Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
Pendahuluan

1.1 latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk
hidup layak baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di
dalamnya mendapatkan kesehatan yang baik. Pelayanan kesehatan terdiri dari sub
sistem pelayanan medis, sub sistem pelayanan kefarmasian, serta sub sistem dari
profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan di lakukan oleh unit pelayanan
kesehatan yaitu tempat dimana di selenggarakan upaya kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat di selenggarakan
oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau
pelayanan kesehatan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Asisten Apoteker termasuk kedalam Tenaga
Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian.
Pelayanan apotek saat ini telah berubah orientasi dari drug oriented menjadi
patient oriented dengan berasaskan pharmaceutical care. Kegiatan pelayanan
farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
telah diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan adanya program Kerja Praktek di apotek diharapkan tenaga teknis
kefarmasian lebih dapat memahami peran dan tanggung jawab sebagai tenaga
teknis kefarmasian di apotek. Dengan demikian, lulusan Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung dapat menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dan dapat
berkomunikasi dengan baik dalam pelayanan kefarmasian yang berkwalitas
kepada pasien dan masyarakat.
2

1.2 Tujuan PKL

Tujuan PKL
a. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasi tentang peran,
fungsi, posisi dan tanggung jawab TTK dalam membantu Apoteker
melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.
b. Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis dalam membantu
Apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
c. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk melihat
praktek farmasi komunitas di apotek
d. Mempersiapkan calon Ahli Madya Farmasi dalam memasuki dunia kerja
sebagai TTK yang profesional.
e. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.

1.3 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan dilakasanakan mulai tanggal 1 maret 2016 sampai


tanggal 31 maret 2016, di Apotek Kimia Farma 380 Jl. Purwakarta Antapani.
Dijadwalkan dengan 6 hari masuk dalam 1 minggu dan dilakukan dengan 3 shift,
shift pagi (07.30-14.30), shift midel (12.00-19.00), shift siang (12.00-21.00).
3

BAB II
TUJUAN UMUM

2.1 Sejarah Kimia Farma

Farmasi sebagai profesi di Indonsia sebenarnya relatif masih muda dan baru
dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman
penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa
pendudukan Jepang. Kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat,
dan profesi ini belum di kenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya
masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sedikit.

Tenaga Apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,


Austria, Jerman, Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di
Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya
Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung pada tahun
1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang
kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah
kefarmasian pada masa-masa selanjutnya. Dewasa ini kefarmasian di Indonesia
telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan mantap.
Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern
telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan
distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional
telah dapat di penuhi oleh industri farmasi dalam negeri.

2.2 Pengertian Apotek

Berdasarkan PERMENKES No. 35 Tahun 2014 Apotek adalah sarana


pelayanan kefarmasian tempat dilakukan peraktik kefarmasian oleh Apoteker.
Sedangkan menurut PP 51 Tahun 2009 Apotek merupakaan suatu tempat atau
terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh Apoteker.
4

Menurut peraturan pemerintahaan (PP) No. 51 tahun 2009, Pelayanan


kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan kefarmasian
adalah pembuataan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimoanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat tau resp dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisonal. Sediaan Farmasi yang
dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisonal dan kosmetik.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan , harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahan terjamin.
Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas
pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk
oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh
izin dari Dinas Kesehatan setempat.

2.3 Persyaratan Apotek

A. Ketentuan dan Tata Cara Perizinan Apotek

Sebelum apotek didirikan, terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan


sebagai berikut; Surat Keterangan Izin Tempat Usaha/HO (Hinder
Ordonantie) dari Biro Perekonomian di Daerah Kabupaten/Kota harus
dimiliki terlebih dahulu, kemudian diperoleh SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian, setelah itu
dapat diperoleh NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) yang diajukan pemilik
sarana ke kantor pajak dan SIA untuk apotek dan apoteker.
Ketentuan dan tata cara perizinan apotek diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332 /MenKes/SK/X/2002 Izin apotek diberikan oleh
Menteri yang kemudian wewenang yang dilimpahkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:
1) Permohonan Izin Apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5

2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6


(enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta
bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan
kegiatan.
3) Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan
teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil
pemeriksaan setempat.
4) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3)
tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat
pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Propinsi.
5) Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3), atau pernyataan
dimaksud ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
mengeluarkan Surat Izin Apotek.
6) Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi
syarat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan.
7) Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6),
Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak tanggal Surat Penundaan.

Berdasarkan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.32/Menkes/SK/X/2002 pasal 9 terhadap permohonan izin apotik yang
ternyata tidak memenuhi persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau
lokasi Apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya
6

12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan
alasan-alasannya.
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik
sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat
tertentu.
Persyaratan Apotek menurut PP No. 51 Tahun 2009 yaitu:
1) Salinan atau fotocopy Surat Izin Kerja (SIK)
2) Salinan atau Fotocopy KTP dan surat peryataan tempat tinggal secara
nyata.
3) Salinan atau Fotocopy denah bangunan surat yang menyatakan status
bangunan dalam bentuk akte hak milik /sewa/ kontrak.
4) Daftar Tenaga Tenik Kefarmasian (AA) mencantumkan nama, alamat,
tahun lulus dan SIK.
5) Asli dan salinan atau Fotocopy daftar terperinci alat perlengkapan
apotek.
6) Surat pernyataan APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi dan
tidak menjadi APA di apotik lain.
7) Asli dan salinan atau Fotocopy Surat Izin atas bagi PNS, Anggota
ABRI dan pegawai instansi pemerintah lainnya.
8) Akte perjanjian kerjsama APA dan PSA (pemilik sarana apotek).
9) Surat peryataan PSA tidak terlibat pelanggaran Per UU farmasi.
10) Rekomendasi ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia).

B. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA). STRA ini dapat di peroleh jika seorang apoteker
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki Ijazah Apoteker.
2) Memiliki sertifikat kompentensi apoteker.
7

3) Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker.


4) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yangmempunyai
surat izin praktek.
5) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi.

C. Lokasi dan Tempat

Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa


Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun
sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan
pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk
di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah
dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
Agar mudah dikenali oleh masyarakat pada halaman apotek harus terdapat
papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek, nama apotek, nama
apoteker, pengelola apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek.

D. Bangunan dan kelengkapannya

Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, Bangunan apotek


sekurang-kurangnya terdiri dari :
1) Ruang tunggu pasien.
2) Ruang peracikan dan penyerahan obat.
3) Ruang administrasi.
4) Ruang penyimpanan obat.
5) Ruang tempat pencucian alat.
6) Kamar kecil (WC).
Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan:
1) Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2) Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas
dan fungsi apotek.
3) Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi
dengan baik.
8

4) Papan nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor
Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila
ada).
2.4 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:


1) Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2) Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian
3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
4) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
5) Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang di perlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.5 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai


dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pelayanan.

A. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan


perbekalan farmasi untuk menentukan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
sesuai dengan jumlah, jenis, dan waktu yang tepat.
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan
sediaan farmasi sesuai dan perbekalan farmasi yang akan diadakan.
9

Perencanaan bertujuan untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan


farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tahapan dari perencanaan:
1) Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan
farmasi benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit di daerah
sekitar aootek, kemauan/daya beli pasien ataupun budaya/kebiasaan
masyarakat setempat.
2) Perhitungan kebutuhan
Bertujuan agar perbekalan farmasi yang direncanakan dapat pada
saat dibutuhkan.
3) Evaluasi perencanaan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi yang
diharapkan dengan kondisi yang terjadi.

B. Pengadaan

Pengadaan bertujuan untuk mengadakan sediaan farmasi dan perbekalan


farmasi yang telah di rencanakan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman
barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan
tenaga dan waktu berlebih.
Pengadaan barang baik sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya
dilakukan oleh karyawan dibidang perencanaan dan pengadaan dalam hal ini
dilakukan oleh Tenaga Tenik Kefarmasian yang bertanggung jawab kepada
Apoteker Pengelola Apotek. Pengadaan barang dilakukan berdasarkan data
yang tercatat pada buku defekta dan perkiraan kebutuhan konsumen dengan
arahan dan kendali APA. Kebutuhan barang tersebut dimasukkan pada surat
pemesanan barang.

C. Penerimaan

Penerimaan obat merupakan salah satu tanggung jawab Apoteker dan


Tenaga Tenik Kefarmasian yang bertujuan untuk menghindari kesalahan
pemesanan. Setelah barang datang maka dilakukan penerimaan dan
10

pemeriksaan barang. Petugas kemudian mencocokkan barang dengan surat


pesanan, apabila sesuai dengan surat pesanan, maka surat tanda penerimaan
barang di tanda tangani oleh petugas apotek.

D. Penyimpanan

Penyimpanan obat atau pembekalan farmasi dilakukan oleh Tenaga Tenik


Kefarmasian. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau
barang diinput kedalam sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang
meliputi tanggal, penambahan atau pengurangan, nomor dokumennya, jumlah
barang yang diisi atau diambil, sisa barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa,
dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau pengurangan barang.
Kartu stok ini diletakan di masing-masing obat atau barang. Setiap Tenaga
Tenik Kefarmasian bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di
lemari. Penyimpanan barang disusun berdasarkan jenis sediaan, bentuk
sediaan dan alfabetis, serta berdasarkan farmakologi, dengan menerapkan
prinsip First Expire First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO). Obat
atau sediaan farmasi lainnya harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Juga disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan obat.
Penyimpanan obat atau barang disusun sebagai berikut :
a. Lemari penyimpanan obatethical atau prescription drugs.
b. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik dengan pintu
rangkap dua dan terkunci.
c. Lemari penyimpanan sediaan sirup, suspensi dan drops.
d. Lemari penyimpanan obat tetes mata dan salep mata.
e. Lemari penyimpanan salep kulit.
f. Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti
suppositoria, insulin dan lain – lain.
g. Lemari penyimpanan obat bebas, obat bebas terbatas dan alat
kesehatan.
11

E. Pemusnahan

Umumnya untuk obat dan perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluarsa,
melalui sistem pelaporan, berita acara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

F. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik.

G. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.

2.6 Peranan Tenaga Tenik Kefarmasian di Apotek

Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, Tenaga Tenik


Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apotker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Mnengah Farmasi/Tenaga Tenik Kefarmasian.
12

Pelayanan Kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan bentuk tanggung jawab


langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk menigkatkan
kualitas hidup pasien (Menkes RI,2004). Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk menigkatkan mutu kehidupan pasien. Bentuk pekerjaan
kefarmasian yang wajib dilaksanakan oleh seorang Tenaga Tenik Kefarmasian
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/X/2002 adalah
sebagai berikut:
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan
standar profesinya.
2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat.
3. menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data
kesehatan pasien.
4. Melakukan pengelolaan apotek.
5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.
13

BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK

3. 1 Sejatah Kimia Farma

Sejarah KIMIA FARMA didirikan sejak tahun 1957, pada saat


pengambilaan alihan perusahaan milik Belnsa yang bergerak di bidang farmasi
oleh Pemerintah Republik Indonesia. Perusahan-perusahaan yang mengalami
nasionalisme antara lain N. V. Pharmaceutische Hendel Svereneging J. Van
Gorkom & Co., (Jakarta), N. V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co.,
(Jakarta), N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek, (Bandung), N. V. Jodium
Onderneming Watoedakon (Mojokerto) dan N. V. Verband Stoffe Fabriek
(Surakarta)

Berdasarkan Undang–Undang No. 86 tahun 1956, pemerintah Indonesia


melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi Belanda tersebut dan
menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1968 statusnya diubah menjadi
Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut
adalah PNF Radja Farma (Jakarta), PNF Nurani Farma (Jakarta), PNF Nakula
Farma (Jakarta), PNF Bio Farma, Perusahaan Negara (PN) Bhineka Kina
Farma (Bandung), PN Sari Husada (Yogyakarta) dan PN Farmasi dan alat
kesehatan Kasa Husada (Surabaya)

Pada tanggal 23 januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969


perusahaan – perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhineka
Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan–
perusahaan negara. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971, perusahaan
Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi
Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas,
sehingga selanjutnya menjadi PT. Kimia Farma (Persero).

Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan


APBN mengalami defist anggaran dan hutang negara semakin besar. Untuk
14

mengurangi beban hutang, pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi


BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal Dan
Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM.BUMN/2000 tanggal 7 maret 2000, PT.
Kimia Farma diprivatisasi.

Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan


cepat, maka direksi PT. Kimia Farma (Persero) mendirikan dua anak
perusahaan pada tanggal 4 januari 2002 yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan
PT. Kimia Farma Trading dan Distibution. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT.
Kimia Farma Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik dan berubah namanya menjadi PT.
Kimia Farma (Persero), Tbk.

PT. Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan Perseroan yang
didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003 dengan tujuan
melakukan usaha dalam bidang pengelolaan apotek, klinik, laboratorium
klinik, optik dan jasa kesehatan lainnya.

Sebagai perusahaan jaringan layanan kesehatan, saat ini PT. Kimia


Farma Apotek memiliki outlet yaitu apotek, klinik, laboratorium klinik dan
optik dengan jumlah lebih dari lima ratus outlet yang didukung oleh tenaga
profesional bidang kesehatan yaitu ratusan apoteker, lebih dari seribu dokter
dan puluhan tenaga kesehatan diagnostika dan optik.

Adapun visi PT. Kimia Farma Apotek yaitu Menjadi perusahaan jaringan
layanan kesehatan yang terkemuka, dan mampu memberikan solusi kesehatan
masyarakat Indonesia. Dan misi PT. Kimia Farma Apotek yaitu menghasilkan
pertumbuhan nilai perusahaan melalui:

1. Jaringan layanan kesehatan yang terintegritas meliputi jaringan apotek,


klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.
3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee
Based Income).
15

3.2 Lokasi dan Bangunan

Lokasi apotek kimia farma 380 berada di Jalan Purwakarta No. 43A
Antapani Bandung. Berlokasi dikawasan pemukiman, berada ditempat
strategis pertokoan dan dilewati oleh angkutan umum. Sesuai ketentuan yang
berlaku Apotek Kimia Farma 380 juga memiliki papan petunjuk yang
bertuliskan “KIMIA FARMA APOTEK”. Apotek Kimia Farma 380juga
mudah diakses oleh masyarakat dan mempunyai tempat parker yang aman dan
nyaman bagi pasien.

Bangunan Apotek Kimia Farma 380 terdiri dari dua lantai. Lantai
pertama digunakan sebagai ruangan tenaga kefarmaian bekerja yaitu tempat
meracik obat, swalayan farmasi. Sedangkan lantai dua di pergunakan sebagai
gudang.

3.3 Stuktur Organisasi

Struktur organisasi yang baik sangat penting agar kegiatan apotek dapat
berjalan lancar dan memudahkan pengawasan terhadap pembagian tugas,
wewenang dan tanggung jawab personil dalam menjalankan tugas masing-
masing. Apotek Kimia Farma 380dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola
Apotek (APA). Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma 308 orang yang terdiri
dari 1 orang APA, 4 orang Tenaga Tenik Kefarmasian. Dalam melaksanakan
pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi 2 shift yaitu shift pagi dan shift
siang.
16

Apoteker

Sukma Anugrah. S. Fram., Apt

Tenaga teknis Kefarmasian

Lita Pramita Zamhari Rizki

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi

3.4 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Tenik Kefarmasian

Kewajiban Tenaga Tenik Kefarmasian menurut Keputusan Mentri


Kesehatan RI No. 1332/MENKES/X/2002 adalah sebagai berikut :

1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar


profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani
penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
2. Memberi informasi :
a. Yang berkaitan dengan penggunaan/ pemakaian obat yang diserahkan
pada pasien
b. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan
masyarakat.
17

Tugas dan Tanggung Jawab :

1. Setiap Tenaga Tenik Kefarmasian menjalankan pekerjaan kefarmasian


pada sarana kefarmasian pemerintah maupun swasta dan harus memili
STRTTK.
2. Menjalankan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisonal.
3. Pekerjaan kefarmasian yang dilakulan oleh Tenaga Tenik Kefarmasian
dilakukan dibawah pengawasan apoteker tenaga kesehatan atau dilakukan
secara mandiri sesuai peraturan Undang-Undang yang berlaku.
4. Pelayanan obat bebas dan pelayanan resep.
5. Membuat buku defecta setiap hari serta menyesuaikan daftar harga dengan
harga terbaru (harga up to date).
6. Menyesuaikan obat, mencatat dan memeriksa keluar masuknya obat
dengan menggunakan kartu stok.
7. Melakukan pengecekan terhadap obat yang mendekati waktu kadaluwarsa.
8. Menyusun resep-resep menurut nomor urut dan tanggal, dibundel
kemudian disimpan.
9. Mencetak dan membuat laporan keluar masuknya obat narkotik,
psikotropika, OWA dan KB.
3.5 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi perencanaan, pengadaan,


pembayaran (di Kantor BM), penerimaan barang, penyimpanan, penyaluran
dan pengendlian perbekalan farmasi serta pengelolaan obat narkotik dan
pisikotropik. Perbekalan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat asli indonesia
(Obat Tradisonal), alat kesehatan dan kosmetik. Tujuan pengelolaan
perbekalan farmasi adalah menjamin tersedianya perbekalan farmasi yang
bermutu serta jumlah, jenis dan waktu yang tepat.
18

3.6 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan Barang di lakukan seminggu 2 kali dengan cara pemesanan


menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang di tujukan ke
BM (Biania Manager) Bandung, lalu dilakukan pemesanan langsung oleh BM
ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) atau Industri Farmasi terkait. Lalu barang
sediaan yang telah dipesan dikirimkan ke seluruh Apotek Kimia Farma.

Adapun hal yang dilakukan sebelum melakukan pengadaan barang yaitu


sebagai berikut :

a. Melakukan pencatatan di buku Defekta.


b. Mencantumkan dalam BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek)
c. Persetujuan Apoteker.
d. Dikirim ke BM (Bisnis Manager) Bandung.

3.7 Penerimaan

Pada saat penerimaan barang selesman membawa barang serta faktur


pembelian yang terdiri dari empat lembar yang 2 lembar awal untuk PBF dan
yang 2 lembar lagi untuk disimpan di Apotek (1 lembar untuk Apotek, 1
lembar lagi dikirim ke kntor BM untuk didokumentasikan). Faktur ini dibuat
sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur mengenai transaksi penjualan
barang di BPBA maupun jumlah barang yang ada. Lalu mencocokan atau
memeriksa pula barang yang di pesan meliputi nama barang, kemasan, jumlah
serta tanggal kadluarsa.

Apabila telah sesuai dengan pemesanan, Apoteker Pengelola Apotek atau


Asisiten Apoteker menerima dan menandatangani faktur dan memberi cap
Apotek sebagai bukti penerimaan barang.

3.8 Penyimpanan

Apotek Kimia Farma 380 (Antapani) memiliki cara penyimpana yang


tidak jauh berbeda dengan Apotek Kimia Farma yang lainnya yaitu sesuai
dengan temperature dimana obat atau sediaan yang memiliki perbedaan
19

temperature suhu tersendiri dalam penyimpanan, bentuk sediaan disesuaikan


(obat untuk oral, topilkal, sirup, tablet, tetes mata, tetes telinga, salep mata),
secara golongan farmakologi, dan didalamnya diurutkan berdasarkan huruf
abjad. Cara tersebut dilakukan supaya karyawan Apotek dapat dengan mudah
menghafal farmakologi suatu sediaan dan bisa dengan mudah mengingat letak
sediaan tersebut.

Sediaan dengan golongan obat bebas disimpan supaya dengn mudah


dilihat oleh konsumen. Sediaan dengan golongan obat bebas terbatas di
sesuaikan dengan menyimpan di depan tetapi diawasi dalam penggunaan nya.
Sediaan golongan obat keras disimpan di ruang racikan hal ini ditujukan
supaya pengeluaran obat tersebut dapat terpantau dan dapat diawasi dengan
teliti. Sediaan golongan obat narkotika dan pisikotropik disimpan di ruang
racik, di dalam lemari dengan bahan dasar kayu atau yang lebih kuat dari itu
dan memiliki dua pintu dan dua kunci.

Dan untuk sediaan obat suppositoria disimpan didalam kulkas


bertemperatur rata-rata 9o C. sediaan berbentuk salep dank rim di simpan
dalam satu rak dan disesuaikan dengan abjad agar dapat memudahkan untuk
menyimpan obat.

3.9 Penyaluran Perbekalan Farmasi


A. Pelayanan Obat Tanpa Resep dan alat Kesehatan
Penyaluran obat tanpa resep di lakukan untuk obat bebas, obat bebas
terbatas, dan obat wajib apotek yang bisa disebut UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri), alat kesehatan serta makanan kesehatan. Untuk
obat tertentu perlu mendapatkan perhatian khusus seperti cara pemakaian,
dan dosisnya, maka pegawai apotik yang memberikan obat tersebut wajib
memberikan informasi yang jelas pada konsumen.

B. Pelayanan Obat Resep


a. Pelayanan Resep racikan
Resep di bawa oleh pasien dari dokter ke Apotek bagian
penyerahan resep, selanjutnya dilakukan skrining resep, lalu
20

ketersediaan obat, setelah itu resep di beri harga, apabila pasien


setuju resep dibayar di bagian kasir lalu reep dikerjakan.
b. Pelayanan Resep Non Racikan
Resep non racikan umumnya sama dengan resep racikan pasien
membawa resep ke apotek kebagian penerimaan resep, selanjutnya
dilakuka skrinig resep, lalu ketersediaan obat, setelah itu diberi
harga, apabila pasien setuju resep dibayar di bagian kasir lalu resep
dikerjakan. Berbeda dengan resep racikan pasien mendapatkan
jaminan pelayanan 15 menit setelah struk tercetak, apabila
pelayanan atau resep belum selesai dalam 15 menit maka pasien
berhak mendapatkan potongan harga sebesar 5 % dari harga resep
c. Pelayana Resep Kreditang menjalani kerjasama dengan Kimia
Frma Apotek seperti : PLN, Kartu member Kimia Farma, Indosat,
Inhealt, dan lain-lain. Pasien menyerahkan resep dengan syarat
poto copy kartu anggota dan resep asli di copy, dengan maksud
obat yang telah di beli pasien bisa ditagihkan kepada perusahaan
yang bersangkutan.
d. Alur Penyerahan Resep.
Penerimaan Resep

Skrining / mengecek kelengkapan resep oleh apoteker atau Tenaga


teknis Kefarmasian

Cek ketersediaan obat

Resep di beri harga

Resep di tawarkan kepada pasien

Jika pasien setuju lakukan transaksi


21

Di lakukan dispensing / dikerjakan obatnya

Di periksa ulang oleh apoteker / Tenaga teknis


Kefarmasian

Diserahkan kepada pasien oleh apoteker untuk


menjelaskan PIO ( Pelayanan informasi obat )

Gambar 3.2 : Alur Penyerahan Resep

C. Pengawasan Expire Date

Yang dilakukan di Apotek Kimia farma 380 (Antapani) dalam pengawasan


epiare date pada sediaan yang ada di apotek yaitu dengan cara melakukan uji
petik barang. Uji petik adalah cara melakukan pengawasan sediaan oleh
apoteker dan Tenaga Tenik Kefarmasian dengan melakukan pengecekan stok
fifik dengan stok computer obat / sediaan agar dimudahkan untuk
mendapatkan data di akhir untuk stok opname untuk Tenaga Tenik
Kefarmasian dan apoteker biasanya melakukan uji petikobat / sediaan tiga
hari sekali.

