b. Pengumpulan data.
Data yang dibutuhkan antara lain data penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP pasien periode
sebelumnya (data konsumsi), sisa stok dan data morbiditas.
c. Penetapan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang direncanakan menggunakan metode
perhitungan kebutuhan.
d. Evaluasi Perencanaan.
e. Revisi rencana kebutuhan obat (jika diperlukan).
f. Apotek yang bekerjasama dengan BPJS diwajibkan untuk mengirimkan RKO yang sudah disetujui oleh pimpinan
Apotek melalui aplikasi E-Monev. Ini jawaban secara umum, lihat Bu Zora nomor 1
6. Apa keuntungan dan kekurangan apotek BUMN
Kelebihan: di kimia farma ada spreading (pemarataan barang), barang yang tidak terlalu laku akan dioper ke outlet lain
yang menjadi pareto A. Selain itu dalam menjaga stock barang ada istilah droping mendroping, kalau ada permintaan
obat yang tidak ada, pasien bisa memesan terlebih dahulu, outlet ybs meminta ke outlet terdekat untuk mengirim saldo
dan mengirim barang. Kemudian diteruskan ke pasien
Kekurangan: spreading membuat apotek rawan terjadi selisih barang

7. Apa langkah yg km lakukan setelah lulus


Mendapat surat SERKOM, SERKOM diurus ke IAI untuk mendapatkan STRA, kemudian membuat SIPA sesuai dengan
penempatannya

8. Macam faktur dan isinya (file macam faktur halaman 7-12)

Pak Danang
1. Logo dan contoh dari OB, OBT, OK, nomor izin registrasi
Logo dan contoh lihat Bu Tora nomor 2

Nomer Izin Registrasi Obat


Nomor Izin Edar (NIE) atau Nomor Registrasi Obat terdiri dari 15 digit, contoh: DKL1234567891A1
a. Digit Pertama
D = Nama Dagang, G = Generik
b. Digit Kedua
B = Obat Bebas
T = Obat Bebas Terbatas
K = Obat Keras
P = Psikotropika
N = Narkotika
c. Digit Ketiga
L = Lokal
I = Impor
d. Digit Keempat dan Lima (menunjukkan tahun registrasi atau persetujuan obat tersebut oleh BPOM)
Contohnya:
09 berarti obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009
e. Digit Ke-6, 7, 8 (menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan nomor urut pabrik harus lebih besar dari 100
dan lebih kecil dari 1000)
f. Digit Ke- 9, 10, dan 11 (menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing-masing pabrik, dengan persyaratan
nomor urut obat harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000).
g. Digit Ke-12 dan 13 (menunjukkan bentuk sediaan obat)
01=Kapsul 29= Krim, Krim Steril
23=Powder/Serbuk Oral 46 = Tetes Mata
43=Injeksi 10=Tablet
02=Kapsul Lunak 30=Salep
24=Bedak/Talk 47 = Tetes Hidung
44=Injeksi Suspensi Kering 11= Tablet Effervescent
04=Kaplet 31 = Salep Mata
28=Gel 48 = Tetes Telinga
09= Kaplet Salut Film 12 = Tablet Hisap
32=Emulsi 16=Pil
49=Infus 37=Sirup/Larutan
14 = Tablet Lepas Terkontrol 62=Inhalasi
33=Suspensi 17 = Tablet Salut Selaput
53= Supositoria, Ovula 38 = Suspensi Kering
34=Elixir 63 = Tablet Kunyah
56 = Nasal Spray 22=Granul
15 = Tablet Salut Enterik 41=Lotion/Solutio
36=Drops 81 = Tablet Dispersi
58 = Rectal Tube

2. Legalitas apotek apa saja? Bagaimana ngurusnya PMK NO 9 Tahun 2017


a. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Izin sebagaimana dimaksud adalah berupa SIA.
b. Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir
c. Permohonan harus ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
d. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan telah memenuhi
kelengkapan dokumen administratif, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir 2.
e. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:
a. tenaga kefarmasian; dan b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
f. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan
hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 3.
g. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan
dan dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.
h. Dalam hal hasil pemeriksaan dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan
menggunakan Formulir 5.
i. Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi persyaratan pemohon dapat melengkapi persyaratan
paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak surat penundaan diterima.
j. Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan Formulir 6.
k. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA melebihi jangka waktu 12 hari kerja,
Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.

3. JKN itu apa? Peran apotekr di JKN apa


Lihat nomor 19
4. Alasan mendirikan apotek di business plan apa (BP masin2)
a. Apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
b. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat dan bahan
obat
c. Meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat pada umumnya
d. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional dalam praktek pengobatan
sendiri (swamedikasi)

5. Pemesanan dan pengadaan narko gimana


Pemesanan Narkotika : 1 SP untuk 1 jenis sediaan dan 1 kekuatan sediaan. Dibuat rangkap 3. KIMIA FARMA.

6. Modal, pendapatan per bulan (BP masin2)

Pak Koko
1. Business plan

2. Apa yang harus diperhatikan untuk membuka apotek, dari perizinan sarana prasarana
a. Lokasi: memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian
b. Bangunan: bersifat permanen, dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
 Sarana : penerimaan resep; pelayanan resep dan peracikan; penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
konseling; penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan arsip.
 Prasarana: instalasi air bersih; instalasi listrik; sistem tata udara; dan sistem proteksi kebakaran.
 Peralatan : rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer, sistem
pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
d. Ketenagaan
Apoteker pemegang SIA dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi. Wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PMK No 09 Tahn 2017

3. Kalau sudah 5 tahun STRA, serkom, SIPA habis masa berlakunya gmn
Diperbaharui dengan tahapan yang sama seperti membuat

4. Jelaskan dan sebutkan contoh obat OWA


Kepmenkes no 347 tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotik No 1
Kepmenkes no 925 tahun 1993 tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1
a Oral kontrasepsi (tunggal) 1 siklus; kombinasi 1 siklus. Pertama pembelian harus dengan resep dokter
b Obat saluran cerna, antasida maksimal 20tablet
c Obat mulut dan tenggorokan maksimal 1 botol/ 1 tube
d Oba saluran napas maksimal 20 tablet
e Obat cacing mebendazol maksimal 6 tablet/1 sirup botol
f Obat kulit topikal, antibiotik maksimal 1 tube
Kepmenkes no 924 tahun 1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2
a Albendazol 200 mg 6 tab; 400mg 3 tab
b Ibuprofen 400 mg 10 tab, 600 mg 10 tab
c Omeprazole 7 tab
d Sukralfar 20 tab
Kepmenkes no 1176 tahun 1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3
a Ranitidin 10 tab 150 mg
b Anti TB satu paket
c Allopurinol 100 mg 10 tab
d Na diklofenal 25 mg 10 tab
e Piroksikam 10 mg 10 tab
f Setirizin 10 tab
g Kloramfenikol obat 1 tub

5. Misal ada pasien minta obat x, dikasih ngga


a. Obat bebas dan obat bebeas terbatas boleh diberikan
b. Obat keras daftar OWA boleh diberikan dengan aturan OWA
c. Obat keras tidak ada di OWA harus dengan resep dokter
d. Narko/psiko wajib resep

6. Manajerial obat psiko narko, kl pesen psiko narko kmn? Contohnya (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun
2015)

7. KIE insulin
a. Mencuci tangan terlebih dahulu, lalu disiapkan insulin pen, jarum, kapas alkohol dan tempat sampah
b. Sebelum digunakan, periksa tanggal kadaluarsa, warna dan kejernihan insulin
c. Persiapkan insulin pen dan lepaskan penutup insulin pen. Pastikan insulin tidak menggumpal dengan memutar
mutar insulin pen, namun jangan dikocok hingga gumpalan hilang secara perlahan
d. Lepaskan kertas pembungkus dan tutup jarum dengan cara membuka kertas pembungkus dan tutup jarum pen,
kemudian tarik kertas pembungkus pada jarum pen, putar jarum insulin ke insulin pen, lalu lepaskan penutup luar
jarum sehingga jarum tampak
e. Pastikan insulin pen siap digunakan, dengan tidak ada udara di dalam insulin pen dan jarum berfungsi dengan baik
dengan cara memutar tombol pemilih dosis pada ujung pen untuk 1 atau 2 unit, tahan insulin pen dengan jarum
mengarah ke atas, lalu tekan tombol dosis dengan benar sambil mengamati keluarnya sedikit insulin. Ulangi jika
perlu sampai insulin terlihat di ujung jarum, dan tombol pemutar harus kembali ke nol setelah insulin terlihat di
dalam pen
f. Sesuaikan dosis menurut anjuran dokter
g. Pilih lokasi tubuh yang akan disuntik, dengan memastikan posisi nyaman saat menyuntikan insulin pen, penyuntikan
dapat dilakukan pada bagian berlemak seperti perut, lengan, paha atas atau pantat, dan tidak dianjurkan untuk
menyuntik di lokasi yang sama terus menerus, rotasikan posisi (konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu)
h. Suntikkan insulin dengan awali usapkan kapas alkohol pada bagian yang akan disuntik, lalu genggam pen dengan 4
jari, letakkan ibu jari pada tombol dosis, gunakan tangan kiri (bagian tangan lain) untuk mencubit kulit (bagian
lemak) yang akan disuntik menggunakan 2 jari, lalu segera suntikkan jarum secara tegak lurus dengan bagian tubuh
yang akan di suntik. Gunakan ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai berhenti (klep dosis
kembali nol), kemudian biarkan jarum di tempat suntikan selama 5-10 detik untuk memastikan insulin masuk dan
cegah insulin keluar, lalu lepaskan kulit yang dicubit, dan tarik jarum dari tempat penyuntikan dan usap dengan
kapas alkohol, jangan di gosok atau dipijat
i. Persiapkan insulin pen untuk penggunaan berikutnya, dengan menutup luar jarum dan putar untuk melepaskan
jarum dari pen, dan tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman (kaleng kosong) untuk
selanjutnya dibuang ke tempat sampah
j. Simpan kembali insulin pen (sesuai petunjuk pada kemasan) untuk digunakan ke pemakaian selanjutnya dan
mencuci tangan setelah selesai menggunakan insulin pen.

8. Penerimaan-penyimpanan (PMK No. 73 Tahun 2016)

9. Kasus resep (anak offline)

10. SOP, langkah swamedikasi


a. Mendengarkan keluhan dan/atau permintaan obat dari pasien.
b. Mengamati informasi dari pasien, meliputi:
1) Untuk siapa obat tersebut
2) Tempat timbulnya gejala penyakit
3) Seperti apa rasanya gejala penyakit
4) Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
5) Sudah berapa lama sakit yang dirasakan
6) Ada atau tidaknya gejala penyerta
7) Pengobatan yang sebelumnya pernah dilakukan
8) Obat lain yang dikonsumsi untuk pengobatan penyakit lainnya
9) Informasi lain sesuai kebutuhan
c. Buatlah keputusan profesional: merujuk pasien ke dokter IRS atau memberikan terapi obat kepada pasien.
d. Memilih obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas,
obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.
e. Memberikan informasi tentang obat kepada pasien, meliputi:
1) Khasiat obat: Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak
dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
2) Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak
menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
3) Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang
mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
4) Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah
pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
5) Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang
disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan
dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
6) Waktu pemakaian: misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
7) Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak
menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan
pertolongan dokter.
8) Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh
minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
9) Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat
10) Cara penyimpanan obat yang baik
11) Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
12) Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak
Bila sakit berlanjut atau lebih dari tiga hari, apoteker menyarankan kepada pasien untuk menghubungi dokter.
Atau menghubungi apoteker kembali bila ada keluhan selama penggunaan obat.
f. Melayani obat untuk pasien, setelah pasien memahami hal-hal yang diinformasikan.
g. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan pada PMR, jika diperlukan.
h. Menjaga kerahasiaan data pasien

