PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
dan siap untuk melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
Peranan apoteker sebagai pengelola dan penanggung jawab apotek sangatlah besar
karena apotek menjalankan fungsi ganda, yaitu fungsi sosial yakni dengan ikut serta
dalam usaha peningkatan kualitas hidup masyarakat secara luas dengan cara
1
dengan mengukur daya jangkau masyarakat serta menjalankan fungsi ekonomi karena
merupakan badan usaha yang harus dapat memberikan keuntungan (Depkes, 2014).
Tanggung jawab apoteker menurut KepMenKes Nomor 1027 tahun 2004 dalam
pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan
melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain
tersebut, maka seorang apoteker harus memiliki bekal ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dibidang kefarmasian, baik dari teori maupun prakteknya.
Oleh karena itu, Program Studi Profesi Apoteker Universitas Wahid Hasyim
(PKPA) bagi seluruh mahasiswa tingkat profesi, yang merupakan perwujudan kerja
2
nyata dari program pendidikan profesi. Salah satu lahan PKPA adalah diberbagai
Apotek Kimia Farma di kota Semarang. Tujuan dari kegiatan PKPA di apotek adalah
untuk mempersiapkan apoteker masa depan yang handal dan kompeten di bidangnya,
3. Mempelajari tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik melalui
kefarmasian di apotek.
3
2. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola
apotek.
4
BAB II
adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
2012, menjelaskan tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga
diregistrasi.
b. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat
c. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
5
mutu Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dalam melakukan pekerjaan
d) surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktik;
profesi; dan
6
b) surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat
keterangan.
Menurut KepMenKes Nomor 1332 tahun 2002 tentang Surat Ijin Apotek
adalah surat ijin yang diberikan oleh menteri kepada apoteker atau apoteker yang
tempat tertentu.
Dinas Kabupaten atau Kota. Ijin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek
7
yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan
Berdasarkan Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek pada pasal 7
dan pasal 9, menyebutkan bahwa tata cara pemberian ijin apotek adalah sebagai
berikut:
melakukan kegiatan;
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau Kepala Balai POM
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)
8
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
Model APT- 5;
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota setempat dalam waktu 12 (dua
Surat Penundaan.
persyaratan APA atau persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai
(Depkes, 2002).
9
Gambar 1. Alur Permohonan Surat Izin Apotek
a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA
10
b. Apabila APA dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
dimaksud pasal 5.
e. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus
Surat Ijin Apotek (SIA) dapat dicabut oleh Kepala Dinas Kesehatan
keabsahannya.
menerus.
11
UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan perundang-
undangan di bidang obat dan atau apotek tidak lagi memenuhi persyaratan
3. Studi Kelayakan
yang mengandung resiko yang belum jelas. Studi kelayakan pendirian apotek
berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari sudut pandang
beberapa aspek. Tingkat keberhasilan dari studi kelayakan apotek tergantung dua
manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual serta kualitas karyawan) dan
a. Penemuan Gagasan
12
dilaksanakan, diantaranya sesuai dengan visi organisasi yang telah ditentukan,
sumber daya yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku.
b. Penelitian Lapangan
a) Data ilmiah
Data mengenai kondisi eksternal disekitar lokasi, seperti nilai strategis dari
c. Evaluasi
d. Perencanaan
13
menyediakan dana investasi, mengurus izin, membangun gedung, menyiapkan
e. Pelaksanaan
format yang berisi tentang jadwal pelaksaan tiap kegiatan, mencatat tiap
masalah atau penyimpangan yang terjadi dan membuat evaluasi serta solusi
fungsi, bagian, kedudukan, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda dalam setiap
anggota organisasi. Pengelolaan sebuah apotek dapat berjalan dengan baik jika
didukung dengan sebuah organisasi yang solid dengan adanya wewenang dan
tanggung jawab yang jelas, saling mengisi, dan pembagian kerja yang
14
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker Pendamping
B. Aspek Bisnis
1. Permodalan
pribadi, gabungan saham atau kerjasama dengan pihak lain, atau pinjaman.
Pinjaman dapat dibedakan menjadi pinjaman untuk investasi dan pinjaman untuk
modal kerja. Sedangkan pembayaran pinjaman dapat berbentuk flat atau menurun.
a. Modal tetap
pengadaan kebutuhan apotek baik fisik maupun non fisik sebagai aset
b. Modal operasional
15
Modal operasional digunakan untukpengadaan barang, upah pegawai, listrik,
prediksi titik impas, dimana terjadi keseimbangan antara hasil penjualan (total
revenue) atau laba yang diperoleh dengan biaya total atau dengan kata lain
kerugian.
