Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah kondisi sejahtera  dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap manusia berusaha menjaga agar hidupnya tetap sehat.Upaya
peningkatan kualitas dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan agar
tercapainya peningkatan pembangunan nasional khususnya dibidang
kesehatan, serta meningkatkan mutu sumber daya manusia yang dapat
melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tercapai masyarakat yang sehat
pula.

Banyak instansi dan yayasan yang menyediakan tenaga kesehatan dalam


berbagai bidang. Salah satunya SMK Farmasi Annisa yang menghasilkan
tenaga teknis kefarmasian tingkat menengah.

Dalam upaya peningkatan kualitas tenaga teknis kefarmasian yang siap pakai,
maka diperlukan penunjang kegiatan belajar mengajar di luar sekolah. Salah
satunya seperti Praktek Kerja Lapangan. Yang mana saat praktek kerja
lapangan merupakan wadah bagi siswa-siswi untuk menimba ilmu dan
sebagai pengalaman.

Salah satunya Apotek Kimia Farma 202 Kejayaan Depok yang berlokasi di Jl.
Kejayaan Raya Blok IX NO. 2, Depok II Timur. Definisi dari Apotek itu
sendiri menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI (Kepmenkes RI) No.
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang perubahan atas peraturan Menkes RI
Nomor 922/Menkes/Per/X/1993, yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu
tempat tertentu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat.

Dengan adanya praktek kerja lapangan siswa-siswi mampu berkomunikasi di


dunia pekerjaannya sehingga mengetahui permasalahan di lapangan dan cara
mengatasinya. Disamping itu, praktek kerja lapangan merupakan sarana
informasi pendidikan kesehatan bagi siswa, sehingga siswa dapat
menyumbangkan keterampilan dibidang farmasi dan mampu bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lainnya.

1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Tujuan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), yaitu :

1. Mengembangkan dan menetapkan sikap etis, profesionalisme, dan


nasionalisme yang diperlukan untuk memasuki lapangan kerja dalam
bidang farmasi
2. Memberikan pemahaman mengenai tugas dan tanggung  jawab seorang
asisten apoteker
3. Mengetahui proses layanan resep pada pasien, proses distribusi barang
seperti obat-obatan dan alat kesehatan.
4. Memberikan wawasan pengetahuan dalam bidang farmasi
5. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh
dunia kerja

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan ( PKL )

Manfaat yang didapat dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai
berikut :

1. Menghasilkan tenaga ahli farmasi yang profesional


2. Menambah pemahaman tentang dunia kerja yang sebenarnya
3. Menambah teman dan informasi di dunia kerja
4. Menambah kedisiplinan dan ketepatan waktu menuju tempat Praktik
Kerja Lapangan (PKL)
5. Menambah pengetahuan tentang bagaimana bersosialisasi dengan
lingkungan yang baru

1.4 Waktu, Tempat dan Teknis Pelaksanaan

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tanggal 19


Januari sampai dengan 13 Februari 2015 di Apotek Kimia Farma, yang
beralamat di Jl. Kejayaan Raya Blok IX No. 2 Depok. No Telp. 021-7704044
Kegiatan praktik kerja lapangan yang kami laksanakan mulai dari hari senin
sampai sabtu dengan jam kerja yang telah ditentukan yaitu :
Shift A, jam 07.00-13.00 WIB
Shift B, jam 13.00-20.00 WIB
Pergantian shift dilakukan 3 kali sehari setiap minggunya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apotek

Menurut keputusan menteri kesehatan republik Indonesia


No.1027/MENKES/IX/2004. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Apotek sebagai salah satu pelayanan perlu mengutamakan kepentingan


masyarakat dan wajib menyediakan, menyimpan, menyerahakan perbekalan
farmasi, apotek dapat di usahakan oleh lembaga atau ilustansi pemerintahan
dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik
Negara yang di tunjuk pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan
sumpah serta memperoleh izin dari dinas kesehatan setempat.

Perbekalan kefarmasian yang dimaksud dengan ketentuan umum Undang-


Undang Kesehatan Nomor : 23 tahun 1992 meliputi pembuatan, pengolahan,
peracikan, perubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan
obat atau bahan obat pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan
perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat, obat tradisional,
simplisia, alat kesehatan dan kosmetika.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang


diatur dalam :
a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.
26 tahun 1965 mengenai Apotek.
e. Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin
kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri
kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 695/MENKES/PER/VI/2007 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995
tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.

3
g. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.25 tahun


1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:

 Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.
 Sarana farmasi yang telah melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
 Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
 Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya
kepada masyarakat.

2.4 Persyaratan Mendirikan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA). Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan
apotek di suatu tempat tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI)


NO. 1332/MENKES/SK/X/2002, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan
apotek adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar
sediaan farmasi.

4
4. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah
apotek adalah :

A. Tempat/Lokasi

Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum antar
apotek tidak dipermasalahkan lagi, dengan mempertimbangkan segi
pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek
dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor lainnya.

B. Bangunan

Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi


persyaratan teknis. Luas bangunan untuk standar apotek adalah minimal
4x15m2 (60m2) selebihnya dapat diperuntukan bagi ruang praktek dokter.
Sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :


1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
2. Tempat untuk memberikan informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/materi informasi
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien
4. Ruang racikan.
5. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien
6. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam
kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.

C. Perlengkapan Apotek

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain :


1. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir, alu dan lain-lain.
2. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi
seperti lemari obat, lemari es dan lemari khusus untuk narkotika dan
psikotropika.
3. Wadah pengemas atau pembungkus dan etiket.
4. Alat administrasi seperti surat pesanan, salinan resep dan kwitansi.
5. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan
yang berhubungan dengan apotek

5
D. Tenaga Kerja/Personalia Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1332/MENKES/SK/X/2002, personil apotek dapat terdiri dari :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah
memiliki Surat Izin Apotek (SIA)
2. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di
samping Apoteker Pengelola Apotek atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka Apotek.
3. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
berada ditempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker
Pengelola Apotek di Apotek lain.
4. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai Asisten Apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di


apotek terdiri dari :
1. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker,
namun keberadaannya tidak harus ada, tergantung keperluan apotek
itu sendiri.
2. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan dan pengeluaran uang.
3. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan
keuangan apotek.

2.5 Apoteker Pengelola Apotek ( APA )

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan
dan tata cara pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA
adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA)

Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan


memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam
situasi multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia
(SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi

6
pendidikan serta memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi apoteker pengelola apotek
berdasarkan PerMenkes RI No.184/Menkes/Per/II/1995 adalah :
a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan
tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di
apotek lain

Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang


dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja
sama dengan pemilik sarana apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua
bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di
bidang pelayanan (teknis kefarmasian), maka untuk dapat melaksanakan
tugasnya dengan sukses seorang APA harus melakukan kegiatan sebagai
berikut :
a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa
tersedia dan diserahkan kepada yang membutuhkan.
b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek
menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara
lengkap.
c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.
d. Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya.
e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.
f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan
cepat, nyaman dan ekonomis.

