DISUSUN OLEH :
PMKNo.
PMK No.1010
1010Tahun
Tahun2008
2008Tentang
TentangRegistrasi
RegistrasiObat
Obat
Kategori Obat :
1. RegistrasiBaru
a. Kategori 1: Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi,
termasuk Produk Biosimilar
1) Registrasi Obat Baru dengan Zat Aktif baru, atau Produk
Biologi,
2) Registrasi Obat Baru atau Produk Biologi dengan
kombinasi baru,
3) Registrasi Obat Baru atau Produk Biologi dengan bentuk
sediaan baru atau kekuatan baru,
4) Registrasi Obat Baru atau Produk Biologi dengan rute
pemberian baru
5) Registrasi Produk Biosimilar.
b. Kategori 2: Registrasi Obat Generik dan Obat Generik
Bermerek, meliputi:
1) Registrasi Obat Generik dan Obat Generik Bermerek
yang memerlukan uji klinik,
2) Registrasi Obat Generik dan Obat Generik Bermerek
yang tidak memerlukan uji klinik.
c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat
dengan teknologi khusus, dapat berupa transdermal patch,
implant, dan beads.
Kategori Obat :
1. Obat Baru
2. Produk Biologi,
3. Produk Biosimilar
4. Obat Generik
5. Obat generik Bermerek
6. Obat dengan teknologi khusus
(PerKa BPOM 24/2017 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat)
1. Tahap Praregitrasi
a. Mengisi Formulir
b. Menyerahkan bukti pembayaran biaya praregistrasi
c. Melampirkan dokumen praregistrasi
2. TahapRegistrasi
a. Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri
Syarat : memiliki izin Industri Farmasi dan memiliki
sertifikat CPOB
b. Registrasi Obat Kontrak Produksi Dalam Negeri Syarat :
memiliki izin Industri Farmasi, memiliki fasilitas produksi
yang telah memenuhi persyaratan CPOB dan memiliki
dokumen perjanjian kontrak.
c. Registrasi Obat Impor
Syarat : mendapat persetujuan tertulis dari industri farmasi
di luar negeri.
d. Registrasi Narkotika
Syarat : Pendaftar yang memiliki izin khusus untuk
memproduksi Narkotika dari Menteri Kesehatan
e. Registrasi Obat Lisensi
Syarat : memiliki izin Industri Farmasi dan memiliki
sertifikat CPOB
f. Registrasi Obat Khusus Ekspor
Syarat : memiliki izin Industri Farmasi dan memiliki
sertifikat CPOB
g. Registrasi Obat yang Dilindungi Paten
Syarat: Dilakukan oleh pendaftar pemilik hak paten dan
Pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik hak paten.
h. Registrasi Obat Pengembangan Baru
Syarat : Registrasi Obat dengan tahapan uji klinik yang
dilakukan harus melalui penilaian Obat Pengembangan
Baru.
i. Registrasi Obat Generik
Syarat : Pendaftar sudah memiliki Obat Generik Bermerek
dengan Zat Aktif yang sama, Obat Generik yang
diregistrasi harus dibuat dengan Formula,sumber
bahan baku, spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi
j. Registrasi Orphan Drug
Syarat : registrasi ini diatur secara khusus dengan Peraturan
Kepala Badan.
Catatan :
1. Pengajuan registrasi dalam negeri hanya dilakukan oleh
industri farmasi yang memiliki izin indutri farmasi yang
dikeluarkan oleh Menteri, sedangkan registrasi obat impor
dilakukan oleh industri farmasi dalam negeri yang mendapat
persetujuan tertulis dari industry farmasi di luar negeri.
2. Semua persyaratan diatas diajukan oleh Registation Officer
kepada Kepala Badan (Tahap Praregistrasi)
3. Dilakukan evaluasi berkas oleh KomNas penilai Obat
4. Mendapatkan Surat Rekomendasi dari KomNas Penilai Obat
5. Disetujui/Ditolak Oleh Kepala Badan
6. Jika di setujui akan dikeluarkannya Izin Edar
Persyaratan:
1. Obat Produksi Dalam Negeri
a. Memiliki izin Industri Farmasi;dan
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi.
2. Obat Kontrak Produksi Dalam Negeri
a. Memiliki izin Industri Farmasi;
b. Memiliki paling sedikit 1 (satu) fasilitas produksi yang
telah memenuhi persyaratan CPOB; dan
c. Memiliki dokumen perjanjian kontrak.
