Anda di halaman 1dari 18

TUGAS STUDY CASE I

NAMA ANGGOTA :

AZKIA WANUDYA RAHMADHANI (2102065)

FELYCIA WARDI (2102074)

NURUL FARIDAH (2102093)

RAYNALDI SYAHPUTRA (2102096)

SHAFIRA DIO AMANDA (2102106)

YUNITA KURNIAWATI (2102120)

PRESEPTOR

APT. NOVIANTRI, S. FARM

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2022
Permenkes No. 1148 tahun 2011 Permenkes No. 34 tahun 2014 Permenkes No. 30 tahun 2017
Pasal 4 Ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf d diubah -
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
harus memenuhi persyaratan sebagai d.komisaris/dewan pengawas dan
berikut: a.berbadan hukum berupa direksi/pengurus tidak pernah terlibat baik
perseroan terbatas atau koperasi; langsung atau tidak langsung dalam
b.memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak pelanggaran peraturan perundang-
(NPWP); c.memiliki secara tetap apoteker undangan di bidang farmasi dalam kurun
Warga Negara Indonesia sebagai waktu 2 (dua) tahun terakhir;
penanggung jawab; d.komisaris/dewan
pengawas dan direksi/pengurus tidak
pernah terlibat, baik langsung atau
tidak langsung dalam pelanggaran
peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi;
e.menguasai bangunan dan sarana yang
memadai untuk dapat melaksanakan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
obat serta dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;
f.menguasai gudang sebagai tempat
penyimpanan dengan perlengkapan yang
dapat menjamin mutu serta keamanan obat
yang disimpan; dan
g.memiliki ruang penyimpanan obat yang
terpisah dari ruangan lain sesuai CDOB.
(2) Dalam hal permohonan dilakukan
dalam rangka penanaman modal, pemohon
harus memperoleh persetujuan penanaman
modal dari instansi yang
menyelenggarakan urusan penanaman
modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 7 Ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf c -
(1) Untuk memperoleh izin PBF, pemohon diubah sehingga Pasal 7 berbunyi
harus mengajukan permohonan kepada sebagai berikut:
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada c. pernyataan komisaris/dewan pengawas
Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat
Provinsi dan Kepala Balai POM dengan pelanggaran peraturan perundang-
menggunakan contoh Formulir 1 undangan di bidang farmasi dalam kurun
sebagaimana terlampir. waktu 2 (dua) tahun terakhir;
(2) Permohonan harus ditandatangani oleh
direktur/ketua dan apoteker calon
penanggung jawab disertai dengan
kelengkapan administratif sebagai berikut:
a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk
(KTP)/identitas direktur/ketua;
b.susunan direksi/pengurus;
c. pernyataan komisaris/dewan pengawas
dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang farmasi;
d. akta pendirian badan hukum yang sah
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. surat Tanda Daftar Perusahaan;
f. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
h.surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang;
i. peta lokasi dan denah bangunan
j. surat pernyataan kesediaan bekerja
penuh apoteker penanggung jawab; dan k.
fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker
penanggung jawab.
(3) Untuk permohonan izin PBF yang akan
menyalurkan bahan obat selain harus
memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi
surat bukti penguasaan laboratorium dan
daftar peralatan.
Pasal 8 Ketentuan Pasal 8 ayat (4) sampai dengan -
(1) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari ayat (6) diubah dan di antara ayat (4) dan
kerja sejak diterimanya tembusan ayat (5) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat
permohonan sebagaimana dimaksud dalam (4a), sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai
Pasal 7 ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan berikut:
Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan (4) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari
administratif sebagaimana dimaksud dalam kerja sejak melakukan audit pemenuhan
Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3). persyaratan CDOB, Kepala Balai POM
(2) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari melaporkan pemohon yang telah
kerja sejak diterimanya tembusan memenuhi persyaratan CDOB kepada
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Kepala Badan.