Break Event Point (BEP) adalah suatu teknik analisa yang menunjukkan
dikatakan BEP apabila jumlah biaya dan jumlah hasil penjualan dalam usahanya
Break Event Point berkaitan erat dengan biaya, harga jual, tingkat produksi
atau penjualan, dan laba atau rugi. Secara garis besar, biaya dapat dibagi menjadi
1
BEP= x FC
1−VC/TR
16
Ket : BEP : Break Event Point
(Anief, 2001b)
dengan apotek lain, sehingga peningkatan mutu pelayanan suatu apotek sangat
Threat) yang memiliki arti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
antara lain :
17
e. Melakukan kerjasama dengan instansi, kantor, supermarket, atau
4. Perpajakan
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
18
2) Pajak Penghasilan (PPh) Pribadi
Perhitungan PPh pribadi ada dua cara yaitu dengan pembukuan (membuat
neraca rugi laba) dan menggunakan norma (dapat dilakukan bila omset
1) Menurut wilayah :
2) Jenis usaha
19
Berdasarkan Dirjen Pajak, apotek termasuk dalam golongan pedagang
pihak lain.
1) Biaya materai
dan jasa. Pajak terhutang dihitung atas pertambahan nilai yang ada. Dalam
metode ini, PPN dihitung dari selisih pajak pengeluaran dan pajak
dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) sebesar 10%. Setiap transaksi PBF
menyerahkan faktur pajak kepada apotek sebagai bukti bahwa apotek telah
membayar PPN.
c. Pajak bumi dan bangunan (PBB), yaitu pajak yang dikenakan setiap
tahun dan besarnya tergantung luas tanah dan bangunan serta lokasi.
termasuk kelas I, II, atau III, lingkungan perumahan, pendidikan atau bisnis.
5. Kewirausahaan
20
Kewirausahaan adalah sebuah usaha atau bisnis yang dihadapkan dengan
bisnis dengan cara mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang
Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat
kriteria:
1. Persyaratan administrasi
21
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
berkesinambungan.
mandiri.
a. Pemberi layanan
b. Pengambil keputusan
menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Komunikator
22
d. Pemimpin
e. Pengelola
Apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
informasi dan bersedia berbagi informasi tentang Obat dan hal-hal lain yang
Development/CPD)
g. Peneliti
23
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat.Sarana dan prasarana Apotek dapat
menjamin mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Resep, 1 (satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer. Ruang
penerimaan Resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat
oleh pasien.
Ruang pelayanan Resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
minum (air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan Resep, etiket dan label
Obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang
4. Ruang konseling
24
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
Habis Pakai
6. Ruang arsip
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
A. Perencanaan
25
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
B. Pengadaan
undangan.
C. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
26
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
E. Pemusnahan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat
izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan.
c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
F. Pengendalian
27
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
D. Administrasi
a. Administrasi Umum.
28
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
1. Konseling
dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan. Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
AIDS, epilepsi).
29
d. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, teofilin).
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu Obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
Obat.
Questions, yaitu:
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
penggunaan Obat
30
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien Apoteker
(Depkes, 2014).
harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa
resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat
menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan
Berdasarkan Permenkes Nomor 919 tahun 1993 tentang resep, kriteria obat
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaanya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
31
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
3. Pelayanan Residensial
pengobatan
(Depkes,2014).
32
Menurut PerMenKes Nomor 35 tahun 2014, dalam pelayanan kefarmasiaan
meliputi :
1. Pengkajian Resep
b. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf.
b. stabilitas
c. duplikasiatau polifarmasi
d. reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
e. kontra indikasi
f. interaksi
33
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
2. Dispensing
emulsi
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untukobat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
34
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan
obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh Apoteker
(apabila diperlukan).
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
masyarakat.Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
35
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping,
interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-
lain.
(penyuluhan)
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat, Hal-hal yang harus
a. Topik Pertanyaan
36
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti riwayat
e. Uraian pertanyaan
f. Jawaban pertanyaan
g. Referensi
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data Apoteker
4. Konseling
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal,
AIDS, epilepsi)
37
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus (penggunaan
fenitoin, teofilin)
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari
satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis
obat.
2. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat Anda?
penggunaan obat
38
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan
pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam
konseling
meliputi :
pengobatan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
39
Kriteria pasien:
c. Adanya multidiagnosis
merugikan.
terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi;
kesehatan lain
lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa
indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu
interaksi obat
40
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
f. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
41
Obat Wajib Apotek (OWA) tanpa menggunakan resep dokter, yang dilakukan
oleh APA atau Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti, sesuai dengan syarat
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat perpasien yang disebutkan
Sampai saat ini sudah ada 3 (tiga) daftar obat yang diperbolehkan diserahkan
tanpa resep dokter. Seperti telah kita ketahui bersama, peraturan mengenai Daftar
Adapun kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep menurut PerMenKes
42
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak
kelanjutan penyakit
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu
ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat,
aman, dan rasional. Oleh karena itu peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
43
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam MefenamatGambar obat
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
2009).Obat narkotika ditandai dengan simbol palang medali atau palang swastika
yaitu :
1) Narkotika Golongan I
44
selain dari kepentingan tersebut dilarang penggunaannya karena
2) Narkotika Golongan II
dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi serta untuk
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis
45
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
A. Pengadaan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dilihat dari surat Pesanan Untuk Narkotika,
Narkotika.
hanya dapat dilakukan pemsanan melalui perusahaan PBF milik Negara yang
46
memiliki Izin Khusus Impor Narkotika yaitu PT. Kimia Farma. Sedangkan untuk
dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus
dilengkapi dengan:
a. surat pesanan
B. Penyimpanan
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi
47
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung
Narkotika.
C. Pendistribusian
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat oleh apotek itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau
baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa
resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat
narkotik. Setiap obat narkotik yang masuk maupun keluar dicatat dalam kartu
stokdan diisi sisa stoknya. Tiap jenis narkotika dilakukan pencatatan sendiri.
Resep obat yang terdapat obat narkotika bila tidak terdapat alamat pasien harus
D. Pemusnahan
48
Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya
b. telah kadaluarsa
penggunaan
b. Tempat pemusnahan.
badan/sarana tersebut.
yang dimusnahkan.
E. Pelaporan
49
Kesehatan Kabupaten/Kota (DKK) dengan tembusan Kepala Balai POM
setempat dan untuk arsip apotek. Paling lambat pelaporan adalah tanggal 10.
Prekursor Farmasi
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan, tanggal, nomor dokumen, dan
sumber penerimaan
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
50
Gambar 6. Logo Obat Bebas
Contoh : Parasetamol
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas
Contoh : CTM
Kesehatan tahun 2007. Pada kemasan obat bebas terbatas selalu tercantum
c. P. No. 3 : Awas obat keras! Hanya untuk bagian luar dari badan.
51
f. P. No. 6 : Awas obat keras! Obat wasir, jangan ditelan.
farmakologi sebagai obat batuk, obat pilek, krim antiseptik dan lain-lain
(Depkes, 2007b).
Kesehatan Lainnya
bahwa sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau
dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan (Depkes, 2002c).
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak
52
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, sedangkan untuk obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Resep yang telah disimpan selama lebih dari 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang lebih
2014j).
1. Mutu Manajerial
a. Metode Evaluasi
1). Audit
secara sistematis.
53
Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring
Contoh:
2). Review
Contoh:
3). Observasi
Contoh :
c) ketertiban dokumentasi
54
4). Indikator Evaluasi Mutu
a) Audit
Contoh :
b) Review
c) Survei
55
d) Observasi
2014k).
56
BAB III
PEMBAHASAN
57
PKPA merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan kepada
calon apoteker muda tentang kondisi nyata tempat dilakukannya pekerjaan
kefarmasian yang menjadi profesinya khususnya apotek. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang mengadakan kegiatan praktek kerja profesi
apoteker di apotek bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Tbk. yaitu Apotek Kimia
Farma 71 Sutomo. Kegiatan PKPA di apotek dilakukan selama satu bulan mulai
tanggal 1 sampai 31 Maret 2016. Berikut rincian hasil kegiatan PKPA di apotek
Kimia Farma Bisnis Manager (BM) Semarang.
58
obat, ruang racikan yang disertai dengan tempat pencucian alat, ruang apoteker,
swalayan, gudang, dan toilet. Ruangan yang ada di apotek dilengkapi dengan
televisi, pendingin ruangan, dan penerangan yang baik sehingga memberikan
kenyamanan tersendiri bagi petugas apotek maupun pasien. Ruang racik obat
dilengkapi dengan timbangan, blender, lumpang& alu, alat pembagi puyer,
wadah kapsul, wadah salep,dan krim. Apotek Kimia Farma 71 juga
menyediakanalat ukur tekanan darah, alat pengukur gula darah, asam urat, dan
kolesterol untuk pasien.
59
Apotek Kimia Farma terdekat atau memesan langsung kepada BM. Selanjutnya
pasien bisa menunggunya apabila obatnya sudah tersedia dan apabila obatnya
belum tersedia maka obatnya bisa dikirim kerumah, jika rumahnya luar kota
bisa dikirim melalui pos semua ini untuk memberikan kenyamanan kepada
pasien.
