Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Apoteker Pengelola Apotik adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin
Apotek (SIA). Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi (STRA) yang dikeluarkan oleh
Menteri. Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat
dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker
yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat
memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. Selain itu, Apoteker
yang baru lulus juga harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA),
melakukan bukti lapor dan mengurus surat lolos butuh di tingkat Kabupaten dan
Provinsi (Menteri Kesehatan RI, 2002, Menteri Kesehatan RI, 2011, Menteri
Kesehatan RI, 2017; Dinkes Provinsi Bali, 2017).

2.8 Perizinan Apoteker Pengelola Apotek (Apa)


2.8.1 Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
STRA adalah surat yang membuktikan bahwa Apoteker telah resmi
melakukan registrasi dan terdaftar. Pemberian STRA telah didelegasikan kepada
Komite Farmasi Nasional (KFN) oleh Menteri dengan masa berlaku STRA adalah
selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.
STRA dapat diperoleh melalui pendaftaran secara online. Tata cara perolehan
STRA yaitu:
1. Mengirimkan email ke sekretariat.kfn@gmail.com untuk mendapatkan kode
billing dengan menyebutkan nama, lulusan, tahun lulus, dan alamat email
(masa aktif kode billing adalah 3 hari), lalu melakukan pembayaran PNBP
melalui bank atau kantor pos dengan kode billing yang aktif.
2. Daftar atau login melalui laman www.stra.depkes.go.id. Pada pilihan pernah
terdaftar pilih "Iya" jika telah terdaftar, jika baru mendaftar, maka lanjutkan
dengan mengisi username dan password sesuai keinginan anda. Lalu
masukan alamat email yang dimiliki. Kemudian klik submit dan periksa
pesan konfirmasi pada email, jika tidak ada pada "Inbox" mohon periksa
pada menu "Spam" lalu klik url konfirmasi yang tertera pada email untuk
mengaktivasi akun.
3. Lengkapi profil dan data diri dengan benar.
4. Lengkapi formulir Pengajuan atau Perpanjangan dengan benar.
5. Lengkapi persayaratan berkas meliputi:
a. Fotokopi KTP (yang masih berlaku).
b. Fotokopi ijazah apoteker.
c. Fotokopi surat sumpah/janji apoteker.
d. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi (yang masih berlaku).
e. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki izin
praktik.
f. Surat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan Ketentuan Etika
Profesi (bermaterai).
g. Pas foto terbaru Berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar, dan
ukuran 2x3 sebanyak 2 (dua) lembar.
h. Bukti pembayaran PNBP asli dari bank/kantor pos.
i. STRA asli (apabila untuk Perpanjangan saja).
j. Surat permohonan STRA (yang dicetak dari daftar online).
k. Khusus apoteker lulusan luar negeri, harus melampirkan fotokopi surat
keterangan selesai adaptasi pendidikan apoteker dan memenuhi
persyaratan bekerja sesuai dengan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan dan bidang keimigrasian bagi apoteker.
6. Kirimkan melalui pos ke alamat Sekretariat KFN di Jalan H.R. Rasuna Said
Blok X 5 Kav. 4-9 Jakarta 12950.
7. Data dan berkas persyaratan akan di verifikasi oleh admin.
8. Penyelesaian pembuatan registrasi/izin (10 hari kerja).
9. Pengiriman surat registrasi/izin kepada pemohon.
(KFN, 2014; KFN, 2015)

2.8.2 Sertifikat Kompetensi Apoteker


Apoteker juga harus memiliki sertifikat kompetensi profesi. Sertifikat ini
dikeluarkan oleh Organisasi Profesi setelah lulus uji kompetensi yang berpedoman
pada peraturan yang dibuat oleh Komite Farmasi Nasional (KFN). Masa
kompetensi adalah 5 tahun. Apabila telah melebihi 5 tahun sejak surat
dikeluarkan, maka apoteker diwajibkan untuk mengumpulkan Satuan Kredit
Profesi (SKP) untuk meningkatkan kompetensi dan perpanjangan masa sertifikat
kompetensi (Menteri Kesehatan RI, 2011).

Gambar 2.1 Alur Resertifikasi Apoteker (Bidhuan, 2016)

Tata cara melakukan resertifikasi kompetensi apoteker, yaitu:


1. Pemohon mengajukan permohonan sebagai peserta resertifikasi kepada
Pengurus Daerahm Ikatan Apoteker Indonesia setempat melalui Pengurus
Cabang, dengan cara mengisi Formulir Registrasi Resertifikasi dan Laporan
Kinerja dengan melampirkan:
a. Fotokopi KTP yang masih berlaku
b. Fotokopi KTA atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
c. Fotokopi STRA yang masih berlaku
d. Fotokopi SIPA atau SIKA
e. Fotokopi SK Pengangkatan sebagai pegawai bagi apoteker yang bekerja di
Rumah Sakit, PBF dan Industri.
f. Fotokopi sertifikat kompetensi yang habis atau akan habis masa
berlakunya
g. Fotokopi sertifikat yang berkaitan dengan Kinerja Pembelajaran dan
Kinerja Pengabdian
h. Fotokopi contoh Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Patient
Medication Record (PMR)
2. Pemohon membayar biaya registrasi resertifikasi sebesar Rp. 100.000 kepada
Pengurus Daerah.
3. Pengurus Cabang men-scan permohonan dan lampiran resertifikasi.
Selanjutnya mengirim hasil scan permohonan beserta lampiran melalui email
kepada Pengurus Daerah setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
permohonan diterima.
4. Pengurus Daerah setempat melakukan verifikasi terhadap permohonan dan
lampiran yang diajukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah permohonan
diterima. Kemudian menyampaikan hasil verifikasi kepada pemohon melalui
Pengurus Cabang setempat paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
permohonan diverifikasi.
5. Pemohon membayar biaya verifikasi sebesar Rp. 500.000 kepada Pengurus
Pusat melalui Pengurus Daerah setempat.
6. Pengurus Daerah mengajukan permohonan sertifikat kompetensi bagi
pemohon kepada Pengurus Pusat dengan melampirkan.
7. Pengurus Pusat menyetujui dan menetapkan permohonan resertifikasi dengan
mengirimkan sertifikat kompetensi kepada Pengurus Daerah setempat, paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima.
8. Pengurus Daerah menyerahkan sertifikat kompetensi kepada pemohon melalui
Pengurus Cabang setempat.
(IAI Pusat, 2015).
Setelah memperoleh STRA dan sertifikat kompetensi profesi, maka perizinan
yang harus diurus oleh apoteker, meliputi:
1. Bukti Lapor
Apoteker yang baru lulus wajib mengurus bukti lapor ke Dinas Kesehatan
Provinsi tempat institusi berada selambatnya 1 (satu) bulan setelah ijazah
asli diberikan dengan melampirkan fotokopi ijazah, fotokopi sertifikat
kompetensi apoteker yang dilegalisir, fotokopi lafal sumpah apoteker dan
foto berwarna 4×6 sebanyak 2 lembar (Dinkes Provinsi Bali, 2017).
2. Surat Keterangan Lolos Butuh
Apoteker baru yang ingin memperoleh SIPA dan SIA harus membuat surat
lolos butuh di Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan persyaratan yang
meliputi, surat permohonan berisi materai 6000, surat keterangan dari
pemilik sarana apotek (PSA), fotokopi ijazah apoteker dan farmasi yang
telah dilegalisir, rekomendasi dari dinas kesehatan kota dan foto 3×4
sebanyak 1 (satu) lembar (Dinkes Provinsi Bali, 2017).

2.8.3 Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)


Setiap apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat izin berupa Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai tempat
fasilitas kefarmasian. Ketentuan SIPA, yaitu:
1. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas Produksi
atau Fasilitas Distribusi/Penyaluran hanya dapat diberikan 1 (satu) SIPA
sesuai dengan tempatnya bekerja.
2. Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga)
SIPA, berupa:
a. SIPA Kesatu;
b. SIPA Kedua;
c. SIPA Ketiga.
3. Apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi Pemerintah/TNI/POLRI
dapat memiliki paling banyak 3 (tiga) SIPA.
4. Apoteker hanya boleh mempunyai 1 (satu) Surat Izin Apotek (SIA).
Dalam hal apoteker telah memiliki SIA, maka apoteker yang
bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas
pelayanan kefarmasian lain.
5. Bagi apoteker sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di
fasilitas pelayanan kefarmasian milik pemerintah harus memiliki SIPA.
(Menteri Kesehatan RI, 2017).
Tata Cara Pemberian Surat Izin Praktik Apoteker
1. Apoteker mengajukan permohonan SIPA kepada kepala
dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) kabupaten/ kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan.
2. Apoteker mengajukan permohonan SIPA menggunakan
formulir 1 untuk SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian,
formulir 2 untuk SIPA di fasilitas produksi, dan formulir 3
untuk SIPA di fasilitas distribusi/penyaluran.
3. Berkas yang dilampirkan untuk permohonan SIPA yaitu:
a. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi
dengan menggunakan Formulir 4 atau surat keterangan
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari
pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran
dengan menggunakan contoh Formulir 5.
c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi apoteker
yang akan melaksanakan pekerjaan kefarmasian di
fasilitas kefarmasian dengan menggunakan contoh
Formulir 6.
d. Surat rekomendasi dari organisasi profesi
e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga)
lembar.
4. Apabila apoteker mengajukan permohonan SIPA di fasilitas
pelayanan kefarmasian untuk SIPA Kedua, maka harus
melampirkan fotokopi SIPA Kesatu atau melampirkan
fotokopi SIPA Kesatu dan SIPA Kedua untuk memperoleh
SIPA Ketiga.
5. Dalam mengajukan permohonan SIPA harus dinyatakan
secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan
kefarmasian.
6. Kepala dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) kabupaten/kota harus
menerbitkan SIPA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
(Menteri Kesehatan RI, 2017)

