, Apt
Ketua PD IAI Jawa Timur
SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN
A. SURAT IZIN TENAGA KEFARMASIAN
SIPA diberikan Paling banyak untuk SIPA diberikan paling banyak untuk 3
1 tempat tempat
• Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA bds PMK 889/2009, SIPA dan SIKA berlaku sebagai SIPA
sampai habis masa berlakunya
KETENTUAN PEMBERIAN SIPA
Untuk permohonan SIA, Apoteker dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA Kedua atau SIPA Ketiga.
KETENTUAN PAPAN NAMA
INFORMASI MINIMAL PADA
INFORMASI MINIMAL PADA
PAPAN NAMA PRAKTIK
PAPAN NAMA APOTEK
APOTEKER
(Nama Apotek) Nama Apoteker :
Nomor SIPA :
Nomor SIA : Jadwal Praktik : (jam/hari)
Alamat :
Papan nama dipasang di dinding bagian depan bangunan atau dipancangkan di tepi jalan
B. TATA CARA PEMBERIAN SIPA
APOTEKER PERSYARATAN/ DOKUMEN YANG DIBERIKAN Kadinkes atau PTSP
Kab/Kota
Mengajukan permohonan • Surat permohonan sesuai dengan format pada Menerbitkan SIPA
SIPA formulir 1/2/3 Surat Edaran tentang Petunjuk
pelaksanaan PMK No.31/2016
1. Disepakati bahwa Apoteker yang dapat melakukan pengadaan sedian farmasi ke Pedagang Besar
Farmasi (PBF) adalah :
a) Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) di Apotek tersebut
b) Apoteker yang memiliki Surat Izin Apotek (SIA) sebagaimana dimaksud pada poin (a) jika
cuti/sakit/melahirkan/tugas dinas, mendelegasikan kepada apoteker yang memiliki SIPA di sarana
yang sama dengan memberitahukan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat.
c) Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Rumah Sakit (RS) yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Direktur RS sebagai Apoteker yang berwenang dalam pengadaan sediaan
farmasi
d) Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Klinik dan Surat Keputusan
Direktur/Pimpinan Klinik sebagai Penanggungjawab Ruang Farmasi
e) Apoteker yang memiliki SIPA di PUSKESMAS dan SK Kepala Dinas Kesehatan sebagai
Penanggungjawab Ruang Farmasi
f) Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) di Instalasi farmasi Pemerintah/TNI/POLRI
di Kab/Kota/Provinsi/Pusat dan Surat Keputusan dari Kepala Dinas Kesehatan/Kepala Daerah/Menteri
Kesehatan
Rekomendasi Rakornas 2017
Untuk Eksternal
•Diharapkan kepada Ditjen Farmalkes Kemenkes dalam melakukan
Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian dan Surat
Edaran NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja
Tenaga Kefarmasian kepada Dinas Kesehatan Prov/Kab/Kota dan
pemangku kepentingan terkait agar mengikutsertakan Pengurus IAI.
PERMENKES NO. 9 TAHUN 2017
TENTANG APOTEK
PERMENKES 9/2017: PERAN APOTEKER
DAN PEMILIK MODAL
Penyelenggaraan
Apotek
PERMENKES 9/2017 : TINJAUAN PRAKTIK APOTEKER DAN PELAYANAN KEFARMASIAN
Pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek oleh Tim pemeriksa Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Pelaporan hasil pemeriksaan oleh Tim pemeriksa Dinkes Kab/Kota kepada Pemda BAP
Kab/Kota
Penerbitan SIA oleh Pemda Kab/Kota dengan tembusan Direktur Jenderal, Kadinkes
Provinsi, Ka. Balai POM, Kadinkes Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi
• Penerbitannya SIA bersamaan dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA. Masa berlaku SIA mengikuti masa
berlaku SIPA.
• SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
PERMENKES 9/2017 : PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
Pengawasan yang dilakukan selanjutnya
dilaporkan kepada Menteri secara
berkala minimal 1(satu) kali dalam
setahun. Khusus pengawasan
sediaan farmasi dalam
pengelolaan sediaan farmasi
Kepala BPOM
melibatkan
Organisasi Profesi
Pasal 28-30
Permenkes 9/tahun 2017
• Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (pasal 1. point 1)
• Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi dan Analis Farmasi (pasal 1, poin 5)
• Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
bagi pasien. (pasal 1, poin 10)
• Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika
(pasal 1, poin 11)
• Organisasi Profesi adalah Ikatan Apoteker Indonesia. (pasal 1, poin 14)
Pasal 3
(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri
dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun
perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama
dengan pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus
tetap dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan.
Pasal 5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
Pasal 9
(1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi rak
obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,
komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan
pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.
(3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan Farmasi
dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan catatan
pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
Pasal 11
Keselamatan
Pasien