60
Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian) bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK). Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) yang dimiliki
Apoteker Pengelola Apotek (APA) danApoteker Pendamping (Aping) serta
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk Asisten
Apoteker (AA) di apotek ini menjadi salah satu landasan hukum legal dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian. Struktur organisasi apotek Kimia Farma 71
Sutomo dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini.
Apoteker Pendamping
Revanov Eko Hardanu, S.Farm., Apt
Koordinator TTK
Mareta Gestarini
Anna Idayati
Edy Suprobo
Anida Prihatini
61
Gambar 8. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Apotek Kimia Farma 71 Sutomo memenuhi
standar persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Sarana
dan prasarana apotek dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai serta kelancaran praktek pelayanan
kefarmasian. Semua sarana dan prasarana mulai dari ruang penerimaan
resep, pelayanan resep dan peracikan, penyerahan obat, konseling, praktek
dokter, penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta ruang arsip tertata rapi dan sistematis sehingga mempermudah
alur melakukan pekerjaan kefarmasian. Adanya swalayan farmasi yang
menyediakan produk-produk seperti obat bebas (OTC), obat tradisional, alat-
alat kesehatan, kosmetika, multivitamin, makanan dan minuman menjadi
nilai tersendiri yang membedakan dengan apotek lainnya. Konsep
merchandising yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, maupun pengaturan
dan penempatan produk serta promosi produk sekaligus evaluasi produk
yang dijual di apotek merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
menentukan keunggulan bersaing dari retailer. Pelaksanaan merchandising
secara efektif dan efisien mampu menjadi daya tarik bagi pelanggan.
Sistematika penataan sarana dan prasarana Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
dapat dilihat pada gambar 4 denah ruangan dibawah ini. Penulis hanya
menampilkan denah lantai satu yang menjadi pusat pelaksanaan pekerjaan
kefarmasian.
62
Gambar 9. Denah Penataan Sarana dan Prasarana Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
63
Conditioner), telepon, telegram, dan jaringan internet untuk meningkatkan
mutu pelayanan pekerjaan kefarmasian serta pengetahuan tenaga kefarmasian
seiring perkembangan dunia kesehatan khususnya bidang obat-obatan.
64
dengan jumlah item 40-60%. Keuntungan menggunakan analisis
pareto adalah perputaran barang lebih cepat sehingga modal dan
keuntungan tidak terlalu lama berwujud barang namun dapat segera
berwujud uang sehingga mengurangi resiko penumpukan barang serta
obat kadaluarsa, mencegah terjadinya kekosongan barang yang bersifat
fast moving dan meminimalisir penolakan resep. Analisis pareto harus
selalu dibandingkan dengan kondisi fisik obat yang ada pada saat
defecta dibuat setiap minggu karena terkadang kurang sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya pada saat akan merencanakan pembelian
barang. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang selalu berubah baik
dari jenis obat maupun jumlah obat dari pareto yang telah dibuat
sebagai pembanding atau acuan.
c. Metode Konsumsi
Metode konsumsi merupakan metode perencanaan obat berdasarkan
tingkat kebutuhan atau konsumsi tahun-tahun sebelumnya.
d. Metode Epidemiologi
Metode ini merupakan metode perencanaan obat berdasarkan pola
penyakit yang sedang terjadi disuatu wilayah dimana apotek tersebut
didirikan.
e. Buku Defecta
Perencanaan melalui buku defecta dilakukan dengan memeriksa stock
atau persediaan barang yang tersisa, apabila tingkat persediaan dinilai
menipis maka dilakukan pemesanan obat ke BM Kimia Farma.
f. Pesanan Pasien (TA atau Tinggal Ambil)
TA dilakukan apabila pasien memesan obat namun obat tidak tersedia
di apotek sehingga perlu dilakukan pemesanan ke BM. Biasanya TA
dilakukan dengan menggunakan BPBA (Bon Permintaan Barang
Apotek) cito (segera).
65
g. Obat Baru
Perencanaan ini dilakukan berdasarkan obat baru yang sering dibeli
pasien.
Sistem perencanaan persediaan farmasi poin 1 dan 2 diatas sering
dilakukan oleh gudang Apotek Kimia Farma Binis Manager Semarang
yang mengatur pengadaan barang melalui satu pintu untuk seluruh apotek
pelayanan di wilayah Semarang.
2) Pengadaan
Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun.
Pengadaan dilakukan melalui pemesanan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang menjalin Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan apotek Kimia Farma. Kriteria
pemilihan PBF adalah legalitas, kecepatan pengiriman barang, jangka waktu
pembayaran, harga yang ditawarkan, dan diskon yang diberikan. Tata cara
pengadaan di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo adalah dengan membuat BPBA
yang terbagi menjadi tiga macam sebagai berikut.
c. BPBA non-rutin
66
BPBA ini dilakukan dengan mempertimbangkan omset yang dihasilkan oleh
masing-masing apotek. Pengadaan dilakukan menggunakan skala prioritas
karena terdapat batasan item obat yang dipesan.
Apotek Kimia
Farma 71
Sutomo
Dropping
Barang BPBA
BM / Gudang
Barang dan
Surat
faktur
Pemesanan
(SP)
Distributor
67
Keterangan :
Pemesanan narkotik hanya dilakukan kepada satu PBF yaitu PT. Kimia
Farma Trading & Distribution. Surat pemesanan narkotika ditulis dan ditanda
tangani oleh apoteker pengelola apotek dengan formulir pemesanan yang dibeli di
KFTD. SP narkotika terdiri dari empat rangkap yang nantinya di serahkan untuk
Badan POM RI, Balai Besar POM Semarang, Dinkes Jateng, dan arsip apotek.
Setiap satu Surat Pemesanan narkotika hanya berisi satu item obat narkotik saja.
Surat pesanan tersebut akan di kirim langsung oleh karyawan apotek ke PBF
Kimia Farma tanpa melalui gudang BM, PBF Kimia Farmas langsung
mengirimkan barang ke apotek dengan faktur rangkap tiga yang satu buat arsip
apotek dan yang dua dibawa oleh PBF Kimia Farma lagi. Selanjutnya pelaporan
ke Balai POM setiap satu bulan sekali secara online melali SIPNAP (Aplikasi
Pelaporan Narkotika dan Psikotropik) hanya kirim file saja. Berikut alur
pengadaan narkotika di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo.
68
PBF Kimia Farma
Gambar 11. Skema Alur Pengadan Obat Narkotika di Apotek
Gudang BM
69
prekusor ini tidak ada pelaporan ke Badan POM. Berikut alur pengadaan obat
prekusor di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo.
Gudang BM
3) Penerimaan
Perbekalan farmasi yang dikirim dari BM / Gudang ke Apotek Kimia
Farma 71 akan disertai bukti dropping sedangkan perbekalan farmasi yang
dikirim dari distributor ke apotek kimia farma 71 Sutomo akan disertai dengan
bukti faktur. Selanjutnya dilakukan pengeekan kesesuaian jumlah barang dengan
faktur, kondisi barang, dan tanggal kadaluarsa. Apabila barang yang diterima
sesuai dengan faktur, kondisi masih bagus dan kadaluarsa masih lama, maka
barang akan di catat dalam kartu stok dan komputer dalam bentuk saldo dan
faktur akan ditanda tangani dan diberi stempel oleh karyawan yang menerima
faktur. Apabila barang tidak sesuai dengan faktur, maka pihak apotek akan
melakukan konfirmasi ketidaksesuaian barang paling lambat 1 hari setelah
barang datanng dan selanjutnya BM akan melakukan feedbak paling lambat 1
hari setelah dilakukan konfimasi.
70
Penerimaan Narkotika, Psikotropik dan obat prekusor yang menerima
harus Apoteker Pengelola Apotek.
4) Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima ditata rapi sesuai tempat yang
disediakan berdasarkan pembagian kelas terapi, alfabetis, bentuk sediaan,
generik, paten, dan suhu penyimpanan maupun produk dari Kimia Farma itu
sendiri. Sistem penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
menggunakan campuran sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First
In First Out). Sistem FEFO maupun FIFO bertujuan agar obat yang sudah
mendekati tanggal kadaluwarsanya maupun barang yang datang pertama kali
akan terjual terlebih dahulu sehingga menghindari adanya obat kadaluwarsa di
apotek. Penyimpanan obat yang baik dan benar akan menjamin kestabilan obat
sehingga mutu obat dapat terjaga hingga ke tangan pasien.
Perbekalan farmasi yang tidak dapat ditata di rak akan disimpan dalam
gudang di apotek. Gudang tersebut terletak diatas dan di bawah rak almari putar
penyimpanan obat. Setiap jenis obat memiliki kartu stock untuk mencatat obat
71
yang masuk dan keluar sehingga kan mempermudah dalam pengendalian jumlah
obat di apotek. Format kartu stock.
5) Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stock baik secara manual atau elektronik. Hal ini juga dilakukan oleh apotek Kimia
Farma 71 Sutomo dalam mengendalikan barang atau persediaan farmasi lainnya
dengan melihat kartu stock manual dan stock barang yang berada di komputer.
Selain itu Apotek Kimia Farma 71 juga menggunakan buku sampling untuk
melakukan pengendalian yang dilakukan setiap bulannya agar tidak terjadi selisih
dengan jumlah barang dengan jumlah yang ada data komputer.
72
masing-masing obat. Sistem komputrisasi Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
mempermudah pengawasan persediaan barang karena setiap ada penambahan dan
pengeluaran obat secara otomatis akan menambah atau mengurangi jumlah stock
obat pada komputer.
Barang tidak laku dan kurang laku (TLKL) juga dilakukan pencatatan
tersendiri. Umumnya barang yang termasuk barang TLKL akan semakin
mendekati masa kadaluarsanya sehingga apabila barang tidak dapat terjual dapat
menjadi kerugian bagi apotek. Oleh karena itu perlu dilakukan pencatatan barang
TLKL yang nantinya akan menjadi prioritas penawaran pada saat pelayanan UPDS
(Usaha Pengobatan Diri Sendiri) sehingga apotek tidak akan mengalami kerugian.
Stock opname adalah proses pengecekan antara stock yang tercatat di kartu
stock / buku stock dengan stock fisik yang ada dan untuk mengetahui berapa besar
investasi didalam apotek. Apotek Kimia Farma 71 Sutomo melakukan stock
opname setiap tiga bulan sekali pada akhir bulan. Tahap pertama yang dilakukan
adalah stock opname fisik dengan cara menghitung sisa fisik barang yang ada pada
saat berakhirnya periode stock opname. Stock opname fisik dilakukan terhadap
semua barang dagangan dan dilakukan pemisahan terhadap barang yang rusak atau
lewat tanggal kadaluarsa serta dilakukan penandaan pada kotak obat apabila
tanggal kadaluarsa tahun berjalan (merah), tahun depan (kuning), dan lebih dari 2
tahun (hijau). Pencatatan nilai stock dengan cara menulis jumlah stock pada kartu
stock, dan berikutnya data diisikan pada blanko stock opname (sesuai class).
Setelah stock opname fisik barang, dilakukan pengentrian hasil stock opname dan
penghitungan nilai stock. Hasil dari stock opname diperiksa oleh APA. Jika hasil
stock opnamesesuai maka dapat disetujui jika tidak sesuai maka diperiksa kembali
dimana letak ketidaksamaannya. Hasil dari stock opname yang telah disetujui akan
dikirim ke Bisnis Manager (BM).
73
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan managemen Apotek Kimia
Farma 71 Sutomo meliputi keuangan, barang, dan laporan lainnya. Salah satu
contoh laporan keuangan di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo adalah laporan
keuangan berupa setoran kas apotek yang berisi jumlah penerimaan uang yang
berasal dari penjualan obat dengan resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan
alat kesehatan dan dari bagian swalayan. Jumlah uang yang diterima disetorkan ke
bagian administrasi keuangan untuk dimasukan ke bank yang ditunjuk disertai
dengan buku setoran kasir apotek. Penyetoran uang dilakukan setiap hari pada pagi
hari yang merupakan gabungan hasil penjualan shift pagi dan shift siang hari
sebelumnya.
74
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Apotek Kimia Farma 71 melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan
falsafah pelayanan yaitu I CARE yang merupakan singkatan dari Inovative
(mempunyai budaya berpikir out of the box yang artinya berpikir diluar “kotak”
dengan menghasilkan inovasi-inovasi terbaru khususnya dalam hal menaikkan
omset apotek). Customer First (mengutamakan pelangan sebagai mitra atau
rekan, yaitu selalu mengutamakan pelanggan dan kebutuhan pasien),
Accountability (bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan), Responsibility ( mempunyai tanggung jawab pribadi untuk bekerja
sesuai prosi masing-masing), Eco-Friendly (menciptakan dan menyiapkan
produk maupun jasa layanan yang ramah lingkungan). Pelayanan farmasi klinik
meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO),
konseling, pelayanan kefarmasian dirumah (home pharmacy care) pemantauan
terapi obat (PTO), dan monitoring efek samping obat (MESO). Pelayanan
farmasi klinik di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo adalah sebagai berikut.
1) Pengkajian Resep
Setiap resep yang datang selalu dilakukan pengkajian oleh apoteker
maupun asisten apoteker seperti yang telah di persyaratkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Setiap petugas yang menerima resep dari dokter umum, dokter
spesialis dan dokter gigi yang pertama kali dilakukan adalah skrining resep
meliputi adminitrasi resep (kelengkapan Nama, SIP dan alamat dokter,
Tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter, identitas pasien, cara
75
pemakaian yang jelas/ signa), kesesuaian farmasetis (bentuk sediaan, dosis,
stabilitas, inkompatibilitas, pemberian dan lama pemberian) dan pertimbangan
efek klinis (alergi, efek samping, interaksi, frekuensi dan jumlah obat).
