Anda di halaman 1dari 57

REGISTRASI

OBAT
Kelompok 3
Alya Syaharani Tajuddin (2006535464)
Entin Awalurrokhmah (2006538825)
Wulan Febriani (2006539310)
Dina Yuliarty (2106762295)
TABLE OF CONTENTS
Kriteria dan Tata
01 Laksana Registrasi 02 Industri Farmasi
Obat

03 Industri dan Usaha


Obat Tradisional 04 Registrasi Obat
Tradisional

05 Warung Obat Desa 06 Apotek Rakyat


01
Kriteria dan
TataLaksana
Registrasi Obat
Perka Bpom No. 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria
Dan Tata Laksana Registrasi Obat
REGISTRASI OBAT
Definisi: prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat
untuk mendapatkan persetujuan.

Proses Registrasi Obat → Diajukan oleh PENDAFTAR


kepada Kepala BPOM

Persyaratan:
Obat yang mendapat Izin Edar harus memenuhi
kriteria berikut: :
● Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang
memadai
● Mutu memenuhi standar
● Informasi Produk dan Label berisi informasi
lengkap, objektif dan tidak menyesatkan.
Kategori Registrasi Obat

01 02 03
BARU VARIASI ULANG
Registrasi untuk Obat yang Registrasi perubahan pada Perpanjangan Masa
belum mendapatkan Izin aspek administratif, khasiat, Berlaku Izin Edar
Edar di Indonesia keamanan, mutu dan/atau
Informasi Produk dan Label
Obat, yang telah memiliki Izin
Edar di Indonesia
TATA LAKSANA REGISTRASI

PRAREGISTRASI REGISTRASI
TAHAP REGISTRASI
● Pengajuan permohonan registrasi dilakukan
dengan menyerahkan berkas registrasi
● Disertai dengan hasil Pra-registrasi
● Menyerahkan contoh obat jadi untuk 3x
pengujian dan bahan baku pembanding
sesuai spesifikasi & metode pengujian zat
aktif dan obat jadi
02
Industri
Farmasi
Permenkes RI No 16 Tahun 2013
Permenkes RI No 1799/MENKES/PER/XII/2010
Perubahan Permenkes

Permenkes RI No Permenkes RI No
1799/MENKES/PER/XII/2010 16 Tahun 2013

PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI
INDUSTRI FARMASI KESEHATAN NOMOR
1799/MENKES/PER/XII/2010
TENTANG INDUSTRI
FARMASI
Definisi
● Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
● Pembuatan Obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam
menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu
sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
● Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara
pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya.
● Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian,
penilaian (assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping atau
masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.
Pembuatan Obat
Proses pembuatan obat dan/atau bahan
obat hanya dapat dilakukan oleh:
1. Industri Farmasi
2. Instalasi Farmasi RS
Instalasi Farmasi RS tersebut harus terlebih dahulu
memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
● Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
yang dapat dibuktikan dengan Sertifikat CPOB.
● Sertifikat CPOB berlaku selama 5 tahun.

Farmakovigilans
● Industri Farmasi wajib melakukan Farmakovigilans.
● Apabila menemukan obat dan/atau bahan obat tidak

memenuhi standar wajib melaporkan


hal tersebut kepada Kepala Badan.
Perizinan
Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh
izin industri farmasi dari Direktur Jenderal.

Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan


obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib
memperoleh izin khusus untuk memproduksi narkotika
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
Persetujuan Prinsip
● Untuk memperoleh Izin Industri Farmasi diperlukan
persetujuan prinsip.
● Diberikan: Direktur Jenderal.
● Masa berlaku: 3 tahun.
● Jika permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon
dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan,
pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan
● Selama melaksanakan pembangunan fisik, wajib
melaporkan setiap 6 bulan sekali.
● Persetujuan prinsip batal apabila: setelah jangka waktu
3 tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 tahun perpanjangan,
pemohon belum menyelesaikan pembangunan fisik
Tata Cara Pemberian Persetujuan Prinsip
1. Diajukan kepada: Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas
kesehatan provinsi
2. Wajib mengajukan permohonan persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala
Badan terlebih dahulu
3. Mengajukan kelengkapan berkas yang terlampir
pada permenkes No 1799/MENKES/PER/XII/2010
4. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal
paling lama dalam waktu 14 hari kerja setelah
permohonan diterima atau menolaknya.
Permohonan Izin Industri Farmasi
1. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh
direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu
dengan kelengkapan yang sudah terlampir pada permenkes No
1799/MENKES/PER/XII/2010
2. Diajukan kepada: Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan
dan kepala dinas kesehatan provinsi setempat
3. Mekanisme: Pengajuan surat permohonan izin industri farmasi → verifikasi
kelengkapan persyaratan administratif dan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOB → keluar rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif dan
CPOB → Penerbitan izin industri farmasi.
Penyelenggaraan
● Fungsi Industri Farmasi
1. sebagai pembuatan obat dan/atau bahan obat;
2. pendidikan dan pelatihan;
3. penelitian dan pengembangan.
● Perubahan alamat, penanggung jawab, atau
nama industri
wajib mengajukan permohonan perubahan izin kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan dan kepala dinkes provinsi
● Industri Farmasi yang menghasilkan obat dapat
mendistribusikan hasil produksinya langsung
kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik,
dan toko obat.
Pelaporan
● Industri Farmasi wajib menyampaikan laporan
industri secara berkala setiap 6 bulan dan 1 tahun.
● Laporan disampaikan paling lambat tanggal 15
Januari dan tanggal 15 Juli.

Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan terhadap pengembangan Industri Farmasi
dilakukan oleh Direktur Jenderal. Sedangkan
Pengawasan terhadap Industri Farmasi dilakukan oleh
Kepala Badan.
Pelanggaran
Pelanggaran dapat dikenakan sanksi
administratif berupa:
1. Peringatan secara tertulis;
2. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu
dan perintah untuk penarikan kembali obat;
3. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat,;
4. Penghentian sementara kegiatan;
5. Pembekuan izin industri farmasi; atau
6. Pencabutan izin industri farmasi.
03
Industri dan
Usaha Obat
Tradisional
Permenkes RI No. 006 Tahun 2012 Tentang
Industri dan Usaha Obat Tradisional
Landasan Hukum
Permenkes RI No. 006 Tahun 2012
01 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional

Peraturan BPOM No. 25 Tahun 2021


02 Tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat
Tradisional Yang Baik
Tujuan
Dalam rangka memberikan iklim
usaha yang kondusif bagi produsen obat
tradisional perlu dilakukan pengaturan industri
dan usaha obat tradisional dengan
memperhatikan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu
obat tradisional yang dibuat
Definisi Obat Tradisional
● Bahan atau ramuan bahan yang
berupa:
1. bahan tumbuhan,
2. bahan hewan,
3. bahan mineral,
4. sediaan sarian (galenik), atau
5. campuran dari bahan tersebut
● yang secara turun temurun telah
digunakan untuk pengobatan, dan
● dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat
● Pembuatan obat tradisional wajib
memenuhi pedoman CPOTB

Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional
Industri Obat Tradisional
Industri Obat Tradisional (IOT)
01 Definisi: industri yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional.

02 Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA)


Definisi: industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir.

Dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi
di lokasi yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.
Usaha Obat Tradisional
Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT)
01 Definisi: usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk
sediaan tablet dan efervesen.

Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT)


02 Definisi: usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel,
pilis, cairan obat luar dan rajangan

Diselenggarakan oleh badan usaha yang memiliki izin usaha


sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Usaha Obat Tradisional(2)
Usaha Jamu Racikan
03 Definisi: usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan
dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat
tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

Usaha Jamu Gendong


04 Definisi: usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat
tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan
langsung kepada konsumen
Perizinan
Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional
wajib:
1. Memiliki izin Menteri dan
2. Memenuhi peraturan penanaman modal
*kecuali usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak termasuk

Izin industri dan usaha obat tradisional berlaku


seterusnya selama:
1. industri dan usaha obat tradisional yang bersangkutan masih
berproduksi dan
2. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
Perizinan IOT & IEBA
● Untuk memperoleh izin pendirian IOT dan IEBA diperlukan
persyaratan salah satunya yaitu persetujuan prinsip.
● Izin IOT & IEBA: Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
● IOT & IEBA wajib memenuhi syarat dan memiliki
setidaknya 1 apoteker
● Mekanisme: Izin IOT & IEBA → Audit Pemenuhan Persyaratan
CPOTB → Verifikasi kelengkapan persyaratan administratif →
Keluar surat rekomendasi pemenuhan persyaratan → Terbit surat
izin IOT & IEBA

Persyaratan dapat dilihat dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012


Perizinan UKOT & UMOT
● Permohonan izin UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kepala Balai setempat
● UKOT wajib memenuhi syarat dan memiliki setidaknya
1 tenaga kefarmasian
● Permohonan Izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
● Mekanisme: Izin UKOT & UMOT → Pemeriksaan →
Pemberitahuan hasil pemeriksaan → Selesai

Persyaratan dapat dilihat dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012


Kewajiban
Industri dan Usaha Obat Tradisional
1. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu produk obat tradisional yang dihasilkan;
2. Melakukan penarikan produk obat tradisional
yang tidak memenuhi ketentuan keamanan,
khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran; dan
3. Memenuhi ketentuan peraturan perundangan
lain yang berlaku.
Larangan
Industri dan Usaha Obat Tradisional
Setiap industri dan usaha obat tradisional
dilarang membuat:
1. segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan
kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat;
2. obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata,
sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir;
dan/atau
3. obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang
mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1%.
Pelaporan
● IOT, IEBA, UKOT, dan UMOT wajib menyampaikan laporan
secara berkala setiap 6 bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang
digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi.
● Laporan IOT dan IEBA → Direktur Jenderal
tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
● Laporan UKOT → Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
tembusan kepada Kepala Balai setempat.
● Laporan UMOT → Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
tembusan kepada Kepala Balai setempat.

Pembinaan & Pengawasan


● Pembinaan IOT, IEBA, UKOT, dan UMOT dilakukan secara
berjenjang oleh Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
● Pengawasan produk dan penerapan persyaratan CPOTB dilakukan
oleh Kepala Badan
04
Registrasi Obat
Tradisional
Permenkes Nomor 007 Tahun 2012 tentang
Registrasi Obat Tradisional
Landasan Hukum
Registrasi Obat Tradisional

Registrasi Obat Tradisional diatur dalam


Permenkes No 07 Tahun 2012.

Tujuan: untuk melindungi masyarakat dari


peredaran obat tradisional yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu edar.
Tata Cara Registrasi Obat
Tradisional

Pengajuan registrasi obat tradisional


kepada Kepala Badan → Evaluasi
dokumen registrasi → Pemberian
izin edar → Tinjauan kembali →
Pelaksanaan izin edar → Evaluasi
kembali

Persyaratan dapat dilihat dalam Permenkes No. 007 Tahun 2012


5 Tipe Registrasi Obat Tradisional
1. Registrasi Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri
2. Registrasi Obat Tradisional Kontrak
3. Registrasi Obat Tradisional Lisensi
4. Registrasi Obat Tradisional Impor
5. Registrasi Obat Tradisional Khusus Ekspor
I. Registrasi Obat Tradisional
Produksi Dalam Negeri
hanya
Registrasi obat tradisional produksi dalam negeri
dapat dilakukan oleh IOT, UKOT, atau UMOT yang
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Registrasi Obat Tradisional
Kontrak
● Hanya dapat dilakukan oleh pemberi
kontrak dengan melampirkan dokumen
kontrak.
● Pemberi dan penerima kontrak
bertanggung jawab atas keamanan,
khasiat/manfaat, dan mutu obat tradisional
yang diproduksi berdasarkan kontrak.
● Pemberian kontrak dapat berupa IOT,
UKOT, atau UMOT yang memiliki izin
3. Registrasi Obat Tradisional Lisensi
Registrasi obat tradisional lisensi hanya dapat dilakukan
oleh IOT atau UKOT penerima lisensi yang memiliki izin.

4. Registrasi Obat Tradisional Impor


Registrasi obat tradisional impor hanya dapat dilakukan
oleh IOT, UKOT, atau importir obat tradisional yang
mendapat penunjukan keagenan dan hak untuk melakukan
registrasi dari industri di negara asal
5. Registrasi Obat Tradisional
Khusus Ekspor
dilakukan oleh
Registrasi obat tradisional khusus ekspor
IOT, UKOT, dan UMOT yang memiliki izin sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin Edar Obat Tradisional
● Izin edar merupakan syarat utama agar obat tradisional bisa dipasarkan
● Izin edar dapat diberikan setelah melalui registrasi obat tradisional dan berlaku
selama 5 tahun
● Izin edar harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. menggunakan bahan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu;
2. dibuat dengan menerapkan CPOTB
3. memenuhi persyaratan Farmakope Herbal Indonesia atau persyaratan lain;
4. berkhasiat yang dibuktikan secara empiris, turun temurun, dan/atau secara ilmiah;
5. penandaan berisi informasi yang objektif, lengkap, dan tidak menyesatkan.
Penghambat Dalam Mendapatkan
Izin Edar Obat Tradisional
Obat tradisional dilarang mengandung:
● Etil alkohol >1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran;
● Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik
berkhasiat obat;
● narkotika atau psikotropika; dan/atau bahan lain yang berdasarkan
pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian membahayakan
kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat dan/atau diedarkan dalam


bentuk sediaan:
● intravaginal;
● tetes mata;
● parenteral; dan
● supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
05
Warung
Obat Desa
Kepmenkes No 983 Tahun 2004
Warung Obat Desa
● Definisi: Warung Obat Desa (WOD) adalah
tempat dimana masyarakat pedesaan dapat
dengan mudah memperoleh obat bermutu
dan terjangkau untuk pengobatan sendiri.
● Tujuan: untuk memudahkan pelayanan dan
ketersediaan obat kepada masyarakat
pedesaan, melalui peran serta aktif
masyarakat, perlu diselenggarakan Warung
Obat Desa;
Landasan Hukum
Warung Obat Desa
Registrasi Obat Tradisional diatur dalam
Kepmenkes No 983 Tahun 2004 tentang
pedoman penyelenggaraan warung obat desa.
Pendirian Warung Obat Desa
1. Kepala desa menunjuk penyelenggara WOD
Syarat: minimal tamat sekolah dasar dan berkelakuan baik.
2. Penyelenggara mengikuti Pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat
WOD.
3. Penyelenggara mengikuti Pelatihan Penggunaan Obat dan Pelatihan
Pengelolaan Usaha WOD.
4. Penyelenggara WOD meminta Kredit Layak Tanpa Agunan (KLTA)
melalui Bank Mandiri, BNI, atau BRI.
5. Kepala desa dan penyelenggara menentukan lokasi WOD.
6. Puskesmas memberi bantuan teknis untuk pengelolaannya.
Hubungan WOD dengan Posyandu,
Puskesmas dan Sarana Kesehatan lain