Stok opname adalah cara yang dilakukan Apotek untuk mengawasi


sediaan, meliputi :

a) Jumlah sediaan (baik secara fisik maupun secara komputerisasi).


b) Expire date.
c) Kondisi kemasan.
d) Kondisi bentuk sediaan.
22

Stok opname di Apotek Kimia farma 380 (Antapani) dilakukan secara


rutin setiap tiga bulan sekali

D. Penggolongan Narkotik dan psikotropik

Penggolongan obat narkotika dan psikotropik terdapat perlakuan khusus


mulai dari cara pemesanan, penyimpanan, penyerahan, pelaporan dan cara
pemusnahan.

a. Cara pemesanan
Prosedur pemesanan
1) APA membuat pemesanan melalui SP narkotik ayau SP khusus
psikotropik.
2) Berdasarkan surat pemesanan tersebut PBF mengirimkan barang
narkotik berserta faktur ke apotek.
3) Tiga lembar surat pemesanan narkotik di tujukan untuk PBF, satu
lembar salinan sebagai arsip di apotek
b. Cara penyimpanan
Khusu untuk lemari tempat menyimpan obat narkotik sebagai berikut :
a. Lemari terdiri dari dua pintu dan dua kunci
b. Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat
c. Lemari di bagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan
 Fungsi pertama : perbekalan pikotropika dan prekursornya
 Fungsi kedua : perbekalan narkotika
c. Prosedur Penyerahan
Untuk penyerahan dari PBF ke apotek :
d. APA membuat pesanan melalui SP narkotika model N9 rangkap 4 atau
SP psikotripika rangkap 2
e. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan barang
narkotik berserta faktur ke apotek.
f. Barang diterima oleh APA atau dengan sepengetahuan APA.
g. Apotek menyimpan barang narkotika disimpan di lemari khusus sesuai
dengan peraturan yang berlaku, dokumen disimpan ditempat terpisah
untuk pencatatan dan pelaporan.
23

h. Untuk penyerahan narkotik dari apotek harus menggunaka resep dari


dokter.
i. Apotek dilarang menyerahkan bat narkotika dan psikotropik atas dasar
salinan resep dari apotek lain.
d. Prosedur Pelaporan
j. Apotek membuat laporan mutasi narkotika berdasarkan dokumen
penerimaan dan pengeluarannya setiap bulan.
k. Laporan mutasi narkotik ditanda tangani oleh APA, dibuat rangkap
lina, ditujuan pada Dinkes Dati II / kodya dengan tembusan kepada
Dinkes propinsi, kepada Balai POM, PBF Kimia Farma dan satu
salinan untuk arsip.
e. Prosedur Pumusnahan
Dalam melakukan pemusnahan peraturan menetapkan langkah-langkah
sebagai berikut :
Pembuatan Berita Acara :
1) Apotek mengumpulkan bukti fisik perbekalan narkotika yang rusak
yang akan dimusnahkan.
2) Membuat panitia pemusnahan narkotik dan mengundang Dinas
Kesehatan Dati II / Kodya, Kepala Balai POM untuk menyaksikan
pemusnahan itersebut.
3) Membuat berita acara
4) Mengirimkan berita acara pemusnahan yang ditujukan kepada :
 Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
 Dinas Kesehatan Dati II / Kodya / Propinsi.
 Arisp.

Sejauh ini di Apotek Kimia Farma 380 (Antapani) belum pernah


melakukan pemusnahan dengan kata lain sejauh ini Apotek Kimia Farma 380
(Antapani) belum pernah terjadi kemasaan sediaan yang rusak dan sediaan yang
telah kadaluarsa untuk obat Narkotik dan psikotropik.
24

E. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat di ebrikan kepada pasien, dokter, perawat,


Tenaga Tenik Kefarmasian, dan professional kesehatan lain. Apoteker PIO
memiliki 3 kriteria penilaian yang harus di sosialisasikan yaitu KIE :

a. Komunikasi
Apoteker harus berkomunikasi dengan pasien seramah mungkin sehingga
membuat pasien percaya diri untuk sehat
b. Informasi
Apoteker wajib memberikan informasi obat meliputi :
Cara pemakaian, efek samping, cara penyimpanan, dan dosis pemakaian
obat.
c. Edukasi
Selain informasi yang akan di dapet oleh pasien, Apoteker PIO juga wajib
memberikan informasi yang bersifat edukasi, sehingga pasien tidak hanya
bergantung pada dokter.

3.10 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan

Pembukuan dan pengeloaan di Apotek Kimia Farma 380 antapani


dalakukan pembukuan tertentu, dengan prosedur yang ada di Apotek, diantaranya:

a. Pengelolaan keuangan dilakukan tiap hari denan menghitung keuangan


yang didapat dari setoran penjualan di hari sebelumnya di apotek,
disetorkan tiap harinya ke bank kemudian dilakukan pembukuan secara
tertulis dan secara komputerisasi untuk mengetahui bukti storan kas di
apotek kemudian dikirim data ke BM (Bisnis Manager).
b. Pengelolaan keuangan petikes (uang kas / simpanan uang di apotek)
diantaranya modal kembalian cass / modal untuk penjualan selanjutnya,
atau untuk keperluan langsung misalnya, penukaran uang dengan nominal
kecil, dan untuk kebutuhan di apotek misalnya kebutuhan perlengkapan
alat tulis.
25

c. Dipengelolaan keuangan tuslah diperhitungkan didapat dari racikan resep,


tuslah adalah keuntungan dari tiap pembuatan pengerjaan resep.
d. Pembukuan keuangan petikes dilaporkan satu minggu sekali, di antaranya
penukaran bon, yang dimaksud dengan penukaran bon adalah penukaran
bon pengeluaran untuk keperluan apotek dengan membuatkan bon
sementara agar jumlah dari hasil peti kes menjadi tetap dan bon keperluan
apotek di masukan kedalam laporan pengeluaran keperluan apotek.

3.11 Laporan – laporan di Apotek

Laporan di apotek dapat dilakukan tiap hari dan tiap bulan sekali,
diantaranya :

a. Laporan penjualan pembelian :


Laporan penjualan dilakukan tiap hari oleh Tenaga Tenik Kefarmasian
yang bertanggung jawab di bagian pemesanan dan keuangan, laporan
dilakukan dengan secara terperinci dilihat dari rincian obat non
resepdapat dikatakan laporan iktisan pembelian ( laporan yang harus di
lakukan secara rutin ).
b. Laporan pembelian dilakukan tiap satu bulan sekali, pemesanan dapat
berupa preto, dimana pareto terdapat tiga macam yaitu, A,B,C. pareto
A ialah pemesanan obat dilihat dari jumlah barang / fast moving (
putaran pengeluaran obat yang cepat ), pareto B ialah pemesanan yang
dilihat dari jumlah obat yang kurang laku di pasaran / kurang peminat,
pareto C ialah pemesanan yang dilihat dari obat yang tidak laku.
Laporan pembelian dilakukan dengan cara merekap data pembelian
tiap bulan.
c. Laporan biaya dilaporkan tiap bulan diantaranya mengenai laporan
pengeluaran apotek seperti untuk kepentingan apotek, kepentingan
racikan, pengobatan karyawan dll.
d. Laporan redata
Laporan yang dilakukan tiap bulan mengenai pendapatan / kenaikan
omset tiap bulannya di apotek dengan menghiyung dari resep kredit
26

