Anda di halaman 1dari 28

PELAKSANAAN PERMENKES NO

31 TAHUN 2016

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR


Pasuruan, 28 Februari 2017
LATAR BELAKANG
Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 dibuat dengan
menimbang diperlukan adanya penyesuaian

Permenkes 889/MENKES/PER/V/2011 dengan


perkembangan dan kebutuhan hukum saat ini.

mengingat beberapa peraturan yang terkait sebelumnya


seperti UU No. 36 Tahun 2019 tentang Kesehatan & UU No
36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, dan lainnya.
TERDAPAT 3 (TIGA) PASAL DI
PERMENKES 889 TH
2011DISESUAIKAN

Perubahan mendasar ada pada pasal 17, 18, dan 19.

Permenkes ini terdiri dari 2 pasal, pasal pertama


merubah nomenklatur dari surat izin kerja menjadi surat
izin praktik.

Selain itu pada ketentuan ayat (2) pasal 17 diubah


sebagai berikut
PERUBAHAN

Pasal 18

(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1


(satu) fasilitas kefarmasian.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) SIPA


bagi apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat diberikan
untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan kefarmasian.

(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka Apoteker
yang bersangkutan hanya memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas
pelayanan kefarmasian lain.

(4) SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
kefarmasian.

Pasal 19 : SIPA atau SIPTTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17 diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga Kefarmasian menjalankan
praktiknya.


Pasal lainnya di Permenkes 889/MENKES/PER/V/2011 masih
berlakuDengan demikian pasal lainnya masih berlaku di
Permenkes 889/MENKES/PER/V/2011 termasuk bunyi Bagian
Kedua : Tata Cara Memperoleh SIPA, SIKA (menjadi Surat Izin
Praktik), dan SIKTTK (menjadi SIPTKK)
Pasal 21
(1) Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan
contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 6 terlampir.

(2) Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;


b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan
fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran;
c. surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
d. pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar;

(3) Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan
secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga.

(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama 20
(dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap dengan
menggunakan.
UPAYA DALAM PELAKSANAAN
PERMENKES NO 31
1. Hasil Rapat Koordinasi dengan Ketua/perwakilan Pengurus Cabang IAI se-Jawa
Timur dan Kepala Seksi Farkalkes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada
tanggal 24 Oktober 2016 pukul 16.30 21.30 WIB. Rapat ini bertujuan untuk
memperoleh kesepahaman antara Pengurus Daerah dan Cabang IAI serta Dinas
Kesehatan mengenai implementasi peraturan tersebut.


Ketentuan Umum


Tata Cara Pengurusan Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)

Sambil menunggu terbitnya juknis dari Permenkes tersebut dalam
rangka pelayanan publik yang disesuaikan dengan analisis situasi
dan kondisi di Lapangan

Surat Edaran Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan no 31


tahun 2016 tentang Perubahan Atas pertauran Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor :889/Menkes/Per/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian di
Wilayah Provinsi Jawa Timur
DISKUSI TTG PELAKSANAAN PERMENKES NO
31 TAHUN 2016

DINKES PROV JATIM

DINKES KOTA SURABAYA

DINKES KAB SIDOARJO

PD IAI JATIM

PC IAI KOTA SURABAYA

PC IAI KAB SIDOARJO


KETENTUAN KESEPAKATAN DG PD IAI JATIM & KAB/KOTA

Apoteker dapat melakukan praktik kefarmasian paling banyak


dengan 3 (tiga) Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan salah
satu SIPA melekat dengan Surat Izin Apotek (SIA).

Apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi


Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat/Institusi Kefarmasian TNI- POLRI
dapat memperoleh SIPA ke-2 dan SIPA ke-3.

Pengurusan SIPA harus mendapat rekomendasi yang


diterbitkan oleh Pengurus Cabang IAI sesuai lokasi praktik
Apoteker di Kota atau Kabupaten di Jawa Timur.
Pemberian rekomendasi SIPA (termasuk SIPA ke-2 dan SIPA
ke-3) oleh Pengurus Cabang IAI berdasarkan pertimbangan:
a. Pelaksanaan praktik Apoteker yang bertanggung jawab
b. Waktu tempuh Apoteker dari domisili ke tempat praktik
dalam waktu 1 (satu) jam (dalam satu Cabang atau Cabang
lain) atau berada di lingkungan tempat tinggal sendiri
SURAT EDARAN

NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN


NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR
889/MENKES/PER/V/2011 TENTANG REGISTRASI, IZIN PRAKTIK,
DAN IZIN KERJA TENAGA KEFARMASIAN
SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA)

Setiap apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian


wajib memiliki surat izin berupa Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
sesuai tempat fasilitas kefarmasian.

Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas


Produksi atau Fasilitas Distribusi/Penyaluran hanya dapat diberikan
1 (satu) SIPA sesuai dengan tempatnya bekerja.

Apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di Fasilitas


Pelayanan Kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3
(tiga) SIPA, berupa:

1) SIPA Kesatu;

2) SIPA Kedua; dan/atau

3) SIPA Ketiga.
Dikecualikan, apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi
Pemerintah/TNI/POLRI dapat memiliki paling banyak 3 (tiga)
SIPA.

Apoteker hanya boleh mempunyai 1 (satu) Surat Izin Apotek


(SIA).

Dalam hal apoteker telah memiliki SIA, maka apoteker yang


bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas
pelayanan kefarmasian lain.

Bagi apoteker sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja


di fasilitas pelayanan kefarmasian milik pemerintah harus memiliki
SIPA.

Dalam rangka permohonan untuk memperoleh SIA, apoteker


dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga.
SIA bersifat melekat pada SIPA, dan memiliki masa berlaku sesuai
dengan SIPA.

Setiap apoteker yang menjalankan pekerjaan kefarmasian di fasilitas


pelayanan kefarmasian wajib memasang papan nama praktik yang
mencantumkan:

1) Nama Apoteker;

2) SIPA/SIA; dan

3) Waktu praktik (hari/jam).

Fasilitas pelayanan kefarmasian hanya dapat memberikan


pelayanan kefarmasian sepanjang apoteker berada di tempat dan
memberikan pelayanan langsung kepada pasien.
Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, SIPA
atau SIKA yang bersangkutan berlaku sebagai SIPA sampai habis
masa berlakunya.
TATA CARA PEMBERIAN SIPA

Apoteker mengajukan permohonan SIPA kepada kepala dinas


kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) kabupaten/kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan.

Apoteker mengajukan permohonan SIPA sebagaimana dimaksud


pada butir a menggunakan formulir sebagai berikut:

1) Formulir 1 untuk SIPA di fasilitas pelayanan kefarmasian


(terlampir);

2) Formulir 2 untuk SIPA di fasilitas produksi (terlampir); atau

3) Formulir 3 untuk SIPA di fasilitas distribusi/penyaluran (terlampir).


. Permohonan SIPA harus melampirkan:

1) fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;

2) surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi dengan


menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 4
terlampir atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan
kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau
distribusi/penyaluran dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 5 terlampir;

3) surat persetujuan dari atasan langsung bagi apoteker yang akan


melaksanakan pekerjaan kefarmasian di fasilitas kefarmasian
dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam
Formulir 6 terlampir;

4) surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan

5) pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar.

Dalam hal apoteker mengajukan permohonan SIPA di fasilitas


Dalam hal apoteker mengajukan permohonan SIPA di fasilitas
pelayanan kefarmasian, untuk:

1) SIPA Kedua harus melampirkan fotokopi SIPA Kesatu; atau

2) SIPA Ketiga harus melampirkan fotokopi SIPA Kesatu dan SIPA


Kedua.

Dalam mengajukan permohonan SIPA harus dinyatakan secara


tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian.

Kepala dinas kesehatan atau penyelenggara Pelayanan Terpadu


Satu Pintu (PTSP) kabupaten/kota harus menerbitkan SIPA paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 7, Formulir 8, atau Formulir 9 terlampir.
APOTEK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 9 TAHUN 2017

TENTANG

APOTEK
KEPEMILIKAN

Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau


modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.

Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan


pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.

BANGUNAN

Bangunan Apotek harus bersifat permanen & dapat merupakan


bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah
toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
Paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:

1. penerimaan Resep;

2. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara


terbatas);

3. penyerahan

4. konseling;

5. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan

6. arsip.
KETENAGAAN

Apoteker pemegang SIA dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga


Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga administrasi.

Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin


praktik

PENYELENGARAAN
Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai; dan

b. pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.


PENYELENGARAAN

Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


Bahan Medis Habis Pakai; dan

b. pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.


Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada:

a. Apotek lainnya;

b. Puskesmas;

c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;

d. Instalasi Farmasi Klinik;

e. dokter;

f. bidan praktik mandiri;

g. pasien; dan

h. masyarakat.
Penyerahan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d
hanya dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan jumlah sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam hal:

- terjadi kelangkaan; dan

- terjadi kekosongan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Penyerahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis


pakai sebagaimana dimaksud pada huruf e sampai dengan huruf h
hanya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
PAPAN NAMA praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit i

- nama Apoteker,

- nomor SIPA, dan

- jadwal praktik Apoteker.

Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus bekerja


sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional,
standar pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan kepentingan pasien.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai