Anda di halaman 1dari 8

PROJECT INTERPRESTASI DATA LABORATORIUM

PENYAKIT PNEUMONIA

Dosen Pengampu : Dr. apt. Ida Paulina Sormin, M.Si

Disusun Oleh :
Meutia Dewi Safrida
2043700409
Pagi-C

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2020/2021
INTERPRESTASI DATA LABORATORIUM
PASIEN PNEUMONIA

I. Data Diri Pasien

1. Nama : Maisaroh
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 67 th
4. Suku : Aceh
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : IRT
7. Alamat : Jl. Peutua No.12 Jeulingke Banda Aceh

II. Keluhan Pasien

Pasien datang ke Rumah Sakit tanggal 15 Juli 2021 dalam keadaan mengeluh demam,
batuk berdahak kental, berkeringat, sesak napas diikuti nyeri dada ketika menarik napas, dan
mual muntah. Sesak dirasakan sudah hampir 1 bulan sebelum datang ke rumah sakit. Sesak
yang dirasakan pasien seperti tertekan beban berat pada dada sehingga membuat pasien susah
untuk bernafas. Sesak dikatakan awalnya terasa ringan namun semakin lama semakin berat
dan memburuk. Salah satu yang membuat menjadi makin berat adalah saat pasien menaiki
tangga dirumah, atau saat berjalan jauh.
Pasien juga mengeluh batuk yang sudah dirasakan berbarengan dengan sesak yang
dirasa, yaitu hampir 1 bulan. Batuk dikatakan hilang timbul, yang kadang disertai dengan
dahak berwarna putih. Pasien sempat membeli obat warung untuk mengatasi gejalanya,
namun 2 hari setelahnya gejalanya dianggap semakin berat sehingga mengeluarkan dahak
putih kekuningan. Karena batuk ini pasien mengaku susah untuk tidur malam.
Pasien juga mengaku demam dan berkeringat. Demam dikeluhkan 2 hari belakangan.
Demam dikatakan tidakterlalu tinggi tapi berlangsung sepanjang hari. Pasien mengatakan
tidak mengkonsumsi obat untuk menurunkan demam yang dirasakan.

III. Manifestasi Klinis

Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada 5 yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.
IV. Diagnosis

Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,


pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah
b. Perubahan karakteristik dahak/purulen
c. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
e. Leukosit > 10.000 atau < 4500

Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan


menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient Outcome Research
Team (PORT). Berikut adalah tabel skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT :

Tabel 1. Skor Pneumonia Komuniti berdasarkan PORT

V. Riwayat Penyakit

Pasien mengatakan keluhan sesak pertama kali dirasakan sekitar 1,5 tahun yang lalu.
Sesak dirasakan muncul saat beraktivitas agak beras sehingga membuatnya batuk yang
sesekali disertai oleh dahak. Selama 1,5 tahun keluahn sesak dan batuk muncul, pasien
beberapa kali ke dokter swasta dan membaik setelah diberikan obat-obatan.
VI. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN HARGA NORMAL


BGA paket elektrolit
O2 saturasi (SO2) 98.7 % 94-98
Suhu 37.5 C 36.5-37.5
F1O2 53
Ph 7.369 Mmol 7.35-7.45
PCO2 65.8 Mmol 35-45
PO2 148.8 Mmol 80-100
Total CO2 Plasma (TCO2) 24.4 Mmol 24-31
Base Excess (Beb) -1.8 Mmol 0-1.25
A-aDO2 Mmol 0-2.1
O2 cap Mmol 10-20
O2 ct Mmol Negatif
HCO3 23.3 Mmol 22-36
Natrium 136.7 Mmol 135-148
Kalsium 3.95 Mmol 3.5-5.3
Ca 0.50 Mmol 1.15-1.27

Tabel 2. Tabel Hasil Data Laboratorium Elektrolit

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN HARGA NORMAL KET


Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.7 g/dl 12-16
Leukosit 16.790 H /ul 4.800-10.000
LED 35 H /mm 0-20
Hitung Jenis Sel
Eosinofil % 10.9 H % 1-3
Basofil % 0.2 % 0-1
Neufrotil batang % 0L % 1-6
Neufrotil segmen % 69.8 L % 50-70
Limfosit % 9.2 L % 20-40
Monosit 9.9 H % 2-8
Ht 40.1 % 37-47
Protein Plasma g/dl 6-8
Trombosit 494 H 10 3/ul 150-450
Eritrosit 4.96 10 6/ul 4.2-5.4
MCV 80.8 FI 80-100
MCH 27.6 Pg 27-32
MCHC 34.2 g/dl 32-36
RDW 13.2 %

