Anda di halaman 1dari 5

BAPAK DEDI PURWANTO, SH

JENIS PERIZINAN BERUSAHA


1. Risiko Rendah
Cukup Nomor Induk Berusaha (NIB)
2. Risiko Menengah Rendah
NIB + Sertifikat Standar (SS) (*Self Declare)
3. Risiko Menengah Tinggi
NIB + SS (*Self Declare & Verifikasi)
4. Risiko Tinggi
NIB + Izin (+SS)

PERSYARATAN DASAR PERIZINAN BERUSAHA


1. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR), terdiri dari :
a. KKPR Daratan
b. KKPR Laut
c. KKPR Hutan
Persetujuan KKPR tersebut diatas menjadi pra syarat terbitya NIB, menjadi persyaratan
untuk proses pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dan penerbitan PBG
2. Persetujuan lingkungan berupa :
a. Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKKLH) bagi yang wajib AMDAL
b. Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH) bagi yang wajib UKL-
UPL
c. SPPL
3. Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)

PERCEPATAN PENERBITAN IZIN,


Kegiatan usaha yang dapat diberikan percepatan Izin :
1. Kriteria
a. Tingkat Resiko : Tinggi
b. Berlokasi di KEK, KPBPB atau KI, atau termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
K/L/D sesuai kewenangannya langsung menerbitkan Izin melalui sistem OSS
2. Fungsi dan Izin
Izin yang diterbitkan tersebut sebagai Perizinan Berusaha untuk melakukan kegiatan
PERSIAPAN dan OPERASIONAL.
3. Kewajiban Pelaku Usaha
Pelaku usaha tetap diwajibkan memenuhi persyaratan Izin sebelum melakukan kegiatan
KOMERSIAL
4. Pembatalan Izin
Dalam hal Pelaku Usaha tidak menyampaikan pemenuhan persyaratan Izin sebagaimana
dimaksud, K/L/D sesuai kewenangannya membatalkan Izin yang telah diterbitkan tersebut
melalui system OSS

KEMUDAHAN PERIZINAN BERUSAHA BAGI UMK


1. Bagi Pelaku usaha UMK  tingkat risiko rendah.
Diberi kemudahan Perizinan Tunggal berupa NIB sebagai identitas dan legalitas usaha
sekaligus berlaku sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Sertifikasi Jaminan Produk
Halal.
2. Diberikan kemudahan dalam persyaratan dasar berupa KKPR dan persetujuan lingkungan.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi kegiatan usaha
mikro dan kecil yang berdampak penting terhadap lingkungan.

ASAS FIKTIF POSITIF & PEMBAGIAN KEWENANGAN


Dalam hal pelaku usaha menyampaikan permohonan pemenuhan persyaratan kepada K/L/D
yang terkait dengan :
1. Kesesuaian Pemanfaatan Ruang :
a. Lokasi Daratan (terdapat dalam Pasal 26 ayat 5 & 10 Peraturan BKPM No. 4/2021)
b. Lokasi Laut (terdapat dalam Pasal 27 ayat 6 Peraturan BKPM No. 4/2021)
c. Lokasi Kawasan Hutan (Pasal 28 ayat 10 Peraturan BKPM No. 4/2021)
2. UKL-UPL (terdapat dalam Pasal 40 ayat 4 Peraturan BKPM No. 4/2021)
3. Sertifikat Standar untuk kegiatan risiko menengah tinggi (terdapat dalam Pasal 41 ayat 9,
11,& 12 Peraturan BKPM No. 4/2021)
4. Izin (terdapat dalam Pasal 45 ayat 8 & 10 Peraturan BKPM No. 4/2021)
5. Pembebasan bea masuk atas impor mesin/barang/bahan (terdapat dalam Pasal 74 ayat 14
Peraturan BKPM No. 4/2021)

BAPAK APT. DRS. BUDI ROSID SUJONO, M. M

Inovasi adalah ide atau gagasan baru yang belum pernah dilakukan atau diterbitkan sebelumnya.
Inovasi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Invention : munculnya hal yg baru karena hal yang lama
2. Discovery : penemuan hal baru baik ide maupun sarananya
Tujuan inovasi :
1. Mendapatkan sesuatu :
2. Lebih baik,
3. Lebih fungsional,
4. Lebih mudah,
5. Lebih membangun brand
6. Dan sejenisnya
Beberapa hal inovasi :
1. Membangun brand awareness
2. Peningkatan mutu pelayanan
3. Startegi perluasan pasar
4. Promosi produk ( sesuai etika)
5. Mungkinkah ada produk bundling
6. Mungkinkah menggunakan media online ( ig, fb dsb)
7. Create customer loyal
8. Pertahankan customer loyal
9. Garansi
10. Ada testimoni kepuasan pelanggan
Contoh langkah yang bisa diambil untuk di apotek :
 Buat identifikasi apa saja yang perlu dilakukan inovasi terkait peningkatan pelayanan,
kenyamanan dsb
 Perbaikan apa yang bisa dilakukan untuk menjadi lebih baik yang tidak banyak biaya tapi
cukup kelihatan perubahannya
a. Pelayanan
Sebelum
- Belum 3S (senyum,sapa,salam)
- Pelayanan resep rata-rata 10 menit
- Pelayanan obat umum rata-rata 8 menit
- Selalu ada stok kosong untuk antibiotik
- Belum ada home care
Sesudah :
- Terapkan 3S semua customer
- Pelayanan resep rata-rata 8 menit
- Pelayanan obat umum rata-rata 6 menit
- Stok obat 90% ready
- Ada layanan home care minimal seminggu sekali
b. Kenyamanan
Sebelum
- Ruang tunggu panas
- Kursi terbatas
- Kesan kurang bersih
Sesudah :
- Diberi kipas angin agar lebih adem
- Kursi ditambah
- Dijaga kebersihan

BAPAK H. MUHAMMAD MAKMUN, S.H

Dasar Hukum Perijinan Berusaha Subsektor Kesehatan


 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Perizinan Berusaha
Berbasis Resiko
 Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada
Penyelenggaran Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan
Definisi apotek (PMK No. 14 Tahun 2021)
• Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker
• Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung. jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
• Pelayanan Kefarmasian di Toko Obat diselenggarakan dalam rangka menjamin ketersediaan
dan akses masyarakat terhadap Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas yang aman, bermutu dan
bermanfaat, dengan tujuan mencapai patient outcome dan menjamin patient safety.
(PMK No 14 Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaran
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan)
• Bangunan, Sarana dan prasarana, peralatan dan Pengaturan Ruang Apotek harus
memperhatikan fungsi :
1. Keamanan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan dalam pemberian pelayanan
2. Perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas, anak-
anak, dan lanjut usia, dan
3. Keamanan dan mutu Obat, sediaan Faramasi Lain, Alat Kesehatan dan BMHP dan
komoditi lain yang dikelola.
• Bangunan, sarana, prasarana dan Peralatan Apotek harus dalam kondisi Terpelihara dan
Berfungsi dengan Baik mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Apotek
Pelaksanaan Perizinan berusaha berbasis risiko sebagai Implementasi dari Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021
tentang Penyelenggaran Perizinan Berusaha Berbasis Risiko,
Kementerian Kesehatan Menetapkan Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 tentang Standar
Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Kesehatan. Permenkes tersebut merupakan acuan dalam Pelaksanaan perizinan berusaha berbasis
risiko sektor kesehatan, termasuk untuk kegiatan usaha Apotek dan Toko Obat.
Meninjau Kebijakan SLF/PBG Sebagai Persyaratan izin Apotek
 PBG Perizinan yang dikeluarkan dari pemerintah kepada pemilik sebuah bangunan gedung
atau perwakilannya untuk memulai pembangunan, merenovasi, merawat, atau mengubah
bangunan gedung tersebut sesuai dengan yang direncanakan
 PBG dapat diterbitkan apabila rencana teknis yang diajukan memenuhi standar teknis sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk mengetahui apakah rencana teknis tersebut
memenuhi standar teknis atau tidak, diperlukan sebuah proses konsultasi yang melibatkan
tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan keahlian terkait bangunan gedung. Tenaga ahli
dapat berasal dari keprofesian, maupun dari perguruan tinggi
 PBG memiliki fungsi :
• Memastikan pembangunan bangunan gedung berstatus legal.
• Memastikan penyelenggaraan bangunan gedung tersebut memenuhi standar yang
menjamin keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan kemudahan bagi penggunanya.
• Mendata keberadaan rencana bangunan gedung.
 SLF Sertifikat yang dikeluarkan dari pemerintah kepada pemilik sebuah bangunan gedung
atau perwakilannya sebagai pernyataan bahwa bangunan yang bersangkutan laik fungsi dan
dapat digunakan dengan benar sesuai rencana.
 SLF dapat diterbitkan apabila kondisi bangunan yang diajukan memenuhi standar teknis
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk mengetahui apakah bangunan tersebut
memenuhi standar teknis atau tidak, diperlukan sebuah proses pemeriksaan dan inspeksi yang
melibatkan tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan keahlian terkait bangunan gedung.
 SLF memiliki fungsi:
• Memastikan bangunan gedung aman untuk digunakan.
• Memastikan bangunan gedung tersebut memenuhi standar yang
menjamin keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan kemudahan bagi penggunanya.
• Mendata keberadaan fisik bangunan gedung.
 SLF dikeluarkan oleh pemerintah sesuai kewenangannya dan dikeluarkan setelah semua
aspek bangunan diperiksa dan dinilai lulus uji.
 SLF berlaku secara periodik, dengan usia SLF ini adalah 20 tahun untuk bangunan rumah
tinggal dan 5 tahun untuk bangunan lainnya.
Perpanjangan SLF
 Kepengurusan perpanjangan SLF paling lambat 60 hari semenjak SLF dinyatakan telah habis
masa aktifnya.
 Melengkapi Lampiran Beberapa Dokumen Seperti hasil Pengkajian Teknis Bangunan Gedung
yang dilakukan oleh Pengkaji Teknis Bangunan Gedung yang memiliki IPTB (Izin Pelaku
Teknis Bangunan) atau SKA (Sertifikat Keahlian) yang sesuai.
 Aturan mengenai PBG tertuang di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Uundang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung yang ditetapkan pada 2 Februari 2021, sebagai bentuk tindak lanjut dari ketentuan
Pasal 24 dan Pasal 185 huruf b Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
 Ini berarti PGB menjadi persyaratan baru yang harus diurus oleh pemilik bangunan jika
hendak melaksanakan konstruksi maupun melakukan perubahan terhadap bangunan tersebut.
 Lalu, bagaimana jika bangunan sudah terlanjur dibuat sebelum diberlakukannya Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG) tersebut? Tak perlu khawatir. Sebab, Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) yang sudah terbit sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 terbit, maka
tetap berlaku hingga berakhir.
 Sebagai gantinya, bangunan gedung yang sudah berdiri tetapi tidak mengantongi PBG, maka
harus mengurus Sertifikat Laik Fungsi (SLF) untuk memperoleh Persetujuan Bangunan
Gedung (PBG). Di dalam Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dinyatakan mengenai kelaikan fungsi
sebuah bangunan gedung sebelum dimanfaatkan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
setempat.
Pasal 3 UU No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Undang-undang ini dibentuk dengan tujuan untuk :
a. Menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan memberikan kemudahan,
perlindungan, dan pemberdayaan terhadap koperasi dan UMK-M serta industry dan
perdangan nasional sebagai upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang seluas-
luasnya dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antardaerah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
b. Menjamin setiap warga Negara memperoleh pekerjaan, serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja
c. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan keberpihakan,
penguatan, dan perlindungan bagi koperasi dan UMK-M serta industry nasional; dan
d. Melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan dengan peningkatan
ekosistem investasi, kemudahan dan percepatan proyek strategis nasional yang berorientasi
pada kepentingan nasional yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi nasional
dengan berpedoman pada haluan ideology Pancasila

Anda mungkin juga menyukai