karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini
disusun dengan judul ”Obat dan Penggolongan Obat” untuk memenuhi tugas mata
kuliah Farmasetika Terapan.
Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi
yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Penulis menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kendari, Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat
2.2 Peran Obat
2.3 Jenis Penggolongan Obat Secara Luas
2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya
1. Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
3. Obat Keras
4. Obat Wajib Apotek
5. Obat Golongan Narkotika
6. Obat Psikotropika
2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja
2.6 Penggolongan Obat Berdasarkan Lokasi Atau Tempat Pemakaian
2.7 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian
2.8 Penggolongan Obat Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan
2.9 Penggolongan Obat Berdasarkan Daya Kerja Atau Terapi
3.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Asal Obat Dan Cara Pembuatannya
3.2 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Kerja Obat
A. Anti Biotik
B. Anti Inflamasi
C. Anti Hipertensi
D. Anti Konvulsan
E. Anti Koagulasi
F. Anti Histamin
G. Psikotropika
H. Anti Jamur atau Anti Fungi
3.3 Penggolongan Obat Tradisional
BAB III
PENUTUP
3.4. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat keras, psikotropika dan
narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.
Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan
penggunaannya, maka pemerintah menggolongkan obat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini:
1. Bagaimana definisi obat ?
2. Bagaimana penggolongan obat ?
1.3 Tujuan
Ada beberapa poin yang ingin dicapai sebagai tujuan penulisan makalah ini
diantaranya :
1. Mengetahui definisi obat
2. Mengetahui berbagai macam penggolongan obat berdasarkan jenisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obat
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-
paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,
maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter,
ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan,
diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi
(Kebijakan Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat diperoleh:
• Tumbuhan ……….………Kuinin
• Hewan ………………….. Insulin
• Mineral………………….. Koalin
• Mikroorganisme………… Penisilin
• Sintesa…………….......... Sulfonamida
2.2 Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan
kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas
perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan
kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari
tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian
obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut:
a). Penetapan diagnose
b). Untuk pencegahan penyakit
c). Menyembuhkan penyakit
d). Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e). Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f). Peningkatan kesehatan
g). Mengurangi rasa sakit
2.3 Jenis Penggolongan Obat Secara Luas
Berikut ini merupakan penggolongan obat berdasarkan jenisnya
1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya
Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari: obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.
1. Obat Bebas
Peratuan daerah Tingkat II tangerang yakni Perda Nomor 12 Tahun1994 tentang izin
Pedagang Eceran Obat memuat pengertian obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas
kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet
Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam Penandaan obat bebas
diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk
obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna
hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
Penandaan Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan kedalam daftar
obat “W” (Waarschuwing) memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang
dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya.
b. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan. Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm dan memuat
pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
Gambar II.
Peringatan Obat Bebas Terbatas
Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83
tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi
berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar II.
Gambar II.
Penandaan Obat Keras
4. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek
tanpa resep dokter. Menurut keputusan mentri kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VIII/1990
yang telah diperbaharui Mentri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 dikeluarkan dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Pertimbangan utama untuk obat wajib apotek ini sama dengan pertimbangan obat yang
diserahkan tanpa resep dokter, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong
dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan pengobatan sendiri
secara tepat, aman dan rasional.
b. Pertimbangan yang kedua untuk meningkatkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan
komunikasi, informasi dan edukasi serta pelayanan obat kepada masyarakat
c. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan
sendiri. Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna (antasida),
ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.
5. Obat Golongan Narkotika
Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan I, II dan III.
Contoh :
- Tanaman Papaver Somniferum
- Tanaman Koka
- Tanaman ganja
- Heroina
- Morfina
- Ovium
- Kodeina
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika
hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy resep).
Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan
analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika adalah : codipront (obat batuk), MST
(analgetik) dan fentanil (obat bius).
- Obat narkotika golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya.
Contoh: Tanaman: Papaver somniferum L. (semua bag. termsk buah & jerami kec. bijinya),
Erythroxylon coca; Cannabis sp. Zat/senyawa : Heroin
- Obat narkotika golongan II : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan
atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oleh pemerintah. Contoh: Morfin dan
garam-gramnya Petidin
- Obat narkotika golongan III : dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan
atau pengembangan ilmu pengetahuan. Distribusi diatur oeh pemerintah. Contoh : Codein
Gambar II.5
Penandaan Obat Narkotika
6. Obat Psikotropika
Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat
keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,
maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena efeknya dapat
mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu. Sehingga
untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
i. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu pengetahuan, dilarang
diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya : metilen dioksi metamfetamin,
Lisergid acid diathylamine (LSD) dan metamfetamin
ii. Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan.
Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.
2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja
Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
a. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba,
contoh antibiotic
b. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh analgesik
d. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang, contoh vitamin dan
hormon.
e. Pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada
pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet
placebo.Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, seperti obat
antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.
C. Anti Hipertensi
Anti hipertensi digunakan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas cardiovascular.
Obat anti hipertensi di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
i. Obat Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan
volume darah dan cairan ekstraseluler. Contohnya : Hidroklorotiazid
ii. Obat Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang menghambat
perangsangan adrenergik. Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :
Penghambat adrenoseptor (adrenoseptor bloker) yaitu obat yang menduduki adrenoseptor baik
alfa (a) maupun beta (b) sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergik.
Penghambat saraf adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap
perangsangan saraf adrenergik. Obat ini bekerja dengan cara menghambat sintesis, penyimpanan,
dan pelepasan neurotransmitter. Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah
guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat golongan ini umumnya
dipakai sebagai antihipertensi.