Selain APA dikenal pula Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti.


Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek dan atau
menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apabila
APA berhalangan karena hal-hal tertentu dalam melakukan tugasnya, APA
dapat menunjuk Apoteker Pengganti.

2.6 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi
pelayanan apotek.Secara garis besar pengelolaan apotek dibagi menjadi 2,
yaitu pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan non teknis
kefarmasian.

7
1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi:
a. Pembuatan pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, penyimpanan,sediaan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, perbakalan farmasi
c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi:
 Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainya yang
diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun
kepada masyarakat.
 Pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya
dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
2. Pengelolaan non teknis kefarmasian, meliputi seluruh kegiatan
administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain
perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi
apotek.

2.7 Pelayanan Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan.Oleh karena itu,


harus menyertakan aspek pelayanan dalam setiap kegiatannya. Menurut
PERMENKES No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menyebutkan :

1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab apoteker
pengelola apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi
pada kepentingan masyarakat.
2. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan
yang bermutu baik dan absah.
3. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis
dalam resep dengan obat bermerk dagang. Namun resep dengan obat
bermerk dagang atau obat patent boleh diganti dengan obat generik.
4. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita
acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan
ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.
5. Jika pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep,
Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang
lebih tepat.
6. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan
masyarakat.
7. Apabila Apoteker menganggap bahwa didalam resep terdapat
kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, maka Apoteker harus

8
memberitahukannya kepada dokter penulis resep. Apabila atas
pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya,
dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda
tangan yang lazim diatas resep.
8. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun.
10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang
menurut perundang-undangan yang berlaku.
11. APA, Apoteker pendamping atau Apoteker pengganti diizinkan
menjualobat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar
Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

2.8 Penggolongan Obat

Menurut Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar


Obat Jadi bahwa yang dimaksud dengan golongan obat adalah penggolongan
yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan
serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras, psikotropika dan narkotika.

2.8.1 Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan
berwarna hijau. Dalam kemasan obat juga disertakan brosur yang
berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, aturan
pakai, efek samping ,nomor batch, nomor registrasi, nama dan
alamat pabrik, serta cara penyimpanannya. Penandaan akan
berubah pada produk obat bebas terbatas.

Contoh obat bebas adalah Paracetamol, Aspilets , Sanmol , Tempra


, Mylanta , Polysilane , Praxion , Pedialite , OBH , Promagh , Olarit

9
, Mycrolax (penyebutan merk dagang, karena obat tersebut dalam
kombinasi).

2.8.2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati


penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat
bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran
yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan
lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.6355/Dirjen/SK/69
tanggal 5 November 1975, disertai tanda peringatan P. No.1 sampai
P. No. 6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang
menyebutkan nama obat yang bersangkutan, daftar bahan
berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian,peringatan serta kontra
indikasi.

Khusus untuk obat bebas terbatas, selain terdapat tanda khusus


lingkaran biru, diberi pula tanda peringatan untuk aturan pakai
obat, karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini
aman digunakan untuk pengobatan sendiri. Tanda peringatan
tersebut berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada
dasar hitam yang terdiri dari 6 macam yaitu P No. 1, P No. 2, P No.
3, P No. 4, P No. 5, dan P No. 6 sebagai berikut :

10
Contoh obat bebas terbatas yaitu adalah Theophiline,
Pseudoefedrin HCL, Bodrex extra, ephedrin HCL,
Dextromethorphan , Panadol , Procold , Fludane , Antimo ,
Paramex , Bisolvon , Wood’s , Vicks , Siladex , Mixagrip
(penyebutan merk karena obat kombinasi)

2.8.3 Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep
dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan
lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat
huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Obat yang masuk ke dalam
golongan obat keras ini adalah obat yang dibungkus sedemikian
rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam
kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta
obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan
Menteri kesehatan Republik Indonesia. diperlukan informasi
lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan
secara tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi
tubuh sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker jika anda
mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter,

11
penggunaan obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat
terhadap penyakit dan meminimalkan efek sampingnya.
Contoh obat keras adalah Loratadine, Pseudoefedrin, Bromhexin
HCL, Alprazolam, Clobazam, Amitriptyline, Lorazepam,
Nitrazepam, Midazolam, Estrazolam, Sertraline HCL,
Carbamazepin, Haloperidol, phenytoin, Levodopa, Benzeraside,
Ibuprofen, Ketoprofen dan lain-lain

2.8.4 Obat Psikotropika

Menurut Undang- Undang Nomor 5 Tahun


1997 tentang Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syarafpusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku.

 Ruang lingkup pengaturan Psikotropika dalam undang-undang


ini adalah Psikotropika yang mempunyai potensi sindroma
ketergantungan, yang menurut undang-undang tersebut dibagi
kedalam 4 (empat) golongan yaitu : golongan I, golongan II,
golongan III, dan golongan IV. Obat psikotropika terbagi atas
4 golongan.
1. Golongan I, digunakan hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan
tidak untuk terapi. Berpotensi Amat Kuat. Contohnya yaitu
lisergida (LSD), MDMA, meskalina, psibolina, katinona.
2. Golongan II, berkhasiat pengobatan dan dapat pengobatan
dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan. Berpotensi Kuat.
Contohnya yaitu amfetamin, metakualon, metamfetamin.
3. Golongan III, berkhasiat pengobatan dan dapat pengobatan
dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan. Berpotensi Sedang.
Contohnya yaitupentobarbital, amobarbital, flunitrazepam,
Katina.
4. Golongan IV, berkhasiat pengobatan dan sangat luas dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengetahuan. Berpotensi Ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya yaitu
diazepam, fenobarbital, klobazam, nitrazepam.

12
2.8.5 Obat Narkotika

Pengertian narkotika menurut Undang Undang Nomor 22 tahun


1997 tentang Narkotika Pasal 1, yaitu zat atau obat yang berasal
dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Sedangkan yang dimaksud
ketergantungan narkotika menurut UU tersebut adalah gejala
dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus,
toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan.

Narkotik berarti segala bahan kecuali makanan, air dan oksigen,


yang jika masuk ke dalam tubuh akan mengubah fungsinya secara
fisik atau psikologis.

Istilah narkotik mencakup berbagai jenis bahan sebagai berikut :

1. Obat terlarang, seperti kafeina, tembakau dan alkohol


2. Obat yang dapat dibeli di apotek atau pasar swalayan, seperti
analgesik, misal aspirin, kodin dan parasetamol serta obat
anti-radang non-steroid
3. Obat resep seperti obat penenang, misal Valium, Rohypnol
dan Serepax
4. Obat terlarang, seperti ganja, heroin, halusinogen dan
amfetamina
5. Bahan lain yang disalahgunakan, seperti pelarut dan bensin.

Istilah narkotik dalam pengobatan merujuk kepada bahan candu


dan turunannya atau bahan sintetik yang bertindak seperti candu.
Berdasarkan definisi tersebut maka bahan narkotik hanya boleh
digunakan dalam bidang pengobatan, yaitu sebagai sejenis obat
penahan sakit. Misalnya, akibat patah tulang ataupun pada saat
pembedahan. Penggunaan narkotik selain untuk tujuan pengobatan,
dikatakan sebagai penyalahgunaan. Obat narkotika terbagi atas 3
golongan.

13
1. Golongan I, hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan tidak untuk terapi. Berpotensi Sangat Tinggi.
Contohnya yaitu opium mentah, tanaman koka, ganja.
2. Golongan II, dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan. Berpotensi Tinggi.
Contohnya yaitu morfina, petidin, tebakon, fentanil, opium,
tebaina, dll.
3. Golongan III, narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan. Berpotensi Ringan. Contohnya yaitu
kodeina, propiram, etilmorfina, dll.

2.8.6 Obat Generik

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam
Farmakope Indonesia dan Internasional Non Proprietary Name
(INN)WHO untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.Selain itu obat
generik dapat juga merupakan obat yang telah habis masa patennya,
sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan farmasi tanpa perlu
membayar royalti.

Ada dua jenis obat generik yaitu obat generik bermerek dagang dan obat
generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat
aktifnya.Kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik
pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah berdasarkan Peraturan
MenteriKesehatan No.085/Menkes/Per/I/1989 pasal 7 ayat (1) dan (3).
3.Contoh Obat Generik yaitu Amlodipin, Paracetamol, Ambroxol,
Cefixime dll

2.8.7 Obat Wajib Apotek

Selain memproduksi obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan


pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah mengeluarkan
kebijakan Obat Wajib Apoteker (OWA). OWA merupakan obat keras
yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) kepada
pasien. Disini terdapat daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan
berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3
daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter.

14
Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam :

1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990


tentang Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1
2. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek No. 2
3. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999
tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah
kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan
pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. Peningkatan
pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui
peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi
yang tepat sehingga menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut.

Oleh karena itu, peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE


(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan
sendiri. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada
persayaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.

1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data


pasien (nama, alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep
saja yang termasuk OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup:
indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek
samping obat yang mungkin timbul serta tindakan yang disarankan
bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.

Jenis OWA

Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat,


maka obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan
bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat
antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep hidrokotison),
infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM),
obat KB hormonal.
Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang
dapat diserahkan:

15
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

2.8.8 Obat Herbal Terstandar, Jamu, dan Fitofarmaka

 Obat Herbal Terstandar (OHT), yaitu sediaan obat bahan alam


yang telah dibuktikan keamanan secara ilmiah dengan praklinik dan bahan
bakunya telah distandarisasi. Logo OHT berupa jari-jari daun (tiga pasang)
terletak dalam lingkaran. Contohnya yaitu diapet kapsul, tolak angin cair,
lelap kaplet, kiranti sehat datang bulan.

Contoh tanda Obat Herbal Terstandar

 Jamu, yaitu obat tradisional Indonesia. Logo Jamu berupa ranting


daun terletak dalam lingkaran. Contohnya yaitu parem, pilis, tapel,
buyung upi, anak sehat.
Contoh tanda Jamu

 Fitofarmaka, yaitu sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan


keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji klinis, bahan baku dan
produk jadinya telah distandarisasi. Logo fitofarmaka berupa jari-jari daun
(yang kemudian membentuk bintak) dalam lingkaran. Contoh fitofarmaka
yaitu nodiar tablet, stimuno capsul dan salep.

Contoh tanda fitofarmaka

16
2.9 Pelanggaran Apotek dan Sanksinya

2.9.1 Pelanggaran Apotek

Berdasarkan berat ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di


apotek dapat dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang
termasuk pelanggaran berat di apotek meliputi:
a. Melakukan kegiatan tanpa ada apoteker atau tenaga teknis farmasi.
b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap.
c. Pindah alamat apotek tanpa izin.
d. Menjual narkotika tanpa resep dokter .
e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak
yang tidak berhak dalam jumlah besar.
f. Tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti
pada waktu APA keluar daerah.

Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi:


1. Tidak menunjuk Apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa
hadir pada jam buka apotek (apotek yang buka 24 jam).
2. Mengubah denah apotek tanpa izin.
3. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.
4. Melayani resep yang tidak jelas dokternya.
5. Menyimpan obat rusak, tidak mepunyai penandaan atau belum
dimusnahkan.
6. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.
7. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.
8. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.
9. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.
10.Resep narkotika tidak dipisahkan.
11.Buku narkotika tidak diisi atau tidak dapat dilihat atau diperiksa.
12.Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat
diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut.

2.9.2 Sanksi Pelanggaran Apotek

17
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat
dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana.
Sanksi administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 dan Permenkes
No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah :
1. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 kali berturut-
turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya
6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin
apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi setempat. Pembekuan izin apotek tersebut
dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat
membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan
dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes
tersebut telah dipenuhi.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan
bila terdapatpelanggaran terhadap :
a. Undang-Undang Obat Keras (St.1937 No.541).
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
d. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika

BAB III

18
TINJAUAN UMUM

3.1 PT. Kimia Farma ( Persero ) Tbk


3.1.1 Sejarah PT Kimia Farma Apotek

Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat
pengambilan alihan perusahaan milik Belanda yng bergerak dibidang
farmasi oleh pemerintah Republik Indonesia. P;erusahaan-
perusahaan yang mengalami nasionalisasi antara lain
N.V.Pharmaceutisce Hendel Svereniging J. Van Gorkom (Jakarta) ,
N.V. Bandoengshe Kinine Fabriek (Bandung) , N.V. Jodium
Onderneming Watoedakon (Mojokerto) dan N.V. Verband Stoffe
Fabriek (Surakarta).

Berdasarkan Undang-Undang No.86 tahun 1956 pemerintah


Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan farmasi
Belanda tersebut dan menurut peraturan pemerintah No. 69 tahun
1968 statusnya diubah menjadi perusahaan Negara Farmasi (PNF).
Perusahaan Negara farmasi tersebut adalah PNF Radja Farma
(Jakarta) , PNF Nurani Farma (Jakarta) , PNF Nakula Farma
(Jakarta) , PNF Bio Farma , Perusahaan Ngara (PN) Bhineka Kimia
Farma (Bandung) , PN Sari Husada (Yogyakarta) dan PN Farmasi
dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya).

Pada tanggal 23 Januari 1969 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.


3 tahun 1969 Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan
penyederhanaan Perusahaan-Perusahaan Negara. Selanjutnya pada
tanggal 19 Agustus 1971 Peusahaan Negara Farmasi Kimia Farma
mengalami peralihan bentuk hukum menjadi Badan Usaha Milik
Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas sehingga
selanjutnya menjadi latar belakang PT.Kimia Farma Apotek.

PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan yang dibentuk


oleh Kimia Farma untuk mengelola apotek-apotek milik perusahaan
yang ada, dalam upaya meningkatkan kontribusi penjualan untuk
memperbesar penjualan maka PT. Kimia Farma Apotek mengelola
sebanyak 500 apotek yang tersebar diseluruh tanah air yang
memimpin pasar dibidang perapotikan dengan pebguasaan pasar
sebesar 19% dari total penjualan apotek dari seluruh Indonesia.

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani


resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek

19
dokter, optik, dan pelayanan OTC (swalayan) serta pusat pelayanan
informasi obat. Apotek Kimia Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker
yang bekerja full timer sehingga dapat melayani informasi obat
dengan baik.Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari
strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas,
dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan
diuntungkan.

PT. Kimia Farma Apotek yang dahulu terkoordinasi dalam Unit


Apotek Daerah (UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam
orientasi bisnis manager dan apotek pelayanan sebagai hasil
restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen PT. Kimia
Farma Apotek melakukan perubahan struktur (restrukturisasi)
organisasi dan sistem pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
dengan pendekatan efisiensi, produktifitas, kompetensi dan
komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada.

Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah


persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru
bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai
untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health
center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti
laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk obat-
obatan tradisional Indonesia seperti herbal medicine.

Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan


memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek
Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu
diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih
berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek
Kimia Farma haruslah mampu memberikan pelayanan yang baik,
penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang
cepat dan terasa nyaman.

3.1.2 Visi , Misi dan Motto PT Kimia Farma Apotek

a. Visi

“Menjadi perusahaan jaringan layanan farmasi yang terkemuka


dan mampu memberikan solusi kesehatan kepada masyarakat
Indonesia”

b. Misi

20
1. Memberikan jasa layanan prima atas ritel farmasi dan jasa
terkait serta memberikan jasa layanan kefarmasian bagi
pelanggan.
2. Meningkatkan nilai perusahaan untuk pemegang saham dan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan berdasarkan
prinsip GCG (Good Corporate Governance) yaitu prinsip
tata kelola usaha yang baik.
3. Mengembangkan kompetensi dan komitmen SDM yang
lebih professional untuk meningkatkan nilai perusahaan dan
kesejahteraan SDM.

c. Motto

“ I CARE” yang artinya :

 I (Innovative) : Memiliki cara berfikir out of the box, smart


dan kreatif untuk menghasilkan produk unggulan berkualitas.
 C (Customer First) : Mengutamakan pelanggan sebagai mitra
kerja.
 A (Accountable) : Memegang teguh amanah perusahaan
dengan bekerja profesional, memelihara integritas dan
membangun kerja sama.
 R (Responsible) : Bertanggung jawab, bekerja tepat waktu,
tepat target dan menyerahkan hasil kerja berkualiatas dengan
menyertakan semangat pantang menyerah dan bijaksana saat
menghadapi masalah.
 E (Eco Friendly) : Membangun sistem dan perilaku ramah
lingkungan.

3.1.3 Struktur Organisasi

PT. Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang direktur (Direktur


Utama). Direktur Utama membawahi dua direktur (Direktur
Operasional dan Direktur Pengembangan), serta juga membawahi
langsung tiga manager (Manager SDM dan Umum, Manager
Keuangan dan Akuntansi, serta Manager IT).Direktur Operasional
sendiri membawahi : Manager Operasional, Manager Layanan dan
Logistik dan Manager Bisnis. Sedangkan Direktur Pengembangan
membawahi : Manager Pengembangan Pasar.

Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator


yang sekarang disebut Bisnis Manager (BM) dan Apotek Pelayanan.

21
Bisnis Manager mengelola beberapa Apotek Pelayanan yang berada
dalam suatu wilayah. Bisnis Manager bertugas menangani pembelian,
penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada
di bawahnya.Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset
dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan
efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-
keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah.

Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah :

a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.


b. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan,
sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan
berdampak pada peningkatan penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang
diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh
sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar
dapat memperbesar range margin atau HPP rendah.

Saat ini terdapat 50 Bisnis Unit di seluruh Indonesia, dibagi dalam tiga
strata berdasarkan besar kecilnya omzet, yaitu:

a. Strata A, meliputi Jaya I, Jaya II, rumah sakit Jakarta, Bandung,


Surabaya, Yogyakarta, Medan dan Denpasar.
b. Strata B meliputi Balik Papan, Samarinda, Banjarmasin, Bogor,
Tangerang, Manado dan lain-lain.
c. Strata C, meliputi Kendari, Lampung, Jayapura dan lain-lain.

Untuk unit bisnis DKI Jakarta terdapat tujuh bisnis manajer yaitu :

a. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat


dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Blok M, Jakarta
Selatan.
b. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur,
Jakarta Utara dan Bekasi, dengan BM di Apotek Kimia Farma
No. 48, di Matraman.
c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, dengan BM di Apotek
Kimia Farma No.7 Bogor.
d. BM Depok, membawahi wilayah Depok, dengan BM di Apotek
Kimia Farma Nusantara
e. BM Sukabumi, membawahi wilayah Sukabumi, dengan BM di
Apotek Kimia Farma No.8

22
f. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM
di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang.
g. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Bisnis Manager secara struktur organisasi langsung membawahi para


manager apotek pelayanan. Selain itu, Bisnis Manager juga
membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor
inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-
fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.

3.1.4 Simbol PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma, memiliki logo yang menggambarkan matahari terbit


berwarna orange dan tulisan kimia farma berwarna biru dibawahnya.
Simbol tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu :

a. Simbol Matahari

1) Paradigma baru
Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang
lebih baik.
2) Optimis
Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut
adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan
bisnisnya.
3) Komitmen
Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara
teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan
konsistensi dalam manjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia
Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber energi
Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru
memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan
masyarakat.
5) Semangat yang abadi
Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian.

23
Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu
semangat yang abadi.

b. Jenis huruf

Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan


nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena
prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada.

c. Sifat huruf

1) Kokoh
Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam
bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan
perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis
Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme
3) Bersahabat
Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan
Kimia Farma dalam apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada
tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 7 tahun kebijakan itu
diberlakukan untuk menjadikan beberapa Apotek bergabung ke dalam
grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek
yang kuat.

3.2 Apotek Kimia Farma No. 202

3.2.1 Lokasi dan Tata Ruang

Apotek Kimia Farma No. 202 merupakan salah satu unit usaha dari
PT. Kimia Farma Apotek yang khusus bersifat pelayanan kepada
masyarakat dimana kegiatan administrasi dilakukan oleh Bisnis
Manager Depok

A. Lokasi

Apotek Kimia Farma No. 202 terletak di Jl. Kejayaan Raya Blok
IXNo. 2, Depok II Timur. Apotek berada di tepi jalan dua arah
yang cukup ramai dan terletak dalam lingkungan pertokoan serta
permukiman penduduk. Lokasi yang strategis menjadikannya
mudah dijangkau oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan
umum maupun kendaraan pribadi. Terdapat juga beberapa sarana

24
penunjang di sekitar apotek yaitu puskesmas, balai kesehatan
masyarakat, klinik, praktek dokter dan praktek bidan.