Bu Indah Pur
1. Pengertian
Lihat Pak Putu nomor 11

2. Syarat pendirian apotek


Lihat Pak Koko nomor 2

3. Penggolongan obat
Lihat Bu Tora nomor 2

4. Aktiva, pasiva, laba kotor, laba bersih


a. Aktiva: segala kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan (sumber daya yang dapat berupa benda atau hak yang
dikuasai dan yang sebelumnya diperoleh perusahaan melalui transaksi atau kegiatan masa lalu)
b. Pasiva: pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang atau memenuhi
tanggungannya kepada pihak lain.
c. Laba kotor: adalah jumlah penjualan bersih setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP)
d. Laba bersih: jumlah pendapatan setelah dikurangi total biaya-biaya di luar HPP.

5. Tugas APJ sm aping, bedanya apa


No. APJ Aping
1. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang Memberika KIE pada pelanggan apotek
dibutuhkan senantiasa tersedia dan di serahkan kepada
yang membutuhkan
2. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan apotek
Standart Prosedure Operasional (SPO) serta program
kerja pada setiap fungsi kegiatan di apotek.
3. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan Mengawasi pelaksanaan SPO dan program kerja
bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan
perbekalan kesehatan lain secara lengkap.
4. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai Menggantikan tugas APA jika APA sedang
upaya. berhalangan
5. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga Merencanakan dan melakukan pembelian sesuai
memberikan keuntungan. dengan yang dibutuhkan, kecuali ada ketentuan lain
dari APA
6. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat cepat,
nyaman dan ekonomis
7. Menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.
8. Mengambil keputusan yang tepat,serta mampu
berkomunikasi antar profesi.
9. Menempatkan diri sebagai pimpinan.
10. Kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)
secara efektif.
11. Selalu belajar sepanjang karier dan membantu
memberikan pendidikan serta memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan.

6. Penerimaan narkotika
a. Penerimaan Narkotika harus berdasarkan Faktur pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang yang sah
b. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat melakukan penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor
Farmasi yang ditujukan untuk Fasilitas Pelayanan Kefarmasian tersebut sesuai Surat Pesanan.
c. Penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab.
d. Pada saat penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus
melakukan pemeriksaan:
1) kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik;
2) kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan Obat, isi kemasan antara arsip Surat Pesanan (SP) dengan obat yang
diterima;
3) kesesuaian antara fisik Narkotika dengan Faktur pembelian/ Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang meliputi:
a) Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi,
jumlah, bentuk, kekuatan sediaan, dan isi kemasan;
b) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.

7. PBF yang jual narkotika


Kimia Farma

8. SP masing2 obat, rangkap SP dikasihkan ke siapa aja


Lihat nomor 2

9. Bedanya aktifa lancar dan aktiva tetap


a. Aktiva lancar: jenis aktiva yang diharapkan dapat dicairkan (diuangkan) tidak lebih dari 1 tahun atau 1 siklus akuntansi.
b. Aktiva tetap: suatu kekayaan yang dimiliki perusahaan di mana pemakaiannya (umur ekonomis) lebih dari satu tahun,
digunakan untuk proses operasi, serta tidak untuk dijual.

10. Bagaiamna cara penyimpanan di KF


a. Paten secara farmakologi
b. Generik urut abjad
c. FIFO dan FEFO

Bu Indah Pur dan Bu Zora


1. Stok opname yg dilakukan apakah sdh sesuai dg peraturan. Bila kelebihan 5 dan lbhnya diambil TTK, gmn
menurutmu?
Mungkin bisa diberlakukan pusnishment untuk karyawan yang sedang bertugas saat stock berbeda atau dipukul rata
dilimpahkan ke semua, dengan harapan adanya rasa bertanggung jawab tiap keluar masuk barang di apotek. Jika
memang kita mendapati TTK yang berbuat curang, maka harus tegas, karena kalau dibiarkan ada kemungkinan terjadi
kejadian serupa atau lebih buruk lagi. Wallahu a’lam
2. Penerimaan seperti apa? Yang harus dilakuin pertama apa?
Lihat nomor 10

3. Bedanya kewenangan APA dengan PSA? Apakah sudah sesuai dengan peraturan
a. APA melaksanakan dan bertanggung jawab dalam hal pengelolaan dan pelayanan farmasi klinis serta
mengkoordinasi dan mengawasi seluruh kegiatan di apotek
b. PSA memegang kendali manajemen (keuangan) secara umum, membuat perekrutan karyawan baru bersama APA,
membuat regulasi (tata tertib), dan mengatur starategi pemasaran

4. Pengadaan (sp ob, obt, keras, narkopsiko), pengadaan isi sp narkopsiko, pelaporannya gmn (PMK No. 3 Tahun 2015)

5. Perhitungan HJA gimana? Apa aja yg ada di faktur? Fungsi faktur sebagai apa?
HJA lihat Pak Putu nomor 7 faktur file macam faktur halaman 7-12

6. Swamedikasi yang dilakukan seperti apa, apakah sdh sesuai dg pharmaceutical


Harusnya ada feddback pasien terkait pengguna obat. Alur lihat nomor 12

7. Bagaimana manajerial di KF, adakah yg tidak sesuai peraturam, kl ad yg tdk sesuai bagaiaman pendapatmu

8. Pelayanann klinis bagaiamna, yg tdk jalan bagaiamana pendapatmu

9. Jelaskan skrining resep sampai ke dispensing (PMK No. 73 Tahun 2016)

10. Bagaiamana pemusnahan dan pembuangan obat


Berikut beberapa cara pemusnahan obat berdasarkan bentuk sedian yang disampaikan oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) melalui Liputan 6 pada 13 Februari 2018:
a. Sediaan solid (tablet, kapsul, dan serbuk)
1) Mengeluarkan obat dari kemasan
2) Menghancurkan obat
 Kapsul: keluarkan isi kapsul dari cangkangnya, lalu dilarutkan dengan air. Cangkang kemudian dirusak atau
digunting.
 Tablet: dihancurkan terlebih dahulu kemudian ditimbun dalam tanah.
 Serbuk: langsung ditimbun dalam tanah.
3) Merusak/menggunting kemasan obat (dus, strip, blister).
4) Membuang ke tempat sampah.
b. Sediaan semisolid (salep, krim, gel,dll.)
1) Mengeluarkan isi obat dari kemasan dan timbun dalam tanah.
2) Menghancurkan kemasan obat.
 Tube digunting
 Pot dihancurkan
 Kemasan sekunder (boks/dus) dirusak atau digunting
3) Membuang ke tempat sampah.
c. Sediaan liquid (sirup, suspensi, emulsi, eliksir, dll.)
1) Mengeluarkan cairan obat.
2) Mengencerkan dengan air.
3) Membuang ke dalam saluran air yang mengalir/wastafel di bawah aliran keran.
4) Merusak/merobek label kemasan pada botol.
5) Merusak/memecahkan botol agar tidak dapat digunakan kembali.
6) Merusak/menggunting dus kemasan obat
7) Membuang ke tempat sampah.

Bu Lidya
1. Dokumen di penerimaan dan pengadaan apa aja
Pengadaan : Surat Pesanan
Penerimaan : buku defekta, faktur, buku rekap piutang/rekap

2. SP rangkap berapa
Lihat nomor 2

3. Ttg faktur
Lihat nomor 10

4. DRP kasus, buku arsip resep, berapa banyak resep yg masuk (ini anak offline)

Pak Har
1. Izin apotek gimana
Lihat Pak Putu nomor 9

2. Tugas dan wewenang apoteker :


Lihat Bu Diana dan Pak Furqon nomor 2

3. Kesesuaian permenkes dan lapangan (menyesuaikan pmk, baca-baca aja ya bun)

Anda mungkin juga menyukai