Penghambat adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu obat yang menghambat
perangsangan adrenergik di SSP.
iii. Vasolidator
Vasolidator berfungsi untuk mengendurkan otot polos arteri, menyebabkan mereka untuk
membesar dan dengan demikian mengurangi resistensi terhadap aliran darah. Contoh :
hydralazine dan minoxidil
iv. Penghambat Angiotensin-Converting Enzime (ACE-inhibitor) dan Antagonis
Reseptor Angiotensin II (Angitensin Receptor Blocker, ARB)
i. Angiotensin converting enzyme (ACE) berfungsi untuk memblokir aksi hormon angiotensin II,
yang mempersempit pembuluh darah. Contoh : captopril, enalapril, perindopril, ramipril,
quinapril dan lisinopril
ii. Angiotensin receptor blocker berperilaku dengan cara yang sama seperti ACE inhibitor. Contoh :
candesartan, irbesartan, telmisartan, eprosartan.
iii. Antagonis Kalsium
Antagonis Kalsium berfungsi untuk menghambat influx kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Contoh : nifedipin.
D. Anti Konvulsan
Anti Konvulsan berfungsi untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic
seizure) dan bangkitan non-epilepsi. Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini
antara lain : bromide, fenobarbital, fenitoin, karbamazepim.
E. Anti Koagulasi
Anti koagulasi digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulasi dapat
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
i. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan
merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan
trombosis vena dalam. Contoh : Protamin Sulfat
ii. Antikoagulasi oral
terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivate indan-
1,3-dion misalnya : anisindion.
iii. Antikoagulasi yang bekerja dengan mengikat ion kalsium
Contoh : Natrium sitrat, Asam oksalat dan senyawa oksalat, dan natrium edetat.
F. Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe segera
dan reaksi inflamasi. Berdasarkan mekanisme kerja Anti histamin digolongkan mejadi 3
kelompok yaitu :
i. Antagonis H1
Antagonis H1 sering pula disebut anti histamin klasik atau anti histamin H1, adalah
senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada
jaringan yang mengandung reseptor H1. Penggunaan mengurangi gejala alergi karena musim
atau cuaca. Antagonis H1 terdiri dari : Difenhidramin HCl (benadryl),
Dimenhidrinat (Dramamim,Antimo), Karbinoksamin HCl (Clistin), Klorfenoksamin
HCl (systral), Klemestin Fumarat (Tavegyl), Piperinhidrinat (Kolton).
ii. Antagonis H2
Antagonis H2 adalah senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan
reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Antagonis H2 terdiri
dari :Semitidin (Cimet,Corsamet,Nulcer,Tagamet,Ulcadine),
Ranitidin,HCl (Ranin,Ranatin,Ranatac,Zantac,Zantadin),Famotidin (Facid,Famocid,Gaster
Ragastin,Restidin).
G. Psikotropika
Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berdasarkan penggunaan
klinik, psikotropik dapat di bedakan menjadi 4 golongan:
i. Antipsikosis (major tranquilizer)
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa
yang berat.Contoh : Risperidon, Olanzapin, Zolepin
ii. Antiansietas (minor tranquilizer)
Antiansietas berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis, dan berguna
untuk terapi tambahan penyakit somatis. Contoh : klordiazepoksid, diazepam, oksazepam
iii. Anti depresi
Anti depresi digunakan untuk mengobati gangguan yang heterogen. Contoh: desipramin,
nortriptilin
Jamu adalah bahan atau ramuan bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenika) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empiris). Umumnya, obat tradisional
ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Klaim penggunaan jamu sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat
pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium. Jenis klaim penggunaan harus
diawali dengan kata- kata “secara tradisional digunakan untuk .......” atau sesuai dengan yang
disetujui pada pendaftaran sediaan di BPOM.
Contoh Jamu : Produksi Sido Muncul, Nyonya Meneer, dan Air Mancur.
2. Obat Herbal Terstandar
OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. Untuk melaksanakan
proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan
tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan
ekstrak. Contoh OHT : Diabmeneer, Diapet, Fitogaster, Fitolac, Glucogarp, Hi Stimuno, Irex
Max, Kiranti Pegel Linu, Kiranti Sehat Datang Bulan, Kuat Segar, Lelap, Prisidii, Reumakeur,
Sehat Tubuh, Sanggolangit, Stop Diar Plus, Virugon. Kriteria obat herbal terstandar :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik
- Bahan baku yang digunakan telah terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat
modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi
medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa
didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara
ilimiah.
Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern.
Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada
manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi modern,
tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit. Contoh Fitofarmaka : Nodiar (Kimia Farma),
Rheumaneer (Nyonya Meneer), Stimuno (Dexa Medica), Tensigard Agromed (Phapros), X-Gra
(Phapros).
Kriteria fitofarmaka :
- Aman
- Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan ujin klinis
- Menggunakan bahan baku terstandar
- Memenuhi persyaratan mutu
BAB III
PENUTUP
3.4. Kesimpulan
1. Obat : Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan yang
mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek psikologis,
fisiologis maupun biokimiawi
2. Ilmu Farmasi : Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
1. Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
3. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
5. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
7. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
DAFTAR PUSTAKA
http://bukunee.wordpress.com/2012/12/09/penggolongan-obat-farmasetika/
http://damayantilinda.blogspot.com/2011/12/penggolongan-obat-menurut-uu-farmasi_08.html
http://tantri-sugianto.blogspot.com/2012/04/contoh-obat-bebas-terbatas.html
http://tumbango.blogspot.com/2013/06/penggolongan-obat.html
Katzung, G.Bertram. (2007) .Basic & Clinical Pharmacology-10th Ed. The McGraw-Hill
Companies.Inc,New York.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Buku Kedokteran
Tjay,T.H. dan Rahardja.K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan Kedua.Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.