B. Tata Ruang

Apotek Kimia Farma No. 202 berdiri di atas lahan seluas ± 200
m2
dengan luas bangunan ± 150 m2. Adapun pembagian ruang atau
tempatyang terdapat di dalam apotek antara lain :
1) Ruang Tunggu
Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga
dapatmemberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu.
Selain itu juga terdapat koran dan majalah yang dapat dibaca di
tempatselama pasien menunggu.
2) Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat.
Tempat ini berupa counter yang membatasi ruang dalam
apotek dengan pasien atau pelanggan
3) Swalayan farmasi
Penjualan obat bebas menggunakan konsep swalayan dimanabarang-
barang yang dijual di swalayan farmasi antara lain obat-obat
bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, danlain-
lain : obat bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur,
dan lain-lain.
4) Tempat peracikan
Ruangan ini merupakan tempat dilakukannya peracikan obat-
obatyang berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi
fasilitasuntuk peracikan seperti timbangan,Tablette Crusher ,
lumpang,bahan baku, dan alat-alat untuk meracik lainnya.
5)Ruang bagian administrasi
Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan
untuk membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta
menginput barang-barang yang dikirim oleh distributor.
6) Ruang praktek dokter
Selain ruangan-ruangan tersebut, Apotek Kimia Farma No.
202 juga dilengkapi oleh fasilitas umum seperti kamar mandi,
musholadan lapangan parkir.

3.2.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi yang baik sangat penting agar kegiatan apotek
dapat berjalan lancar dan memudahkan pengawasan terhadap
pembagian tugas,wewenang dan tanggung jawab personil dalam
menjalankan tugas masing-masing. Apotek Kimia Farma No. 202

25
dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP)
yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manager yang
terletak di Depok. Tenaga kerja di Apotek Kimia FarmaNo.202
berjumlah 10 orang yang terdiri dari 1 orang APA,
9 orang asisten apoteker yang merangkap sebagai kasir. Dalam
melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi 3
shift yaitu : shift A ( Pukul 07.00-14.30 WIB ),shift B ( Pukul
14.00-21.30 WIB ),shift C ( Pukul 16.00-00.00 WIB ) .

3.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Apotek


A. Pemimpin Apotek 
Pemimpin Apotek Kimia Farma No. 202 adalah seorang
Apoteker Pengelola Apotek yang telah memiliki Surat Izin
Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). APA bertanggung
jawab terhadap seluruh kegiatanapotek dan bertindak sebagai
MAP yang memiliki kemampuan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengawasi jalannya
apotek.
Tugas dan Fungsi Apoteker Pengelola Apotek :
a. Melaksanakan visi, misi, dan tujuan
b. Melaksanakan business plan dan strategic plan
c. Mengarahkan dan mengelola kegiatan penjualan apotek
untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program
kerja padasetiap fungsi yang ada di apotek.
Wewenang dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek:
a. Menentukan arah/kebijakan terhadap seluruh kegiatan yang
ada diapotek.
b. Memutuskan pemecahan masalah yang dihadapi bawahan
untuk memastikan adanya peningkatan kemampuan dan
kompetensibawahan.
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan di apotek.

B. Asisten ApotekerTugas Asisten Apoteker adalah sebagai


berikut :
1. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat
danperbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan
jenis barangyang disusun secara alfabetis
2. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep
sesuai dengan peraturan kefarmasian.

26
3. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi
lainnyaberdasarkan resep yang diterima.
4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk.
5. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter
antara lainmenghitung dosis obat untuk racikan, menimbang
bahan, meracik,mengemas obat dan memberikan etiket.
6. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang
hanyadiambil sebagian atau bila diperlukan oleh pasien.
7. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada
pasienmeliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor
resep dan carapemakaian
8. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan
obat.
9. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
pasiendan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat
atauinformasi lain yang dibutuhkan.
10.Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang.
11.Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian
obatmelalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada
pelanggan.

C. Bagian Kasir Tugas dan Fungsi Bagian Kasir :


a. Menerima dan mengeluarkan uang sesuai dengan fisiknya.
b. Memelihara dan menjaga keamanan dari resiko
kehilangan,kerusakan uang.
c. Melaporkan semua hasil penjualan harian baik tunai
ataupun kredit.
d. Menyerahkan uang hasil penjualan tunai kepada kasir besar
disertaibukti penyetoran

3.2.4 Kegiatan Apotek

Kegiatan utama yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 202
meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis
kefarmasian.

A. Kegiatan Teknis Kefarmasian


Kegiatan Teknis Kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi
pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan
perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan psikotropika dan
narkotika.

27
1) Pengadaan barang
Pengadaan barang baik berupa obat dan perbekalan farmasidilakukan
oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawabkepada Apoteker
Pengelola Apotek (APA).Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma
No. 202 dilakukan melalui Bisnis Manajer. Permintaan barang
dilakukandari masing-masing apotek di bawah Bisnis Manajer dengan
caramengisi lembar Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
kemudiandikirim secara online dan akan terbaca secara otomatis di
komputerBisnis Manajer. Kemudian bagian pembelian melakukan
pemesanan kepada PBF. Barang yang dipesan oleh apotek akan diantar langsung
oleh PBF yang bersangkutan ke apotek pemesan.Apotek pelayanan dapat
melakukan pembelian mendesak  jika obat atau perbekalan farmasi lainnya
dibutuhkan segera tetapitidak ada persediaan. Akan tetapi hal ini tetap
harus dikomunikasikan dengan bagian pembelian di BM. Khusus
untuk pengadaan narkotika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing
apotek pelayanan melalui surat pesanan. Pembelian obat dan perbekalan
farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga
dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya.

Adapun dasar pemilihan PBF atau distributoradalah sebagai berikut :


1. Ketersediaan barang.
2. Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggung jawabkan.
3. Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan.
4. Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu.
5. Cara pembayaran tunai atau kredit. Prosedur pembelian barang
melalui BM :
a. Bagian pembelian di BM mengumpulkan data barang yangharus
dipesan berdasarkan permintaan dari masing-masing 59 apotek.
Pemesanan dilakukan oleh BM setiap hari kecuali hariMinggu.
b. Bagian pembelian BM membuat surat pesanan yang berisinama
distributor, nama barang, kemasan, jumlah barang, dan potongan
harga yang kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan
Apoteker Pengelola Apotek. Surat pesan dibuatrangkap dua untuk
dikirim ke distributor dan arsip bagianpembelian.
c. Setelah membuat surat pesanan, bagian pembelian langsung
memesan barang ke distributor. Apabila pesanan dilakukan
mendadak maka bagian pembelian akan melakukan pemesanan
dengan langsung mengambil barang ke tempat distributor
d. PBF akan mengantar langsung barang yang dipesan ole hapotek yang
bersangkutan dan setelah barang yang dipesan datang dilakukan
penerimaan dan pemeriksaan nama,kemasan, jumlah dan kondisi
barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dan salinan faktur

28
dengan surat pesanan yang meliputi nama, kemasan, jumlah, harga
barangserta nama distributor. Kemudian faktur ditandatangani dan
diberi stempel apotek. Faktur asli diserahkan kembali kepada
petugas pengantar barang atau distributor untuk kemudian dijadikan
bukti pada waktu pembayaran. Salinan faktur umumnya berjumlah 3
lembar, 1 lembar disimpan oleh apotek sebagai arsip, sedangkan 2
lembar disimpan untuk kepentingan administrasi dan pembayaran
hutang dagang.

2) Penyimpanan barang
Apotek Kimia Farma No. 202 melakukan penyimpanan barang diruang
peracikan dan di tempat penjualan bebas. Untuk obat-obatyang dapat
dibeli bebas diletakkan di swalayan farmasi ataupundibelakang kasir.

a)Penyimpanan di ruang peracikan


Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang peracikan
dilakukan oleh asisten apoteker. Setiap pemasukan danpenggunaan
obat/barang harus diinput ke dalam komputer dan untuk ketelitian
sebaiknya dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal
pengisian/pengambilan,nomor dokumennya, jumlah barang yang
diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan
pengisian/pengambilan barang.Kartustok ini diletakkan di masing-
masing obat/barang. Setiap asisten apoteker bertanggungjawab
terhadap stok barang yangada di lemari.Penyimpanan barang disusun
berdasarkan kelas terapi, jenis sediaan, bentuk sediaan dan alfabetis.

Penyimpananobat/barang di ruang peracikan disusun sebagai berikut:


(1) Lemari penyimpanan obat ethical.
(2) Lemari penyimpanan obat Psikotropika
(3) Lemari penyimpanan obat generik.
(4) Lemari penyimpanan bahan baku.
(5) Obat narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci.
(6) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.
(7) Lemari penyimpanan obat tetes/drops, salep dan tetesmata.
(8) Lemari penyimpanan ampul,syringe dan infus.
(9) Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti
suppositoria, serum dan vaksin.

b)Penyimpanan obat/barang yang dapat dibeli bebas


Obat/barang yang dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak
penjualan obat bebas swalayan farmasi disamping ruangtunggu.
Pengaturan penyimpanannya didasarkan pada bentuk dan jenis

29
sediaan serta kegunaannya agar memudahkan petugas dalam
mengambil obat/barang yang diinginkan oleh pembeli.

3)Penjualan
Penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 202 meliputi :
a)Penjualan obat tunai dengan resep dokter
Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pelanggan yang
langsung
datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar
secara tunai. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut:
(1)Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima
resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan
resep tersebut.
(2)Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam
persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia,selanjutnya
dilakukan pemberian harga dan diberitahukan kepada pasien.
Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat
pada bagian counter yang di jaga oleh asisten apoteker. Bila obat
hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep
untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan
kuitansi dapat puladibuatkan kuitansi dan salinan resep di
belakang kuitansi tersebut.
(3)Resep diberi nomor urut resep. Selanjutnya nomor resep
tersebut diserahkan kepada pasien untuk mengambil obat pada
bagian penyerahan obat.
(4) Kasir mencatat jumlah obat dalam resep dan harganya pada lembar
laporan penjualan harian, kemudian resep asli diserahkan ke
bagian peracikan atau penyiapan obat.Asisten apoteker pada
bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau
menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep.
(5)Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan
dikemas.
(6)Sebelum obat diberikan, dilakukan pemeriksaan kembali
meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah
dan etiketnya serta dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai
resep aslinya dan kebenaran kwitansi.
(7)Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep.
Alamat dan nomor telepon pasien dicatat, lalu pasien diberikan
informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien.
(8)Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan
tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tigatahun.

30
b)Penjualan obat dengan resep kredit
Penjualan obat dengan resep kredit berdasarkan perjanjian
kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi
dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit
melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedu
rpelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan
resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat
beberapa perbedaan seperti :
(1)Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya
maka tidak dilakukan penetapan harga dan pembayaran oleh
pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek.
(2)Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai.
(3)Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai
kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya
berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan
(4)untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo
pembayaran yang telah disepakati bersama.

c)Penjualan bebas
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat danperbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti
obat OTC ( over the counter ) baik obat bebas maupun bebas
terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV ( Hand
Verkoop ). Prosedur penjualan bebasyang dilakukan adalah sebagi
berikut :
(1)Petugas HV menerima permintaan barang dari pasien dan
langsung menginformasikan harga.
(2)Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke
kasir
(3)Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti
penyerahan nota penjualan bebas.
(4)Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan
kepada pasien (setiap pengambilan obat jadiuntuk pelayanan
HV maka jumlah obat yang tertera pada kartu stok harus
dipotong).

B. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian


Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek
KimiaFarma No. 202 hanya berupa administrasi harian dalam
bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan tunai maupun
kredit,penyerahan BPBA ke BM serta memasukkan data resep tunai dan

31
kredit. Kegiatan non teknis kefarmasian dimulai dari kegiatan
pencatatan.Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan
keuangan di Bussiness Manager (BM). Kegiatan pencatatan
yangdilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan
administrasi ditangani oleh beberapa staf administrasi dan
keuanganyang bertanggung jawab kepada supervisor administrasi dan
keuangan,sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh kasir besar.
Supervisor administrasi dan keuangan, serta kasir besar bertanggung
jawab langsung kepada BM.

1)Kegiatan administrasi
Pembelian dilakukan oleh BM sehingga dokumen dari
bagianpembelian akan dibukukan oleh tata usaha di kartu utang
sebagaiutang apotek.Untuk penjualan tunai maupun kredit, hasil
penjualan tunai darikasir kecil masing-masing apotek pelayanan
diserahkan ke kasir besar di BM untuk dibukukan pada buku kas.
Sedangkan untuk penjualan kredit, dari masing-masing apotek
pelayanan hanyamenyerahkan copy kwitansi kepada bagian
administrasi dandibukukan di kartu piutang. Dalam melaksanakan
tugasnya,supervisor administrasi dan keuangan dibantu oleh
beberapa staf bagian :

a)Administrasi Pembelian
Setiap transaksi pembelian tunai maupun kredit akan dicatatoleh
bagian administrasi pembelian ke dalam buku pembelianapotek
setiap hari, yang kemudian di-entry datanya kekomputer. Dalam
pencatatan dicantumkan nama distributor,nama faktur, nama dan
jumlah barang, harga barang, tanggal pembelian dan besarnya
potongan harga.
b)Administrasi Penjualan
Setiap penjualan tunai maupun kredit dicatat oleh
bagianadministrasi penjualan setiap hari berdasarkan Laporan
IkhtisarPenjualan Harian (LIPH). Penjualan tunai dicatat ke
dalambuku kas (jurnal umum), sedangkan penjualan kredit dicatat
kedalam laporan piutang dagang.

c)Administrasi Personalia/Sumber Daya Manusia


Administrasi Personalia/umum mencatat semua data tentang
pegawai, menyiapkan usulan perubahan status pegawai yang
berhak mendapatkan kenaikan pangkat dan membuat
laporanabsensi pegawai.

32
2)Kegiatan keuangan
Kegiatan keuangan ditangani oleh seorang kasir besar
yangbetanggungjawab langsung setiap hari, termasuk
penerimaan danpengeluaran uang. Kasir besar bekerjasama
dengan bagian Tata Usahadalam hal administrasi, pembukuan
dan laporan.

3.2.5 Pengelolaan Narkotika


Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan
sampaipemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan
penyalahgunaanobat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di
Apotek Kimia Farma No. 202 meliputi:

a.Pemesanan narkotika
Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Kemudian surat pesanan narkotika yang sudah
ditandatangani oleh APA dikirim ke BM. Pemesanan dilakukan ke
PBF Kimia Farma selaku distributor tunggal dengan membuat surat
pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-
masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 lembar
copy SP),dan satu lembar sebagai arsip apotek.

b.Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau
dilakukan dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur
tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada
saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah
narkotika yang dipesan.

c.Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia
FarmaNo. 202 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci.

d.Pelayanan narkotika
Apotek Kimia Farma No. 202 hanya melayani resep narkotika dari
resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma
No.202 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil
sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa
resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.

33
e.Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 202
dibuat setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi
narkotika dan laporan penggunaan bahan baku narkotika. Laporan
dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang
kemudian dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota
Bogor, dengan tembusan kepada :
1. Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawab Barat.
2. Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma Tbk.
3. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
4. Arsip apotek.

f.Pemusnahan narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
1. Apoteker pengelola apotek membuat dan mendatangani
surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi
antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau
tidak memenuhi syarat.
2. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA
dikirimkanke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan
menetapkan waktu dantempat pemusnahan.
3. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari
ApotekerPengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas
Balai POM danKepala Kantor Dinkes Kota Bogor.
4. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, maka dibuat
BeritaAcara Pemusnahan yang berisi :
a. Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya
pemusnahan.
b. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
c. Cara pemusnahan.
d. Petugas yang melakukan pemusnahan.
e. Nama dan tanda tangan Apoteker pengelola Apotek Berita
acara tersebut dikirimkan kepada:
f. Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawab Barat.
g. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
h. Arsip apotek.

34
3.2.6 Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 202
meliputi:
a.Pemesanan psikotropika
Pemesanan psikotropika di apotek Kimia Farma No. 202
dilakukan dengan pemesanan secara langsung ke PBF. Kemudian surat
pesananpsikotropika di tanda tangani oleh APA setelah itu di kirim
ke BM.Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan
Surat PesananPsikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis
psikotropika. Sura tpemesanan dibuat rangkap 2, yang masing-
masing diserahkan ke PBFyang bersangkutan dan sebagai arsip di
apotek.

b.Penyimpanan psikotropika
Pemyimpanan psikotropika dilakukan dilemari khusus yang
terpisahdari sediaan yang lain.

c.Pelayanan psikotropika
Apotek Kimia Farma No. 202 melayani resep psikotropika dari
resepasli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma
No. 202sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil
sebagian.Apotek tidak melayani pembelian psikotropika tanpa
resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.

d.Pelaporan psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Kepala
DinasKesehatan setiap bulan. Laporan psikotropika memuat nama
apotek,nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah
pengeluaran,tujuan pemakaian dan stok akhir. Laporan
ditandatangani dilengkapi dengan nama APA dan nomor SIK,
serta stempel apotek dengan tembusan kepada :
1. Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat.
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
3. Arsip Apotek.

e.Pemusnahan psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara
pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan
psikotropika dapatdilakukan bersamaan dengan pemusnahan
narkotika.

35
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Kimia Farma 202 selama
satu bulan diawali dengan breaffing bersama Bapak Gunawan Rachmat
Buana, S.Si,Apt selaku APA di Apotek Kimia Farma 202. Perkenalan oleh
Asisten Apoteker dan Supervisor yang bekerja di Apotek Kimia Farma 202.
Ditempat Praktek Kerja Lapangan kami juga ada mahasiswa yang sedang
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dari Universitas
Indonesia. Kemudian pengenalan tata letak obat yang sudah tersusun
berdasarkan ISO. Dibagian depan terdapat swalayan farmasi tempat
penyimpanan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Dan dibagian dekat kasir
tempat penyimpanan Obat Generik, Suplemen Makanan dan dibelakang
tempat penyimpanan Obat Anti Histamin, Cardiovacular, Analgetik,
Antibiotik, Ginjal, Pencernaan, Diabetes & Kolesterol, Hormon, Salep, Eye
& Ear Drop, Syrup, Injeksi, dan Obat khusus Pasien Askes atau BPJS dan
kulkas untuk menyimpan sediaan Obat yang membutuhkan suhu rendah.
Pertemuan selanjutnya kami mengerjakan soal yang diberikan oleh Tenaga
Tehnik Kefarmasian tentang perhitungan sediaan Puyer dan Syrup juga
tentang copy resep.

Banyak ilmu yang kami dapat selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan
ternyata teori yang kita dapat selama pembelajaran di sekolah ada banyak hal
yang berbeda ketika kita praktekkan di dunia kerja langsung. Namun kita
harus tetap mempelajari semuanya dari dasar di sekolah agar kita mampu
menguasai dunia kerja dengan baik.

4.2 Alur Pemesanan Barang PT Kimia Farma Apotek

Alur pemesanan barang di Apotek Kimia Farma No. 202 terbagi menjadi 2
macam, yaitu Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dan Distribusi Center
(DC).

Pemesanan barang melalui BPBA dengan cara mengirim via e-mail


kegudang, lalu gudang akan memesankan barang tersebut ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF) untuk disiapkan, setelah dipersiapkan barang tersebut akan
dikirimkan dari PBF ke gudang dan jika barang sudah sampai digudang,
barang akan langsung dikirim ke Apotek atau ke Outlet-outlet lainnya sesuai
dengan jumlah obat yang diminta oleh Apotek.

36
Sedangkan pemesanan dengan DC lebih terpusat pengadaannya karena
barang tersebut dikumpulkan disuatu tempat agar mendapatkan discount serta
meringankan beban kerja di Apotek. Sistem DC ini secara otomatis akan
membaca history penjualan selama satu bulan, sehingga pemesanan barang
lebih efisien dan barang yang akan dikirim sesuai dengan data penjualan
selama satu bulan sebelumnya.

Ketika barang sudah sampai di Apotek, barang akan dicek sesuai yang
diminta pada lembar droppingan. Lalu lembar droppingan barang akan
ditandatangani oleh Apoteker atau Asisten Apoteker. Setelah dicek barang
tersebut disimpan sesuai tempatnya masing-masing. Kemudian tulis di kartu
stok jumlah barang yang datang.

4.3 Alur Pelayanan Resep Di PT Kimia Farma Apotek

Prosedur layanan resep di Apotek Kimia Farma dibagi menjadi 6, yaitu :

1. Peneriman Resep
a. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep :
 Nama, Alamat, Nomor SIP dan Tanda Tangan/Paraf Dokter
 Nama Pasien ,Umur, Alamat dan Nomor Telepon
b. Pemberian Nomor Resep
c. Penetapan Harga
d. Pemeriksaan Ketersediaan Obat
2. Perjanjian dan Pembayaran
a. Pengambilan obat semua atau sebagian
b. Ada/tidak penggantian obat atas persetujuan dokter/pasien
c. Pembayaran tunai/kredit
d. Validasi kuitansi dan salinan resep
3. Peracikan
a. Penyiapan etiket/penanandaan obat dan kemasan
b. Peracikan obat (hitung dosis-timbang-campur-kemas)
c. Penyajian hasil akhir pasien
4. Pemeriksaan Akhir
a. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep
 Nomor resep
 Nama Obat, Bentuk dan Jenis Sediaaan, Jumlah dan Aturan
Pakai
b. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli
c. Kebenaran kuitansi
5. Penyerahan Obat dan Pemberian/Informasi
a. Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi
tentang :

37
 Nama obat, Bentuk dan Jenis Obat, Dosis, Jumlah dan
Aturan pakai
 Cara penyimpanan
 Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya
b. Tanda Terima pasien/penerimaan obat
6. Layanan Purna Jual

a. Komunikasi dan Informasi

b. Penggantian obat bila diperlukan atas permintaan dokter

38
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Selama (PKL) yang kami laksanakan di Apotek Kimia Farma
selama kurang lebih satu bulan mulai dari tanggal 19 Januari 2015
sampai dengan 13 Februari 2015, selama kami menjalakan (PKL)
tentunya banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan dan kami
mengetahui bahwa tugas Asisten Apoteker tidak hanya meracik
obat tetapi memberikan pelayanan yang baik kepada pasien serta
memberikan informasi obat dengan jelas mengenai jenis obat,
indikasi, efek samping, kandungan obat dan cara pemakaian obat
yang akan diberikan kepada pasien. Kegiatan yang kami lakukan
adalah menulis etiket, menulis copy resep, menulis bon
pengambilan obat, menulis kuitansi, mengambil obat, mengecek
droppingan yang datang, meracik obat, menyetok obat swalayan
farmasi dan obat-obat generik, vitamin, ginjal, cardiovascular, anti
histamin, pencernaan, antibiotik, analgetik, hormon dan lain-lain.

5.2. Saran

a. Meningkatkan ketelitian dalam pencatatan obat yang masuk dan


yang keluar agar tidak menyebabkan kesalahan stock
b. Selalu ramah kepada pasien yang datang
c. Lebih memperhatikan indikasi dan jenis obat-obat yang ada agar
dapat menambah pengetahuan

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 1332/MenKes/SK/2002 tentang


perubahan atas PerMenKes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek, Jakarta 2002. Tugas Dan
Fungsi Apotek
2. http://duniapharmacy.blogspot.com/2011/12/definisi-apotek.html?m=1
3. https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/13/tugas-dan-fungsi-apotek-
menurut-pp-51-tahun-2009/
4. https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/13/syarat-dasar-berdirinya-
suatu-apotek/
5. http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/03/apoteker-pengelola-apotek-
apa.html
6. http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/02/pengelolaan-dan-
pelayanan-apotek.html

7. https://kedaiobatcocc.wordpress.com/2010/05/18/profil-lengkap-apotek-
kimia-farma-persero/
8. http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/03/jenis-pelanggaran-apotek-
dan-sanksinya.html

40
LAMPIRAN

Lampiran 1.

Struktur Organisasi

41
Manager Apotek Layanan
Gunawan Rachmat Buana,
S.Si,Apt

Supervisor

Desti Lia Astutik

Pelaksanaan Petugas PPO


Layanan Farmasi

 Erlanggi Paramita  Havid Taufik Abdill


 Triayu Wahyuni  M. Titis Sumiko
 Nabila Desnira
Heriana
 M. Rizki Akbar
 Tria Agusti Salamah
 M. Rizki Pratama

Lampiran 2.

Struktur Organisasi Bisnis Manajer Depok

BM Depok

42
Kasir Besar

Supervisor fSupervisor wSuper


Keuangan dan Akutansi Pengadaan User IT

eApotek KF No.143
eStaff Pengadaan
Jl.Margonda Raya No.154 A
1. Pet.Adm.Pembelian eApotek KF No.202
2. Pet.Adm.Hutang Dagang Jl.Kejayaan Raya Blok IX No.2
3. Pet.Adm.Penjualan
4. Pet.Adm.Piutang Dagang eApotek KF No.352
5. Pet.Adm.Kas/Bank Jl.Margonda Raya No.326
6. Pet.Adm.Inkasso
7. Pet.Adm.Pajak eApotek KF No.366
8. Pet.Adm.Umum dan SDM Jl.Raya Sawangan Pancoran Mas
9. Pet.Penagihan Rekening Ruko Depok Maharaja Blok AI/03

eApotek KF Kelapa Dua


Ruko Graha Citra Jl.Akses UI-45 C

eApotek KF No.375
Jl.Raya Citayam Ruko Kartini 12 A

eApotek KF No.389
Jl.Nusantara Raya No.33
Pancoran Mas
eApotek KF No.391
Jl.Kemakmuran Raya No.8
Depok II

eApotek KF No.394
Jl.Siliwangi No.35 Pancoran Mas

eApotek KF Cinere
Jl.Cinere Raya
No.17 Blok 16

eApotek KF Beji
Jl.Nusantara Raya No. 208 Beji

Lampiran 3.

Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

43
sManaging Director PT. KFA

ssComprate
Communication
Direksi

ddOperating Director ikFinance HRD and GA


Director

eeController
and ddBusiness
Compliance Developme
nt
eeAccounting
eePrincipal and
and Finance
Merchandise

ddHRD
Manager and
GA

ddKF Diagnostik

ddKF Klinik
ffBisnis Manager

ddKF Optik

Lampiran 4.

Logo Kimia Farma

44
Lampiran 5.

Swalayan Farmasi

45
Lampiran 6.

Kasir dan Tempat Pemberian Obat

46
Lampiran 7.

Tempat Meracik Obat

47
Lampiran 8.

Tempat Penyimpanan Obat Suhu Rendah

48
Lampiran 9.

Tempat Penyimpanan Syrup

49
Lampiran 10.

Lemari Narkotik dan Psikotropik

50
Lampiran 11.

Timbangan

51
Lampiran 12.

Mesin Pres Puyer

52
Lampiran 13.

Blender Obat

53
Lampiran 14.

Pembungkus Puyer

54
Lampiran 15.

Wadah Puyer

55
Lampiran 16.

Pot Salep dan Lotion

56
Lampiran 17.

Plastik Klip

57
Lampiran 18.

Copy Resep

58
Lampiran 19.

Kuitansi

59
Lampiran 20.

Etiket

60
Lampiran 21.

Surat Pesanan Psikotropik

61
Lampiran 22.

Surat Pesanan Narkotik

62
Lampiran 23.

Rekapan Resep Psikotropika

63
Lampiran 24.

Rekapan Resep Narkotika

64
Lampiran 25.

Buku Droppingan

65
66

Anda mungkin juga menyukai