2.8.4 Surat Izin Apotek (SIA)


Permohonan untuk memperoleh SIA dapat dilakukan menggunakan SIPA
Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga. SIA bersifat melekat pada SIPA, dan
memiliki masa berlaku sesuai dengan SIPA. Setiap apoteker yang menjalankan
pekerjaan kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian wajib memasang papan
nama praktik yang mencantumkan:
a. Nama Apoteker;
b. SIPA/SIA;
c. Waktu praktik (hari/jam).
Fasilitas pelayanan kefarmasian hanya dapat memberikan pelayanan kefarmasian
sepanjang apoteker berada di tempat dan memberikan pelayanan langsung kepada
pasien (Menteri Kesehatan RI, 2017). SIA adalah Surat izin yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik
sarana untuk menyelenggarakan Apotik di suatu tempat tertentu. Apoteker yang
menjadi pengelola apotek setelah mengurus SIPA juga harus membuat SIA di
Dinas Kabupaten. Tata cara memperoleh SIA, yaitu:
1. Mengajukan permohonanizin kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1.
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam)
hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis
kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat
terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan menggunakan
Formulir APT-2.
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan
dengan Formulir APT-3.
4. Pemeriksaan atau survei lapangan ke apotek tidak dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota apabila apoteker pemohon membuat surat
pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi
dengan Formulir Model APT-4.
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau surat
pernyataan siap dari pemohon, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
setempat wajib mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan
Formulir Model APT-5.
6. Apabila hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM terhadap kesiapan apotek menunjukkan belum
memenuhi syarat, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat
Penundaan dengan Formulir Model APT-6.
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),
Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
tanggal Surat Penundaan dikeluarkan.
(Menteri Kesehatan RI, 2002).
Terhadap permohonan izin apotik yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau
lokasi Apotik tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas)
hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya
menggunakan Formulir Model APT-7. Apabila apoteker pengelola apotek
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, maka harus ditunjuk
Apoteker pendamping, namun jika apoteker pendamping berhalangan melakukan
tugasnya, maka apoteker pengelola apotek harus menunjuk Apoteker Pengganti.
Penunjukan apoteker pendamping dan/atau apoteker pengganti wajib dilaporkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat menggunakan Formulir Model APT 9.
Apoteker pengelola apotek yang berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2
(dua) tahun secara terus menerus akan dilakukan pencabutan SIA atas nama
Apoteker bersangkutan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota setempat (Menteri
Kesehatan RI, 2002).

2.9 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Apoteker pengelola apotek (APA) memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam aspek manajemen pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, serta aspek pelayanan
farmasi klinik sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
Tugas dan Tanggung Jawab APA dalam aspek manajemen
meliputi:
1. Perencanaan;
2. Pengadaan;
3. Penerimaan;
4. Penyimpanan;
5. Pemusnahan;
6. Pengendalian;
7. Pencatatan dan pelaporan.
Tugas dan tanggung jawab APA dalam aspek pelayanan farmasi
klinik, yaitu:
1. pengkajian Resep;
2. dispensing;
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
4. konseling;
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
(Menteri Kesehatan RI, 2014).

