Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.1 Kesehatan
sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara terarah, terpadu dan
berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas, dan terjangkau oleh
masyarakat.2
Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan
yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.2
Untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan
kefarmasian kepada masyarakat, perlu penataan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di
Apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian, Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai
Apoteker.3 Apotek Mekar Sehat didirikan dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan
obat masyarakat di Kota Banda Aceh.

1
1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui proses mengurus semua perizinan terkait apoteker dan apotek
 Untuk mengetahui proses menyiapan pelayanan resep berisi obat narkotika di apotek
 Untuk mengetahui profil apotek
 Unruk mengetahui visi dan misi apotek
 Untuk mengetahui logo apotek
 Untuk mengetahui sarana dan prasaran di apotek
 Untuk mengetahui pengelolaan SDM di apotek
 Untuk mengetahui pencatatan dan pelaporan di apotek

1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan informasi, wawasan dan
referensi kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Proses Pendirian Apotek.
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk memperluas pengetahuan dan wawasan secara
langsung, merencanakan, melaksanakan penelitian, dan menyusun laporan hasil penelitian,
serta meningkatkan keterampilan peneliti dalam menyajikan data secara jelas dan sistematis.
Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah dan memperkaya ilmu dalam persiapan
mendirikan apotek.

2
BAB II
ISI MATERI

2.1 Persyaratan Pendirian3

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 9 tahun 2017 dalam pasal 3:

a. Bagian kesatu (umum)

1. Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan
2. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan pemilik
modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
Lokasi
Bangunan
Sarana, prasarana, dan peralatan;
Ketenagaan
b. Bagian kedua (Lokasi)

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di


wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kefarmasian. Setiap akan mendirikan suatu bentuk usaha harus
memerlukan tempat atau lokasi untuk berdirinya usaha tersebut atau tempat
berdirinya bangunan, serta usaha tersebut dapat beroperasi sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki. Biasanya apabila seseorang akan mendirikan suatu bentuk
usaha maka tentu saja ia akan berusaha agar dapat memperoleh lokasi atau tempat
usaha yang dianggap mempunyai lokasi strategis yang cukup baik untuk
menjalankan usaha tersebut.

c. Bagian ketiga (Bangunan)

1. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan


kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak,

3
dan orang lanjut usia

2. Bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut
usia.

3. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.

4. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat


merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen,
rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
d. Bagian keempat (sarana, prasarana, dan peralatan)

Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud paling sedikit memiliki sarana


ruang yang berfungsi:
 Penerimaan Resep
 Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
 Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
 Konseling;
 Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan
 Arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
 Instalasi air bersih
 Instalasi listrik
 Sistem tata udara
 Sistem proteksi kebakaran

 Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam


pelaksanaan pelayanan kefarmasian
 Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak obat,
alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi, komputer,
sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan
peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
 Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi dan/atau
Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan pelayanan apoteker
yang diberikan kepada pasien. Sarana, prasarana, dan peralatan yang dimaksud
diatas, harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.
4
e. Bagian kelima (Ketenagaan)
 Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat dibantu
oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi.
 Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin
praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

2.2 Perizinan3,4
A. Proses Izin Mendirikan Bangunan
Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Bangunan Gedung
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 – 2029
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan
 Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 15 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Syarat-
Syarat Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
 Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 29 Tahun 2011 tentang Pedoman izin
Bangunan Terhadap Bangunan Gedung yang Telah Dibangun dan Dimanfaatkan.
Persyaratan
a. FUNGSI USAHA
Persyaratan Administrasi
 Mengajukan Permohonan Bermaterai 6.000,-;
 Foto copy KTP pemohon;
 Foto copy Bukti Lunas Pajak Bumi Bangunan (PBB) tahun terakhir;
 Foto copy Sertifikat Tanah atau Surat Bukti Kepemilikan Tanah lainnya yang
disahkan oleh pejabat berwenang;
 Surat Ukur Tanah Asli / Peta bidang tanah yang dikeluarkan oleh BPN Kota Banda
Aceh (Apabila ukuran persil tanah tidak jelas / tidak ada);
 Surat Kuasa yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;
5
 Surat Pernyataan membangun sesuai IMB
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah mengetahui Keuchik (lokasi permohonan
IMB);
 Surat Pernyataan persetujuan tetangga + fotocopy KTP tetangga yang diketahui oleh
Keuchik (lokasi Permohonan IMB).

Persyaratan Teknis
 AP & KSB dari Dinas PU Kota Banda Aceh
 Gambar rencana bangunan (denah, tampak, potongan dan detail struktur konstruksi)
yang dibuat dan disahkan oleh konsultan perencana;
 Surat penunjukan Konsultan Perencana dan Pengawasan;
 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) Konsultan Perencana dan Pengawasan yang telah
dilegalisir;
 Perhitungan Struktur Konstruksi yang dibuat oleh Konsultan Perencana;
 Laporan Penyelidikan Tanah (Sondir) khusus untuk bangunan fungsi usaha yang tidak
sederhana atau bangunan usaha 3 (tiga) lantai keatas.

B. Proses SIUP
 Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 09/M-
DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha
Perdagangan
 Qanun Nomor  6 Tahun 2004 Ttg Izin Usaha Industri, Izin Usaha Perdagangan dan
Tanda Daftar Perusahaan
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Banda Aceh
 Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan

Persyaratan
1. Mengisi formulir permohonan dengan data yang lengkap.
2. Fotocopy KTP yang masih berlaku
3. Fotocopy Izin Gangguan (HO) / Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
6
4. Fotocopy Izin lain yang terkait
5. Fotocopy NPWP
6. Fotocopy Akte Perusahaan (Bagi Usaha yang berbadan Hukum)
7. Surat Keterangan Perubahan (untuk perubahan)
8. Pas Photo uk. 3 x 4 berwarna sebanyak 3 lembar
9. Materai Rp. 6.000 sebanyak 1  lembar
10. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) yang telah habis masa berlakunya  untuk
perpanjangan

Biaya / Tarif : Gratis

Masa Berlaku : 5 (lima) tahun

C. Proses SIA
Menurut PMK No. 09 Tahuh 2017 Bab III Bagian kesatu Pasal 12 tentang Surat Izin
Apotek yaitu :
1. Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
4. SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan
Pada Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 8 Tahun 2017, pada pasal 2 dijelaskan
bahwa Walikota mendelegasikan kewenangan penandatangan perizinan dan non perizinan
kepada Kepala DPM-PTSP. Pelimpahan kewenangan adalah penyerahan tugas, hak,
kewajiban dan pertanggungjawaban perizinan dan non perizinan, termasuk
penandatanganannya atas nama pemberi wewenang. Persyaratan izin usaha Apotik adalah :
1. Akte Perusahaan
2. KTP Direktur
3. NIB
4. Izin Usaha dari Oss
5. Izin Komersial (OSS)
6. SPPL
7. Rekomendasi Dinkes
8. SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker)
7
9. STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker)
10. Denah Bangunan
11. Daftar Sarana dan Prasarana

Bentuk sistem, mekanisme dan prosedur :

 Jangka waktu penyelesaian ialah 24 (dua puluh empat) hari kerja

 Biaya tarif : TIDAK DI PUNGUT BIAYA APAPUN

 Sarana, prasana dan atau fasilitas

Sarana dan prasarana

1. Nomor antrian
2. Ruang Pelayanan yang nyaman
3. Ruang tunggu yang nyaman
4. Meja
5. Kursi
6. Kamar Mandi dan WC
7. Tempat Parkir
8. Kotak Pengaduan

Fasilitas pendukung

1) Pelayanan Informasi
2) Papan Informasi alur dan mekanisme pelayanan perizinan
3) Papan informasi alur mekanisme pengaduan
4) Maklumat Pelayanan
5) Water Dispenser
6) Papan Slogan kawasan bebas korupsi
7) Area bebas rokok
8
Kompetensi pelaksana

a) Kepala Dinas
b) Sekretaris
c) Kepala Bidang
d) Kepala Seksi
e) Petugas Layanan Informasi
f) Petugas Pemeroses Izin (pendaftaran, verifikasi, pengetikan SK)
g) Petugas Penomoran
h) Petugas Pengambilan Izin
i) Petugas Pengarsipan Dokumen
Pengawasan Internal terhadap proses maupun produk pelayanan perizinan dipantau
oleh atasan langsung.

Penanganan Pengaduan, saran dan masukan

Sarana Pelayanan Pengaduan (media), Saran dan Masukan, melalui :

1) Ruang Pengaduan
2) SMS Center
3) Telepon
4) Kotak Pengaduan
5) Formulir Pengaduan
6) Website
Penanganan pengaduan melalui media/ surat (pengaduan tidak langsung) tersebut
diatas akan ditindak lanjuti dengan tahap sebagai berikut :

1) Cek Administrasi
2) Survei lapangan
3) Koordinasi Internal
4) Koordinasi dengan Instansi Terkait

Penyelesaian Pengaduan Sesuai dengan Kondisi dan Permasalahan yang ada

 Jumlah personil yang menangani Surat Izin Apotek (SIA) Sebanyak 11 orang

9
 Jaminan Pelayanan

Menjamin seluruh pelayanan perizinan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan
yang dituangkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) dan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.

 Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Bandar Lampung
mengutamakan keamanan dan keselamatan pemohon yang menerina pelayanan melalui
janji layanan.

 Evaluasi Kinerja Pelaksana


- Evaluasi kinerja dilakukan melalui survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
dengan mekanisme, Sebagai berikut :
1) Setiap pemohon izin akan diberikan formulir IKM untuk diisi
2) Pengumpulan dan pengolahan data
3) Analisa data dan evaluasi
4) Tindak lanjut hasil evaluasi
- Evaluasi berdasarkan pengawasan atasan langsung terkait kinerja dan kedisiplinan

D. Proses Pembuatan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

1) Sertifikat Kompetensi Profesi Apoteker


Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji
kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung.
Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik profesinya di seluruh
Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
2) Registrasi Apoteker

Surat tanda registrasi tersebut berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
STRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri Kesehatan kepada Apoteker
yang telah diregistrasi. STRA tersebut dikeluarkan oleh Menteri yang kemudian
menteri mendelegasikan kepada KFN. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 memiliki ijazah Apoteker;
 memiliki sertifikat kompetensi profesi
10
 memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
 memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik; dan
 membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan dapat memperoleh STRA secara
langsung. Permohonan STRA diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif setelah
memperoleh sertifikat kompetensi profesi 2 (dua) minggu sebelum pelantikan dan
pengucapan sumpah Apoteker baru.

3) Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dan akan melakukan
pelayanan kefarmasian di apotek maka harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA).

a. Persyaratan :
 Mengisi formulir yang disediakan dengan dibubuhi materai Rp. 6.000,-;
 Foto copy STRA yang dilegalisir oleh KFN;
 Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/ penyaluran;
 Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
 Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2
(dua) lembar;
 Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian
pertama, kedua, atau ketiga;
 Rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan/ pejabat yang ditunjuk/ Tim Teknis;
 Surat izin kerja dan izin tinggal serta persyaratan lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan bagi Warga negara Asing;
 Foto copy STTS PBB tempat kerja atau tempat tinggal pemohon;
 Materai Rp. 6.000 sebanyak 2 lembar.
b. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
 Penyampaian komitmen perizinan beserta persyaratan

11
 Menerima dan memeriksa kelengkapan dan kebenaran berkas sesuai dengan
persyaratan
 Menyerahkan tanda terima berkas
 Verifikasi dan validasi berkas
 Persetujuan pemenuhan komitmen perizinan
c. Waktu Penyelesaian : Paling lama 7 hari kerja sejak permohonan dan
persyaratan di terima dengan benar dan lengkap.
d. Biaya atau tarif : tidak dipungut biaya

2.3 Persyaratan Bangunan dan Perlengkapan Apotek

Bangunan Apotek adalah gedung ataupun bagian dari gedung yang dipergunakan
untuk mengelola suatu Apotek. Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi
persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu.

Bangunan Apotek tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yaitu :

1. Dinding bangunan harus kuat dan tahan dengan air, permukaan sebelah dalam
bangunan harus rata dan tidak mudah mengelupas.

2. Lantai bangunan harus bersih dan tidak boleh lembab dan berlumut yang terbuat dari
ubin ataupun bahan – bahan lainnya yang memadai

3. Langit – langit bangunan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak serta permukaan
sebelam dalam dari bangunan diberi warna yang terang.

4. Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng atau bahan lainnya yang tidak merembes
kedalam bangunan.

Syarat – syarat lain yang harus dimiliki oleh Bangunan dari sebuah Apotek terdiri
dari beberapa ruangan yaitu :

1. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang tunggu.

2. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang administrasi dan ruang kerja apoteker.

3. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang penyimpanan obat – obatan.

4. Bangunan Apotek harus dilengkapi ruang peracikan dan penyerahan obat.

5. Bangunan Apoetek harus dilengkapi tempat pencucian alat.


12
6. Bangunan Apotek harus dilengkapi alat pemadam kebakaran sekurang – kurangnya
dua buah dan masih berfungsi dengan baik.

7. Bangunan Apotek harus dilengkapi kamar mandi dan toilet.

2.4 Persyaratan Perbekalan Apotek


Perbekalan Apotek disebutkan juga dengan perbekalan kesehatan farmasi yang
merupakan salah satu dari sarana Apotek disamping bangunan dan perlengkapan Apotek
yang berhubungan dengan kepentingan Perizinan Apotek maupun segi kepentingan
operasional Apotek di dalam pendistribusian obat – obatan dan bahan obat kepada
masyarakat. Untuk perbekalan Apotek ini dapat kita bagi dalam empat bagian didalamnya
yaitu antara lain :
a. Perbekalan di Bidang Farmasi
Didalam persyaratan di bidang perbekalan farmasi yang harus dipenuhi oleh Apotek tersebut
terdiri dari alat dan peralatan sebagai berikut:
 Botol dan gelas dengan ukuran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
yang terdiri dari : 10 sampai dengan 15 mL dan 50 mL sampai dengan 1 L.
 Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi seperti lemari
obat yang sesuai dengan kebutuhan.
 Lemari pendingin dengan jumlah minimal 1 buah.
 Lemari tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun lainnya sesuai dengan kebutuhan Apotek.
 Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas obat –
obatan dan bahan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Perbekalan Laboratorium

Yang dimaksud dengan perbekalan laboratorium dalam Apotek adalah segala alat
perbekalan yang diperlukan dalam Laboratorium yang berfungsi untuk pengujian
sederhana yaitu:

 Alat Laboratorium untuk mengidentifikasi obat.

 Reagensia untuk mengidentifikasi obat dengan jumlah yang sesuai dengan


kebutuhan.
c. Perbekalan di Bidang Administrasi

Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan


13
administrasi yang meliputi :

 Administrasi Umum Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika


dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelaporan penggunaan
narkotika dan psikotoprika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat
narkotika dan psikotoprika di lakukan melalui online SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).

 Administrasi Pelayanan Pengarsipan resep, pengarsipan catatan, pengobatan


pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. Apoteker pengelola
apotek mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan nomor
urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga
tahun, resep yang mengandung narkotik harus dipisahkan dari resep lainnya.
(Permenkes, No.922 tahun 1993 pasal 1 17 ayat 2).
d. Perbekalan Tenaga Kesehatan
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan. Untuk suatu Apotek yang dikatakan sebagai pihak
tenaga kesehatan adalah:
 Apoteker
 Apoteker Pengelola Apotek
 Asisten Apoteker

2.5 Proses Pengadaan Obat Narkotika di Apotek


Menurut undang-undang nomor 35 tahun 2009 menjelaskan bahwa penyerahan
narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, pusak kesehatan masyarakat, balai
pengobatan dan dokter. Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri Farmasi, pedagang
besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai dengan ketentuan
didalamnya. Pengadaan Bahan Obat Narkotika oleh Apotek hanya dapat bersumber dari
Pedagang Besar Farmasi. (Registrasi untuk melakukan pendaftaran kepada PBF Kimia
Farma). Syarat-syarat yang harus dipenuhi Apoteker untuk dapat pengadaan obat dan
melayani resep obat Narkotika, meliputi:
a. Membuat Surat Pesanan., Surat Pesanan harus:
b. Asli dan dibuat sekurang- kurangnya rangkap 3 (tiga) serta tidak dibenarkan dalam
14
bentuk faksimili dan fotokopi. Dua rangkap surat pesanan diserahkan kepada
pemasok dan 1 (satu) rangkap sebagai arsip;
c. Ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab, dilengkapi dengan nama jelas, dan
nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
d. Dicantumkan nama sarana sesuai izin (disertai nomor izin) dan alamat lengkap
(termasuk nomor telepon/faksimili bila ada) dan stempel sarana;
e. Dicantumkan nama fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap;
f. Dicantumkan nama, bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah (dalam bentuk angka dan
huruf) dan isi kemasan (kemasan penyaluran terkecil atau tidak dalam bentuk eceran)
dari Obat yang dipesan
g. Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
h. Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika, Surat Pesanan Prekursor
Farmasi dibuat terpisah dari surat pesanan untuk obat lain.
i. Pada saat penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian harus melakukan pemeriksaan:
j. Apoteker menyerahkan Narkotika kepada pasien setelah menerima resep tertulis dari
Dokter Bersurat Izin Praktek dan oleh dokter yang menangani pasien. Apoteker yang
menyerahkan Narkotika kepada Apotek lain , Puskesmas, Instalasi Rumah Sakit dan
Instalasi Farmasi Klinik untuk memenuhi kekurangan jumlah narkotika berdasarkan
kekurangan jumlah narkotika berdasarkan permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab
k. Apotek harus melakukan Pelaporan penggunaan Narkotika dan psikotoprika
dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotoprika di
lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).
l. Diberikan nomor urut, nama kota dan tanggal dengan penulisan yang jelas;
m. Surat Pesanan Narkotika, Surat Pesanan Psikotropika, Surat Pesanan Prekursor
Farmasi dibuat terpisah dari surat pesanan untuk obat lain.
n. Pada saat penerimaan Narkotika, Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi, Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian harus melakukan pemeriksaan:
o. Apoteker menyerahkan Narkotika kepada pasien setelah menerima resep tertulis dari
Dokter Bersurat Izin Praktek dan oleh dokter yang menangani pasien. Apoteker yang
menyerahkan Narkotika kepada Apotek lain , Puskesmas, Instalasi Rumah Sakit dan
Instalasi Farmasi Klinik untuk memenuhi kekurangan jumlah narkotika berdasarkan
kekurangan jumlah narkotika berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani
15
oleh Apoteker Penanggung Jawab
p. Apotek harus melakukan Pelaporan penggunaan Narkotika dan psikotoprika
dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotoprika di
lakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika).

2.6 Contoh Proposal Apotek yang akan didirikan di Kota Banda Aceh

A. Profil Apotek
Nama apotek yang akan dibuka adalah Apotek Mekar Sehat yang terletak di Jl. T. Nyak
Arief Kota Banda Aceh. Adapun Apoteker Pengelola Apotek (APA) apt. Meutia Dewi
Safrida, S. Farm. Apoteker Pendamping (Aping)  Nama : apt. Arief Muchwan, S. Farm.
Asisten apoteker Risna, Amd. Farm dan Putri Andayani, Amd. Farm. Jam Apotek Mekar
Sehat buka setiap hari pukul 08.00 WIB dan tutup pukul 22.00 WIB .
B. Tujuan Khusus Pendirian Apotek
 Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker untuk melakukan pelayanan kefarmasian.
 Sebagai tempat kerja apoteker dalam melakukan kegiatan kefarmasian seperti
peracikan, pengubah bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan bahan obat.
 Meningkatkan kesehatan masyarakat setempat khususnya daerah Banda Aceh dan
masyarakat pada umumnya.
 Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara rasional
dalam praktek pengobatan sendiri (swamedikasi).
 Menyediakan dan memberikan informasi, edukasi dan konsultasi obat bagi  pasien.
C. Visi dan Misi
 Visi

Menjadi pilihan utama dari masyarakat dan menjadi apotek yang menerapkan
pelayanan kefarmasian yang bermutu, berkualitas dan terpercaya serta
menguntungkan bagi masyarakat.
 Misi
1. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya yang
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
2. Melaksanakan Pharmaceutical Care secara profesional.
3. Mengevaluasi kinerja di apotek secara rutin dan menyeluruh serta senantiasa
melakukan perbaikan.
4. Mengutamakan keselamatan dan kepentingan pasien.
16
5. Melaksanakan sistem manajemen yang efektif dan efisien.

D. Strategi
1. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi
lainnya sesuai dengan pola kebutuhan masyarakat sehingga mampu meningkatkan
pendapatan dan mempercepat tercapainya keuntungan yang besar.
2. Menjamin terapi obat yang diberikan kepada pasien tepat, efektif, nyaman dan
aman.
3. Membuka praktek Apoteker bagi masyarakat yang membutuhkan informasi obat
yang digunakan secara khusus.
4. Memberikan KIE kepada pasien.
5. Meningkatkan kualitas kinerja karyawan dan memberlakukan sistem reward  dan
punishment bagi seluruh karyawan.
6. Merancang standar operasi prosedur dan standar organisasi kerja.
7. Melakukan efisiensi biaya pengobatan.
8. Melakukan sosialisasi dan edukasi peranan apoteker kepada masyarakat serta
informasi obat.
E. Logo Apotik

F. Sarana dan Prasarana


 Bangunan
17
Untuk bangunan di Apotek Sumber Sehat terdiri dari :
a) Ruang tunggu pasien
b) Ruang pelayanan
c) Ruang peracikan
d) Ruang konsultasi
Untuk kelengkapan bangunan dilengkapi dengan
a) Penerangan apotek
b) Sumber air bersih
c) Tempat sampah
 Peralatan dan perlengkapan
a) Peralatan
- Alat pembuatan : pengolahan dan peracikan, terdiri dari : timbangan dan anak
timbangan, mortir dan stamper, sudip, batang pengaduk, gelas ukur dll
- Alat perbekalan farmasi : pot plastik berbagai ukuran, lemari pendingin, kertas
puyer dan rak penyimpanan obat. - Wadah pengemas dan pembungkus :
plastik, etiket, tas plastik, steples.
- Alat administrasi : surat pesanan obat (OTC, OWA, prekursor,  psikotropik,
narkotik), nota penjualan, buku pembelian obat, buku  pengeluaran obat, buku
resep, kuitansi, alat tulis, blanko salinan resep, stempel apotek.
b) Perlengkapan
- Rak / etalase obat
- Lemari khusus narkotika dan psikotropika
- Obat (obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras)
- Kosmetik
- Alat kesehatan
- Produk makanan dan minuman : susu, madu, air mineral dll
c) Buku buku standar
- Farmakope Indonesia Edisi III dan IV
- ISO Edisi Terbaru
- MIMS Edisi Terbaru
- Peraturan perundang-undangan terkait Apotek
- Dan buku standar yang lain
G. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

18
Untuk dapat mengelola sebuah apotek diperlukan tenaga kerja yang sesuai dibidangnya,
oleh karena itu diperlukan pengelolaan SDM yang efektif dan efisien sehingga tujuan apotek
dapat tercapai. Apotek akan merekrut karyawan sebagai  berikut :

 Apoteker pengelola apotek : 1 orang


 Apoteker pendamping : 1 orang
 Asisten apoteker : 2 orang
 Administrasi keuangan : 1 orang

Perekrutan karyawan dilakukan sesuai kebutuhan dan perkembangan apotek ke depan,


untuk tahun pertama jumlah karyawan sebanyak 5 orang yaitu : Apoteker  pengelola apotek
1orang, Apoteker pendamping 1 orang, Asisten apoteker 2 orang, dan administrai keuangan 1
orang.
Klasifikasi Tugas
a) Apoteker pengelola apotek
 Memimpin, merencanakan, mengkoordinasi, bertanggung jawab serta mengawasi
seluruh kegiatan di apotek.
 Mengatur job diskripsi karyawan serta mengevaluasi karyawan.
 Melakukan langkah-langkah untuk mengembangkan hasil dan kualitas apotek.
 Membina hubungan baik dengan karyawan, PBF, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya.
 Melakukan penyusunan protap standar operasional apotek.
 Melakukan pengadaan dan penatalaksanaan obat dan alat kesehatan.
 Memberikan pelayanan tentang KIE (Konseling-Edukasi-Informasi) dan
konsultasi obat dan alat kesehatan.
 Membuat laporan rutin penggunaan obat narkotik dan psikotropika.
 Membuat laporan keuangan apotek dan laporan pajak.
b) Apoteker Pendamping
 Melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban APA jika APA berhalangan hadir
selama jam kerja apotek.
 Pelayanan kefarmasian (pelayanan obat bebas dan obat dengan resep, konseling
pasien).
 Membantu APA dalam penyusunan standar operasional dan strategi apotek.
19
 Mengawasi ketersediaan perbekalan farmasi serta melakukan  pengontrolan harga
obat dan tanggal kadaluarsanya PSA (Pemilik Sarana Apotek) APA (Apoteker
Pengelola Apotek) APING (Apoteker Pendamping) AA (Asisten Apoteker) AA
(Asisten Apoteker) (AA) Asisten Apoteker
c) Asisten Apoteker
 Melakukan pelayanan kefarmasian.
 Melakukan pembelian ke PBF.
 Melakukan administrasi pembelian.
 Melakukan pemantauan barang-barang menjelang ED dan proses retur  barang
tersebut.
 Membuat laporan ke instansi pemerintah.
 Melakukan pengarsipan resep.
 Melakukan pengarsipan copy faktur.
 Melakukan pengarsipan OWA.
 Melakukan pengarsipan obat narkotika dan psikotropika.
 Melakukan penataan barang.
 Membeli label harga dan memeriksa supaya selalu up to date.
H. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan
Hal - hal yang perlu dicatat dalam manajemen apotek yaitu :
 Perencanaan
 Pengadaan dan penerimaan
 Penyimpanan
 Distribusi
- Khusus untuk narkotika dan psikotropika disendirikan
- Distribusi keuangan meliputi catatan keluar masuk uang, catatan
perpajakan dan catatan laporan keuangan akhir tahun (neraca laba dan
rugi)
b. Pelaporan Laporan barang meliputi :
a) Laporan Pengelolaan Resep Resep yang terlayani kemudian dikumpulkan dan
disimpan menurut tanggal dan nomor resep. Resep yang mengandung narkotika
dan psikotropika dipisahkan dan ditandai garis merah (narkotika) garis biru
(psikotropika) serta tidak boleh diulang (harus resep asli). Resep yang telah
20
disimpan lebih dari 5 tahun bisa dimusnahkan. Cara pemusnahan dapat dilakukan
dengan dibakar atau ditimbun dan dibuat berita acara yang meliputi jumlah resep,
jumlah lembar dan beratnya, serta saksi dari pihak apotek. Untuk  pemusnahan
resep narkotik dan psikotroika harus ada saksi dari Dinas Kesehatan kab/kota.
Alasan penyimpanan selama 3 tahun adalah untuk mengantisipasi jka terjadi
masalah terkait resep tersebut, dimana batas waktu resep dapat diperkirakan
secara hukum adalah 3 tahun. 9  
b) Laporan Pengeloaan Narkotika dan Psikotropika Untuk SP narkotika (format N.9)
dibuat rangkap 4 dengan satu lembar untuk administrasi apotek dan 3 lembar
diserahkan ke PBF Kimia Farma yang selanjutnya akan didistribusikan ke
Departemen Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan penanggung
jawab narkotika di DEPO Kimia Farma pusat. Untuk SP psikotropika
menggunakan SP khusus bernomor urut dimana setiap lembarnya dapat berisi
beberapa jenis psikotropika.  Narkotika wajib disimpian secara khusus dengan
persyaratan : dalam lemari yang terbuat dari kayu atau bahan lain yang berat
dengan ukuran 140x80x100 cm (jika ukuran kurang harus ditempelkan pada
dinding atau alasnya ditanam pada lantai) dan memiliki dua ruang dengan kunci
tersendiri (ruang satu untuk menyimpan morfin, petidine dan garamnya sedangkan
ruangan dua untuk menyimpan narkotika lain dan pemakaian sehari-hari).
Laporan narkotika dan psiotropika melalui sistem online di situs
www.sinap.binfar.depkes.go.id  pelaporan tersebut dilakukan paling lambat
tanggal 10 setiap bulannya dan apotek wajib mebuat pelaporan narkotika dan
psikotropika walaupun tidak ada pengeluaran pada bulan tersebut dan menyimpan
arsip laporannya. Pemusnahan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan karena
kadaluarsa dan atau karena tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan harus disertai dengan berita acara yang memuat :
- Nama jelas, sifat dan jumlah
- Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun
- Tanda tangan dan identitas pelaksana serta pejabat yang ditunjuk.
c) Laporan Pengelolaan Cairan Infus, Prekursor dan Pelayanan Kefarmasian Laporan
pengelolaan cairan infus, prekursor dan pelayanan kefarmasian dilakukan paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten yogyakarta
bagian Seksi Pelayanan Kesehatan dan Kefarmasian dalam bentuk file elektronik.
I. Peluang dan Prospek Pemasaran
21
Melihat lokasi apotek yang strategis dan memperhatikan pola pengobatan mandiri
masyarakat (Swamedikasi), maka pendirian Apotek “Mekar Sehat” mempunyai prospek
pemasaran yang cukup bagus karena:
1. Letak apotek yang strategis
2. Lingkungan calon Apotek relatif aman
3. Penerapan staretegi pemasaran yang mengedepankan citra apotek yang lebih ekonomis,
informatif, pelayanan ramah, lengkap dan memberikan kenyamanan bagi konsumen
yang didukung dengan sarana dan prasarana yang ada di Apotek.
4. Menyediakan pelayanan kesehatan seperti : pelayanan dan konsultasi obat dengan
apoteker, menyediakan pemeriksaan kesehatan (TD (gratis), BB, TB dan gula darah).
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari survey pendahuluan terhadap posisi strategis
daerah/ peta lokasi dan keberadaan kompetitor, dapat diterangkan beberapa hal yang penting.
Hal ini dapat dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap apotek
“Mekar Sehat” yang akan didirikan (Swot Analisis).
1. Kekuatan/Strength
Yang menjadi kekuatan kompetitif apotek “Mekar Sehat” yang akan didirikan adalah
sebagai berikut:
a. Ketersediaan obat, bahan obat, alkes serta perbekalan farmasi lainnya di apotek
Mekar Sehat relatif lengkap sesuai kebutuhan masyarakat yang mampu
mencapai kepuasan pelanggan sehingga akan meningkatkan omset apotek.
b. Harga ekonomis dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
c. Apotek dengan pelayanan berbasis Pharmaceutical Care dengan tepat, cermat dan
cepat.
d. Letak/lokasi apotek mudah dijangkau
e. Memiliki  Apoteker yang memiliki pengetahuan tentang obat-obatan dan
pengobatan, memberikan pelayanan yang ramah dan sopan.
f. Apoteker “Mekar Sehat” menerapkan konsep pelayanan kefarmasian “No Pharmacist
No Service” 
2. Kelemahan/Weakness
Membutuhkan waktu untuk sosialisasi kepada masyarakat  untuk memperoleh
pelanggan yang loyal dan tingkat ekonomi dan konsumsi yang cukup rendah (menengah
kebawah).
3. Peluang/Opportunity
22
1) Apotek Mekar Sehat akan menjadi apotek yang pertama yang berada di Desa
Jeulingke, karena belum ada satupun apotek yang berdiri di Desa tersebut.
2) Kepadatan penduduk yang tinggi sebab merupakan daerah pemukiman penduduk
yang jaraknya lumayan jauh dari perkotaan sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk
memperoleh obat lagi.
4. Ancaman/Threat
Rumitnya proses perizinan dan adanya pesaing

J. Rencana Strategi Pengembangan


1. Penetapan harga yang kompetitif dibandingkan dengan apotek yang ada di sekitar.
2. Kerja sama dengan dokter praktek dalam pelayanan kesehatan guna meningkatkan
keberhasilan terapi yang rasional (Rencana setelah 1 tahun apotek berdiri).
3. Sosialisasi ke warga di sekitar apotek melalui penyebaran media online, brosur atau
leaflet kesehatan dan memberikan edukasi kemasyarakat langsung tentang obat dan
peran apoteker setiap satu minggu sekali di bulan awal apotek didirikan dan 1 bulan
sekali di bulan-bulan berikutnya.
4. Memberikan pelayanan kefarmasian dengan komunikasi yang efektif dan elegan untuk
mendapatkan customer loyality .
5. Memperbanyak produk yang ditawarkan dengan menyesuaikan pola kebutuhan pasien.
6. Pada tahun pertama pendirian rutin melaksanakan penyuluhan tentang obat dan
penyakit kepada masyarakat.

K. Studi Kelayakan Apotek


Berikut adalah perkiraan modal dan gaji karyawan yang diperlukan untuk apotek
“Mekar Sehat”.
1. MODAL
1) Perlengkapan Apotek
Etalase kaca di depan uk 1x1 : 2x @ 800.000,- Rp. 1.600.000 ,
Etalase kaca di depan uk 2x1 : 2x@ 1.600.000,- Rp. 3.200.000 ,-
Meja 3 x 125.000 Rp. 375.000,-
Kursi 5 x @ 50.000 Rp. 250.000,-
Kursi ruang tunggu (panjang) 2x 200.000 Rp. 400.000,-
Komputer Rp. 4.000.000,-
Software Rp. 6.000.000,-
Printer Rp. 750.000,-

23
Telepon Rp. 400.000,-
Timbangan mg dan gram Rp. 4.000.000,-
Timbangan badan Rp. 120.000,-
Lemari es Rp. 1.000.000,-
Lemari narkotik dan psikotropik Rp. 450.000,-
Alat peracikan obat (Stemper, Mortir) Rp. 100.000,-
Alat gelas (Beker glass, Gelas ukur 50 ml,100 ml,Batang Rp. 500.000,-
pengaduk, tabung reaksi)
Perlengkapan administrasi Rp. 500.000,-
Buku standard kefarmasian Rp. 2.000.000,-
Stempel apotek Rp. 150.000,-
Kalkulator Rp. 200.000,-
Dispenser+gallon Rp. 350.000,-
Kipas angina Rp. 250.000,-
Papan nama Rp. 500.000,-
Lampu Rp. 500.000,-
Jam dinding Rp. 100.000,-
Alat Kebersihan Rp. 100.000,-
Alat Makan Rp. 10.000,-
TV 14 Inch Rp. 600.000,-
Alat Pemadam Kebakaran Fire Indo 2@200.000 Rp. 400.000,-
TOTAL Rp. 28. 825.000,-

2) Biaya Perizinan
Biaya Perizinan Rp. 2.000.000,-
Modal Operasional (obat) Rp. 50.000.000,-
Cadangan Modal Rp. 14.175.000,-
Total Modal Rp. 95.000.000,-

2. RENCANA ANGGARAN TAHUN KE 1


24
a. Biaya tetap perbulan tahun ke-1
Gaji Karyawan
APA (1 orang) Rp. 2.500.000,-
Apoteker pendamping (1 orang) Rp. 2.000.000,-
Asisten Apoteker (3 orang) Rp. 3.600.000,-
Jumlah Rp. 8.100.000,-

Biaya lain-lain:
Beban Listrik, air, telepon, bensin dan Rp. 500.000,-
keamanan
Lain-lain Rp. 500.000,-
Jumlah Rp. 1.000.000,-
Biaya Keseluruhan Rp. 9.100.000,-

Biaya tetap tahun ke-1


Rp.
Biaya tetap bulanan x 12 109.200.000,-

THR Rp.
8.100.000,-
Total Rp. 117. 300.000,-

b) Perhitungan BEP tahun ke-1


a. Penjualan obat dari resep 1 tahun pada tahun pertama
diasumsikan resep yang masuk adalah 7 resep per hari
dengan harga rata-rata per resep adalah berkisar Rp
70.000,- maka untuk per tahunnya dapat dihitung:
7 lembar x 26 hari x 12 bulan x Rp 70.000,-
=(Margin30%) Rp. 152.880.000,-
b Penjualan obat bebas
. 26 hari x 12 bulan x Rp 800.000,- = (Margin 10%) Rp. 249.600.000,-
c. Penjualan OWA
26 hari x 12 bulan x Rp900.000,- = (Margin 25%) Rp. 280.800.000,-
d Penjualan Produk Farmasi Lain (suplemen, produk herbal,
. kosmetik, sabun,alkes, dll.)
26 hari x 12 bulan x Rp500.000,- = (Margin 20%) Rp. 156.000.000,-
Total Pendapatan 1 Tahun Rp 839.280.000,-
.

c) Pengeluaran rutin tahun ke-1


a. Pembelian obat resep ( 70% X Rp. 152.880.000,-) Rp. 107.016.000,-
25
b. Pembelian obat bebas (90% X Rp. 249.600.000,-) Rp. 224.640.000,-
c. Pembelian OWA (75% X Rp. 280.800.000,-) Rp. 210.600.000,-
d. Produk Farmasi Lain (80% X Rp. 156.000.000,-) Rp. 124. 800.000,-
e. Biaya tetap 1 tahun Rp. 117. 300.000,-
Total pengeluaran 1 tahun Rp. 784.356.000,-

d) Pengeluaran Laba Rugi tahun ke-1


Pemasukan tahun ke-1 Rp. 839.280.000,-
Pengeluaran tahun ke-1 Rp. 784.356.000,-
Laba kotor Rp. 54.924.000,-
Pajak final (1% x 839.280.000,-) Rp. 8.392.800,-
Laba bersih Rp. 46.531.200,-

e) Perhitungan BEP tahun ke-1


1. Pay Back Periode
Pay Back Periode = Total Investasi
Laba Bersih
Pay Back Periode = Rp. 95.000.000,-
Rp. 46.531.200,-
= 2,04 tahun
2. ROI (Return On Investment)
ROI = Laba bersih x 100%
Total investasi
ROI = Rp. 46.531.200,- x 100%
Rp. 95.000.000,-
= 48,98%
3. Break Event Point (BEP)
1
BE P= x biaya tetap
Biaya variabel

= 1
Pendapatan

Biaya Variabel = Total pengeluaran 1 tahun – Biaya tetap 1 tahun


Biaya Variabel = Rp. 784.356.000 - Rp. 117. 300.000,-
= Rp. 667.056.000,-
BEP = 1 X 117. 300.000,-
Rp. 667.056.000,-
26
1
Rp. 839.280.000,-
= 1 X Rp. 117. 300.000,-
0,2
= Rp. 586.500.000,-/ tahun = Rp. 48.875.000,- /bulan

4. Margin

Margin = Biaya tetap X 100%

BEP

= Rp. 117. 300.000,- X 100%


Rp. 586.500.000,-
= 20%

5. Prosentase BEP

% BEP= Biaya tetap X 100%


(Pendapatan-Variabel)
= Rp. 117. 300.000,- X 100%
(Rp. 839.280.000,- Rp. 667.056.000,-)
= 68,11%
3. RANCANGAN PENDAPATAN UNTUK 5 TAHUN KE DEPAN
Pendapatan tahun ke 1 Rp. 839.280.000,-
Perkiraan pendapatan tahun ke 2 naik 10%= Rp. 923.208.000,-
Perkiraan pendapatan tahun ke 3 naik 10%= Rp. 1.015.528.800,-
Perkiraan pendapatan tahun ke 4 naik 10%= Rp. 1.117.081,680,-
Perkiraan pendapatan tahun ke 5 naik 10%= Rp. 3.895.098.480,-
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan profesinya Apoteker merupakan Sarjana Farmasi yang sudah lulus dan
telah melafalkan sumpah apoteker berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sehingga berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
Berdasarkan tempatnya Apotek merupakan tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya.
Adapun Proses Pembuatan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker yang
27
baru lulus pendidikan profesi dan akan melakukan pelayanan kefarmasian di apotek maka
harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA), dengan cara Sertifikat Kompetensi
Profesi Apoteker, Registrasi Apoteker, dan Izin Praktik dan Izin Kerja Apoteker.
Standar operasional prosedur pada badan pelayanan perizinan terpadu kota Banda
Aceh yaitu Jenis pelayanan, Dasar hukum, Maksud dan Tujuan, Sasaran Apoteker,
Persyaratan, Biaya Perizinan, Jangka Waktu Penyelesaian, SKPD, dan Mekanisme
Pemrosesan Perizinan.
Melihat dari banyak aspek studi kelayakan yang telah dilakukan seperti aspek lokasi,
aspek pasar, aspek ekonomi dan permodalan, aspek managerial dan aspek teknis maka
Apotek “Mekar Sehat” yang akan didirikan di Kota Banda Aceh memiliki peluang yang
tingi.

DAFTAR PUSTAKA

1. RI, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 “Tentang Kesehatan”.

2. RI, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014”Tentang Tenaga Kesehatan”

3. PERMENKES RI Nomor 9 tahun 2017 “tentang Apotek’’


4. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
5. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Bangunan Gedung

28
6. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 11 Tahun 2004 Tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan
7. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009 – 2029
8. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dan Nonperizinan
9. Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 15 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Syarat-
Syarat Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
10. Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 29 Tahun 2011 tentang Pedoman izin
Bangunan Terhadap Bangunan Gedung yang Telah Dibangun dan Dimanfaatkan.
11. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
12. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 09/M-DAG/PER/3/2006
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan
13. Qanun Nomor  6 Tahun 2004 Ttg Izin Usaha Industri, Izin Usaha Perdagangan dan
Tanda Daftar Perusahaan
14. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Banda Aceh.
15. RI, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 “Tentang Narkotika”.
16. Permenkes RI Nomor 3 Tahun 2015 “tentang PEREDARAN, PENYIMPANAN,
PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN
PREKURSOR FARMASI

29
LAMPIRAN

30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai