RSUD CILEUNGSI
Oleh :
Pemeriksaan Fisik
• GCS : E4V5M6
• Tanda Vital di Monitor
• Tekanan darah : 118/85mmHg
• Nadi : 115x/ menit
• Pernafasan : 42x/ menit
• Suhu : 36,2 0 C
• SpO2 : 89%
• Kepala : Normocephall
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
• Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar -/-
• Thorax
Jantung
Inspeksi : Dalam batas normal
Auskultasi : BJ S1S2 reguler murmur(-)
gallop(-)
Palpasi : Dalam batas normal
Perkusi : Dalam batas normal
Paru
Inspeksi : Tidak simetris Ka>Ki
Auskultasi : VBS +/menurun, rh+/+, wh -/-
Palpasi : Dalam batas normal
Perkusi :Sonor pada bagian kanan, Dull di
seluruh lapang paru kiri
Abdomen : I : Perut tampat datar
A : Bising usus (+)
P : Nyeri tekan (-)
P : Nyeri ketok (-)
• Ekstremitas : edema (-), turgor cukup, akral hangat ,crt < 2
HEMATOLOGI
JUMLAH SEL HASIL UNIT NILAI RUJUKAN
DARAH MERAH
HEMOGLOBIN 11.6 g/dL 13.0-16.0
HEMATOKRIT 36 % 40-48
LEUKOSIT 12100 /uL 5000-10000
ERITROSIT 4.2 juta/uL 4.5-6.5
TROMBOSIT 407000 /uL 150000-450000
LAJU ENDAP 60 Mm/jam <10
DARAH
INDEX
MCV 87 fl 82-92
MCH 28 Pg 27-31
MCHC 32 % 32-36
pH 7.52 7.34-7.44
BASOFIL 1 % 0-1
EOSINOFIL 1 % 1-3
NETROFIL 82 % 50-70
LIMFOSIT 11 % 20-40
MONOSIT 5 % 2-8
– S : Sesak
– O : TSS/CM
• TD : 110/80
• HR :100
• RR : 40
• SPO2 : 98%
• BJ I B II reg , murmur (-), gallop (-)
• Ves +/+ , ronkhi +/+, wheezing -/-
– A : Empiema
1. Definisi
Empiema toraks didefinisikan sebagai suatu infeksi pada ruang pleura yang
berhubungan dengan pembentukan cairan yang kental dan purulen baik terlokalisasi atau
bebas dalam ruang pleura yang disebabkan karena adanya dead space, media biakan pada
cairan pleura dan inokulasi bakteri. Empiema adalah akumulasi pus diantara paru dan
membran yang menyelimutinya (ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru
terinfeksi. Pus ini berisi sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel
polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam pembekuan (fibrin).
Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi peningkatan tekanan pada paru
sehingga pernapasan menjadi sulit dan terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan
penyakit maka fibrin-fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong
(lokulasi). Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan akhirnya
mengakibatkan kerusakan yang permanen,empiema secara definisi adalah pus didalam
rongga pleura .
2. Etiologi
3 . Klasifikasi
4. Patofisiologi
Akibat invasi basil piogenik ke pleura akan mengakibatkan timbulnya radang akut yang
diikuti pembentukan eksudat serous. Dengan banyaknya sel PMN yang mati akan
meningkatkan kadar protein dimana mengakibatkan timbunan cairan kental dan keruh.
Adanya endapan-endapan fibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah
tersebut.
Apabila nanah menembus bronkus, timbul fistel bronkus pleural. Sedangkan bila nanah
menembus dinding thorak dan keluar melalui kulit disebut emphiema nesessitasis. Emphiema
dapat digolongkan menjadi akut dan kronis. Emphiema akut dapat berlanjut ke kronis.
Organisasi dimuli kira-kira setelah seminggu dan proses ini berjalan terus sampai
terbentuknya kantong tertutup
6. Diagnostik
A. Anamnesis
- Demam dan keluar keringat malam.
- Nyeri pleura.
- Dispnea.
- Anoreksia dan penurunan berat badan.
B. Pemeriksaan Fisik
- Pada auskultasi dada ditemukan penurunan suara napas.
- Pada perkusi dada ditemukan suara flatness.
- Pada palpasi ditemukan penurunan fremitus.
- Sisi yang sakit lebih cembung, tertinggal pada pernapasan
- Mediastinum terdorong ke sisi yang sehat
- Pada empiema yang kronis hemitoraks yang sakit mungkin sudah mengecil karena
terbentuknya schwarte.
C. Pemeriksaan Penunjang
- Foto toraks(2)
- Tes kultur dan kepekaan dari drainase hasil aspirasi dari pleura
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
2. Antibiotik
Mengingat kematian sebagai akibat utama dari sepsis, maka antibiotik memegang
peranan penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis ditegakkan dan
dosisnya harus tepat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dan
apusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan
sensitivitasnya. Antibiotik dapat diberikan secara sistematik atau topikal. Biasanya
diberikan penicilin. Pemilihan awal didasarkan pada CAP dan HAP (β laktam,
penisilin, sefalosporin, kabapenem). Jika dicurigai bakteri anaerob à ditambah
metronidazole atau clindamycin. Lama pemberian antibiotik : 2-4 minggu.
3. Fibrinolitik Intraeura
Diberikan pada empiema dengan pus yang kental dan atau empiema yang berkantong-
kantong. Kontraindikasi : fistula bronkopleura, gangguan koagulan . Fibrinolitik intra pleura
volume total 50-100ml. Jenis obat yang diberikan:
- Streptokinase 200.000 – 250.000 IU 1-2x/hari
- Urokinase 50.000 – 100.000 IU à 1 x 1 hari
Saat pemberian WSD di klem 4 – 8 jam. Obat diberikan selama 3 hari berturut-turut.
Prognosis dipengaruhi oleh umur serta penyakit yang melatarbelakanginya. Angka kematian
meningkat pada usia tua, penyakit asal yang berat, dan pengobatan yang terlambat. Faktor
prognosis buruk pada empiema apabila:
1. Rogayah, Rita. Empiema. 2010. Jakarta : Dept. Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi FKUI : http://staff.ui.ac.id/internal/140240448/material/empiema.pdf
2. Yu Chen, Kuan MD et al. Emphasis on Klebsiella Pneumoniae in Patients with Diabetes
Mellitus. 2000. American College of Chest Physician.
http://chestjournal.chestpubs.org/content/117/6/1685.full.pdf+html
3. Fauci, Anthony et al. Harrison’s Manual of Medicine 17 th Edition. 2009. New York : The
McGraw-Hill Company