Pengkajian resep meliputi Hal ini bertujuan untuk memastikan kerasionalan
penggunaan obat dalam resep sehingga mencegah terjadinya masalah-masalah
yang ditimbulkannya seperti polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan,
dan lainnya serta menjamin legalitas dari resep tersebut. Apoteker dan asisiten
apoteker menghubungi dokter penulis resep apabila ada ketidakjelasan dalam
penulisan resep seperti dosis, aturan pemakaian, usia pasien, dan nama obat
serta bentuk sediaannya. Apoteker juga berdiskusi dengan dokter mengenai
solusi-solusi tertentu dalam penggunaan obat apabila ada penggunaan obat
yang tidak rasional. Pengambilan keputusan oleh apoteker dalam kebijakan ini
selalu didasarkan atas izin dokter penulis resep dan pasien yang bersangkutan.
2) Dispensing
Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label atau etiket,
penyerahan obat dengan memberikan informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi. Kegiatan dispensing di Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Peratuan Menteri Kesehatan RI
No. 35 tahun 2014. Dispensing yang dilakukan tidak hanya terbatas untuk
obat resep tetapi apoteker maupun asisten apoteker juga melayani obat non
resep atau pelayanan swamedikasi (Upaya Pengobatan Diri Sendiri / UPDS).
Apoteker maupun asisten apoteker memberikan edukasi kepada pasien yang
memperlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Berikut adalah pelayanan obat maupun
perbekalan farmasi lainnya yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 71
Sutomo.
76
1. Pelayanan Obat Tunai dengan
Resep Dokter
Pelayanan atau penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap
pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat dengan
menggunakan resep dokter. Alur pelayanan resep tunai di Apotek Kimia
Farma 71 Sutomo dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 14. Alur Pelayanan Obat Tunai dengan Resep Dokter Apotek Kimia Farma 71
Sutomo
77
obat dan penyerahan uang tunai dari pasien kepada apotek Kimia Farma. Oleh
karena itu pencatatan terhadap pelayanan obat dengan resep dokter secara kredit
ini dipisahkan dengan pelayanan obat dengan resep dokter secara tunai. Struk
resep kredit dan surat penagihan diserahkan ke BM yang selanjutnya akan
dilakukan penagihan kepada perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
a. BPJS Kesehatan
b. Pos Indonesia
c. PLN
1) PLN Distribusi
2) PLN Cabang
d. Bank Indonesia
e. Pertamina
f.PT. indosat
g. Dokter praktek bersama
di apotek Kimia Farma
78
Gambar 15. Alur Pelayanan Obat Kredit dengan Resep Dokter
Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
79
Gambar 16. Alur Pelayanan Obat Bebas / HV Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
80
Gambar 17. Alur Pelayanan Obat UPDS Apotek Kimia Farma 71 Sutomo
81
Resep-resep untuk obat narkotika dan psikotropika dikumpulkan terpisah. Obat-
obat narkotika dan psikotropika yang telah dikeluarkan setiap harinya dicatat dalam
laporan harian narkotika dan psikotropika, untuk kemudian dilaporkan dalam laporan
penggunaan narkotika dan psikotropika setiap bulan.
82
keberhasilan terapi terutama bagi pasien dengan penyakit kronik dan degeneratif
memerlukan terapi seumur hidup selain perubahan pola hidup. Terapi seumur hidup
dengan menggunakan obat akan meningkatkan resiko adanya efek samping obat dan
interaksi dengan obat penyakit lain atau obat bebas yang mungkin digunakan. Peran
apoteker untuk memberi konsultasi informasi obat dan edukasi kepada pasien sangat
penting.
Informasi mengenai obat dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien.
Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan minimal oleh asisten apoteker. Tahapan
dalam pelayanan informasi obat untuk pasien dengan resep dokter antara lain
apoteker menganalisis resep dan menyiapkan obat, memanggil pasien, menanyakan
informasi yang diberikan dokter, apoteker memberikan informasi yang diperlukan
pasien mengenai obat dan meminta pasien untuk mengulangi kembali.
1. Nama obat
2. Kegunaan atau khasiat obat
3. Cara pemakaian dan interval pemakaian obat
4. Efek samping yang mungkin terjadi
5. Makanan, minuman atau aktivitas yang harus dihindari
83
6. Cara penyimpanan obat
7. Interaksi obat (bila ada)
8. Informasi mengenai obat dengan cara pemberian khusus.
Misalnya penggunaan inhaler/obat semprot untuk obat asma, suppositoria
dimasukkan melalui anus, ovula, dan sebagainya.