maupun resep tunai, yang dimaksudkan dengan resep kredit ialah resep
yang terdapat dari masing-masing instansi yang berkerjasama dengan
apotek, sedangkan resep tunai ialah resep yang terdapat dari UPDS
atau obat bebas, data tiap bulannya direkap dan dihiyung sesuai format
yang ada kemudian dilaporkan ke BM ( bisnis manager ) kmudian BM
mengirimkan data laporannya ke pusat.
e. Laporan psikotropika dan narkotika
Untuk obat-obat golongan psikotropika dan narkotika dilakukan
pelaporan tiap bulannya, laporan tiap bulan dibuat dengan cara
menghitung stok awal penjualan di tambah pembelian dan di kurangi
penjualan dan hasil stok akhir harus sama dengan stok fisiknya.
Pelaporan narkotik dan psikotropikdilaporkan ketersediaan obat di
apotek, penjualan, pemasukan dan sisa akhir ke BPOM, Dinkes
Provinsi, Dinkes Kabupaten / Kota, penanggung jawab Narkotik PT.
Kimia Farma, TBK waktu maksimal pelaporan pada tanggal 10 di tiap
awal bulan.
f. Laporan Obat-obatan expire date ( kadaluarsa )
Tiap tiga bulan sekali pada waktu stok opname obat-obatan atau
barang yang expire / kadaluarsa di pisahkan di tempat yang aman
kemudian di buat pelaporan sementara dicatat kemudian di droping (
data barang keluar ) kemudian di kirim ke gudang BM ( Bisnis
Manager ) obat-obatan yang expire dapat di musnahkan sesuai
peryratan ada pun yang bekerja sama dengan PBF ( Pedagang Besar
farmasi ) di tukar kembali.
27

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Pembahasan Apotek Kimia Farma 380

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membatu


mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
selain itu juga sebagai tempat pengabdia dan praktek profesi apoteker dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian. Apotek mempunyai peranan penting dalam
usaha peningkatan kesehatan masyarakat karena selain berperan sebagai
penyalur perbekalan farmasi di masyarakat, apotek juga diharpkan dapat
berperan sebagai pelayanan kesehatan yang memberikan informasi dan
edukasi mengenai khasiat, cara pemakaian, dosis, efek samping, dan cara
penggunaan obat serta cara penyimpanan obat.

Menurut peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 1, pekerjaan


kefarmasian adalah pembuatan sediaan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Letak Apotek Kimia Farmai 380 cukup strategis. Berlokasi dikawasan


pemukiman, berada ditempat strategis dikawasan pertokoan dan dilewati oleh
angkutan umum. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku apotek kimia farmasi
juga memiliki papan petunjuk yang bertuliskan “KIMIA FARMA APOTEK”.
Apotek Kimia Farmasi 380 juga mudah diakses oleh masyarakat dan
mempunyai tempat parkir yang aman dan nyaman bagi pasien dan mempunyai
bangunan yang cukup memadai untuk melakukan pekerjaan kefarmasian,
sebagai bangunan juga digunakan untuk praktek dokter dan swalayan farmasi.
Sebagai upaya peningkatan dan pengembangan apotek.

Untuk menjaga dan menjamin mutu, kualitas dan ketersediaan obat, apotek
Kimia Farma 380 melakukan pengelolaan apotek dengan baik. Meliputi
28

perencanaan dan pengadaan obat dan perbekalan farmasi yang didasarkan


pada pencatatan buku defekta yang berisi daftar barang yang telah mencapai
stok minimal. Perencanaan dan pengadaan obat dan perbekalan farmasi
dibuatan dalam BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) yang selanjutnya
dikirim ke BM (Bisnis Manajer) Bandung lalu BPBA tersebut di validasi oleh
BM. Setelah di validasi masing-masing BPBA apotek Kimia Farma di seluruh
Bandung disatukan untuk di buatkan SP (Surat Pesanan) yang akan di kirim ke
masing-masing PBF. Khusus untuk pesanan obat narkotika, psikotropika dan
obat-obatan yang mengandung prekursor SP di buat sendiri oleh apotek.

Pembelian obat dan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma 380 ini
selain melalui BPBA yang dikirim ke BM juga ada dilakukan pembelian
mendesak yaitu pembelian obat ke Apotek Kimia Farma lain yang bertujuan
untuk menghindari terjadinya penolakan resep.

Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 380 ini dilakukan oleh


apoteker atau Tenaga Tenik Kefarmasian dengan terlebih dahulu memeriksa
tujuan faktur apakah ke Apotek Kimia Farma Antapani atau bukan, kalau
sudah benar baru memeriksa kesesuaian barang yang ada dengan yang ada di
faktur meliputi nama obat, jumlah barang, nomor batch, keadaan fisik sediaan
dan tanggal kadaluarsa. Jika barang yang dikirim dinyatakan di terima maka
apoteker atau Tenaga Tenik Kefarmasian menindak lanjuti faktur tersebut
dengan memberi nama, paraf, tanggal penerimaan, waktu penerimaan dan cap
apotek. Jika barang tidak sesuai dengan pesanan baik jenis barang maupun
jumlah maka faktur di kembalikan lagi ke PBF-nya untuk di tukarkan
barangnya.

Penyimpanan barang di Apotek Kimia Farma 380 dilakukan secara


alfabetis berdasarkan bentuk sediaan, golongan obat, suhu penyimpanan, efek
farmakologi, dan alat kesehatan. Penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika di dalam lemari khusus yang mempunyai pintu ganda yang
masing-masing di lengkapi dengan dua kunci. Dengan adanya swalayan
farmasi di Apotek Kimia Farma 380, di harapkan pasien atau masyarakat bisa
lebih mudah dalam memilih obat-obat dan alat kesehatan yang diperlukan.
29

Selain itu dapat menambah keuntungan bagi apotek karena dengan


memberikan kebebasan kepada pasien masyarakat yang semula bertujuan
untuk membeli satu obat bisa menjadi beberapa macam obat. Tetapi
kekurangannya dalam swalayan farmasi ini tidak dicantumkannya harga pada
setiap obat atau perbekalan farmasi sehingga pasien selalu kebingungan dalam
melihat harga.

Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 380 meliputi pembelian


atas resep dokter dan non resep, UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri),
kosmetika dan alat kesehatan. Penjualan barang terdiri dari penjualan tunai,
dan penjualan kredit. Penjualan kredit berlaku hanya untuk perusahaan-
perusahaan tertentu yang bekerja sama dengan pihak BM (Bisnis Manager)
Bandung.

Setiap pelayanan non resep yang termasuk golongan obat keras atau obat
wajib apotek yang di minta oleh pasien, apoteker atau sistem apoteker
meminta untuk menulis from UPDS. Hal ini bertujuan sebagai sarana
komunikasi antara pasien dengan petugas apotek untuk memastikan kebenaran
obat yang diinginkan oleh pasien selain itu juga untuk pencatatan apotek jika
suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan.

Untuk pengendalian obat dan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma


380 masing-masing obat memiliki kartu stok obat pada kotak
penyimpanannya. Setiap ada obat yang masuk atau keluar harus di catat di
kartu stok tersebut meliputi nomor dokumen, penambahan atau pengurangan
barang, sisa barang, nomor batch, tanggal kedaularsa, dan paraf. Hal ini
penting dilakukan untuk mempermudah dalam pengontrolan stok obat dan
kesesuaian antara jumlah fisik obat dengan jumlah obat pada kartu stok.
Namun dalam hal ini petugas mengalami kendala pada jam-jam sibuk, setelah
mengambil obat petugas tidak sempat mencatat pada kartu stok sehingga
jumlah barang yang ada sering kali tidak sesuai dengan kartu stok. Tetapi
dalam hal stok obat sistem komputerisasi di apotek ini bagus jadi tidak ada
kekeliuran dalam kehilangan barang atau obat. Dan untuk menjaga agar obat
tidak ada yang kurang atau terlalu berlebih di Apotek Kimia Farma 380 sering
30

melakukan uji petik pada setiap sediaan dan perbekalan farmasi, uji petik juga
mempermudahkan pada saat dilakukannya stok opname.