Sumber: Kepmenkes No 983 Tahun 2004


Sistematika Pengelolaan dan
Penggunaan Obat WOD
1. Pengelolaan Obat
● Pengadaan obat harus mengacu pada daftar obat WOD (berisi obat bebas, bebas
terbatas, kontrasepsi oral dan jamu)
● Penyimpanan dan Penyerahan Obat mengacu pada pedoman pengelolaan obat WOD.
2. Penggunaan Obat
● Obat digunakan untuk penyakit yang sering diderita masyarakat setempat.
● Pengobatan bersifat simptomatik.
● Bila tidak ada perubahan dianjurkan ke puskesmas.
3. Pembinaan dan Pengawasan
● Dilakukan oleh dokter Puskesmas melalui pelatihan, kunjungan rutin serta pelaporan
penggunaan obat secara berkala.
06
Apotek
Rakyat
Permenkes RI No. 284 Tahun 2007
Tentang Apotek Rakyat
Definisi Apotek Rakyat
Sarana kesehatan tempat
dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian dimana
dilakukan penyerahan obat
dan perbekalan kesehatan,
dan tidak melakukan
peracikan.
Apotek Rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik
Landasan Hukum
Permenkes RI No. 284 Tahun 2007
01 Tentang Apotek Rakyat

Perizinan:
● Setiap orang/badan usaha dapat mendirikan Apotek Rakyat
● Izin apotek rakyat:
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat
● Apotek rakyat harus memiliki:
1 orang Apoteker dan dapat dibantu oleh Asisten Apoteker
Pedagang Obat Eceran→Apotek Rakyat
● 1 atau gabungan max. 4 Pedagang obat
eceran dapat merubah statusnya menjadi
Apotek Rakyat
● Jika terjadi perubahan status maka
pedagang obat eceran harus:
1. Mempunyai ikatan kerjasama dalam bentuk
badan usaha/bentuk lainnya
2. Letak lokasi pedagang eceran obat
berdampingan, yang memungkinkan dibawah
satu pengelolaan
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI No 1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. [Online].
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129885/permenkes-no-1799menkesperxii2010-tahun-2010.
Diakses pada 17 September 2022.
Permenkes RI No 16 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. [Online].
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129892/permenkes-no-16-tahun-2013. Diakses pada 17
September 2022.
Permenkes RI No 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. [Online].
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129885/permenkes-no-1799menkesperxii2010-tahun-2010.
Diakses pada 17 September 2022.
Permenkes RI No 0983 Tahun 2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Warung Obat Desa. [Online].
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129885/permenkes-no-0983menkesperxii2010-tahun-2010.
Diakses pada 17 September 2022.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 Tentang
Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat.
Permenkes RI No. 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. [Online].
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/129888/permenkes-no-6-tahun-2012. Diakses pada 17
September 2022.
Peraturan BPOM No. 25 Tahun 2021 Tentang Penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. [Online].
https://jdih.pom.go.id/download/product/1308/25/2021. Diakses pada 17 September 2022.
Permenkes RI No. 284 Tahun 2007 Tentang Apotek Rakyat. [Online].
https://www.iai.id/uploads/libraries/Permenkes_No.284_thn_2007_ttg_Apotek_Rakyat.pdf. Diakses pada
17 September 2022.
THANK YOU
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik
QnA
1. Eko : Apakah ada penilaian dan sertifikasi khusus kepada penyelenggara
sebagai syarat layak menjadi penyelenggara WOD? Jika terjadi
kesalahan siapa yang lebih bertanggung jawab? Dan sanksinya apa?
2. Asmira : Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi peredaran obat
luar dalam kategori obat keras yang belum memiliki izin edar tetapi
bebas diperjualbelikan secara online?
3. Vera : Di indonesia WOD sudah diselenggarakan dimana? Dan
bagaimana hasil dari penyelenggaraannya?
4. Nola : Isu mengenai penggunaan obat narkotika yang banyak diperlukan
untuk penyembuhan penyakit, namun obat tersebut masih sulit
didapatkan, apakah terdapat kendala dalam melakukan registrasi obat?
5. Ajeng : Apakah pada registrasi obat sudah termasuk tahapan uji klinis
tersebut atau bagaimana ?

Anda mungkin juga menyukai