Pasal 7 ayat (1), Kepala Balai POM (4a) Paling lama dalam waktu 6 (enam)
melakukan audit pemenuhan persyaratan hari kerja sejak menerima laporan
CDOB. sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
(3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari Kepala Badan POM memberikan
kerja sejak dinyatakan memenuhi rekomendasi pemenuhan persyaratan
kelengkapan administratif, Kepala Dinas CDOB kepada Direktur Jenderal dengan
Kesehatan Provinsi mengeluarkan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan
rekomendasi pemenuhan kelengkapan Provinsi dan pemohon dengan
administratif kepada Direktur Jenderal menggunakan contoh Formulir 3
dengan tembusan kepada Kepala Balai sebagaimana terlampir.
POM dan pemohon dengan menggunakan (5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari
contoh Formulir 2 sebagaimana terlampir. kerja sejak menerima rekomendasi
(4) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) serta
kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan lainnya yang ditetapkan,
persyaratan CDOB, Kepala Balai POM Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF
mengeluarkan rekomendasi hasil analisis dengan menggunakan contoh Formulir 4
pemenuhan persyaratan CDOB kepada sebagaimana terlampir.
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada (6) Dalam hal ketentuan sebagaimana
Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat (4a)
Provinsi dan pemohon dengan dan ayat (5) tidak dilaksanakan pada
menggunakan contoh Formulir 3 waktunya, pemohon dapat membuat surat
sebagaimana terlampir. pernyataan siap melakukan kegiatan
(5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kerja sejak menerima rekomendasi kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
ayat (4) serta persyaratan lainnya yang dengan menggunakan contoh Formulir 5
ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan sebagaimana terlampir.
izin PBF dengan menggunakan contoh
Formulir 4 sebagaimana terlampir.
(6) Dalam hal ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ayat (4), dan ayat
(5) tidak dilaksanakan pada waktunya,
pemohon dapat membuat surat pernyataan
siap melakukan kegiatan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala
Badan, Kepala Balai POM dan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dengan
menggunakan contoh Formulir 5
sebagaimana terlampir.
(7) Paling lama 12 (dua belas) hari kerja
sejak diterimanya surat pernyataan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
Direktur Jenderal menerbitkan izin
Pasal 9 Ketentuan Pasal 9 ayat (2) huruf d diubah -
(1) Untuk memperoleh pengakuan sebagai sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut:
PBF Cabang, pemohon harus mengajukan (2) Permohonan harus ditandatangani oleh
permohonan kepada Kepala Dinas kepala PBF Cabang dan apoteker calon
Kesehatan Provinsi dengan tembusan penanggung jawab PBF Cabang disertai
kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai dengan kelengkapan administratif sebagai
POM, dan Kepala Dinas Kesehatan berikut:
Kabupaten/Kota dengan menggunakan d. pernyataan kepala PBF Cabang tidak
contoh Formulir 6 sebagaimana terlampir. pernah terlibat pelanggaran peraturan
(2) Permohonan harus ditandatangani oleh perundang-undangan di bidang farmasi
kepala PBF Cabang dan apoteker calon dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
penanggung jawab PBF Cabang disertai
dengan kelengkapan administratif sebagai
berikut:
a.fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/
identitas kepala PBF Cabang;
b.fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh
Direktur Jenderal;
c.surat penunjukan sebagai kepala PBF
Cabang;
d.pernyataan kepala PBF Cabang tidak
pernah terlibat pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang
farmasi;
e.surat pernyataan kesediaan bekerja penuh
apoteker calon penanggung jawab;
f.surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang;
g. peta lokasi dan denah bangunan; dan
h. fotokopi Surat Tanda Registrasi
Apoteker calon penanggung jawab.
(3) Untuk permohonan pengakuan sebagai
PBF Cabang yang akan menyalurkan
bahan obat selain harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus melengkapi surat bukti
penguasaan laboratorium dan daftar
peralatan.
- 5. Di antara Pasal 12 dan Bab III -
disisipkan 1 (satu) bagian baru, yakni
Bagian Kelima yang berbunyi sebagai
berikut:

Bagian Kelima Pembaharuan Izin PBF dan


Pengakuan PBF Cabang

6. Di antara Pasal 12 dan Pasal 13


disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 12A
yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 12A

(1) Dalam hal terjadi perubahan nama


dan/atau alamat PBF serta perubahan
lingkup kegiatan penyaluran obat atau
bahan obat, wajib dilakukan pembaharuan
izin PBF.
(2) Dalam hal terjadi perubahan izin PBF
dan/atau alamat PBF Cabang wajib
dilakukan pembaharuan pengakuan PBF
Cabang.
(3) Tata cara memperbaharui izin PBF atau
pengakuan PBF Cabang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 sampai dengan Pasal 10.
Pasal 13 Ketentuan Pasal 13 ditambahkan ayat (6) Ketentuan ayat (5) dan ayat (6) Pasal 13
(1) PBF dan PBF Cabang hanya dapat baru sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai diubah
mengadakan, menyimpan dan berikut: (5) PBF Cabang hanya dapat
menyalurkan obat dan/atau bahan obat (6) PBF dan PBF Cabang dalam melaksanakan pengadaan obat dan/atau
yang memenuhi persyaratan mutu yang melaksanakan pengadaan obat atau bahan bahan obat dari PBF pusat atau PBF
ditetapkan oleh Menteri. obat harus berdasarkan surat pesanan yang Cabang lain yang ditunjuk oleh PBF
(2) PBF hanya dapat melaksanakan ditandatangani apoteker penanggung jawab pusatnya.
pengadaan obat dari industri farmasi dengan mencantumkan nomor SIKA. (6) PBF dan PBF Cabang dalam
dan/atau sesama PBF. melaksanakan pengadaan obat atau bahan
(3) PBF hanya dapat melaksanakan obat harus berdasarkan surat pesanan yang
pengadaan bahan obat dari industri ditandatangani apoteker penanggung jawab
farmasi, sesama PBF dan/atau melalui dengan mencantumkan nomor SIPA.
importasi.
(4) Pengadaan bahan obat melalui
importasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5) PBF Cabang hanya dapat
melaksanakan pengadaan obat dan/atau
bahan obat dari PBF pusat.
Pasal 14 Ketentuan Pasal 14 ayat (4) dihapus Ketentuan Pasal 14A diubah sehingga
(1) Setiap PBF dan PBF Cabang harus sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berbunyi sebagai berikut:
memiliki apoteker penanggung jawab yang berikut: Pasal 14A
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan (4) Dihapus. (1) Dalam hal apoteker penanggung jawab
ketentuan pengadaan, penyimpanan dan tidak dapat melaksanakan tugas, PBF atau
penyaluran obat dan/atau bahan obat PBF Cabang harus menunjuk apoteker lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. Di antara Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan sebagai pengganti sementara yang bertugas
(2) Apoteker penanggung jawab 2 (dua) pasal, yakni Pasal 14A dan Pasal paling lama untuk waktu 3 (tiga) bulan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus 14B yang berbunyi sebagai berikut: (2) PBF atau PBF Cabang yang menunjuk
memiliki izin sesuai ketentuan peraturan apoteker lain sebagai pengganti sementara
perundang-undangan. Pasal 14A sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
(3) Apoteker penanggung jawab dilarang harus menyampaikan pemberitahuan
merangkap jabatan sebagai (1) Dalam hal apoteker penanggung jawab secara tertulis kepada kepala dinas
direksi/pengurus PBF atau PBF Cabang. tidak dapat melaksanakan tugas, apoteker kesehatan provinsi setempat dengan
(4) Setiap pergantian apoteker penanggung yang bersangkutan harus menunjuk tembusan Kepala Balai POM.
jawab, direksi/pengurus PBF atau PBF apoteker lain sebagai pengganti sementara
Cabang wajib melaporkan kepada Direktur yang bertugas paling lama untuk waktu 3
Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan (tiga) bulan.
Provinsi selambat-lambatnya dalam jangka (2) Penggantian sebagaimana dimaksud
waktu 6 (enam) hari kerja. pada ayat (1) harus mendapat persetujuan
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pasal 14B

(1) Setiap pergantian apoteker penanggung


jawab, pergantian direktur/ketua PBF,
wajib memperoleh persetujuan dari
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
(2) Setiap pergantian apoteker penanggung
jawab, pergantian direktur/ketua PBF
Cabang, wajib memperoleh persetujuan
dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal, Kepala Badan, dan Kepala Balai
POM.
(3) Untuk memperoleh persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), direksi/pengurus PBF atau PBF
Cabang melaporkan kepada Direktur
Jenderal atau Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi paling lambat dalam jangka waktu
6 (enam) hari kerja sejak terjadi
perubahan.
(4) Paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) hari kerja sejak diterimanya
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), Direktur Jenderal atau Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi menerbitkan surat
persetujuan dengan tembusan kepada
Kepala Badan dan Kepala Balai POM.
Pasal 19 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga Pasal Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga
PBF Cabang hanya dapat menyalurkan 19 berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
obat dan/atau bahan obat di wilayah Pasal 19
provinsi sesuai surat pengakuannya. Pasal 19 (1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan
(1) PBF Cabang hanya dapat menyalurkan obat dan/atau bahan obat di daerah
obat dan/atau bahan obat di wilayah provinsi sesuai dengan surat pengakuannya
provinsi sesuai surat pengakuannya.
(2) Dikecualikan dari ketentuan(2) Dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PBF
Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau Cabang dapat menyalurkan obat dan/atau
bahan obat di wilayah provinsi terdekat bahan obat di daerah provinsi terdekat
untuk dan atas nama PBF Pusat yang untuk dan atas nama PBF pusat yang
dibuktikan dengan Suratdibuktikan dengan Surat
Penugasan/Penunjukan. Penugasan/Penunjukan.
3) Surat Penugasan/Penunjukan (3) Setiap Surat Penugasan/Penunjukkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disahkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi berlaku hanya untuk 1 (satu) daerah
dimaksud. provinsi terdekat yang dituju dengan
jangka waktu selama 1 (satu) bulan.
(4) PBF Cabang yang menyalurkan obat
dan/atau bahan obat di daerah provinsi
terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), menyampaikan pemberitahuan atas
Surat Penugasan/Penunjukan secara
tertulis kepada kepala dinas kesehatan
provinsi yang dituju dengan tembusan
kepala dinas kesehatan provinsi asal PBF
Cabang, Kepala Balai POM provinsi asal
PBF Cabang dan Kepala Balai POM
provinsi yang dituju
Pasal 20 Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga Pasal Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga
PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan 20 berbunyi sebagai berikut: berbunyi sebagai berikut:
penyaluran obat berupa obat keras Pasal 20
berdasarkan surat pesanan yang Pasal 20 (1) PBF dan PBF Cabang hanya
ditandatangani apoteker pengelola apotek PBF dan PBF Cabang hanya melaksanakan melaksanakan penyaluran obat
atau apoteker penanggung jawab. penyaluran obat berdasarkan surat pesanan berdasarkan surat pesanan yang
yang ditandatangani apoteker pengelola ditandatangani apoteker pemegang SIA,
apotek, apoteker penanggung jawab, atau apoteker penanggung jawab, atau tenaga
tenaga teknis kefarmasian penanggung teknis kefarmasian penanggung jawab
jawab untuk toko obat dengan untuk toko obat dengan mencantumkan
mencantumkan nomor SIPA, SIKA, atau nomor SIPA atau SIPTTK.
SIKTTK. (2) Dikecualikan dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
penyaluran obat berdasarkan pembelian
secara elektronik (E-Purchasing)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 27 Ketentuan Pasal 27 ayat (1) diubah -
sehingga Pasal 27 berbunyi sebagai
(1) Permohonan penambahan gudang PBF berikut:
diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal dengan mencantumkan : Pasal 27
a. alamat kantor PBF pusat;
b. alamat gudang pusat dan gudang (1) Permohonan penambahan gudang PBF
tambahan; diajukan secara tertulis kepada Direktur
c. nama apoteker penanggung jawab pusat; Jenderal dengan tembusan Kepala Dinas
dan Kesehatan Provinsi, Kepala Badan, dan
d. nama apoteker penanggung jawab Kepala Balai POM dengan mencantumkan:
gudang tambahan. a. alamat kantor PBF pusat;
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud b. alamat gudang pusat dan gudang
pada ayat (1) ditandatangani oleh tambahan;
direktur/ketua dan dilengkapi dengan c. nama apoteker penanggung jawab pusat;
persyaratan sebagai berikut : dan
a. fotokopi izin PBF; d. nama apoteker penanggung jawab
b.fotokopi Surat Tanda Registrasi gudang tambahan.
Apoteker calon penanggung jawab gudang
tambahan;
c. surat pernyataan kesediaan bekerja
penuh apoteker penanggung jawab;
d.surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang; dan
e. peta lokasi dan denah bangunan gudang
tambahan.
(3) Permohonan penambahan gudang PBF
Cabang diajukan secara tertulis
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
dengan mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).
Pasal 28 Ketentuan Pasal 28 ayat (1) diubah -
sehingga Pasal 28 berbunyi sebagai
(1) Permohonan perubahan gudang PBF berikut:
diajukan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal dengan mencantumkan: Pasal 28
a. alamat kantor PBF pusat;
b. alamat gudang; dan (1) Permohonan perubahan gudang PBF
c. nama apoteker penanggung jawab. diajukan secara tertulis kepada Direktur
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud Jenderal dengan tembusan Kepala Dinas
pada ayat (1) ditandatangani oleh Kesehatan Provinsi, Kepala Badan, dan
direktur/ketua dan dilengkapi dengan Kepala Balai POM dengan mencantumkan:
persyaratan sebagai berikut : a. alamat kantor PBF pusat;
a. fotokopi izin PBF; dan b. alamat gudang; dan
b. peta lokasi dan denah bangunan gudang. c. nama apoteker penanggung jawab.
(3) Permohonan perubahan gudang PBF
Cabang diajukan secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan
mengikuti ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Pasal 34 Ketentuan Pasal 34 ayat (6) diubah -
(1) Dalam hal PBF atau PBF Cabang sehingga Pasal 34 berbunyi sebagai
diberikan sanksi administratif berupa berikut:
penghentian sementara kegiatan (6) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 wajib melaporkan pemberian sanksi
ayat (2) huruf b, pengaktifan kembali izin administratif kepada Direktur Jenderal
atau pengakuan dapat dilakukan jika PBF dengan tembusan Kepala Badan dan
atau PBF Cabang telah membuktikan Kepala Balai POM.
pemenuhan seluruh persyaratan
administratif dan teknis sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Direktur Jenderal berwenang mencabut
Izin PBF berdasarkan rekomendasi Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau hasil
analisis pengawasan dari Kepala Badan.
(3) Kepala Badan berwenang memberi
sanksi administratif dalam rangka
pengawasan berupa Peringatan dan
Penghentian Sementara Kegiatan PBF
dan/atau PBF Cabang.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
berwenang memberi sanksi administratif
berupa peringatan, penghentian sementara
kegiatan PBF dan/atau PBF Cabang, dan
pencabutan pengakuan PBF Cabang.
(5) Kepala Badan wajib melaporkan
pemberian sanksi administratif kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
(6) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi wajib
melaporkan pemberian sanksi administratif
kepada Direktur Jenderal.
Pasal 35 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga Pasal -
35 berbunyi sebagai berikut:
(1) PBF dan PBF Cabang yang telah
memiliki izin dan/atau pengakuan sebelum Pasal 35
Peraturan Menteri ini diundangkan, wajib
menyesuaikan perizinan dan (1) Permohonan Izin PBF dan PBF Cabang
penyelenggaraan usahanya paling lama 2 yang telah diajukan sebelum mulai
(dua) tahun sejak mulai berlakunya berlakunya Peraturan Menteri ini tetap
Peraturan Menteri ini. diproses berdasarkan Peraturan Menteri
(2) Permohonan Izin PBF dan PBF Cabang Kesehatan Nomor 918/Menkes/Per/X/1993
yang telah diajukan sebelum mulai tentang Pedagang Besar Farmasi
berlakunya Peraturan Menteri ini tetap sebagaimana telah diubah dengan
diproses berdasarkan Peraturan Menteri Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kesehatan Nomor 918/Menkes/Per/X/1993 1191/Menkes/SK/IX/2002 atau Keputusan
tentang Pedagang Besar Farmasi Menteri Kesehatan Nomor
sebagaimana telah diubah dengan 287/Menkes/SK/X/1976 tentang
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Pengimporan, Penyimpanan, dan
1191/Menkes/SK/IX/2002 atau Keputusan Penyaluran Bahan Baku Obat.
Menteri Kesehatan Nomor (2) Izin PBF dan PBF Cabang yang
287/Menkes/SK/X/1976 tentang dikeluarkan berdasarkan Peraturan Menteri
Pengimporan, Penyimpanan, dan Kesehatan Nomor 918/Menkes/Per/X/1993
Penyaluran Bahan Baku Obat. tentang Pedagang Besar Farmasi
sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1191/Menkes/SK/IX/2002 atau Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor
287/Menkes/SK/X/1976 tentang
Pengimporan, Penyimpanan, dan
Penyaluran Bahan Baku Obat dinyatakan
masih tetap berlaku sampai dengan tanggal
31 Desember 2015.
(3) Izin PBF dan PBF Cabang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus disesuaikan berdasarkan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini paling lambat
tanggal 31 Desember 2015.
(4) Penyesuaian pengakuan PBF Cabang
dilakukan setelah memperoleh
penyesuaian izin PBF pusat.
(5) Dalam hal PBF dan PBF Cabang tidak
melakukan penyesuaian izin atau
pengakuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dan ayat (4), maka PBF dan PBF
Cabang yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan izin atau
pengakuan sesuai ketentuan dalam Bab II
Peraturan Menteri ini.
Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan
2 (dua) pasal, yakni Pasal 35A dan Pasal
35B yang berbunyi sebagai berikut:

Pasal 35A

(1) Permohonan penyesuaian izin PBF


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
ayat (3) harus diajukan oleh pemohon
dengan kelengkapan sebagai berikut:
a. surat permohonan kepada Direktur
Jenderal yang ditandatangani oleh direktur
utama dan apoteker penanggung jawab;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk
(KTP)/identitas direktur/ketua;
c. susunan direksi/pengurus;
d. surat pernyataan komisaris/dewan
pengawas dan direksi/pengurus tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi
dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
e. akta pendirian badan hukum yang sah
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. surat Tanda Daftar Perusahaan;
g. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
h. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
i. surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang;
j. peta lokasi dan denah bangunan;
k. suratpernyataan kesediaan bekerja
penuh apoteker penanggung jawab;
l. fotokopi Surat Tanda Registrasi
Apoteker penanggung jawab;
m. rekomendasi pemenuhan persyaratan
CDOB dari Kepala Badan; dan
n. rekomendasi pemenuhan persyaratan
administratif dari Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
(2) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari
kerja sejak diterimanya permohonan
penyesuaian izin PBF sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan dinyatakan
lengkap, Direktur Jenderal menerbitkan
izin PBF dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Badan,
dan Kepala Balai POM dengan
menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 11 terlampir.

Pasal 35B

(1) Permohonan penyesuaian pengakuan


PBF Cabang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (4) harus diajukan oleh
pemohon dengan kelengkapan sebagai
berikut:
a. surat permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi yang ditandatangani
oleh direktur utama dan apoteker
penanggung jawab;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk
(KTP)/identitas direktur/ketua;
c. susunan direksi/pengurus;
d. pernyataan komisaris/dewan pengawas
dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang farmasi dalam kurun
waktu 2 (dua) tahun terakhir;
e. akta pendirian badan hukum yang sah
sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
f. surat Tanda Daftar Perusahaan;
g. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
h. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
i. surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang;
j. peta lokasi dan denah bangunan;
k. suratpernyataan kesediaan bekerja
penuh apoteker penanggung jawab;
l. fotokopi Surat Tanda Registrasi
Apoteker penanggung jawab;
m. rekomendasi pemenuhan persyaratan
CDOB dari Kepala Badan; dan
n. rekomendasi pemenuhan persyaratan
administratif dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
(2) Paling lama dalam waktu 6 (enam)
hari kerja sejak diterimanya permohonan
penyesuaian pengakuan PBF Cabang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
dinyatakan lengkap, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi menerbitkan
pengakuan PBF Cabang dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Badan,
Kepala Balai POM, dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 12 terlampir.
Pasal 36 Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga Pasal -
36 berbunyi sebagai berikut:
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai
berlaku: c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 00049/A/SK/I/1989 tentang Penyaluran
918/MENKES/PER/X/1993 tentang Obat Kontrasepsi Lingkaran Biru Sediaan
Pedagang Besar Farmasi sebagaimana Pil Untuk Sarana Pelayanan Kesehatan
telah diubah dengan Keputusan Menteri Praktek Bidan dan Praktek Dokter; dan
Kesehatan Nomor d. Keputusan Direktur Jenderal
1191/MENKES/SK/IX/2002 tentang Pengawasan Obat dan Makanan Nomor
Perubahan atas Peraturan Menteri HK.00.06.2.01571 tentang Penyaluran
Kesehatan Nomor Obat/Alat Kontrasepsi;
918/MENKES/PER/X/1993 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
tentang Pedagang Besar Farmasi; dan
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
287/MENKES/SK/XI/1976 tentang
Ketentuan Pengimporan, Penyimpanan,
dan Penyaluran Bahan Baku;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai