PENDAHULUAN
1
Pada makalah ini akan dibahas contoh industri obat betalaktam dan non
betalaktam, karena merupakan salah satu obat yang di produksi pada dunia
farmasi yang banyak digunakan oleh masyarakat dan selanjutnya akan dilakukan
analisis dan perbandingan mengenai industri obat betalaktam dan non betalaktam
untuk sebagai acuan pendirian industri secara lengkap.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Persyaratan Industri Obat beta Laktam dan Non Beta Laktam
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1799/MENKES/PER/XII/2010 proses pembuatan obat dan/atau bahan obat
hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi. Setiap pendirian industri farmasi
wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal
yang dimaksud adalah Direktur Jenderal pada Kementerian Kesehatan yang tugas
dan tanggung jawabnya di bidang pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasiadalah sebagai berikut:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga
Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab
pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu;
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun
tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin
industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Beta Laktam dan
Non Beta LaktamDari Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat beta laktam dan non beta laktam
diperlukan persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh
Direktur Jenderal BPOM persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari
Kepala Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan,
pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan,
pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4
Pendirian Industri Obat beta laktam dan non beta laktam wajib memenuhi
ketentuan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi
persyaratan CPOB dan dibuktikan dengan sertifikat yang berlaku selama 5 (lima)
tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Selain daripada itu, Industri Obat wajib
melakukan farmakovigilans. Di mana apabila dalam melakukan farmakovigilans
Industri Obat menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya yang tidak
memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu
maka wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan.
5
Prinsip diajukan pemohon ke Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
BPOM dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Tata cara pengajuan Permohonan Prinsip adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Persetujuan Prinsip yang diajukan dilengkapi dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisariat perusahaan;
c. Susunan direksi dan komisaris;
d. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
e. Fotokopi sertifikat tanah;
f. Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang gangguan
(HO);
g. Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
h. Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
i. Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
j. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
k. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
m. Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung
jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker
penanggung jawab pemastian mutu.
3. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.
4. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Obat akan melaksanakan
pembangunan fisik, Industri Obat wajib menyampaikan laporan informasi
kemajuan pembangunan fisik setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur
6
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
5. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan
pemohon Industri Obat diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun.
6. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu 3
(tiga) tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan
Industri Obat belum menyelesaikan pembangunan fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah
berdasarkan permohonan dari pemohon izin Industri Obat yang bersangkutan.
7
Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran
undang-undang
2. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOB. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak diterimanya tembusan permohonan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
3. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan
administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan pemohon.
4. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan
Izin Industri.
8
2.7 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Beta Laktam dan
Non Beta Laktam Dari Departemen Perindustrian Dan Perdagangan
2.1.1 Izin Usaha Industri (IUI)
Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin yang wajib diperoleh untuk
mendirikan perusahaan industri dengan nilai investasi perusahaan
seluruhnya di atas Rp 200.000.000,- (tidak termasuktanah dan bangunan
tempat usaha).Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor
148/M/SK/7/1995 tanggal 11 Juli 1995 maka Izin Usaha Industri (IUI)
harus diurus melalui Tahap Persetujuan Prinsip.IUI Melalui Tahap
Persetujuan Prinsip diberikan kepadaPerusahaan Industri untuk langsung
dapat melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan,
pengadaan,pemasangan instalasi/peralatan dan lain-lain yang diperlukan.
Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prinsip dari Departemen
Perindustrian Dan Perdagangan, sebagai berikut:
Fotokopi NPWP;
Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.
Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam waktu 14hari kerja setelah
persyaratan diterima secara lengkap dan benar, dengan masa berlaku
selama-lamanya 4 tahun. Persetujuan Prinsip bukan merupakan izin untuk
melakukan produksi komersial.
Sedangkan IUI Melalui Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam waktu
14 hari kerja setelah persyaratan lengkapdan benar diterima, dibuktikan
dengan berita acarapemeriksaan. Izin ini berlaku selama perusahaan
yangbersangkutan beroperasi.
Kelengkapan Persyaratan Izin Usaha Industri (IUI), sebagai berikut:
a. Fotokopi NPWP;
b. Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan HAM;
c. Fotokopi IMB;
d. Fotokopi KTP/Nama Direksi dan Dewan Komisaris;
e. Fotokopi Persetujuan Prinsip;
9
f. Formulir Model Pm-II (informasi pembangunan proyek);
g. Fotokopi UKL dan UPL atau SPPL;
h. Fotokopi Izin Lokasi;
i. Foto Copy izin UU Gangguan atau AMDAL.
10
Proses penerbitan TDP adalah 10 hari kerja setelah persyaratan
lengkap dan benar diterima. Masa berlaku TDP adalah 5 tahun sejak
diterbitkan dan wajib diperbaharui selambat-lambatnya 3 bulansebelum
masa berlaku habis.
2.7.3 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk
dapatmelaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan
yangmelakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP
yang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku diseluruh
wilayah Republik Indonesia. SIUP Besar yang diterbitkan untuk
perusahaan dengan modaldisetor dan kekayaan bersih di atas Rp. 500 juta
di luar tanahdan bangunan.
Kelengkapan Persyaratan Surat Izin Usaha Perdagangan, sebagai
berikut:
a) Fotokopi akte notaris pendirian perusahaan;
b) Fotokopi SK Pengesahan badan hukum dari Menteri
Kehakiman dan HAM;
c) Fotokopi KTP pemilik/Direktur Utama/penanggungjawab
perusahaan;
d) Fotokopi NPWP perusahaan;
e) Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat
bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU
berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO);
f) Neraca perusahaan.
SIUP dikeluarkan dalam waktu 5 hari kerja setelah
Form Surat Permohonan (SP)-SIUP diterima secara lengkap
dan benar.Masa berlaku SIUP adalah selama perusahaan
bersangkutan masihmelakukan kegiatan perdagangan.
SIUP terdiri atas tiga kategori yaitu :
SIUP Kecil, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor
dan kekayaan bersih dibawah Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
11
SIUP Menengah, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal
disetor dan kekayaan bersih Rp. 200 juta s/d Rp. 500 juta di luar tanah
dan bangunan.
SIUP Besar, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor
dan kekayaan bersih di atas Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.
12
2.7.5 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Dalam hal ini, dokumen-dokumen yang disiapkan antara lain :
a. fotocopy akta pendirian atau akta perubahan yang terakhir.
b. fotocopy situ atau surat keterangan lainnya dari instansi yang
berwenang.
c. fotocopy ktp/kartu keluarga/paspor pengurus.
d. fotocopy npwp kantor pusat (yang berstatus cabang)
e. surat kuasa (bagi pengurus yang diwakili kuasanya).
13
rekomendasi/surat keterangan dari camat.
fotocopy ippl dari dinas tata ruang.
izin lokasi dari bpn.
fotocopy imb.
surat dari bkpm/bkpmd bagi perusahaan yang menggunakan
fasilitas pma/pmdn.
situ/iuug bagi perusahaan yang mengajukan heregistrasi.
fotocopy npwp.
fotocopy retribusi
fotocopy akta pendirian perusahaan bagi perusahaan yang
berbadan hukum/badan usaha.
surat pelimpahan penggunaan tanah.
14
Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah badan
usaha yang berbentuk Badan Hukum, Koperasi, Persekutuan
(Komanditer/CV, Firma, PT), dan Perorangan. Khusus Perusahaan Kecil
Perorangan yang dijalankan secara pribadi, mempekerjakan hanya anggota
keluarga terdekat, tidak memerlukan izin usaha, dan bukan merupakan suatu
badan hukum atau suatu persekutuan dikecualikan dari wajib Daftar
Perusahaan.
15
wajib mendaftarkan produknya ke BPOM guna memperoleh izin penjualan
dan peredaran di masyarakat. Pendaftaran produk makanan tersebut
dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor Badan POM yang terletak
di Jln. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat pada jam kantor. Registrasi
produk obat dilakukan di Gedung B atau Gedung Biru yang merupakan
layanan satu atap.
2.7.12 Sertifikat Halal MUI
a. Memenuhi dan Memahami tentang Sertifikasi Halal dengan
Mengikuti Pelatihan SJH
Pelatihan SJH ini harus Anda lakukan karena ini adalah salah satu cara
untuk mempelajari cara mendapatkan Sertifikat Halal MUI. Setiap
pelatihan memiliki pelajaran yang berbeda-beda dari pemahaman
awalnya sampai pelatihan inhouse. Setiap tahunnya, pelatihan ini selalu
diadakan dengan jadwal tertentu dan Anda bisa melihat pada websitenya
untuk melihat jadwal pelatihan perbulannya.
b. Pendaftaran Online Sertifikat Halal MUI
Pembuatan sertifikat halal MUI ini sekarang bisa Anda daftarkan secara
online melalui website www.halalmui.org atau langsung melalui alamat
website www.e-lppommui.org yang telah dikembangkan sejak 2012
menurut finance.detik.com. Dengan melalui online ini, Anda akan lebih
mudah mendapatkan sertifikasi ini dengan cepat.
c. Mengisi Dokumen Sesuai Syarat dalam Proses Pendaftaran
Setelah selesai mendaftar Anda harus mengisi dokumen seperti manual
SJH, diagram alir proses produksi, data-data pabrik, data-data produk,
data bahan serta dokumen bahan yang digunakan dan data matrix produk
yang akan disertifikasi.
d. Melakukan Monitoring Pre Audit dan Pembayaran Akad Sertifikasi
Setelah meng-upload data sertifikasi, pihak perusahaan harus melakukan
pre audit serta pembayaran akad sertifikasi. Pembayaran ini bisa
dilakukan dengan mengunduh akad di Cerol yang telah disejui oleh
16
Bendahara LPPOM MUI. Komponen biaya akad sertifikasi halal ini
mencakup,
Honor Audit,
Biaya Sertifikasi Halal,
Biaya Penilaian Implementasi SJH,
Biaya Publikasi Majalah Jurnal Halal.
17
7. Photo Copyan Pembelian Sertifikat Halal Ayam & Daging yang
masih berlaku
8. Daftar Bahan Baku Untuk Seluruh Produk Yang Disertifikasi Halal
9. Matriks Bahan Baku untuk Setiap Produk yang Disertifikasi Halal
10. Dokumen pendukung bahan baku
11. Copy Sertifikat Halal Produk yang lama (untuk sertifikasi
pengembangan/perpanjangan)
12. Manual SJH untuk perusahaan baru atau Revisi Manual SJH untuk
perusahaan yang telah memiliki Sertifikat Halal (Jika ada)
13. Copy status SJH atau Sertifikat SJH (untuk perusahaan yang telah
memiliki Sertifikat Halal)
14. Diagram alir proses produksi produk yang disertifikasi
15. Peta lokasi pabrik (untuk perusahaan/pabrik baru)
16. Tata letak/lay out pabrik (untuk perusahaan /pabrik baru). Jika
pabrik merupakan bagian dari sebuah site/komplek pabrik, maka
lampirkan juga lay out site pabrik keseluruhan.
17. Pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur babi
18. Daftar alamat pabrik, maklon, gudang (termasuk gudang produk
intermediet), dan fasilitas persiapan pra produksi (contoh fasilitas
pencampuran, penimbangan, pengeringan)
19. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)
20. Rancangan perjalanan audit dari keberangkatan sampai pulang
(khusus audit luar negeri)
21. Surat Depkes
22. NPWP
23. Domisili
Persyaratan Bahan dalam Sertifikasi Halal
1. Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong)
yang digunakan harus memenuhi standar halal bahan
2. Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh
dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga digunakan untuk
18
membuat produk yang menggunakan babi atau turunannya sebagai
salah satu bahannya
3. Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan atau produk harus
dapat menjamin traceability (bahan, produsen, status halal).
Pengkodean juga harus menjamin bahan dengan kode sama
berstatus halal sama.
2.8 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Beta Laktam dan Non Beta
Laktam
Izin Industri berlaku seterusnya selama industri yang bersangkutan masih
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan
CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan atau fasilitas produk wajib melapor
dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat dan
pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau nama industri harus dilakukan
perubahan izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kelapa BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Perubahan akte pendirian perseroan terbatas harus dilaporkan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
19
RI dengan tembusan kepada kelapa Badan POM dan kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya
pemerikasaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan
apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda
pengenal dan surat perintah pemeriksaan.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut diduga
adanya pelanggaran pidana di bidang obat dan atau bahan obat, segera dilakukan
penyidikan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berwenang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan dapat
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis: sanksi ini diberikan oleh Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan;
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu an atau perintah untuk
penarikan kembali obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/kemanfaatan atau mutu;
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh
kegiatan atau sebagian kegiatan;
e. Pembekuan izin industri farmasi: sanksi ini diberikan oleh Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
f. Pencabutan izin industri farmasi.
20
2.9 Alur Persetujuan Prinsip Industri Obat Beta Laktam dan Non Beta
Lakta
2.10 Alur Permohonan Izin Industri Obat Beta Laktam dan Non Beta
Laktam
21
2.11 Bangunan Industri Obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam
2.11.1 Sarana dan Prasarana
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki
desain, konstruksi, letak yang memadai dan kondisi yang sesuai serta
perawatan yang dilakukan dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian
rupa untuk memperkecil terjadinya resiko kekeliruan, pencemaran silang
dan kesalahan lain serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan
yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau
kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. (BPOM,
2006)
Bangunan dan fasilitas harus dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat
dengan tepat agar memperoleh perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir,
rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Sebaiknya tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat hama.
Desain dan tata letak ruang hendaknya memastikan kompatibilitas
dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan didalam sarana yang
sama atau sarana yang berdampingan. Selain itu, pencegahan area produksi
dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau
produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang
sedang diproses. Beberapa kegiatan dilakukan di area yang telah ditentukan:
1. Penerimaan bahan
2. Karantina barang masuk
3. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
4. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk
5. Pengolahan
6. Pencucian peralatan
7. Penyimpanan peralatan
8. Penyimpanan produk ruahan
9. Pengemasan
22
10. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir
11. Pengiriman produk
12. Laboratorium pengawasan mutu
2.11.2 Personalia
Pada saat perekrutan hendaklah dipastikan bahwa semua calon
karyawan (mulai petugas pembersihan, pemasangan dan perawatan
peralatan, personil produksi dan pengawasan hingga personil tingkat
manajerial) memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga tidak
akan berdampak pada mutu produk yang akan dibuat. Di samping itu
hendaklah dibuat dan dilaksanakan program pemeriksaan kesehatan berkala
yang mencakup pemeriksaan jenis-jenis penyakit yang dapat berdampak
pada mutu dan kemurnian produk akhir. Untuk masing-masing karyawan
hendaklah ada catatan tentang kesehatan mental dan fisiknya.
Kualifikasi dan Pengalaman Personil
Kualifikasi dan pengalaman personil yang diperlukan untuk tiap
posisi hendaklah ditetapkan secara tertulis (biasanya oleh pimpinan tertinggi
bersama bagian Sumber Daya Manusia dan – untuk tingkat lebih rendah -
juga kepala Manajemen Mutu yang disimpan oleh bagian Sumber Daya
Manusia, tapi juga dapat ditampilkan pada Uraian Tugas masing-masing.
23
2.11.3 Proses Produksi
Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi, sebagaimana industri
manufaktur, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
24
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada
kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat
hendaklah memastikan bahwa:
a) desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB;
b) semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan;
c) tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar;
e) semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses lain
serta dilakukan validasi;
f) pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk
distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen
pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur yang
telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
g) obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan
sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang
berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;
h) tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin,
produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar
mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
i) tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
25
j) pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
k) penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk;
m) prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan
n) evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan
memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan
2. Personalia
26
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah
dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan
tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap
pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan
dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
pengendalian binatang pengerat dan hama.
area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah
dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau
secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan
dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak
memengaruhi mutu obat.
Area penimbangan. Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata
produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan
terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi
bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
Area produksi. Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat
terjadi pencemaran silang, suatu sarana khusus dan self-contained harus
disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat menimbulkan
sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal
mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu
(misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif
tertentu berpotensi tinggi, dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan
terpisah. Dalam kasus pengecualian, bagi produk tersebut di atas, prinsip
memproduksi bets produk secara ‘campaign’ di dalam fasilitas yang sama dapat
27
dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi
yang diperlukan telah dilakukan.
Area pengawasan mutu. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah
dari area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop
hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
4. Peralatan
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.
6. Produksi
28
2. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana
perlu dan diberi penandaan dengan data yang diperlukan.
3. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan
terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada
Bagian Pengawasan Mutu.
4. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik
atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan
lulus untuk pemakaian atau distribusi.
5. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani
seperti penerimaan bahan awal.
6. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan pada kondisi seperti
yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara teratur untuk
memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok.
7. Pemeriksaan hasil nyata dan rekonsiliasi jumlah hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang
telah ditetapkan.
7. Pengawasan mutu
29
Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang
fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan. (Lihat juga Bab 1 Manajemen Mutu)
8. Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok
10. Dokumentasi
30
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting
11. Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak
31
2.13 Contoh Proposal Industri Obat
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
BAB III
PEMBAHASAN
a. Transportasi
45
b. Pemasaran
c. Kebutuhan air
Air yang dibutuhkan dalam proses diperoleh dari sungai yang ada
di Pulau Bunyu yang mengalir di sekitar pabrik untuk proses,
sarana utilitas dan keperluan rumah tangga
e. Tenaga kerja
Lahan yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup luas dan
dalam harga yang terjangkau.
46
g. Kondisi Iklim dan Cuaca
i. Sosial masyarakat
47
sehingga perubahan-perubahan yang dilakukan tidak memerlukan
biaya yang tinggi.
h. Masalah pembuangan limbah cair.
i. Service area, seperti kantin, tempat parkir, ruang ibadah, dan
sebagainya diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh dari
tempat kerja.
3.1.3 Visi dan Misi PT. Yuri Indonesia
Visi:
Menjadi perusahaan HealthCare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
Misi:
1. Meningkatkan mutu pelayanan di bidang Obat.
2. Melakukan aktifitas usaha di bidang-bidang industry farmasi,
perdagangan jaringan distribusi dan layanan kesehatan secara
optimal
3. Mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan
pengembangan pengobatan .
4. Meningkatkan tersedianya obat dan jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan nyata masyarakat
48
3.1.4 Struktur Organisasi PT. Yuri Indonesia
49
Dalam sebuah industri farmasi tentu memiliki beberapa personil yang
memegang peranan penting (personil kunci) dalam industri yang dikelolanya.
Personil kunci tersebut antara lain Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian
Pengawasan Mutu atau Quality Control (QC), dan Kepala Bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) atau Quality Assurance (QA) posisi utama tersebut
dijabat oleh personalia purna waktu. Kepala Bagian Produksi dan Kepala
Bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu ) Kepala Bagian Pengawasan Mutu
harus independen satu terhadap yang lain.
1. PRESIDEN DIREKTUR
Sebagai pemilik perusahaan dan pemilik saham terbesar dalam perusahaan,
maka posisi ini memiliki beberapa bawahan yang merupakan posisi / jabatan yang
berperan sangat dalam kelangsungan perusahaan. Posis tersebut adalah Human
Resource and Development (HRD), Plant Director / Direktur Pelaksana,
Marketing Director / Direktur Pemasaran, DAN Finance Director / Direktur
Keuangan.
- Mengrekruitmen Karyawan
- Absensi
- Penanganan Cuti
- Lembur & Bonus
- Jamsostek
a. Jaminan Haria Tua
b. Jaminan Keselamatan Kerja
c. Jaminan Kesehatan
- Membuat SK (Promosi, Mutasi,
- Pemberhentian
3. Plant Director / Direktur Pelaksana
50
4. Marketing Director / Direktur Pemasaran
5. Finance Director / Direktur Keuangan
Bertugas dalam :
Pada saat ini Industri Farmasi Indonesia masih digolongkan sebagai industri yang
hanya mampu melakukan Reproduksi obat Jadi dan sebagian Bahan Baku.
51
Kegiatan R & D secara umum meliputi :
52
- Memikirkan kemungkinan “business” baru.
6. Konstribusi R & D
Kontribusi atas Pembuatan dan Pemasaran suatu Produk :
Adalah suatu konsep yang luas yang mencakup semua aspek yang secara
kolektif maupun individual mempengaruhi mutu, dari konsep design hingga
product tersebut ditangan konsumen
Komponen yang menunjang untuk mencapai mutu obat yang bagus (divisi
control) meliputi :
- Quality Assurance (QA) jaminan mutu
- Quality Control (QC) pengawasan mutu
- Quality Inspection (QI) pemeriksaan mutu
GMP merupakan bagian dari QA yang bertugas untuk
53
- Menyakinkan bahwa produk yang dibuat konstan memiliki pensyaratan
kualitas yang dikehendaki.
- Menjaga standar semua ospek, cara uji dan mengaudit kualitas, hubungan
kualitas terhadap keinginan pelanggan, dan menyampaikan kriteria kemasan
kepada penjual bahan pengemas.
QA juga mempunyai fungsi dalam tahap staf dan tanggung jawab terhadap
aspek dan standar yang diinginkan oleh QC di Industri dan melakukan audit
tentang keseragaman semua aspek dan standard yangb digunakan di semua unit.
54
Bagian-bagian dari QC :
1. Bagian Analisa
Tugas dan tanggung jawab bagian analisa antara lain : pemeriksaan mutu
bahan baku, pemeriksaan mutu bahan kemas dan pemeriksaan produk/obat jadi.
- Pengambilan sampel bahan baku dilakukan secara acak pada bagian atas,
tengah, dan bawah dari wadah. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan alat thief sampler.
- Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk setiap batch dengan rumus
n +1. Untuk bahan yang identitasnya kurang jelas, wadah kotor, pabrik
pembuat berbeda dari biasanya, atau bahan berasal dari supplier yang baru
maka sampling dilakukan terhadap semua wadah dalam batch.
- Pengambilan contoh harus dilakukan dalam ruang sampling dengan tepat
untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
Sebelum sampling dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah
segel/tutup wadah masih utuh.
55
Alat sampling harus bersih.
Selesai sampling wadah segera ditutup rapat dan diberi penandaan
“karantina”.
Setiap melakukan pengujian bahan baku dilengkapi dengan catatan
pengujian (testing order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh
QC manager. Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi label “diluluskan” yang
berwarna hijau, dan jika tidak sesuai dengan spesifikasinya diberi label merah
“ditolak”.
Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka bagian analisa
akan mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang berisi hasil pemeriksaan untuk
disampaikan ke bagian keuangan untuk pembayaran dan ke bagian PPIC untuk
perencanaan produksi. Apabila bahan kemas tidak memenuhi spesifikasi yang
dipersyaratkan, maka dikembalikan ke supplier dengan dokumen nota retur
barang.
56
2. Pengawasan dalam Proses ( In Process Control )
Pengawasan dalam proses (IPC) merupakan pengawasan yang
dilaksanakan selama proses produksi berlangsung. Seksi IPC bertanggungjawab
untuk melakukan pengawasan untuk mencegah terjadinya kesalahan sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. IPC
berupaya apabila terjadi kesalahan yang selama berlangsungnya proses produksi
dapat segera ditangani. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap
semua hal yang mempengaruhi setiap tahap proses pengolahan dan pengemasan
meliputi :
Barang kembalian atau returned goods adalah semua produk jadi (finished
goods) yang telah keluar dari pabrik dan dikembailikan lagi ke pabrik dengan
alasan tertentu. Penyebab terjadinya produk kembalian antara lain karena
57
mendekati masa kadaluarsa, kerusakan isi produk maupun kerusakan kemasan,
rekomendasi dari Balai POM karena faktor mutu dan timbilnya efek samping
yang merugikan atau membahayakan konsumen. Distributor akan menyampaikan
pemberitahuan yang berkaitan dengan pengembalian produk tersebut disertai
dengan dokumen yang berisi jumlah produk, jenis produk, no.batch, tempat asal
pengembalian dan alasan pengembalian produk.
1. Repacking Product
Repacking product (pengemasan ulang) dilakukan terhadap produk
kembalian jika memenuhi persyaratan :
58
dikelompokkan berdasarkan karakteristiknya dan dilakukan pemusnahan,
kemudian dibuat berita acara pemusnahan atau Destruction report.
3. Pengujian Mikrobiologi
Pengujian mikrobiologi terhadap produk maupun sistem penunjang proses
produksi. Bertujuan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan.
59
5. Pembuatan larutan baku
Larutan baku dibuat dari bahan baku antibiotik dan dibuat
sebanyak 5 macam konsentrasi
7. Langkah kerja
Diletakkan hole/silinder pada lempeng agar, isi dengan larutan
baku dan larutan uji. Kemudian lempeng ditutup dan diamkan selama 1
jam supaya terjadi penetrasi. Lempeng diinkubasi pada suhu 35 – 37 °C
selama 24 jam. Selanjutnya dibaca zona hambat dengan jangka sorong
dalam satuan mm.
60
Merencanakan dan mengendalikan aliran bahan-bahan yang masuk ke
proses produksi, bahan/barang yang sedang dalam proses (WIP), barang/bahan
yang keluar dari pabrik sehingga profit yang diinginkan perusahaan dapat dicapai
optimal dan efisien.
1. Fungsi Perencanaan
Menentukan sasaran dan langkah-langkah untuk mencapai sasaran.
2. Fungsi Pengendalian
Alat manajemen untuk memastikan bahwa pelaksaan telah sesuai dengan
rencana
PPIC
Perencanaan Produksi
Perencanaan Pengadaan Material
Adalah Sistem Pemantauan dan Pengendalian Inventory sehingga bisa
dipertahankan stok mimimal yang ideal dan tetap terjamin pemenuhan kebutuhan
produk di pasaran.
Tugas PPIC
61
4. Menghitung standar tenaga kerja setiap tahun berdasarkan data lapangan.
5. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi setiap tahun.
6. Sebagai juru bicara perusahaan dalam hal kerja sama dengan perusahaan.
Fungsi PPI
a. Grey area
Pada ruang grey area dilakukan pengemasan primer mencakup stripping,
hospital pack, dan filling.
b. Black area
Pada ruangan black area dilakukan pengemasan sekunder dan tersier, yang
meliputi :
2). Pemberian nomor batch, Manufacturing Date dan Expired Date pada
etiket dan dos
3). Pelipatan brosur
4). Memasukkan hasil pengemasan kedalam box atau dos
Pada proses pengemasan ini terdapat tiga tahap utama, yaitu :
62
3. Pemeriksaan selama proses pengemasan maupun pemeriksaan akhir.
IPC untuk pengemasan primer adalah pemeriksaan isi setiap kemasan
(volume control), dan uji kebocoran strip atau botol. Setelah tahap pengemasan
sekunder maka dilakukan final inspection oleh bagian QC meliputi kebenaran
etiket/brosur, waktu kadaluarsa, nomor batch, dan isi dalam tiap box maupun
master box. Jika dalam final inspection ditemukan kesalahan makapenanganannya
dilakukan sesuai jenis kesalahannya.
63
termasuk produksi percobaan dengan memeperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Setiap pendirian industry farmasi wajib memenuhi ketentuan,
sebagaimana diatur dalam penyaluran perundang-undangan di bidang tata
ruang dan lingkungan hidup.
1. Industry farmasi harus memenuhi persyaratan CPOB
2. Pemenuhan persyaratan dibuktikan dengan adanya sertifikat CPOB
3. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 tahun sepanjang memenuhi persyaratan
Selain itu, industry farmasi juga wajib melalukan farmakovigilans,
apabila dalam melakukan studi tersebut menemukan obat tidak sesuai
dengan standar persyaratan keamanan maka wajib melaporkan ke kepala
badan.
Permohonan Izin Industri Obat Beta laktam dan Non Beta Laktam
diajukan dengan kelengkapan sebagai berikut:
Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Obat Beta laktam dan Non Beta
Laktam ;
Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Obat Beta laktam
dan Non Beta Laktam dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
Daftar pustaka wajib;
Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker
produksi, pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
64
Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran undang-
undang
3.1.6 Personalia
Personalia pada profil perusahaan mempunyai peranan masing-
masing seperti pada pengrektrutan pada bagian QA, QC harus dengan
spesifikasi seorang apoteker yang memiliki standar kualitas yang baik
dengan dibuktikannya adanya STRA, ijazah serta transkrip nilai. Untuk
adanya perlindungan hokum juga harus ada SDM dibidang hukum , yang
pengrekrutannnya berdasarkan kriteria standar yang baik serta dengan
mempertimbangkan masa kerja dari calon pegawai.
Jabatan Jumlah
Direktur 1
Dewan Komisaris 2
Sekretaris 2
Manajer Teknik dan Produksi 1
Manajer Keuangan dan
1
Marketing
Manajer Umum dan Personalia 1
Supervisor Marketing 1
Supervisor Keuangan 1
Supervisor Produksi 1
Supervisor Teknik 1
Supervisor Umum 1
Supervisor Personalia 1
Kepala Seksi Lab/R&D 1
Kepala Seksi Proses 4
Kepala Seksi Utilitas 1
65
Kepala Seksi Mesin 1
Instrumentasi
Total 75
3.1.7 Produksi
Bangunan dan ruang produksi sediaan betalaktam dan non
betalaktam
Dalam memilih lokasi bangunan industri farmasi harus diperhatikan
beberapa aspek, diantaranya adalah apakah ada sumber pencemaran yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya serta potensi pencemaran oleh industri
terhadap lingkungan di sekitarnya. Bangunan industri farmasi harus
didirikan di daerah yang tidak ada sumber pencemaran, misalnya bekas
66
timbunan sampah, bahan kimia dan lain-lain. Sumber pencemaran lainnya
adalah debu jalan, debu industri lain dan partikel pestisida. Apabila oleh
karena adanya perubahan struktur tanah atau perencanaan kota maka perlu
dilakukan langkah pencegahan yang sesuai, agar pencemaran tersebut tidak
mempengaruhi kualitas produk yang dibuat. Untuk itu, bangunan industri
farmasi harus memiliki perlindungan yang memadai terhadap :
a. Cuaca, misalnya dengan memberikan cat tahan cuaca pada tembok, memasang
alat penyerap kelembaban udara secara pendinginan atau secara penyerapan
oleh bahan kimia yang higroskopis.
b. Banjir, misalnya letak bangunan dibuat cukup tinggi terhadap permukaan air
banjir atau dibuat saluran air secara tepat guna.
c. Rembesan Air melalui tanah, misalnya dengan membuat pondasi bangunan
yang tahan terhadap rembesan air sesuai dengan teknik bangunan yang
berlaku.
d. Serangga dan Binatang pengerat, misalnya pemberian saringan udara pada
saluran pengendali udara, pemasangan kawat kasa dan/atau tirai plastik, serta
adanya program pengendalian hama (pest control) yang teratur, efektif dan
terdokumentas
Klasifikasi ruangan produksi menurut ”ASEAN GMP”
67
0,45 m/dtk
IB 100 3 B 3500 0 5 99,97 > 20
Kelas II
“White 2 10.000 5 C 350000 2000 100 99,95 > 20
area”
68
3.2 Kelengkapan Persyaratan Pendirian industri PT. Yuri Indonesia dari
departemen kesehatan.
3.2.1 Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prnsip
Kelengkapan Persyaratan Permohonan Persetujuan Prinsip yang
diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, sebagai
berikut:
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/Identitas Direksi dan
Komisaris
c. Susunan Direksi dan Komisaris
d. Pernyataan Direksi dan Komisaris tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
e. Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah
f. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha
g. Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan Indonesia
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak
j. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi DKI
Jakarta
k. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala
Badan
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat
m. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing–
masing Apoteker penanggung jawab produksi, Apoteker
penanggung jawab pengawasan mutu, dan Apoteker
penanggung jawab pemastian mutu
n. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing Apoteker
penanggung jawab produksi, Apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, dan Apoteker penanggung jawab pemastian
mutu dari pimpinan perusahaan
69
Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama
dalam waktu 28 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau
ditolak.Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah
berdasarkan permohonan dari pemohon izin Industri yang bersangkutan.
70
k) Surat pernyataan Komisaris dan Direksi tidak pernah terlibat,
baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran
perundang-undangan di bidang kefarmasian
Paling lama dalam waktu 70 (tujuh puluh) hari kerja,
Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri .
3.2.3 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Beta laktam dan Non
Beta Laktam
Izin Industri Obat Beta laktam dan Non Beta Laktam berlaku
seterusnya selama industri yang bersangkutan masih berproduksi dan
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri Obat Beta
laktam dan Non Beta Laktam yang akan melakukan perubahan bermakna
terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan
atau fasilitas produk wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat
dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau nama industri harus
dilakukan perubahan izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan kepada Kelapa BPOM dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Perubahan akte pendirian perseroan terbatas harus dilaporkan kepada
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI dengan tembusan kepada kelapa Badan POM dan kepala
Dinas Kesehatan Provinsi.
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya
pemerikasaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak
pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi
dengan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut
diduga adanya pelanggaran pidana di bidang obat dan atau bahan obat,
71
segera dilakukan penyidikan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan
dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
g. Peringatan secara tertulis
h. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu an atau perintah untuk
penarikan kembali obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/kemanfaatan atau mutu;
i. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
j. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan
atau sebagian kegiatan;
k. Pembekuan izin industri farmasi
l. Pencabutan izin industri farmasi.
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Beta Laktam dan Non Beta
Laktam yang baik PT. Yuri Indonesia.
3.3.1 Manajemen Mutu
PT. Yuri Indonesia membuat Obat beta laktam dan non beta
laktam sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan
risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Manajemen puncak PT. Yuri Indonesia bertanggung
jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, maka PT.
Yuri Indonesia membuat sistem Pemastian Mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar serta mengkorporasi Cara
Pembuatan Obat Yang Baik sesuai dengan CPOB termasuk di dalamnya
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
72
3.3.2 Personalia
Personalia dalam produksi obat yang baik minimal memiliki tiga
apoteker untuk dibagian produksi, bagian quality control dan bagian quaity
assurance. Pada personalia haruslah yang sehat, terkualifikasi, dan dalam
jumlah yang memadai agar proses produksi tersebut dapat berjalan dengan
baik. Disampig itu kekurangan jumlah karyawan bisa mengakibatkan kerja
lembur sehingga menimbulkan kelelahan fisik yang berdampak pada proses
produksiSumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan Obat
yang benar. Oleh sebab itu PT. Yuri Indonesia merekrut karyawan yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua
tugas. Setiap karyawan PT. Yuri Indonesia memahami tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing serta memahami prinsip dalam Cara Pembuatan
Obat Yang Baik serta setiap karyawan juga memperoleh pelatihan awal
yang berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaannya.
3.3.4 Peralatan
Peralatan dalam produksi obat sebelum digunakan harus dikalibrasi
dan divalidasi terlebih dahulu guna menjamin mutu produk tetap terjaga,
73
peralatan yang digunakan dalam produksi obat juga harus dirawat sesuai
jadwal dan SOP.
3.3.5 Sanitasi dan higiene
Sanitasi dan higiene dalam pembuatan obat beta laktam dan non
beta laktam yang baik meliputi personalia kususnya yang memasuki area
produksi salep harus memakai alat pelindung diri sesuai tugas dan
klasifikasi ruangan, sanitasi & higiene bangunan dan fasilitas produksi yang
baik harus memiliki prosedur tertulis dan memiliki jadwal rutin untuk
pembersihan. Setiap karyawan harus melakukan prosedur personal hygiene
seperti mencuci tangan sebelum masuk ke ruang produksi, memakai pakaian
produksi dengan benar, tidak memakai perhiasan dan make up berlebihan
ketika masuk ke ruang produksi, dan lain-lain. Setiap perpindahan area
personil diwajibkan mengganti pakaiannya atau menggunakan pakaian
pelindung khusus tambahan, termasuk penutup kepala dan penutup sepatu
untuk mencegah kontaminasi. Sentuhan langsung dengan bahan awal,
produk antara dan produk ruahan tidak diperbolehkan sehingga operator
diwajibkan mengenakan sarung tangan ketika bekerja. Sarung tangan ketika
bekerja di suatu ruangan juga tidak boleh di bawa ke ruangan lain untuk
menghindari kontaminasi silang. Tidak boleh membawa makanan/minuman
dan merokok di dalam ruang produksi.
PT. Yuri Indonesia memiliki tingkat sanitasi dan higiene yang
tinggi yang diterapkan pada setiap aspek pembuatan Obat .Ruang lingkup
sanitasi dan higiene PT. Yuri Indonesia meliputi personil, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala
sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran yang potensial dihilangkan melalui program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Karena bahan Obat dapat
mengandung cemaran mikrobiologis; di samping itu proses
pemanenan/pengumpulan dan proses produksi Obat sangat mudah tercemar
oleh mikroba yang dapat menyebabkan perubahan mutu maka untuk
mengurangi kontaminasi, diterapkan sanitasi dan higiene berstandar tinggi.
74
Bangunan dan fasilitas serta peralatan pada PT. Yuri Indonesia selalu
dibersihkan dan dilakukan disinfektan menurut prosedur yang telah
ditetapkan dan tervalidasi.
3.3.6 Produksi
( ∆ P = 10-15 Psi)
( ∆ P = 10-15 Psi)
( ∆ P = 10-15 Psi)
75
Betalactam area
76
4. RH 45-55% dan pertukaran udara > 20 x per jam Tekanan Udara > 5
Pa.
WATER TREATMENT
Ada dua jenis air untuk proses produksinya, yang pertama adalah city
water yang digunakan untuk pencucian alat serta keperluan rumah tangga
sedangkan yang kedua adalah aqudemineralisata (aquadem). Sumber air berasal
dari sumur artesis (sumur bawah tanah/sumber air di bawah lapisan batuan)
dengan kedalaman 25 meter dari permukaan tanah, berasal dari PAM dan berasal
air sungai. Tujuan dari penggunaan sumur artesis adalah untuk mencegah
pencemaran/kontaminasi kotoran tanah, menjamin debit air selalu ada karena
sumber air pada lapisan ini tidak pernah kering serta menjamin mutu air (tidak
berubah warna, rasa dan bau).
Urutan proses pengolahan air terdiri dari pre treatment dan water
treatment.
a. Pre treatment
Proses ini diawali dengan pemompaan air artesis untuk ditampung dalam
tangki RW (Row Water). Akan tetapi sebelum masuk dalam tangki terlebih
dahulu diinjeksikan klorin untuk membunuh mikroba dan bakteri dalam air
artesis.
b. Water treatment
Proses Water treatment dapat dibagi menjadi dua yaitu pada-Laktam III
dan selain -Laktam III. Urutan proses pengolahan air terdiri dari pre treatment
dan water treatment
77
Skema Pre Water Treatment
78
volume yang lebih kecil dari api sehingga kapasitas uap yang diperlukan untuk
pemanasan perlu sepuluh kali lipat dari api (contoh: untuk pemanasan dengan api
perlu 2000 kal/jam, maka pemanasan dengan uap perlu 20.000 kal/jam). Besarnya
tekanan yang dipakai adalah 4,5 – 6,5 kg/cm2 dilengkapi dengan katup pengaman
yang akan terbuka dengan sendirinya bila tekanan melebihi 8 kg/cm2. Bahan
bakar yang digunakan untuk proses pemanasan yaitu solar dan pemanasan
menggunakan oil burner. Untuk menghindari terbentuknya jelaga ditambahkan
aditif boiler yang berfungsi melunakkan silica sehingga bisa menjadi uap dengan
adanya pemanasan. Jumlah aditif boiler yang ditambahkan adalah 100 mg untuk
100 liter air. Perawatan yang dilakukan pada steam boiler yaitu dilakukannya
pembersihan setahun sekali dibawah pengawasan langsung departemen tenaga
kerja.
- Udara segar yang masuk melalui lubang udara (grill) dan saring pada saringan
udara yang terdiri dari perifer dan efisiensi 35%, medium filter 95 %. Untuk
ruang produksi antibiotik dan beta laktam dan ruang produksi steril
dilengkapi dengan HEPA Filter yang efisiensinya sampai 99,99 %.
- Setelah melalui saringan udara, udara akan melewati refrigerator unit (AC)
untuk mengatur suhu dan kelembapan udara.(untuk tablet beta laktam RA =
45-65%).
- Setelah itu udara akan melewati kipas udara yang akan mendistribusikan
udara tersebut menuju ke ruang produksi dengan melalui saluran udara.
79
Selain itu kipas udara juga berfungsi menghisap udara yang berfungsi
menghisap debu.(kecepatan perputaran udara pada ruang produksi tablet beta
laktam adalah 120 kali perjam).
- Udara yang telah terpakai dalam ruang produksi yang mengandung debu-
debu dan partikel hasil proses produksi akan bertukaran dengan udara bersih.
Udara bersih akan masuk ke ruang. Prouksi dan udara kotor akan keluar dari
ruang produksi.
- Udara kotor akan keluar melalui dust kolektor 80 % dari udara tersebut akan
masuk kembali dalam sirkulasi udara sedangkan 15-20 % akan digantikan
dan udara segar. Udara segar dan udara yang berasal dari ruang produksi akan
disirkulasi selanjutnya melalui tahapan-tahapan yang sama.
Sistem pengendalian udara / Air Handling Unit (AHU) di ruang produksi
tablet beta lactam
80
SARINGAN UDARA (AIR FILTER)
- Pre Filter atau Fresh Air Filter, merupakan filter yang bersentuhan langsung
dengan udara dari luar.
- Medium filter, merupakan filter kedua setelah pre filter yang ditujukan
menyaring udara sebelum masuk HEPA Filter.
- HEPA Filter, merupakan final filter dimana udara akan langsung masuk ke
dalam ruangan produksi. Untuk produksi tablet beta laktam digunakanHEPA
Filter, merupakan final filter dimana udara akan langsung masuk ke dalam
ruangan produksi.
3. Kipas udara (Blower)
Kipas udara digunakan untuk keperluan suplay udara atmosfir yang telah
disaring, menghisap udara ruangan yang kotor atau berdebu dan menghisap
partikel atau debu produksi yang terjadi selama proses produksi yang
berlangsung.
81
Sistem pengendalian udara Kelas III di bagian -Laktam,
Dust Collector
Cyclone
Cyclone juga merupakan penghisap debu yang berasal dari proses coating.
Proses coating baik pada film coating maupun sugar coating banyak
menggunakan pelarut organik yang mudah meledak sehingga perlu penanganan
debu secara khusus. Debu yang mengandung pelarut organik disedot untuk
kemudian disemprot dengan air dan suspensi yang terbentuk ditampung pada bak
penampungan berukuran 1m x 1m x 80 cm. Setiap hari dilakukan pembersihan
bak penampungan, kemudian limbah cair yang dihasilkan dialirkan ke IPAL.
82
a) Melindungi produk dari kerusakan fisik, kontaminasi, dan penguraian bahan
aktif
b) Memberi informasi tentang produk meliputi nama produk, isi, nomor batch,
nama pabrik yang memproduksi dan tanggal kadaluarsa
c) Memberi nilai tambah pada produk yaitu : penampilan, bentuk lebih menarik,
mencegah pemalsuan (identitas)
Bagian pengemasan dibagi menjadi 2 unit yaitu:
1. Pengemasan Primer
Pengemasan primer dilakukan di ruang produksi (grey area) yang
meliputi stripping, pengemasan dalam plastik (hospital pack) serta filling
sediaan liquida. Untuk menjamin mutu hasil pengemasan maka selalu
dilakukan IPC. IPC untuk pengemasan primer meliputi pemeriksaan isi setiap
kemasan (volume control), dan uji kebocoran strip atau botol. Pada uji
kebocoran strip digunakan 4 strip sebagai sampel uji, batas maksimal
kebocoran yang diperbolehkan adalah tergantung dari sifat produk yang
distrip.
2. Pengemasan Sekunder
- Coding: pemberian nomor batch dan expired date pada etiket dan dos
- Pemberian brosur/insert
- Memasukkan hasil pengemasan kedalam box dan master box.
Setelah tahap pengemasan sekunder maka dilakukan final inspection oleh
bagian QC meliputi :
a. Penyiapan label
Kebenaran label, hasil cetakan/printing No.Batch, Manufacturing date dan
Expire date
b. Pelipatan insert
Kebenaran insert, insert cacat/rusak, kerapian lipatan
83
c. Printing dus dan master box
Kebenaran dus dan master box, kebenaran penandaan No. batch, Exp.date,
dan Manufacturing date
d. Pengepakan
Kebenaran isi, kebenaran dus dan master box, kebenaran penandaan,
kebenaran insert.
84
Alur pengemasan terlihat pada gambar.
Bahan pengemas
- Menurut WHO
Semua jenis bahan, termasuk bahan hasil cetakan, yang digunakan dalam
proses pengemasan produk farmasi, tidak termasuk yang digunakan dalam
transformasi pengiriman.
- Menurut CPOB
Semua bahan yang dipakai dalam proses pengemasan produk ruahan untuk
menghasilkan produk jadi.
85
Syarat-syarat bahan pengemas
Untuk memasuki grey area harus mengenakan pakaian dan sepatu khusus
atau memakai shoe cover, topi yang menutupi rambut dan masker.
LIMBAH
a. Limbah cair
Berasal dari gedung produksi beta laktam berupa hasil pencucian alat/mesin.
b. Limbah padat
Berupa wadah bekas bahan baku antibiotik beta laktam yang rusak , tong
plastik, buangan proses produksi, dan produk jadi antibiotik beta laktam yang
rusak.
Pengolahannya : untuk wadah yang mengandung bahan AB dicuci dan dibilas
bersih di ruang pencucian di dalam gedung beta laktam. Kemudian hasil
86
pencucian ini yang merupakan limbah cair diolah kemudian seperti pada
limbah cair.
c. Limbah udara
Limbah udara berupa debu produksi AB beta laktam.
Pengolahannya : debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust collector.
87
3.3.8 Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok
Inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok dalam
produksi obat salep yang baik harus dilakukan secara rutin
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut. Inspeksi diri harus
memiliki instruksi tertulis untuk inspeksi diri yang dilakukan minimal 1 kali
dalam setahun, inspeksi diri perbagian dilaksanakan sesuai kebutuhan. Hasil
inspeksi diri kemudian dicatat dan dilakukan penindak lanjutan yang efektif
seperti perbaikan bila diperlukan. Audit mutu dilaksanakan oleh tim kusus
yang dibuat oleh manajemen perusahaan untuk pemeriksaan dan penilaian
semua sistem manajemen mutu. Audit dan persetujuan pemasok yang baik
harus memiliki kepala bagian manajemen mutu yang menunjuk atau
memilih mendapat pemasok bahan awal dan pemasok bahan kemas.
Pemasok yang telah ditetapkan harus dievaluasi secara teratur.
88
produk tersebut. Dalam penanganan produk kembalian, QA bertanggung
jawab untuk memeriksa kondisi fisik produk kembalian dan dokumen yang
menyertainya, menyaksikan dan membuat berita acara proses pemusnahan,
membuat label hold untuk produk re-stock atau label reject untuk produk
expired, defective dan damage.
3.3.10 Dokumentasi
Dokumentasi produksi salep yang baik memiliki spesifikasi bahan
awal, spesifikasi bahan pengemas, spesifikasi produk antara dan produk
ruahan, spesifikasi produk jadi dan dokumentasi produksi yang meliputi
dokumen produksi induk, prosedur pengolahan induk, prosedur pengemasan
induk, catatan bets, catatan pengemasan bets, catatan prosedur
3.3.11 Pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak
Dalam produksi obat beta laktam dan non beta laktam pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak dibuat secara tertulis antara pemberi
kontrak yaitu BPOM dan penerima kontrak yaitu perusahaan industri obat .
Disinilah perusahaan akan mendapatkan izin produksi.
89
3.4 Aspek Finansial PT. Yuri Indonesia
Luas tanah : 22.450 m2
Harga : Rp. 1.200.000 /m2
Total : Rp. 26.940.000.000
1 Modal tetap Rp. 10.000.000.000
2 Bangunan Rp. 10.000.000.000
3 Modal operasi Rp. 15.000.000.000
4 Cadangan modal Rp. 6.000.000.000
TOTAL Rp. 41.000.000.000
90
4.500.000 4.500.000
Kepala Seksi Mesin 1
Instrumentasi
91
Anggaran bangunan dan investasi
Total 30.000.000.000
Total=
Rp.317.000.000+Rp.413.450.000.000+Rp.30.000.000.000=Rp. 760.450.000.000
92
3.4.3 Proyeksi pendapatan tahun ke 1
Pendapaan tahun ke-1
Pada tahun pertama, diproyeksikan jumlah Obat Beta laktam dan
Non beta laktam yang terjual perbulan 95.000 box dengan harga
@Rp 66.000, maka akan diperoleh pendapatan pada tahun pertama :
95.000 x 12 x Rp 66.000 = Rp 75.240.000.000
93
3. BEP
: Rp 35.552
94
Strengths (Kekuatan)
1. PT. Yuri Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia yang handal
yang ditempatkan sesuai dengan keahliannya.
2. PT. Yuri Indonesia memiliki fasilitas pabrik yang baik karena
ditunjang dengan berbagai peralatan yang lengkap dan modern dari
proses produksi sampai proses pengemasan.
3. Harga dari produk PT. Yuri Indonesia sangat terjangkau pada
seluruh lapisan masyarakat.
Weakness (Kelemahan)
PT. Yuri Indonesia merupakan Industri Obat yang masih baru di
Indonesia, sehingga memerlukan promosi guna memperkenalkan
produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Yuri Indonesia.
Opportunities (Peluang)
1. Adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang kembali ke produk
obat-obat herbal, karena masyarakat merasa produk-produk obat
herbal dapat memberikan manfaat dan tidak menimbulkan efek
samping seperti obat-obat kimia.
2. PT. Yuri Indonesia dapat menjadi sponsor dalam berbagai
kegiatan promosi kesehatan sehingga dapat semakin dikenal oleh
masyarakat.
Threats (Ancaman)
Adanya banyak pesaing baik lama yang sudah terkenal maupun
yang baru yang juga menjual produk-produk obat herbal.
95
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pendirian dan Perizinan Industri Obat Beta Laktam dan Non Beta Laktam
Indonesia terlebih dahulu harus melalui beberapa proses serta tahapan untuk
permohonan izin dari Depertemen Kesehatan yang meliputi : Direktur Jenderal,
Kepala Badan POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
PT. Yuri Indonesia juga harus memperoleh Izin Usaha Industri (IUI),
Wajib Daftar Perusahaan (WDP) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
Harus memiliki izin prinsip:
Harus memiliki izin tempat mendirikan industri dar pemerintah daerah
provinsi setempat;
Harus memiliki izin industri farmasi yang disetujui oleh BPOM;
Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
Mimiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
Memilki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga
negara indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab
pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu;
Komisaris dan Direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalampelanggaran peraturan perundang–undangan di bidang
kefarmasian.
96
Alur pada persetujuan prinsip yaitu pemohon membuat surat permohonan
kepada BPOM yang kemudian hasil dari permohonan tersebut berupa RIP yang
dikeluarkan oleh BPOM kemudian pemohon selanjutnya ke menteri kesehatan
Republik Indonesia yang memutuskan apakan persetujuan tersebut diberikan
dengan pembayaran PNBP, atau ditolak ataupun ditunda melalui persetujuan dari
menteri kesehatan republik Indonesia
97
pemohon. Setelah menerima surat rekomendasi baik dari BPOM maupun
DINKES, maka DIRJEN menerbitkan izin industri farmasi paling lama dalam
waktu 10 hari kerja. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mengajukan surat
izin industri obat herbal terstandart kurang lebih sekitar dua bulan (2 bulan).
PT. Yuri Indonesia mempunyai luar tanah 22.450 m 2 dengan harga tanah
Rp1.200.000/m2 dengan total biaya untuk tanah yaitu Rp. 26.940.000.000 yang
merupakan bagian dari aspek financial, dengan jumlah pekerja yaitu 75 orang
dengan mengeluarkan biaya untuk gaji Rp. 317.000.000. total investasi dari
industri farmasi tersebut yaitu Rp. 41.000.000.000 Dengan laba bersih Rp
31.239.000.000,per tahun dengan kapasitas produksi adalah 95.000 box/bulan dan
harga jual Rp 66.000,-/box dengan proyeksi pendapatan 1 tahum Rp.
75.240.000.000 maka Pay Back Period (PBP) yang dapat diberikan kepada
investor yaitu 1,3 tahun dengan nilai ROI sebesar 71,19%
98
DAFTAR PUSTAKA
1. BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014 Peraturan kepala Badan
Pengawas Obat dan Makalaha RI Nomor 7 Tahun 2014.
2. Peraturan kepala BPOM. 2012. Perauran Kepala BPOM RI
No.HK.03.1.33.12.8195/Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara
pembuatan Obat yang Baik
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1799/
Menkesiper/XII/2010 Tentang Industri Farmasi
4. Moh. Anief, Ilmu Teori Meracik Obat, Gajah Mada University Press, 1997.
99