PENYAKIT PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Meutia Dewi Safrida
2043700409
Pagi-C
2020/2021
INTERPRESTASI DATA LABORATORIUM
PASIEN PNEUMONIA
1. Nama : Maisaroh
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 67 th
4. Suku : Aceh
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jl. Peutua No.12 Jeulingke Banda Aceh
Pasien datang ke Rumah Sakit tanggal 15 Juli 2021 dalam keadaan mengeluh demam,
batuk berdahak kental, berkeringat, sesak napas diikuti nyeri dada ketika menarik napas, dan
mual muntah. Sesak dirasakan sudah hampir 1 bulan sebelum datang ke rumah sakit. Sesak
yang dirasakan pasien seperti tertekan beban berat pada dada sehingga membuat pasien susah
untuk bernafas. Sesak dikatakan awalnya terasa ringan namun semakin lama semakin berat
dan memburuk. Salah satu yang membuat menjadi makin berat adalah saat pasien menaiki
tangga dirumah, atau saat berjalan jauh.
Pasien juga mengeluh batuk yang sudah dirasakan berbarengan dengan sesak yang
dirasa, yaitu hampir 1 bulan. Batuk dikatakan hilang timbul, yang kadang disertai dengan
dahak berwarna putih. Pasien sempat membeli obat warung untuk mengatasi gejalanya,
namun 2 hari setelahnya gejalanya dianggap semakin berat sehingga mengeluarkan dahak
putih kekuningan. Karena batuk ini pasien mengaku susah untuk tidur malam.
Pasien juga mengaku demam dan berkeringat. Demam dikeluhkan 2 hari belakangan.
Demam dikatakan tidakterlalu tinggi tapi berlangsung sepanjang hari. Pasien mengatakan
tidak mengkonsumsi obat untuk menurunkan demam yang dirasakan.
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada 5 yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.
IV. Diagnosis
V. Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan keluhan sesak pertama kali dirasakan sekitar 1,5 tahun yang lalu.
Sesak dirasakan muncul saat beraktivitas agak beras sehingga membuatnya batuk yang
sesekali disertai oleh dahak. Selama 1,5 tahun keluahn sesak dan batuk muncul, pasien
beberapa kali ke dokter swasta dan membaik setelah diberikan obat-obatan.
VI. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
VIII. Pengobatan
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pnemunonia
dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia
komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan
pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi pada 48 jam atau lebih setelah dirawat
di rumah sakit.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Pneumonia komunitas yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak
disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif.
Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak adalah bakteri
gram negatif.
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronchial, dan friction rub.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala. Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia
komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor Patient Outcome Research
Team (PORT).
Hasil anamnesis yang didapatkan pada pasien ini, yaitu adanya sesak nafas. Pasien
mengeluh sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS, sesak nafas dirasakan terus menerus dan
tidak membaik. Pasien mengalami sesak nafas yang hilang timbul sejak 1 bulan SMRS. Saat
ini dirasakan semakin memburuk sehingga pasien ke rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
batuk selama hampir 1 bulan dan diserta dengan dahak berwarna putih kekuningan. Pasien
juga mengeluh demam dan berkeringat sejak 2 hari belakangan namun tidak mengukur suhu
dan meminum obat untuk menanganinya. Tidak ada anggota keluarga lain yang merasakan
gejala yang sama. Pasien sekarang tidak bekerja, hanya mengurus pekerjaan rumah yang
tidak berat.
Pemeriksaan menggunakan rontgen merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis pneumonia. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan rontgen
dengan kesan pneumonia. Sedangkan dari pemeriksaan AGD ditemukan hipoksemia sedang.
Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO 2) dapat menurun dan pada
stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
darah lengkap dengan hasil leukosit tingggi, dan pemeriksaan AGD pada pasien ini
didapatkan hipoksemia, hiponatremia, dan adanya asidosis respiratorik.
Berdasarkan hasil anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang, maka disimpulkan
bahwa pasien ini didiagnosis Pneumonia (Community Acquaired Pneumonia) PSI Class IV
karena telah ditemukan gejala batuk, sesak, demam dan telah dilakukan photo rontgen dengan
hasil sesuai dengan pneumonia. Pengobatan yang diberikan pada pasien ini meliputi
pemberian oksigen 8-10 lpm via facemask, IVFD NaCl 0,9% 20 tpm, Cefoperazone 1 g tiap
12 jam intravena, Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam intravena, dan N-acetylsistein 200mg tiap
8 jam per oral, ditambah dengan Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam intravena dan
Nebul Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) tiap 8 jam karena pasien
disertai dengan PPOK eksaserbasi akut.
X. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia dibedakan menjadi dua berdasarkan
tempat didapatkannya kuman, yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan
protozoa. Pneumonia sendiri menurut Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10
penyebab kematian utama di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala. Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan
tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Indonesia.
Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK UI
Task Force on CAP. Philippine Clinical Practice Guidelines on the Diagnosis, Empiric
Management, and Prevention of Community-acquired Pneumonia (CAP) in
Immunocompetent Adults. 2010