Lokasi :
1. Lokasi jangan berdekatan dengan apotek lain (ada batas minimal 300 m)
2. Lokasi di daerah pertokoan (peluang bisnis), atau dekat dg sarana pelayanan
kesehatan
Bangunan :
1. Bangunan harus aman dan nyaman, dapat memberikan perlindungan ke pasien,
khususnya org lansia, anak2 maupun penyandang cacat
2. Bangunan bersifat permanen
3. Dapat terpisah atau bergabung dengan bangunan rumah susun, rumah toko, mall,
apartemen, (yg penting kokoh)
Sarana, prasarana, dan peralatan :
Sarana
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan
f. arsip. (buku, literatur, faktur, resep2)
Prasarana
Listrik, air, kipas/ac, APAR
Peralatan
Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak obat,
alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer,
sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan
peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien
*Jika Yang berubah : alamat berubah tapi lokasinya sama atau nama apotek berbeda : tidak
perlu diperiksa lagi
Jika alamat dan lokasi berubah, atau APA berubah wajib diperiksa dan harus memenuhi
persyaratan. PMK 9 thun 2017 pasal 15
Poi
n 4 SIPA
ALUR SIPA pmk no 889 tahun 2011 pasal 21
SURAT EDARAN
NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
31 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KESEHATAN NOMOR 889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI,
IZIN PRAKTIK, DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN
Tata Cara Pemberian Surat Izin Praktik
3) surat persetujuan dari atasan langsung bagi apoteker yang akan melaksanakan pekerjaan
kefarmasian di fasilitas kefarmasian dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum
dalam Formulir 6 terlampir;
e. Dalam mengajukan permohonan SIPA harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA
untuk tempat pekerjaan kefarmasian.
f. Kepala dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
kabupaten/kota harus menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak
surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir 7, Formulir 8, atau Formulir 9 terlampir.
POIN 5 Definisi apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping,
Kemenkes no 1332/menkes/ 2002 personil apotek terdiri
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat
Izin Apotek (SIA) untuk melakukan pekerjaannya dan bertanggung jawab penuh di
Apotek tersebut. APA dalam pekerjaannya dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan
Apoteker Pengganti.
b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker
Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka
Apotek.
c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan Apoteker pengelola Apotek
selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga)
bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja dan tidak bertindak sebagai
Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain.
Poin 6 Pasal 5 PP 51 tahun 2009
Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:
a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi. (mulai pasal 19)
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian. (PMK NO 73 THUN 2016)
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker.
(3) Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat menempatkan
Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada sarana pelayanan kesehatan
dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau
obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik modal maka
pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
(3) Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
POIN 7 Format SP
Sp regular
Sp narkotika
SP narkotika 4 rangkap (putih, pink, biru, kuning). Rangkap 1,2,3 diserahkan ke pbf.
4 untuk arsip apotek
Sp psikotropika
SP psikotropika 3 rangkap rangkap 1 asli untuk PBF. - format SP tiap PBF berbeda,
untuk psikotropika misal PBF enseval SP psikotropika hanya untuk satu jenis
psikotropika dan satu kekuatan. Untuk PBF Bina San Prima SP psikotropika boleh
diisi beberapa jenis dan kekuatan obat asalkan SP cukup
Sp oot
Sp precursor
Sp bpjs
Keterangan :
-sp precursor 2 rangkap, sp narkotika 4 rangkap (putih, pink, biru, kuning). Rangkap
1,2,3 diserahkan ke pbf tembusan ke dinkes kab/kota, bpom. Order narkotika tidak
melalui lelang tertulis seperti sp regular, jika stok habis maka langsung order sesuai
kebutuhan. Sp psikotropika 2 rangkap rangkap 1 asli untuk pbf. Sp oot 2 rangkap
-sp tindasan ditempel dengan faktur ketika barang datang, untuk memudahkan telusur
dan mencocokkan kesesuaian barang yang dipesan
- format sp tiap pbf berbeda, untuk psikotropika misal pbf enseval sp psikotropika
hanya untuk satu jenis psikotropika dan satu kekuatan. Untuk pbf bina san prima sp
psikotropika boleh diisi beberapa jenis dan kekuatan obat asalkan sp cukup
- sp bpjs, pertama mengajukan kebutuhan obat yang dibutuhkan di apotek dan
mengisi form 2 ( daftar pengadaan obat berdasarkan e catalogue obat) jika disetujui
oleh bpjs maka distempel dan ttd. Jika tidak disetujui maka dicoret oleh pihak bpjk
dan diparaf lalu dituliskan oleh bpjs.
Keterangan BPJS
- Order narkotika tidak melalui lelang tertulis seperti sp regular, jika stok habis
maka langsung order sesuai kebutuhan.
-SP tindasan ditempel dengan faktur ketika barang datang, untuk memudahkan
telusur dan mencocokkan kesesuaian barang yang dipesan
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 4
TAHUN 2018 TENTANG PENGAWASAN PENGELOLAAN OBAT, BAHAN
OBAT, NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI DI
FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
Poin 8 Format buku pengelolaan obat (penerimaan barang, buku ed, buku defecta,
buku inkaso, kartu stock, kartu stelling, buku gudang)
Buku inkaso : buku untuk mencatat faktur yang telah dibayar apotek ke pbf setelah
dilunasi apotek akan menerima faktur asli disertai faktur pajak, pelunasan ini dicatat
dalam buku kas yang isinya buku kas : tanggal, nama pbf, nomor faktur, jumlah
pelunasan. Buku inkaso ini baru digunakan apabila barang yang terhutang sudah jatuh
tempo.
Kartu stock : untuk mencatat keluar masuknya barang dari dan ke gudang
Buku defecta : untuk mencatat barang atau obat yang harus dipesan untuk memenuhi
kebutuhan ketersediaan obat
Buku penerimaan : untuk mencatat barang yang diterima dari PBF
Kartu stelling : terletak melekat pada wadah obat di sirkulasi
Buku gudang
Buku penerimaan
Buku defecta
Buku ED
- Pelaporan OWA (buku catatan OWA ttg identitas px dan obat yg diberikan):
-
Poin 10 Definisi Resep PMK 73 tahun 2016
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
Skrining Resep
Poin 11 Memahami Tahap-tahap pelayanan Resep PMK 73 tahun 2016
Pemeriksaan
Penerimaan
ketersediaan
Penyiapan sediaan
termasuk Pemeriksaan
peracikan
Penyerahan
disertai pemberian
informasi
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis Resep.
Praktek : penerimaan resep -> skrining resep-> cek ketersediaan obat -> memberi harga ->
persetujuan pasien -> racik -> kie
Poin 12 & 13 Memahami Tata Cara dan Ketentuan Penyimpanan Resep dan
Pemusnahan Resep
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya
dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
• Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala
BPOM.
• Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
PBOM NO 4 Th 2018
Pada saat penerimaan, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian harus melakukan pemeriksaan:
a. kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik;
b. kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan Obat, isi kemasan antara arsip Surat Pesanan
(SP) / Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dengan Obat/Bahan Obat
yang diterima;
c. kesesuaian antara fisik Obat/Bahan Obat dengan Faktur pembelian /Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) yang
meliputi:
1) Kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama Obat/Bahan Obat, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan Obat, dan isi kemasan;
2) Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
2.8. Apabila hasil pemeriksaan ditemukan Obat dan Bahan Obat yang diterima tidak sesuai
dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan Obat, jumlah atau kondisi kemasan tidak
baik, maka Obat dan Bahan Obat harus segera dikembalikan pada saat penerimaan. Apabila
pengembalian tidak dapat dilaksanakan pada saat penerimaan misalnya pengiriman melalui
ekspedisi maka dibuatkan Berita Acara yang menyatakan penerimaan tidak sesuai dan
disampaikan ke pemasok untuk dikembalikan.
2.9. Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan ketidaksesuaian nomor bets atau tanggal
kedaluwarsa antara fisik dengan faktur pembelian / Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) harus dibuat koreksi dan
dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok.
2.10. Jika pada hasil pemeriksaan dinyatakan sesuai dan kondisi kemasan baik maka
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab atau Tenaga Kefarmasian yang
mendapat delegasi wajib menandatangani Faktur Pembelian / Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan/atau Surat Pengiriman Barang (SPB) dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/SIPTTK dan stempel sarana.
Poin 18 Memahami kaidah dalam display penyimpanan / penjualan barang
URUTAN
1. Keamanan dan stabilitas
2. Bentuk Sediaan
3. Kelas Terapi serta disusun alfabetis
4. Pengeluaran Obat memakai system FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out)
PMK No 73 BAB II HAL 12
Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian
atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang
menyebabkan kontaminasi
4. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi
Obat serta disusun secara alfabetis.
5. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out)
PBOM NO 4 Th 2018
Poin 19 Ketentuan dan Tata Cara Pemusnahan Obat
Obat Kadaluwarsa/ Rusak selain NPP
- Mengupayakan pengembalian ke produsen terutama obat-obatan antibiotik,
sitostatika, disinfektan dll
- Dilakukan dengan tidak mencemari lingkungan
- Dimusnahkan dengan disaksikan karyawan apotek setempat yang memiliki SIP
- Mengisi BAP disertai tandatangan pada Formulir 1
- Mengirimkan kepada Kemenkes RI, BPOM, Dinker Propinsi dan arsip apotek
Pemusnahan obat biasa (PMK NO 73 tahun 2016 Hal 13)
Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1
sebagaimana terlampir.
Berita acara ini dibuat rangkap 4 (empat) dan dikirim kepada :
1.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
2.Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
3.Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
4.Arsip di Apotek
Poin 22 Mengetahui format buku kas harian, buku besar, serta buku penjualan
Poin 23 Mampu melakukan perhitungan indicator keuangan apotek (TOR, evaluasi
rugi laba perbulan ataupun pertahun)
Poin 24
Poin 29 Assesment
Perkenalannama&profesi
Memintawaktu&mempersilahkanpasienduduk
Informasilatarbelakangpenebusresep
Tanggalpergikedokter
Alamat& no telp
Keluhanpasien (lama keluhan, disease looks like,
tindakanygsudahdilakukan)
Informasidaridokter
ASSESSMENT (20)
Poin 32
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions. Three
Prime Questions, yaitu:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda menerima
terapi Obat tersebut?
Tambahan
PERKA BPOM No 4 tahun 2018
RESEP NARKOTIKA
4.19. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar
resep yang diulang (iter) apabila resep aslinya mengandung Narkotika.
4.22. Resep Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi dengan
permintaan iter dilarang diserahkan sekaligus.
4.23. Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang ditulis
oleh dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek tersebut, kecuali
resep tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
tempat Apotek yang akan melayani resep tersebut.