Dalam penjualan obat untuk meminimalisir terjadinya penolakan resep


atau non resep Apotek Kimia Farma 380 menyarankan untuk mengganti obat
tersebut dengan obat lain yang isinya sama jika obat pesanan tersebut tidak
ada atau kosong petugas apotek juga menyarankan untuk menunggu atau
pesanan obat di antarkan ke rumah. Petugas melakukan pemesanan obat ke
apotek Kimia Farma lain yang tersedia obat pesanan pasien tersebut.

Kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia


Farma 380 mencakup pencatatan stok barang, pencatatan defekta, pencatatan
permintaan dan penerimaan barang, pencatatan rekap resep, laporan keuangan,
laporan penggunaan narkotika dan psikotropika, dan laporan stok opname.

Proses administrasi di apotek Kimia Farma di lakukan secara


komputerisasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek.
Petugas apotek yang melayani pasien mendata alamat dan nomer telepon
pasien sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Selain itu, bagi
setiap pasien yang membeli atau menebus obat di apotek selain obat bebas
tanpas membawa resep, maka petugas apotek akan mencatat nama dan alamat
pasien di komputer sehingga bisa ditelusuri riwayat pngobatan pasien. Data
tersebut sekaligus menjadi medical record pasien yang terkomputarisasi serta
bisa di gunakan untuk kepentingan tertentu bagi APA seperti konseling,
diskusi dengan dokter, penelitian dan lain-lain.

Pelayanan di Apotek Kimia Farma 380 telah melayani dengan ramah,


karyawan biasanya selalu memmberikan greeting atau sambutan dimulai
dengan mengucapkan “Selamat datang di Kimia Farma” dan menanyakan apa
yang dibutuhkan oleh konsumen, serta mengucapkan “Terima kasih. Semoga
sehat selalu.” di akhir pelayanan. Petugas juga bersikap santun dengan selalu
berbicara menggunakan bahas yang baik dan dimengerti oleh pasien, petugas
juga selalu tanggap dan cepat menangani keluhan pasien serta membantu
mengatasinya. Misalnya jika pasien tidak mampu membeli seluruh obat dalam
31

resep ditawarkan obat dengan zat khasiat sama dengan obat lain yang
harganya lebih terjangkau atau resep dibeli sebagian dahulu lalu dibuatkan
salinan resepnya. Keadaan tersebut perlu dipertahankan dan bila perlu
ditingkatkan lebih baik lagi karena keramahan petugas salah satu unsur
pendorong untuk menimbulkan minat pelangggan sehingga melakukan
pembelian dan guna memberikan kepercayaan pasien atau masyarakat.
32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktik (KP) yang telah dilakukan di Apotek Kimia
Faramasi 380 Antapani, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerja Prkatik (KP) merupakan kegiatan yang sangat bermangfaat bagi
Mahasiswa D3 Farmasi untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis dalam bidang kefarmaian dan
manajerial di apotek. Serta memberi ambaran nyata tentang
permasalahan pekerjaan kefarmasian di Apotek
2. Apotek Kimia Farma 380 telah menjalankan tugas dan fungsi dengan
baik sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014
tentang Standar Kefarmasian di Apotek dengan tujuan pelayanan
kefarmasian secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien, yang sejalan
dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan derajat kehidupan
masyarakat.
3. System manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan
Apotek Kimia Frama 380 sudah dilaksanakan sesuai dengan standard
operational procedur (SOP) yang ada di Apotek, sehingga menciptakan
pelayanan yang baik dengan sumber daya yang berkualitas.
5.2 Saran

Dari hasil kegiatan Kerja Praktik di Apotek Kimia Farma 380, dapat di
sarankan beberapa hal sebgai berikut :

1. Dalam rangka peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen, perlu


adanya peningkatan pengontrolan terhadap persediaan obat, agar dapat
meminimalkan terjadinya kekosongan obat dan penolakan resep.
2. Pemberian label harga pada obat atau sediaan farmasi yang berada di
swalayan farmasi, sehingga pemebeli mudah mengetahui harga barang
33

3. Penyimpanan bahan baku obat dan meja racik atau kegiatan peracikan
sebaiknya terpisah jauh dari wastafel agar didapat hasil yang
maksimal.
34

BAB VI

TUGAS KHUSUS HIPERTENSI

6.1 Pengertian
Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi; dan
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita
diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Hipertensi adalah penyakit yang umum,
tanpa disertai gejala khusus, dan biasanya dapat ditangani secara mudah.
Namun bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang lebih parahgagal jantung, infak serebri berupa penyakit
jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infak miokad, gagal
jantung, infak serebri, gangguan fungsi ginjal dan kematian dini.

Fakta saat ini mengungkapkan bahwa hipertensi dapat disebabkan oleh


banyak factor, termasuk faktor genetik dan faktor lingkungan. Secara umum
seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila memiliki nilai tekanan darah
sistol ≥140 mmHg dan tekanan darah diastole ≥90 mmHg

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg.Tekanan darah antara 120/80


dan 139/89mmHg disebut pra-hipertensi, dan suatu tekanan darah dari 140/90
atau diatasnya dianggap tekanan darah tinggi.

6.2 Parameter
The seventh Report of the Joint National Commite on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) 2003 dan World
Health Organization-International Society of Hypertension (WHO-ISH) 1999
telah memperbaharui klasifikasi, definisi, serta stratifikasi risiko untuk
menentukan prognosis jangka panjang
1. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Optimal <120 <80
35

Normal <130 <85


Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Hipertensi sistol terisolasi ≥140 <90
(isolated systolic
hypertension) 140-149 <90
Sub-grup : perbatasan
Table 6. 1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO

2. Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII


Kategori Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normal 120 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥100
Table 6.2. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

Angka tertinggi saat jantung berkontraksi disebut SISTOLIK. Angka yang


lebih rendah saat jantung bereaksi disebut DIASTOLIK.

6.3 ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1) Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
a) Terjadi pada sekitar 90% kasus.
b) Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan ekskresi.
c) Kebiasaan hidup : konsumsi garam yang tinggi, makan berlebihan,
stress, merokok, minuman alcohol, obesitas.
d) Tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
36

2) Hipertensi Renal (Sekunder)


Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyebab yang spesifik. Hipertensi
sekunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umumnya kasus
tersebut disebabkan oleh penyakit.
a) 5-10 % penderita hipertensi penyebabnya adalah penyakit ginjal
dan penyakit renovaskular
b) 1-2% penderita hipertensi penyebabnya adalah kelainan hormone
dan pemakaian obat tertentu.
c) Ginjal : Glomerulonefritis, pielonafritis, nekrosis tubular akut,
tumor.
d) Vascular : Aterosklerosis, hyperplasia, thrombosis, aneurisma,
emoboli kolesterol, vaskulitis.
e) Kelainan endokrin : dm, hipertiroidisme, hipotirodisme
f) Saraf : Stroke, ensepalitis
g) Obat-obatan : Kortikosteroid.

6.4 Gejala
Peninggian tekanan darah kadang–kadang merupakan satu-satunya gejala.
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun
adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur,
nyeri ini biasanya hilangsetelah bangun. Pada survai hipertensidi Indonesia
tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi
sepertipusing,cepat marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa
berat ditekuk, mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang.
Secara singkat, gejala-gejala hipertensi yaitu : sakit kepala, jantung
berdebar-debar, sulit bernapas setelah berkerja keras atau mengangkat beban
berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah,
sering buang air kecil, terutama di malam hari, telinga berdening (tinnitus),
dunia aterasa berputar (vertigo).
37

6.5 Patofisologi
Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, namun pada sejumlah kesil
pasien, penyakit ginjal atau kortrks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab
utama peningkatan tekanan darahnya (hipertensi sekunder). Namun selebihnya
tidak terdapat penyebab tunggal yang jelas pada pasien hipertensi esensial.