Sedangkan tahapan dalam pelayanan informasi obat untuk pasien tanpa resep
dokter (UPDS) adalah apoteker menggali informasi selengkap-lengkapnya mengenai
siapa pengguna obat, gejala apa yang dirasakan, berapa lama gejala tersebut dirasakan
pasien, tindakan apa yang telah dilakukan utnuk mengatasi gejala tersebut, dan obat
apa yang telah dikonsumsi untuk mengatasi gejala tersebut. Apoteker memilihkan dan
menginformasikan obat yang dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien. Informasi
obat yang diberikan apoteker sama dengan informasi obat untuk pasien dengan resep
dokter.
Pelayanan informasi obat tidak hanya bersifat lisan dan tatap muka langsung
dengan pasien. Pelayanan informasi juga dapat dilakukan melalui poster atau leaflet.
Apotek Kimia Farma 71 Sutomo juga melakukan pelayanan obat melalui telepon.
Pasien dapat bertanya apabila ada kesulitan atau keraguan dalam menggunakan suatu
produk obat. Apotek Kimia Farma memiliki layanan call centersehingga para
konsumen dapat untuk menanyakan informasi yang berkaitan dengan apotek
misalnya alamat apotek, nomor telefon, info praktek dokter hingga handling
complain. Layanan blackberry massenger juga tersedia di tiap APP untuk
mempermudah pasien memperoleh informasi obat di apotek yang bersangkutan
hingga memesan obat dengan delivery system juga terlayani lewat layanan BBM.
4) Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kepatuhan sehingga
84
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu
diberi konseling adalah pasien dengan kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan
fungsi hati atau ginjal, ibu hamil, dan menyusui), pasien dengan terapi jangka panjang
(DM (Diabetus Militus), AIDS (Acquiride Immune Deficiency Syndrome), epilepsi),
pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang
menggunakan obat dengan instruksi khusus, pasien dengan polifarmasi, dan pasien
dengan tingkat kepatuhan rendah. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian apotek
Kimia Farma 71 Sutomo melakukan konseling pada saat penyerahan obat baik HV,
UPDS ataupun resep. Konseling pribadi empat mata (antara apoteker dan pasien)
jarang dilakukan meskipun sudah disediakan tempat. Hal ini dikarenakan waktu yang
tidak memungkinkan baik dari pihak pasien ataupun apoteker. Pasien yang datang
membeli obat di apotek biasanya sudah mengetahui tentang obat yang dikonsumsinya
sehingga apoteker tidak memberikan konseling secara detail kepada pasien.
Konseling yang diberikan terbatas pada nama obat, bentuk sediaan, dosis, aturan
pemakaian, dan penyimpanan. Kesibukan apoteker dalam melakukan pekerjaan
kefarmasiannya juga menjadi salah satu penyebab mengapa konseling yang dilakukan
hanya sebatas yang dijelaskan diatas. Meskipun demikian apoteker apotek Kimia
Farma 71 Sutomo tidak menutup diri untuk melakukan konseling secara detail kepada
pasien yang dinilai memperlukannya dan siap menjawab semua pertanyaan mengenai
obat dari pasien. Bagaimanapun bentuk konseling yang diberikan poin pentingnya
adalah tujuan dari konseling itu sendiri bisa tercapai.
85
5) Home care
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan pengobatan penyakit kronis. untuk aktivitas ini, apoteker harus
membuat catatan berupa medication record (Depkes RI, 2004)
86
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
Bardasarkan pengamatan selama PKPA yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma
71 Sutomo, saran yang diberikan adalah:
87
4. Untuk mempermudah pelayanan bagi pembeli atau pasien dan mengefesienkan
waktu pelayanan, maka perlu dilakukan penulisan atau penandaan harga di
gondola pada produk farasi maupun non farmasi sehingga pasien sudah tahu
hargproduk yang aka dibeli.
88
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2001a, Manajemen Farmasi, Edisi III, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 3-4.
Anief, M., 2001b, Manajemen Farmasi, Edisi III, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 3-4.
Anief, M., 2001c, Manajemen Farmasi, Edisi III, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 3-4.
Depkes RI, 1993b, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922 tahun 1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen Kesehatan
RI,Jakarta.
89
Depkes RI, 2002a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2007a, Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2007b, Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
90
Depkes RI,2014b,Undang-Undang Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2015a, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.31 tahun 2015 tentang
Peredaran Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2015b, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.31 tahun 2015 tentang
Peredaran Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
91
Hanafi, M.M., 2004, Manajemen, Cetakan kedua, Akademi Manajemen Perusahaan,
Yogyakarta, 245-262.
Helmi, A.F., Sutarmanto, H., 2004, Kewirausahaan dan Inovasi, Edisi Revisi II,
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 49-54.
Umar, M., 2011, Manajemen Apotek Praktis, Edisi IV, Wira Putra Kencana, Jakarta.
92