FARMAKOKINETIKA TERAPAN
Sediaan Lepas Lambat
Disusun Oleh :
Kelompok B-9
Fakultas Farmasi
2019
Kata Pengantar
Puji syukur hanya milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan yang berjudul Sediaan Lepas Lambat. Dalam
makalah ini kami menguraikan berbagai mekanisme pelepasan obat pada sediaan lepas lambat
yaitu difusi, disolusi dan osmosis. Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Anita Sukmawati, Ph.D., Apt. selaku dosen mata kuliah Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik moril
maupun materil.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami cukup menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Aamiin.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan pasti
banyak yang harus dipelajari, tetapi kali ini kami akan membahas Sediaan Lepas
Lambat dengan menguraikan berbagai mekanisme pelepasan obat pada sediaan lepas
lambat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pertanyaan terkait
Sediaan Lepas Lambat, yaitu :
a. Mekanisme difusi sediaan lepas lambat
b. Mekanisme disolusi sediaan lepas lambat
c. Mekanisme osmosis sediaan lepas lambat
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIFUSI
Sistem difusi dicirikan oleh kecepatan pelepasan zat aktif yang bergantung
pada difusi melalui suatu sawar membran inert. Sawar biasanya berupa polimer yang
tidak larut. Terdapat dua sub golongan sistem difusi yaitu sistem reservoir dan sistem
matriks.
a) Sistem Reservoir , dicirikan inti zat aktif yang dikelilingi oleh suatu membran
polimer. Sifat membran menentukan kecepatan pelepasan zat aktif dari sistem.
Beberapa produk tablet lepas lambat bekerja dengan mekanisme difusi yang
merupakan proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.Hukum difusi Fick pertama menyatakan bahwa zat aktif
berdifusi melintasi suatu membran mengarah ke area yang memiliki konsentrasi
lebih kecil dengan J adalah perubahan zat aktif terus menerus yang dinyatakan
dalam jumlah/waktu area. (Gambar 1.1)
C = konsentrasi
X = jarak
Gambar 1.2 Pengendalian difusi pelepasan
zat aktif oleh polimer yang tidak larut dalam
air.
Jika polimer tidak larut air, parameter penting adalah kelarutan zat aktif dalam
membran karena memberikan peningkatan gaya penggerak untuk difusi, sehingga
merupakan faktor penting yang mendorong terjadinya difusi melintas membran.
b) Sistem Matriks, terdiri atas zat aktif yang terdispersi homogen dalam
keseluruhan matriks polimer.
Gambar 1.4 Sistem difusi matriks
(a) Sebelum melepaskan zat aktif (waktu=0)
(b) Setelah melepaskan zat aktif(waktu=t)
Zat aktif yang ada di lapisan luar yang terpajan larutan tangas mula-mula terlarut
dan kemudian terdifusi keluar matriks. Selanjutnya antar muka larutan tangas dan zat
aktif padat bergerak ke arah bagian dalam. Agar sistem difusi terkendali, laju disolusi
partikel-partikel zat aktif di dalam matriks harus jauh lebih cepat daripada laju difusi
zat aktif terlarut meninggalkan matriks.
B. DISOLUSI
Gambar 2.1
Zat aktif yang memiliki laju disolusi lambat hampir dapat dipastikan akan
menunjukkan sifat lambat karena pelepasan zat aktif dibatasi oleh laju disolusi.
Berdasarkan hal ini, suatu sediaan lepas lambat dapat dibuat dengan menurunkan laju
disolusi zat aktif. Inilah sasaran yang ingin dicapai dalam mendesain sistem disolusi
terkendali. Pendekatan yang dilakukan untuk mencapai hal ini antara lain dengan
membuat garam atau turunan yang sesuai, menyalut zat aktif dengan bahan yang larut
lambat, atau memformulasi zat aktif dalam bentuk tablet dengan pembawa yang
memiliki larutan lambat.
Sistem inilah yang paling umum digunakan untuk memproduksi bentuk sediaan
salut enterik. Untuk melindungi lambung dari efek zat aktif (misalnya aspirin)
digunakan salut yang dapat melarut dalam media netral atau alkali. Dengan cara ini
pelepasan zat aktif dihambat sampai sediaan mencapai pH usus yang lebih tinggi.
Sediaan salut enterik sebenarnya tidak bersifat lepas lambat, tetapi berfungsi
mengarahkan pelepasan zat aktif ke tempat yang spesifik.
Sistem disolusi terkendali dapat dibuat menjadi sistem lepas lambat dengan
cara yang berbeda. Dengan membentuk lapisan-lapisan zat aktif yang disalut dengan
lapisan pengendali kecepatan. Jika lapisan bagian luar dengan cepat melepaskan dosis
bolus dari zat aktif, konsentrasi awal zat aktif dalam tubuh dapat ditetapkan sebelum
waktu denyut selanjutnya. Walaupun bukan merupakan sistem pelepasan terkendali
yang sesungguhnya, sistem ini menghasilkan efek biologis yang mirip. Metode pilihan
yang dapat digunakan adalah dengan memberikan zat aktif dalam bentuk sekelompok
butiran obat yang memiliki ketebalan salut yang berbeda-beda. Sehingga pelepasan
zat aktif terjadi secara bertahap. Untuk butiran obat dengan salut paling tipis akan
menjadi dosis awal.
Proses disolusi ini dianggap sebagai proses difusi terkendali. Proses ini
memperhitungkan kecepatan difusi dari permukaan solid kelarutan ruah melalui suatu
selaput tipis cair yang tidak diaduk sebagai tahap penetapan kecepatan.
C. OSMOSIS
Gambar 3.2 Model pelepasan asetazolamide dari dasar system terapetik pompa
osmotik
Frekuensi efek samping yang dialami oleh penderita yang menggunakan system
terapetik pencernaan jauh lebih kecil daripada pemakaian tablet konvensional
(Gambar 3.3). Bila sistem terapetik ini dibandingkan tablet biasa 250 mg yang
diberikan dua kali sehari, tekanan ocular secara efektif terkendali oleh sistem osmotik.
Kadar asetazolamida dalam darah yang menggunakan sistem terapetik pencernaan
jauh di bawah kadar darah pada pemakaian tablet. Pada kenyataannya, indeks
terapetik obat naik pada penggunaan sistem terapetik. Penggunaan produk obat
pelepasan terkendali, yang melepaskan obat secara konstan dapat memberi harapan
untuk pemakaian banyak obat yang sebelumnya sering memberikan efek samping
yang merugikan sebab indeks terapetik obat yang dekat.
Gambar 3.3 Timbulnya keadaan mengantuk dan
kebingungan pada azetazolamida yang diberikan
dalam tiga aturan pemberian. Dibandingkan
sistem osmotik, terlihat pada tabel lebih sering
menimbulkan efek samping
BAB III
A. Kesimpulan
1. Beberapa produk tablet lepas lambat bekerja dengan mekanisme difusi yang merupakan
proses perpindahan molekul dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah.
2. Zat aktif yang memiliki laju disolusi lambat hampir dapat dipastikan akan menunjukkan
sifat lambat karena pelepasan zat aktif dibatasi oleh laju disolusi. Berdasarkan hal ini,
suatu sediaan lepas lambat dapat dibuat dengan menurunkan laju disolusi zat aktif.
3. Penempatan membran semipermeabel di sekeliling tablet, partikel atau larutan
obat, yang menyebabkan terbentuknya perbedaan tekanan osmotik antara bagian
dalam dan bagian luar tablet sehingga memompa larutan obat keluar dari tablet
melalui celah kecil dan memberikan sifat pelepasan obat yang diperlama.
Daftar Pustaka
Shargel, Leon., Sussana Wu Ponh, Andrew B.C. Yu. 2005. Biofarmasetika dan
Farmakokinetika Terapan. Edisi V. Terjemah Fasich dan Budi Suprapti. Surabaya:
Universitas Airlangga
Siregar, Charles J.P. 2008. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar–Dasar Praktis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.