Beberapa mekanisme fisiologi turut berperan pada tekanan darah normal


dan yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan
penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan
terlebih dalam peningktan tekanan darah pada pasien hipertensi, seperti
makanan asin, obesitas, dan resistensi insulin, dan sisitem saraf simpatik.
Faktor lain yang telah dikaji baru-baru ini adalah faktor genetic, berat badan
lahir rendah, nutrisi dalam Rahim, dan ketidak normalan neurovaskuler

a. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial/primer


Hipertensi esensial/primer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
serum kolesterol, intoleransi glukosa, obesitas, merokok, jenias kelamin,
dan alcohol. Jika hipertensi tidak ditangani dengan efektif maka harapan
hidup akan menurun secara berkembang.

b. Hemodinamik pada Hipertensi


Keseimbangan antara curah jantung dan resistensi vaskuler perifer
berperan penting dalam pengaturan tekanan darah normal. Pada hipertensi
esensial, pasien mempunyai curah jantung normal namun terjadi
peningkatan resistensi perifer. Resistensi perifer ditentukan oleh arteriol
kecil. Kontraksi otot polos yang berkepanjangan mngakibatkan penebalan
dinding pembuluh darah arterior, sehingga menyebabkan peningkatan
resistensi perifer yang tidakdapat pulih kembali.

Dimulai sejak remaja, bertambahnya usia menyebabkan terjadinya


perubahan hemodinamik ekanan darah di dalam tubuh. Peningkatan
tekanan darah sistol yang berbanding lurus dengan usia bersifat parallel
dengan peningkatan tekanan darah diastole dan tekanan arteri rata-rat.
Peningkatan tekanan darah pada sistol, diatol dan tekanan arteri rata-rata
38

hingga usia 50 tahun disebabkan oleh adanya peningkatan resisten perifer


vaskuler. Setelah mencapai usia 50 tahun hingga 60 tahun, tekanan
diastole menurun, dan tekanan detak jantung meningkat. Tekanan darah
sistol mengalami peningkatan pada usia lanjut.

c. Faktor genetik
Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang bersifat
kompleks. Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor
genetik, dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan gangguan
hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai pembawa
hipertensi mempunya risiko dua kali lebih besar untuk terkena hipertensi.
Faktor genetik menyumbangkan 30% terhadap perubahan tekanan pada
populasi yang berbeda. Sebanyak 50 gen telah diketahui mempunyai
keterkaitan dengan hipertensi.perubahan gaya hidup seperti pola asupan
makanan juga berperan penting dalam terjadinya hipertensi pada keluarga.
Gen yang berperan pada patofisiologi penyakit hipertensi adalah :

a. Gen simerik yang mengandung promotor gen 11β-hidroksilase dan gen


urutan selanjutnya untuk memberi kode pada gen aldosterone sintase,
sehingga menghasilkan produksi ektopik aldossteron.
b. Saluran natrium endotel yang sensitive terhadap amilorid yang terdapat
pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan peningkatan
aktivitas aldosterone, penekanan aktivitas renin plasma dan
hypokalemia.
c. Kerusakan gen 11β-hidroksilase dehydrogenase menyebabkan
sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan reseptor
mineralakortikoid, sehingga menyebabkan sindrom kelebihan
mineralokortikoid.
d. Faktor intrauterine
Hipertensi pada remaja dipengaruhi oleh berat badan saat lahir. Bukti
menunjukan bahwa banyak bayi dengan berat badan rendah dapat
mengalami hipertensi pada masa remaja dan dewanya, dan biasanya terkait
dengan beberapa ketidak normalan metabolit seperti diabetes militus,
39

hiperlipidema, dan obesitas. Bayi dengan berat badan lahir rendah, yang
lahir dari ibu yang mempunyai tekanan darah diatas rata-rata selama
kehamilan juga dapat menderita hipertensi.

e. Ginjal, obesitas dan hipertensi


Tekanan ginjal natriuresis memegang peranan penting dalam patogenis
hipertensi. Penelitian menunjukan pada hipertensi kronis terdapat
gangguan tekanan natriuresis. Pencegahan tekanan natriuresis dengan
mengatur tekanan berfungsi ginjal dapat mencegah ketidak seimbangan
natrium dan karenanya mencegah hipertensi.

Terdapat penelitian yang menunjukan bahwa kelebihan berat badan


dan obesitas memegang peranan peting pada patofisiologi hipertensi.
Hipertensi terkait dengan obesitas disertai dengan gangguan tekanan
natriuresis. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan reabsorpsi natrium
akibat kecepatan filtrasi glomerular dan aliran plasma ginjal yang
meningkat.

Pada obesitas yang berkepanjangan terdapat kerusakan yang


glomerular dan gangguan tekanan natriuresis ginjal akibat peingkatan
tekanan arteri, vasodilatasi ginjal, hiperfiltrasi glomerular, dan aktivitas
neurohumoral. Kesemuanya ini mengakibatkan terjadinya pengurangan
fungsi ginjal dan hipertensi yang lebih berat.

6.6 Pengobatan
a. Non farmakologi

Modifikasi gaya hidup


Pelaksanaan gaya hidup yang positif mempengaruhi tekanan darah
memiliki implikasi baik untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi.
Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk
individu dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat
pada individu hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung
secara keseluruhan.
40

Meskipun dampak intervensi gaya hidup pada tekanan darah akan


lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam percobaan jangka
pendek, penurunan berat badan dan pengurangan garam diet juga telah
ditunjukkan untuk mencegah perkembangan hipertensi. Pada penderita
hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan
tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau
dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi.
Modifikasi diet yang efektif menurunkan tekanan darah adalah
mengurangi berat badan, mengurangi asupan garam, meningkatkan asupan
kalium, mengurangi konsumsi merokok dan alkohol,dan pola diet yang
sehat secara keseluruhan.

Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan


tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur
selama 30 menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat
menurunkan tekanan darah.

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi


tekanan darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi,
meningkatkan efikasi obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular.

b. Farmakologi
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi
yang dianjurkan oleh JNC 7 adalah: a. Diuretika, terutama jenis Thiazide
(Thiaz) atau Aldosteron Antagonist b. Beta Blocker (BB) c. Calcium
Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB) d. Angiotensin Converting
Enzym Inhibitor (ACEI) e. Angiotensin II Receptor Blocker atau A
receptor antagonist/blocker (ARB) Untuk sebagian besar pasien hipertensi,
terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan darah tercapai secara
progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja
panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali
sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
41

atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada
tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam
dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai target, maka
langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau
berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah.
Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis
rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien
memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan
darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan
menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.

Golongan Contoh obat Mekanisme Efek samping


Dieuretik Tiazide Menghambat reabsorpsi Dapat
sodium pada daerah mengakibatkan
awal tubulus distal hipokalemia,
ginjal, meningkatkan hiponatriemi, dan i
ekskresi sodium dan hipomagnesiem
volume urin,
mempunyai efek
vasodilatasi langsung
pada arteriol, sehingga
dapat mempertahankan
efek antihipertensi lebih
lama. Efek diuretik
tiazid terjadi dalam
waktu 1-2 jam setelah
pemberian dan bertahan
sampai 12-24 jam,
sehingga obat ini cukup
diberikan sekali sehari.
42

Golongan Nama obat Mekanisme Efek samping


Β-bloker Bisoprolol, Mengantagonis Mengakibatkan
metoprolol, peningkatan kardiak bronkhospasme,
atenolol, output, peningkatan bradikardia,
asebutolol dan tahanan perifer dan gangguan
Pindolol, peningkatan sodium kontraktil miokard,
penbutolol, yang diperantarai dan tangan-kaki
carteolol, aldosteron dan retensi terasa dingin
acebutolol air karena
vasokonstriksi
akibat blokade
reseptor beta-2
pada otot polos
pembuluh darah
perifer

ACE Analapril dan Angiotensin converting Netropenia dan


Inhibitor lisinopril enzyme inhibitor agranulocytosis,
benazapril, (ACEi) menghambat proteinuria,
captopril, secara kompetitif glomerulonephritis,
fosinopril, pembentukan gagal ginjal akut,
moexipril, angiotensin II dari dan angoiedema
quinapril, prekursor angiotensin I
ramipril, dan yang inaktif, yang
trandolapril terdapat pada darah,
pembuluh darah, ginjal,
jantung, kelenjar adrenal
dan otak
43

Golongan Nama obat Mekanisme Efek samping


Antagonis Aliskiren, Menghambat reseptor Hipotensi
Angiotensin irbesartan AT1 angiotensin yang
II memediasi efek
angiotensin II
(vasokonstriksi,
pelepasan aldosterone,
aktivasi simpatik,
pelepasan antidiuretic
hormone, dan konstriksi
arteriol efferen dari
glomerulus)

Calcium dihidropiridin Menyebabkan relaksasi vasodilatasi seperti


Channel (misalnya otot kardiak dan otot pusing, flushing,
Blocker nifedipin dan polos dengan mem- sakit kepala, dan
amlodipin); block voltage-sensitive edema perifer
fenilalkalamin calcium channel, terjadi lebih sering
(verapamil) sehingga mengurangi dengan
Golongan Contoh obat mekanisme Efek samping
dan masuknya kalsium dihydropiridine
benzotiazipin ekstraseluler ke dalam dari verapamil atau
(diltiazem) sel. Relaksasi otot polos diltiazem
vascular menyebabkan
vasodilatasi dan reduksi
pada tekanan darah.
α1 Blocker Prazosin, Selektif memblok Dapat terjadinya
terazosin, dan reseptor α1 yang tidak fenomena dosis-
doxazosin merubah aktivitas pertama dicirikan
reseptor α2 dan sehingga dengan hipotensi
tidak menyebabkan ortostatik, pusing
reflek takikard atau lemas yang
44

Golongan Nama obat Mekanisme i Efek samping


segera hilang,
palpitasi, dan
bahkan sinkop
yang terjadi dalam
1-3 jam dosis
pertama atau nanti
setelah dosis
meningkat
Agonis Clonidine, Menstimulasi reseptor Sedasi dan mulut
Sentral α2 guanabenz, α2 adrenergic di otak, kering.
guanfacine, yang mengurangi Penghentian
dan metildopa symphatetic outflow mendadak dapat
dari pusat vasomotor menyebabkan
dan meningkatkan tonus rebound
vagal. hypertension atau
overshoot
hypertension
Vasodilator Hydralazine Relaksasi otot polos Hydralazine dapat
dan minoxidil arteriol secara langsung menyebabkan
melalui mekanisme sindroma seperti
yang meningkatkan lupus yang terkait
konsentrasi seluler dosis, yang lebih
cyclic Guanosine umum pada
Monophosphate asetilator lambat.
(cGMP) Minoxidil juga
menyebabkan
hypertrichosis
reversibel pada
wajah, lengan,
punggung, dan
dada
45

Golongan Nama obat Mekanisme Efek samping


Reserpine menghabiskan Hidung buntu,
norepinefrin dari peningkatan sekresi
akhiran saraf simpatik gastrik, diare, dan
dan menghalangi bradikardi.
transpor norepinefirn ke Efek samping
granule penyimpanan. paling serius
Ketika saraf sistimulasi, adalah depresi
jumlah epinefrin yang mental yang terkait
dilepaskan ke sinap dosis sebagai
kurang dari biasanya. Ini akibat dari deplesi
mengurangi tonus serotonin dan
simpatik, menurunkan katekolamine.
tahanan vascular perifer
dan tekanan darah
Table 6.3 Penggolongan Obat Hipertensi
46

CONTOH RESEP HIPERTENSI

Gambar 6.1 Contoh Resep Hipertensi

1. Amlodipine
a. Indikasi
Digunakan untuk pengobatan hipertensi
b. Komposisi
Tiap tablet mengandung Amlodipine tablet 10 mg
c. Cara penggunaan
Diminum sesudah makan
d. Efek samping
Sakit kepala, lelah, mual, pusing, dan wajah memerah.
47

2. Ascardia
a. Indikasi
Mengurangi risiko kematiam dan serangan infak miokard penderita
dengan riwayat infak atau pada pasien dengan riwayat stroke.
b. Komposisi
Tiap tablet mengandung Acetylsalicylic acid 80 mg
c. Efek samping
Reaksi hipersensitif
3. Livalo
a. Indikasi
Untuk kolesterol
b. Komposisi
Β-pitavstatin
c. Cara penggunaan
Diminum setelah makan
d. Efek samping
Nyeri punggung, kostipasi, diare, myalgia.
4. Glunor XR 500
a. Indikasi
Untuk terapi pada pasien diabetes tipe 2 yang tidak tergantung insulin
dan kelebihan berat badan dimana kadar gula darah tidak dapat
dikontrol dengan diet saja.
Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes tipe 2 dengan
ketergantungan terhadap insulin yang gejalanya sulit dikontrol.
Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat
kombinasi dengan sulfonilurea.
b. Komposisi
Tiap kaplet salut selaput mengandung Metformin HCl 850 mg
c. Cara penggunaan
Diminum setelah makan
d. Efek samping
48

Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit


gangguan gastrointestinal yang biasanya hanya bersifat sementara. Hal
ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersamaan
makanan atau dengan jalan mengurangi dosis secara temporer. Bila
tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan metformin tidak perlu
langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan
hilang pada penggunaan selanjutnya. Anoreksia, mual, muntah, diare.
Berkurangnya absorbsi vitamin B12.
5. Neurofenac plus
a. Indikasi
Pengobatan akut dan kronis gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis,
ankilosa
b. Komposisi
Natrium diklofenak 50 mg, thiamin 50 mg, piridoksin hcl 50 mg,
vitamin B12 1mg
c. Cara penggunaan
Diminum setelah makan
d. Efek samping
Nyeri/kram perut, sakit kepala, diare, mual, konstipasi, kembung,
gangguan pencernaan tukak lambung, pusing, ruam, dyspepsia, sakit
kepala.matirasa vertigo dan penurunan fungsi ginjl
49

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2002. Keputusan Menteri Ksehatan Republik


Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Hal 3-4
2. Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Jakarta. Hal 3-7
3. Departemen Kesehatan RI, 2009. PeraturanPemerintah Republik Indonesia No.
51 tahun 2009 tentang PekerjaanKefarmasian. Jakarta. Hal 1-4
4. Departemen Kesehatan RI, 2009. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Jakarta. Hal 3-17
5. Departemen Kesehatan RI, 1997. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 Tentang
Psikotropika, Jakarta. Hal 1-9
6. Departemen Kesehatan RI, 2009. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Jakarta. Hal 2
7. Sukandar, Elin Y. et al, 2009, ISO Farmakoterapi. Jakarta. PT. ISFI Penerbitan.
Hal 349-351
8. Umar, M. 2009. Manajemen Apotek Praktis. Wira Putra Kencana. Jakarta. Hal
3-8, 29-32
9. Departemen Kesehatan RI, 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919 tahun
1993 tentang Kriteria Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep, Jakarta.
10. Departemen Kesehatan RI, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian tahun 2011. Jakarta.
11. Sani, Aulia. 2008. HYPERTENSION. Media crea: Jakarta
12. ISO Indonesia Volume 47
50

LAMPIRAN 1

DENAH LOKASI APOTEK KIMIA FARMA

Keterangan :
51

LAMPIRAN 2

ETIKET APOTEK MIMIA FARMA 380


52

LAMPIRAN 3

RESEP DAN COPY RESEP APOTEK KIMIA FARMA 380


53

LAMPIRAN 4

KWITANSI APOTEK KIMIA FARMA 380


54

LAMPIRAN 5
KARTU STOK APOTEK KIMIA FARMA 380
55

LAMPIRAN 6

BON PINJAMAN APOTEK KIMIA FARMA 380


56

LAMPIRAN 7

PENGAMBILAN / PENGANTAR OBAT

Anda mungkin juga menyukai