3. Obat Impor
a. Harus dilengkapi dengan justifikasi bahwa Obat yang
bersangkutan tidak dapat diproduksi di Indonesia.
b. Harus mendapatkan persetujuan tertulis dari industri
farmasi di luar negeri,yaitu:
1) Izin industri farmasi dari otoritas negarasetempat;
2) Sertifikat cpob yang masih berlaku atau dokumen lain
yang setara yang dikeluarkan oleh otoritaspengawas
obat setempat dan/atau otoritas pengawas obat negara
lain;dan
3) Laporan hasil inspeksi terakhir dan perubahan terkait
paling lama 2 (dua) tahun yang dikeluarkan oleh
otoritas pengawas obat setempat dan/atau otoritas
pengawas obat negara lain.
4. Obat Narkotika
Harus memiliki izin khusus untuk memproduksi Narkotika
dari Menteri Kesehatan.
5. Obat lisensi
a. Memiliki izin IndustriFarmasi;
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi; dan
c. Memiliki dokumen perjanjian lisensi.
6. Obat Impor khusus ekspor
a. Memiliki izin Industri Farmasi;
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi;dan
c. Mendapatkan persetujuan tertulis dari industri farmasi
di luarnegeri.
7. Obat yang dilindungi Paten
a. Harus dibuktikan dengan sertifikat paten.
8. Obat Generik pertama
a. Informasi tanggal berakhirnya masa perlindungan paten
dari instansi yang berwenang;dan
b. Data ekivalensi dan/atau data lain untuk menjamin
kesetaraan khasiat, keamanan danmutu.
Proses Registrasi
a. Tahap praregistrasi;dan
b. Tahap registrasi.
5. SDM YANG Menteri, Kepala Badan, Komite Nasional Penilai Obat, Panitia
DIPERLUKAN Penilai Khasiat-Keamanan dan Panitia Penilai Mutu, Teknologi,
Penandaan dan Kerasionalan Obat, Registation officer/pemohon.
6. DOKUMEN YANG
DIPERLUKAN (PerKa BPOM 24/2017 Tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat)
Dokumen registrasi:
1. Dokumen administratif, Informasi Produk dan Label.
2. Dokumen mutu.
3. Dokumen nonklinik
4. Dokumen klinik.
7. RINCIAN
TAHAPAN PMK 1010 Tahun 2008
KEGIATAN YANG
1. Registrasi diajukan kepada Kepala Badan
ADA
2. Kriteria dan tata laksana registrasi ditentukan Kepala Badan
3. Terhadap registrasi dikenakan biaya
4. Dokumen registrasi yang sudah memenuhi syarat dievaluasi
sesuai kriteria pada pasal 4.
5. Dalam evaluasi dibentuk Komite Nasional Penilai Obat,
Panitia Penilai Khasiat – Keamanan, Panitia Penilai mutu,
Teknologi, Penandaan dan Kerasionalan Obat (Tugasnya di
tentukan oleh Kepala Badan)
6. Kepala Badan memberikan izin edar berdasarkan rekomendasi
Komite Nasional Penilai Obat, Panitia Penilai Khasiat –
Keamanan, Panitia Penilai mutu, Teknologi, Penandaan dan
Kerasionalan Obat.
7. Kepala badan melaporkan izin edar yang dimaksud kepada
Menteri satu tahun sekali.
8. ASPEK YANG 1. Pegajuan Izin Edar Obat diajukan Kepada Badan POM
BERBEDA DAN sedangkan PKRT kepada Kementrian Kesehatan.
PENJELASAN 2. Registrasi obat disertasi sertifikat CPOB dari Kepala Badan,
sedangkan PKRT tidak disertai Sertifikat CPOB, tetapi
menggunakan sertifikat produksi.
3. Pengajuan Registrasi Obat kepada Kepala Badan sedangkan
PKRT diajukan kepada Kementrian Kesehatan
4. Permohonan izin edar obat tidak dapat dilakukan secara
online, sedangkan PKRT dapat dilakukan secara online.
9. ASPEK YANG
SAMA DAN 1. Izin Edar Obat dan PKRT sama-sama dalam bentuk Registrasi
PENJELASAN 2. Cepat atau lambatnya keputusan hasil izin
edar dipengaruhi oleh kategori produk yang didaftarkan.
B. PRODUKSI OBAT
PP No 72 Tahun 1998
Pasal 3:
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi oleh
badan usaha yang telah memiliki izin usaha industri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PERSYARATAN
4. DAN PROSES Pasal 4:
PRODUKSI 1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak
berlaku bagi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional
yang diproduksi oleh perorangan.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai produksi sediaan farmasi
yang berupa obat tradisional oleh perorangan diatur oleh
Menteri.
Pasal 5
1. Produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilakukan
dengan cara produksi yang baik.
2. Cara produksi yang baik sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 3
1. Industri Farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan
obat dan/atau bahan obat untuk:
a. Semua tahapan; dan/atau
b. Sebagian tahapan.
2. Industri Farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan
obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut
produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3. Produk hasil penelitian dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan proses pembuatan
sebagian tahapan oleh Industri Farmasi di Indonesia.
Pasal 4
1. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin
industri farmasi dari Direktur Jenderal.
2. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat
yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh
izin khusus untuk memproduksi.
PP No. 72 Tahun
1998Tentang Pengamanan Sediaan
NO ASPEK PKRT
1. REFERENSI YANG 1. UU 25/2009 Tentang Pelayanan Publik
DIPAKAI 2. UU 36/2009 Tentang Kesehatan
3. PP 72/1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan
4. PP 21/2013 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementrian
Kesehatan
5. PMK NO.1189/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Produksi
Alat Kesehatan Dan PKRT
6. PMK NO. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Edar
Alat Kesehatan Dan PKRT
7. PMK No. 62 Tahun 2017 tentang Izin Edar Alat Kesehatan,
Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro Dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga
8. Peraturan KaBPOM HK02.03/1/769/’14(BINFAR)Tentang
pedoman pelayanan izin edar perbekalan kesehatan rumah
tangga
2. DEFINISI KATA 1. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang selanjutnya
KUNCI disingkat PKRT adalah alat, bahan, atau campuran bahan
untuk pemeliharaan dan perawatan untuk kesehatan manusia,
yang ditujukan untuk penggunaan di rumah tangga dan
fasilitas umum.
2. Produk Rekondisi/ produk remanufacturing adalah produk
yang diproduksi dari produk alat kesehatan bukan baru yang
diperlakukan sebagai bahan baku dengan persyaratan produksi
sesuai standar awal.
3. Perusahaan adalah bahan usaha yang memproduksi atau
menyalurkan alat kesehatan dan/atau memproduksi perbekalan
kesehatan rumah tangga.
4. Perusahaan rumah tangga adalah perusahaan yang
memproduksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga tertentu dan dengan fasilitas sederhana yang tidak akan
menimbulkan bahaya bagi pengguna, pasien, pekerja dan
lingkungan.
5. Izin Edar adalah izin untuk Alat Kesehatan, Alat Kesehatan
Diagnostik In Vitro dan PKRT yang diproduksi oleh
Produsen, dan/atau diimpor oleh PAK atau importir yang akan
diedarkan di wilayah Negara Republik Indonesia, berdasarkan
penilaian terhadap keamanan, mutu, dan kemanfaatan.
6. Surat keterangan impor adalah izin kepada perusahaan yang
memasukan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga yang tidak memiliki registrasi ke dalam wilayah
republic Indonesia untuk kepentingan tertentu sesuai ketentuan
berlaku.
7. Surat keterang izin ekspor adalah izin yang diberikan
kepada perusahaan yang memproduksi alat kesehatan dan/atau
perbekalan kesehatan rumah tangga khusus utnuk ekspor dan
tidak diedarkan di wilayah republik Indonesia.
8. Mutu adalah ukuran kualitas produk yang dinilai dari cara
pembuatan yang baik dan menggunakan bahan dengan
spesifikasi yang sesuai dan memenuhi persyaratan yng
ditentukan.
9. Penandaan adalah etiket/ label, brosur atau bentuk pernyataan
lainnya yang ditulis, dicetak, atau Digambar, berisi informasi
penting yang disertakan pada atau berhubungan dengan alat
kesehatan dan/atau perbekalan kesehatan rumah tangga.
10. Etiket / label adalah tanda yang berupa tulisan, dengan atau
tanpa gambar, yang dilekatkan , dicetak, diukir, dicantumkan
dengan cara apapun pada wadah atau pembungkus.
11. Sertifikat Produksi adalah sertifikat untuk memproduksi Alat
Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT.
12. Produksi adalah kegiatan membuat, memproses, mengemas,
dan/atau merakit untuk menghasilkan Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT.
13. Produsen adalah perusahaan berbentuk badan usaha yang
memiliki Sertifikat Produksi untuk memproduksi termasuk
merakit dan/atau mengemas ulang Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT di dalam negeri.
14. Pabrikan adalah perusahaan di luar negeri yang memproduksi
Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan
PKRT yang telah memenuhi sistem manajemen mutu.
15. Prinsipal adalah Pabrikan atau perwakilan di luar negeri yang
ditunjuk dan diberi kuasa oleh Pabrikan atau Pemilik Produk
untuk menunjuk PAK atau Importir PKRT di Indonesia.
16. Pemilik Produk adalah perusahaan berbentuk badan hukum
atau badan usaha baik sebagai pemilik formula, desain, nama
dagang atau merek.
17. Penyalur Alat Kesehatan yang selanjutnya disingkat PAK
adalah perusahaan berbentuk badan hukum berupa Perseroan
Terbatas atau Koperasi yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, dan Penyaluran Alat Kesehatan dan Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro.
18. Importir PKRT adalah perusahaan berbentuk badan usaha
yang memiliki izin untuk Impor PKRT.
19. Makloon adalah pelimpahan sebagian atau seluruh kegiatan
pembuatan Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In
Vitro dan PKRT dari Produsen Pemilik Produk yang memiliki
Sertifikat Produksi kepada Produsen lain yang telah memiliki
Sertifikat Produksi.
20. Original Equipment Manufacturer yangselanjutnya disingkat
OEM adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh
Produsen/Pabrikan berdasarkan permintaan dari PAK atau
Perusahaan PKRT sebagai Pemilik Produk dengan
menggunakan merek dagang dari Pemilik Produk.
21. Agen Tunggal/Distributor Tunggal/Distributor Eksklusif
adalah PAK atau Importir PKRT yang ditunjuk oleh pihak
Produsen atau Pabrikan atau Prinsipal sebagai wakilnya untuk
mendaftarkan dan menyalurkan Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia serta melaksanakan pelayanan
purna jual dari Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In
Vitro dan PKRT dimana penunjukan tersebut dilakukan
berdasarkan perintah/pemberian kuasa dengan memberikan
batas-batas kewenangan tertentu dalam bertindak untuk dan
atas nama Produsen atau Pabrikan atau Prinsipal.
22. Perakitan adalah rangkaian kegiatan untuk membentuk Alat
Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT dari
produk terurai, setengah jadi, dan/atau dengan komponen
penyusun berasal dari komponen lokal dan/atau komponen
Impor.
23. Pengemasan Ulang adalah rangkaian kegiatan membuat suatu
produk, yang meliputi pembungkusan, pemberian label dan
penandaan, tanpa merubah bahan baku/formula, spesifikasi
dan kegunaan produk.
24. Sertifikat Bebas Jual (Certificate of Free Sale) yang
selanjutnya disingkat CFS adalah surat keterangan yang
dikeluarkan oleh instansi berwenang dari suatu negara yang
menerangkan bahwa Alat Kesehatan, Alat Kesehatan
Diagnostik In Vitro dan PKRT sudah mendapatkan Izin Edar
dan sudah bebas jual di negara tersebut.
25. Impor adalah kegiatan memasukkan Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT kedalam daerah
pabean.
26. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT dari daerah pabean.
27. Penandaan adalah keterangan objektif, lengkap, dan tidak
menyesatkan dalam bentuk gambar, warna, tulisan atau
kombinasi antara atau ketiganya atau bentuk lainnya yang
disertakan pada kemasan atau dimasukkan dalam kemasan,
atau merupakan bagian dari wadah dan/atau kemasannya.
28. Kejadian yang Tidak Diinginkan yang selanjutnya disingkat
KTD adalah kegagalan fungsi, penurunan karakteristik/kinerja
atau kesalahan penggunaan Alat Kesehatan dan Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro, yang dapat menyebabkan atau
memberikan kontribusi terhadap kematian, atau cedera pada
kesehatan pasien atau orang lain.
3. JENIS / KATEEGORI (PMK No.62 Tahun 2017)
PRODUK
1. Kategori PKRT Dalam Rangka Registrasi:
a. PKRT Produk Dalam Negeri
b. PKRT Produk Impor
2. Klasifikasi PKRT
a. Kelas I ( Resiko Rendah)
PKRT yang pada penggunaannya tidak menimbulkan
akibat yang berarti seperti,korosif, karsinogenik. Contoh :
Kapas,tissue.
3. Kategori PKRT Dalam Rangka Registrasi:
c. PKRT Produk DalamNegeri
d. PKRT Produk Impor
4. Klasifikasi PKRT
b. Kelas I ( Resiko Rendah)
PKRT yang pada penggunaannya tidak menimbulkan
akibat yang berarti seperti,korosif, karsinogenik. Contoh :
Kapas, tissue.
c. Kelas II (Resiko sedang)
PKRT yang pada penggunaannya dapat menimbukan
akibat seperti iritasi,korosif tapi tidak menimbulkan akibat
serius seperti karsinogenik. Contoh : Detergen, Alkohol.
d. Kelas III ( Resiko Tinggi)
PKRT yang mengandung Pestisida dimana pada
penggunaannya dapat menimbulkan akibat serius seperti
karsinogenik. Contoh : Anti nyamuk bakar, repelan.
4. PERSYARATAN (PMK No.62 Tahun 2017)
DAN PROSES
REGISTRASI Persyaratan PKRT harus memenuhi :
1. Persyaratan Administrasi
a. Permohonan pendaftaran
b. Sertifikat Produksi
c. Surat kuasa sebagai Agen Tunggal /
Distributor Tunggal / Distributor Eksklusif
d. Certificate of Free Sale (CFS) dari lembaga yang
berwenang (produk Impor)
e. Dokumen quality management system (ISO 9001, GMP)
f. Sertifikat merek (jika ada)
2. Persyaratan Teknis
a. Informasi Produk
1) Material, formulasi, uraian produk, deskripsi, dan
fiturproduk
2) Standar dan ProsesProduksi
b. Persyaratan Spesifikasi dan Jaminan Mutu
1) Spesifikasi Bahan Baku danMSDS
2) Spesifikasi Kemasan
3) Hasil Pengujian Laboratorium (Certificate of
Analysis (CoA), uji stabilitas)
c. Persyaratan Khusus
Izin dari Kementerian Pertanian sebagai Pestisida
Rumah Tangga
d. Persyaratan Penandaan
e. Contoh dan penjelasan penandaan
f. Petunjuk penggunaan, peringatan, perhatian, dan
keteranganlain
g. Data pendukung klaim
Proses Registrasi:
1. Permohonan izin edar dilakukan secara online melalui portal
Indonesia National Single Window atau situs web
regalkes.kemkes.go.id
2. Permohonan dilengkapi dengan persyaratan administrasi dan
teknis
3. Direktur jenderal melakukan penelitian dan verifikasi
persyaratan.
4. Jangka waktu penilaian dan verifikasi PKRT dalam negri
dilakukan palinglama,
a. Kelas I : 10 (sepuluh) hari
b. Kelas II : 20 (dua puluh) hari
c. Kelas III : 30 (tiga puluh) hari
5. Jangka waktu penilaian dan verifikasi PKRT Impor dilakukan
paling lama:
a. Kelas I : 15 (lima belas) hari
b. Kelas II : 30 (tiga puluh ) hari
c. Kelas III : 45 (empat puluh) hari
6. Direktur Jenderal menerbitkan surat penerimaan ataupun
penolakan.
7. Izin edar diterbitkan dalam bentuk elektronik.
5. SDM YANG Pimpinan Perusahaan, penanggung jawab Teknis, Direktur
DIPERLUKAN Jenderal, Kementrian Kesehatan
6. DOKUMEN YANG 1. Surat kuasa sebagai Agen Tunggal/Distributor
DIPERLUKAN Tunggal/Distributor Eksklusif
2. Certificate of Free Sale (CFS) dari lembaga yang
berwenang (produk Impor)
3. Dokumen quality management system (ISO 9001,GMP)
4. Sertifikat merek (jika ada)
5. Hasil Pengujian Laboratorium (Certificate ofAnalysis
(CoA), uji stabilitas)
C. PRODUKSI PKRT