2.10 Sejarah Apotek Viva Health


Viva Health didirikan pada bulan Maret tahun 2012 untuk pertama kali di
kota Semarang sebagai penyedia layanan kesehatan terpadu. Pada awalnya Apotek
Viva Health dikenal sebagai Apotek Viva Generik. Nama Viva Generik terdiri dari
dua kata yang masing-masing memiliki makna bahwa Viva dalam bahasa Italia
berarti hidup dan Generik merupakan istilah untuk menyatakan obat yang
memiliki nama yang sama dengan kandungan zat aktifnya dan diproduksi setelah
masa berlaku hak paten dari suatu obat habis. Istilah Generik kini mulai diganti
dengan Health karena produk farmasi yang disalurkan kepada masyarakat melalui
pelayanan kefarmasian di Apotek tidak hanya terbatas pada obat generik, tetapi
Viva berkembang menjadi Viva Apotek, Viva Klinik, Viva Lab, dan Viva dokter
(Vivahealth, 2016). Logo dari Apotek Viva Health telah berbeda dari awal
berdirinya. Pada awalnya logo Viva Health berupa tanda tambah seperti
perempatan jalan. Namun saat ini logo Viva Health mengalami perubahan seperti
Gambar 2.1.
Gambar 3.1 Perubahan Logo Viva Health, (a) Logo saat pertama kali berdiri; (b)
Logo baru dan saat ini

Saat ini Viva Health memiliki lebih dari 130 cabang yang tersebar di Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur dan Bali. Lebih dari
50% cabang Viva Health telah dilengkapi dengan Praktik Dokter Umum. Setiap
tahunnya berkonstribusi dalam memberikan pelayanan mulai dari kebutuhan obat,
produk kesehatan hingga pengecekan kesehatan bagi masyarakat. Apotek Viva
Health di Bali saat ini sebagian besar hanya tersebar di kabupaten Badung dan
Gianyar. Jumlah Apotek yang tersedia pada masing-masing kabupaten hingga
tahun 2017 adalah 4 Apotek di wilayah Badung dan 2 apotek di wilayah Gianyar.
4 Apotek di kabupaten Badung adalah Viva Health Abianbase, Dalung, Dirgayusa,
dan Tulikup, sedangkan Apotek Viva Health di kabupaten Gianyar adalah Apotek
Viva Health Batubulan dan Sukawati (Vivahealth, 2016).

2.11 Visi dan Misi dan Tekad Apotek Viva Health


3.4.1 Visi Viva Health
Visi dari Viva Health adalah membantu masyarakat untuk hidup lebih lama
(Vivahealth, 2016).

3.4.2 Misi Viva Health


1. Peningkatan kualitas layanan kesehatan yang prima.
2. Didukung oleh para tenaga medis profesional sebagai mitra.
3. Menerapkan dan menjalankan tekad Viva Health.
(Vivahealth, 2016).

3.4.3 Tekad Viva Health


1. Kami bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat disekitar kami.
2. Sebagai bagian dari masyarakat, kami bertekad untuk mempedulikan
mereka dengan sepenuh hati seperti kepada keluarga kami sendiri.
3. Kami akan terus-menerus meningkatkan pengetahuan, agar kami dapat
membantu mereka melakukan hal yang tepat untuk menangani
kesehatannya.
4. Semua ini kami lakukan agar mereka dapat menjalani kehidupan yang
lebih sehat secara optimal.
(Vivahealth, 2016).
2.12 Layanan di apotek Viva Health

2.13 Apotek Viva Health Batubulan

2.14 Struktur Organisasi Apotek Viva Health Batubulan


DAFTAR PUSTAKA
Bidhuan. 2016. Tata Cara dan Rincian Jumlah SKP Untuk Re-Sertifikasi
Kompetensi Apoteker. cited at: http://bidhuan.id/apoteker-
edukasi/38872/tata-cara-dan-rincian-jumlah-skp-untuk-re-sertifikasi-
kompetensi-apoteker/ (29 Maret 2017).
Dinkes Provinsi Bali. 2017. Pekerjaan Kefarmasian di Dinas Kesehatan Provinsi
Bali. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
IAI Pusat. 2015. Lampiran SK No. Kep. 053/ PP.IAI/1418/II/2015 Petunjuk Teknis
Resertifikasi Profesi Apoteker Dengan Metoda Satuan Kredit Partisipasi
(Skp) Tahun 2015. Jakarta: Ikatan Apoteker Indonesia Pusat.
KFN. 2014. Prosedur STRA dalam Sistem Informasi Farmasi Komite Farmasi
Nasional-Kementerian Kesehatan Indonesia. Cited at: http://www.binfar-
depkes.com/procedure (29 Maret 2017).
KFN. 2015. Surat Edaran Registrasi Ulang STRA. Jakarta: Komite Farmasi
Nasional.
Menteri Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor.922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. 2017. Surat Edaran Nomor Hk.02.02/Menkes/24/2017
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31n
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai