Anda di halaman 1dari 2

TATA CARA PENDIRIAN APOTEK

Izin apotek pada suatu tempat tertentu diberikan oleh Menteri kepada Apoteker Pengelola Apotek.
Izin apotek akan berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan
dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan.
Sesuai Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 4 (2) menyatakan bahwa wewenang
pemberian izin Apotek dilimpahkan oleh Menteri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Tata cara
pemberian izin Apotek berdasarkan Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 adalah sebagai berikut
(Anonim, 2002) :
1. Permohonan izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan
contoh Formulir Model APT-1.
2. Dengan menggunakan Formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari
kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Balai POM untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek untuk melakukan kegiatan.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat lambatnya enam hari kerja setelah
permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak dilaksanakan, Apoteker
Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh
Formulir Model APT-4.
5. Dalam jangka waktu dua belas hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
ayat (3), atau pernyataan dimaksud ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan
Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5.
6. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3)
masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu dua belas hari
kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6.
7. Terhadap Surat Penundaan tersebut Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
Dalam hal Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib
didasarkan atas perjanjian kerjasama antara Apoteker dan pemilik sarana. Pemilik sarana harus memiliki
persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana
dinyatakan dalam surat pernyataanyang bersangkutan. Hal ini tertuang dalam pasal 8 Kepmenkes RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002. Menurut Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/ 2002, permohonan izin Apotek
yang ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud dalam ayat (5) dan atau ayat (6) atau lokasi Apotek tidak
sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasanalasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7 (Anonim, 2002).
Skema perijinan pendirian apotek menurut Kepmenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 dapat dilihat
pada gambar 1.

Dalam mengajukan permohonan izin Apotek terdapat syarat administratif yang harus dilampirkan, yaitu
(Hartini dan Sulasmono, 2007) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Salinan/foto copy Surat Izin Kerja Apoteker.


Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Salinan/foto copy denah bangunan.
Surat yang mengatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/ kontrak.
Daftar Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama, alamat, tanggal lulus dan nomor surat izin kerja.
Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotek.
Surat pernyataan dari Apoteker Pengelola Apotek bahwa tidak bekerja tetap pada Perusahaan Farmasi lain dan

tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.


8. Asli dan salinan/foto copy surat izin atasan (bagi pemohon pegawai negeri, anggota ABRI, dan pegawai instansi
Pemerintah lainnya).
9. Akte perjanjian kerjasama Apoteker Pengelola Apotek dengan Pemilik Sarana Apotek.
10. Surat pernyataan pemilik sarana tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat.
11. Izin HO (Hinder Ordonatie).
12. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan).
13. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Anda mungkin juga menyukai