Tabel 3. Tabel Hasil Data Laboratorium Darah


VII. Hasil Pemeriksaan Pendukung

Hasil Photo Rontgen

Gambar 1. Hasil Photo Rontgen Pneumonia Pasien Maisaroh 67 th

VIII. Pengobatan

Rekomendasi pengobatan Farmakologi :

 IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm


 O2 facemask 8-10 liter per menit
 Cefoperazone 1 g tiap 12 jam Intra Vena
 Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam Intra Vena
 N-Acetilcystein 200 mg tiap 8 jam Intra Oral
 Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam Intra Vena
 Nebul Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) tiap 8 jam
IX. Pembahasan

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pnemunonia
dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia
komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan
pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi pada 48 jam atau lebih setelah dirawat
di rumah sakit.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Pneumonia komunitas yang diderita oleh masyarakat luar negeri banyak
disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif.
Dari laporan beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak adalah bakteri
gram negatif.
Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronchial, dan friction rub.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala. Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia
komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor Patient Outcome Research
Team (PORT).
Hasil anamnesis yang didapatkan pada pasien ini, yaitu adanya sesak nafas. Pasien
mengeluh sesak nafas memberat sejak 1 hari SMRS, sesak nafas dirasakan terus menerus dan
tidak membaik. Pasien mengalami sesak nafas yang hilang timbul sejak 1 bulan SMRS. Saat
ini dirasakan semakin memburuk sehingga pasien ke rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan
batuk selama hampir 1 bulan dan diserta dengan dahak berwarna putih kekuningan. Pasien
juga mengeluh demam dan berkeringat sejak 2 hari belakangan namun tidak mengukur suhu
dan meminum obat untuk menanganinya. Tidak ada anggota keluarga lain yang merasakan
gejala yang sama. Pasien sekarang tidak bekerja, hanya mengurus pekerjaan rumah yang
tidak berat.
Pemeriksaan menggunakan rontgen merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis pneumonia. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan rontgen
dengan kesan pneumonia. Sedangkan dari pemeriksaan AGD ditemukan hipoksemia sedang.
Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO 2) dapat menurun dan pada
stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
darah lengkap dengan hasil leukosit tingggi, dan pemeriksaan AGD pada pasien ini
didapatkan hipoksemia, hiponatremia, dan adanya asidosis respiratorik.
Berdasarkan hasil anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang, maka disimpulkan
bahwa pasien ini didiagnosis Pneumonia (Community Acquaired Pneumonia) PSI Class IV
karena telah ditemukan gejala batuk, sesak, demam dan telah dilakukan photo rontgen dengan
hasil sesuai dengan pneumonia. Pengobatan yang diberikan pada pasien ini meliputi
pemberian oksigen 8-10 lpm via facemask, IVFD NaCl 0,9% 20 tpm, Cefoperazone 1 g tiap
12 jam intravena, Levofloxacin 750 mg tiap 24 jam intravena, dan N-acetylsistein 200mg tiap
8 jam per oral, ditambah dengan Methyl Prednisolon 62,5 mg tiap 12 jam intravena dan
Nebul Combivent (ipratropium bromide and albuterol sulfate) tiap 8 jam karena pasien
disertai dengan PPOK eksaserbasi akut.

X. Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia dibedakan menjadi dua berdasarkan
tempat didapatkannya kuman, yaitu pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial.
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan
protozoa. Pneumonia sendiri menurut Riskesdas 2013, menduduki urutan ke-9 dari 10
penyebab kematian utama di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
komunitas ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala. Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah
memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan
tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan di Indonesia.


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Indonesia.

Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit FK UI

Luttfiya MN, Henley E, Chang L. Diagnosis and treatment of community acquired


pneumonia. American Family Physician. 2010;73(3):442-50.

Task Force on CAP. Philippine Clinical Practice Guidelines on the Diagnosis, Empiric
Management, and Prevention of Community-acquired Pneumonia (CAP) in
Immunocompetent Adults. 2010

Anda mungkin juga menyukai