OBAT TRADISIONAL
TUJUAN
Bahwa dalam rangka melindungi
masyarakat dari peredaran obat
tradisional yang tidak memenuhi
persyaratan :
Keamanan,
Khasiat/manfaat, dan
Mutu
DASAR
Undang-Undang No. 8 Th. 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara
R.I Th. 1999 No. 42
Kepmenkes No. 381/Menkes/SK/III/2007
tentang Kebijakan OT Nasional
Permenkes No. 006 Th. 2012 tentang Industri
dan Usaha OT (Berita Negara RI. Th. 2012
Dll
INDUSTRI
&
USAHA
OBAT TRADISIONAL
IOT DAN IEBA
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yg
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dr
bahan tersebut yg secara turun temurun telah
digunakan utk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
Industri Obat Tradisional (IOT) Merupakan industri
yang membuat semua bentuk sediaan obat
tradisional.
Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) Merupakan
industri yang khusus membuat sediaan dalam
bentuk ekstrak sebagai produk akhir.
UKOT, UMOT, UJR, DAN UJG
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) Merupakan usaha yang
membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali
bentuk sediaan tablet dan efervesen.
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Merupakan usaha yg hy
membuat sediaan obtra dlm bentuk param, tapel, pilis, cairan
obat luar dan rajangan.
Usaha Jamu Racikan (UJR) Merupakan usaha yg dilakukan oleh
depot jamu or sejenisnya yg dimiliki perorangan dg melakukan
pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obtra utk
dijajakan langsung kepada konsumen.
Usaha Jamu Gendong (UJG) Merupakan usaha yang dilakukan
oleh perorangan dg menggunakan bahan obtra dlm btk cairan
yg dibuat segar dg tujuan utk dijajakan langsung kpd
konsumen.
BENTUK INDUSTRI DAN USAHA
OBAT TRADISIONAL
Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh
industri dan usaha di bidang obat
tradisional.
Industri OBTRA terdiri atas :
1. IOT; dan
2. IEBA.
IOT dapat melakukan kegiatan proses pembuatan
obtra untuk:
a. semua tahapan; dan/atau
b. sebagian tahapan.
IOT yg melakukan kegiatan proses pembuatan obtra
utk sebagian tahapan hrs mendapat persetujuan dari
Kepala Badan.
IOT dan IEBA hanya dapat diselenggarakan oleh
badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau
koperasi.
Pendirian IOT n IEBA hrs di lokasi yg bebas
pencemaran n tdk mencemari lingkungan.
Menteri dalam pemberian izin mendelegasikan
kewenangan pemberian izin untuk :
IOT dan IEBA kpd Direktur Jenderal
Utk memperoleh izin pendirian IOT dan IEBA
diperlukan persetujuan prinsip.
Persetujuan prinsip untuk IOT dan IEBA
diberikan oleh Direktur Jenderal.
Usaha OBTRA terdiri atas:
• UKOT
• UMOT
• Usaha Jamu Racikan dan
• Usaha Jamu Gendong.
UKOT hy dpt diselenggarakan oleh badan
usaha yang memiliki izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
UMOT hy dpt diselenggarakan oleh badan
usaha perorangan yg memiliki izin usaha
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menteri dalam pemberian izin mendelegasikan
kewenangan pemberian izin untuk
• UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi; dan
• UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Setiap industri n usaha dibidang obat
tradisional wajib memiliki izin dari Menteri
kecuali untuk usaha jamu gendong dan
usaha jamu racikan.
Selain wajib memiliki izin, industri dan
usaha obat tradisional wajib memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang penanaman modal.
Izin industri n usaha obtra berlaku
seterusnya selama industri n usaha obtra
yg bersangkutan masih berproduksi n
memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan
PENDIRIAN INDUSTRI DAN USAHA OBTRA
(Pemahaman Undang-undang yang berlaku)
Persetujuan prinsip
Persetujuan prinsip diberikan kpd pemohon utk dpt
melakukan persiapan-persiapan n usaha
pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi
peralatan n lain-lain yang diperlukan pada lokasi
yang disetujui.
Persetujuan prinsip berlaku utk jangka waktu 3 (tiga)
th n dpt diperpanjang paling lama untuk 1 (satu)
tahun.
Persetujuan prinsip batal dg sendirinya apabila dlm
jangka waktu 3 (tiga) th atau melampaui jangka
waktu perpanjangannya pemohon tdk melaksanakan
kegiatan pembangunan secara fisik.
Syaratan memperoleh persetujuan prinsip
a. surat permohonan;
b. fotokopi akta pendirian badan hukum yg sah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. susunan Direksi/Pengurus n Komisaris/Badan
Pengawas;
d. fotokopi KTP/Identitas Direksi/Pengurus dan
Komisaris/Badan Pengawas;
e. pernyataan Direksi/Pengurus n Komisaris/Badan
Pengawas tdk pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan dibidang farmasi;
f. fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g. fotokopi Surat Izin Tempat Usaha;
h. Surat Tanda Daftar Perusahaan;
i. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
j. fotokopi NPWP
k. persetujuan lokasi dr Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yg mengacu pd
pemenuhan CPOTB n disetujui Kepala Badan;
m. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari
Apoteker penanggung jawab;
n. fotokopi surat pengangkatan Apoteker penanggung
jawab dr pimpinan perusahaan;
o. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan
p. jadwal rencana pendirian bangunan industri dan
pemasangan mesin/peralatan.
Permohonan persetujuan prinsip diajukan kpd DirJen
dg tembusan kpd Kepala Badan dan Kepala DinKes
Provinsi dg menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dlm (Formulir 1).
Sebelum pengajuan permohonan persetujuan prinsip
pemohon wajib mengajukan permohonan
persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
kepada Kepala Badan dengan menggunakan
(Formulir 2).
Persetujuan RIP diberikan oleh Kepala Badan paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
diterima menggunakan Formulir 3.
Dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah
permohonan diterima secara lengkap,
Direktur Jenderal mengeluarkan Persetujuan
Prinsip (Formulir 4a) atau menolaknya
(Formulir 4b)
Tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
Izin IOT dan Izin IEBA
Persyaratan izin IOT dan izin IEBA terdiri dari:
a. surat permohonan;
b. persetujuan prinsip;
c. daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
d. daftar jumlah tenaga kerja beserta tempat penugasannya;
e. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk
sediaan obtra n ekstrak yang akan dibuat;
f. fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup/Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
g. rekomendasi pemenuhan CPOTB dr Kepala Badan dg
melampirkan Berita Acara Pemeriksaan dr Kepala Balai
setempat
h. rekomendasi dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Ketentuan :
Bila terjadi perubahan data setelah
persetujuan prinsip diterbitkan
Maka
Perubahan data tersebut harus disetujui
oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Kepala Badan yang berkaitan
dengan Rencana Induk Pembangunan
(RIP)
Permohonan izin IOT dan izin IEBA diajukan
kepada DirJen dgn tembusan kpd Kepala Badan
dan Kepala DinKes Provinsi setempat dengan
menggunakan Formulir 8.
Paling lama dlm waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak diterimanya tembusan permohonan,
Kepala Badan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOTB.
Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak diterimanya tembusan permohonan,
Kepala DinKes Provinsi melakukan verifikasi
kelengkapan persyaratan administratif.
Paling lama dlm waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
dinyatakan memenuhi kelengkapan persyaratan
administratif, Ka DinKes Provinsi mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif
kepada Direktur Jenderal dg tembusan kepada
Kepala Badan dan pemohon dg menggunakan
Formulir 9.
Paling lama dlm waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
dinyatakan memenuhi persyaratan CPOTB, Kepala
Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan CPOTB kpd DirJen dg tembusan kpd
KaDinKes Provinsi n pemohon dg menggunakan
Formulir 10.
Apabila dlm 21 (dua puluh satu) hari kerja
setelah tembusan surat permohonan diterima
oleh Kepala Badan atau KaDinKes Provinsi,
pemohon tdk mendapat tanggapan atas
permohonannya, maka pemohon dpt membuat
surat pernyataan siap berproduksi Kpd DirJen
dg tembusan kpd Kepala Badan atau
KaDinKes Provinsi setempat dg menggunakan
Formulir 11.
Paling lama dlm waktu 10 (sepuluh) hari kerja
setelah menerima rekomendasi serta
persyaratan lainnya, DirJen menerbitkan izin
IOT dan IEBA dg menggunakan Formulir 12.
Permohonan izin IOT dan izin IEBA:
DITOLAK apabila ternyata tdk sesuai dg
persetujuan sebagaimana tercantum dlm
persetujuan prinsip; atau
DITUNDA apabila belum memenuhi
persyaratan
Bila pemberian izin IOT dan izin IEBA ditunda,
kepada pemohon diberi kesempatan utk
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya
Surat Penundaan.
Setiap IOT dan IEBA wajib
memiliki sekurang-kurangnya 1
(satu) orang Apoteker Warga
Negara Indonesia sebagai
Penanggung Jawab
PENGAWASAN
DAN
PERIZINAN
SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
KEMITRAAN SESUAI 3 PILAR PENGAWASAN
PRODUK
2
REGISTRASI PRODUK
NOMOR IZIN EDAR
DISTRIBUSI
INDUSTRI
SERTIFIKAT CPOTB/CPOB/CPMB
FASILITAS PRODUKSI
POST-MARKET
CONTROL
KIE
MONITORING IKLAN,
PROMOSI, LABEL
PHAMACOVIGILLAN
KONSUMEN
CE
SAFETY AND EFFICACY
Sanksi dan Penegakan Hukum ASSURANCE
Masyarakat Sejahtera dan Ketahanan
Nasional semakin kokoh
POLA PENGAWASAN
DAN PEMBINAAN • Kesehatan masyarakat meningkat
• Daya saing nasional meningkat
EVALUASI PRE
MARKET
JAMINAN :
KEAMANAN, KHASIAT, MUTU
YANG DIKECUALIKAN
DARI REGISTRASI
a. OT, OHT, dan FF untuk penelitian ;
• INFORMASI HARUS :
OBYEKTIF, LENGKAP, TIDAK
MENYESATKAN, DAN SESUAI DENGAN
KLAIM YANG TELAH DISETUJUI PADA
PENDAFTARAN
CPOTB
(SK KA BADAN POM RI NO HK.00.05.4.1380)
CPOTB :
pedoman cpotb;
SERTIFIKAT CPOTB ;
Larangan mempromosikan OT
1. Dengan cara atau keterangan yang menyesatkan
2. Informasi menyimpang dari yang sudah disetujui
SURAT EDARAN
No. PO.03.01.5.1/1371
17 Desember 1992