Anda di halaman 1dari 9

Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja, meliputi :

Bekerja pada penyebab penyakit misalnya penyakit akibat bakteri atau mikroba,
contoh : antibiotik
Mencegah kondisi patologis penyakit. Contoh : vaksin dan serum.
Penghilang gejala, meredakan nyeri contoh : analgesik
Menambah/mengganti fungsi zat yang kurang, contoh : vitamin dan hormon
Placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat aktif, khususnya pada
pasien normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit, contoh : aqua pro
injeksi dan tablet placebo.

Penggolongan obat berdasarkan daya kerja/terapi, meliputi :

Obat farmakodinamis, yang bekerja dengan mempercepat atau memperlambat proses


fisiologis atau fungsi biokimia tubuh, contoh: hormon, diuretik, hipnotik, dan obat-
obat otonom.
Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh, misal:
antikanker, antibiotik, antiparasit.
Obat Diagnostik, yaitu membantu untuk melakukan diagnosis atau pengenalan
penyakit, misalnya barium sulfatuntuk diagnosis penyakit saluran lambung-usus.

Penggolongan obat berdasarkan daftar, meliputi :

Obat daftar W ( Waarschuwing = peringatan )


Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar W = Waarschuwing = peringatan), yakni
obat-obatan yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep
dokter, memakai lingkaran biru bergaris tepi hitam.
Obat bebas terbatas terkandung zat/bahan yang relative toksik, maka pada
kemasannya perlu dicantumkan Tanda Peringatan (P1 P6). Tanda Peringatan ini
digolongkan sebagai berikut:

P1 : Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya.

Contoh: Antimo, Decolgen, Vicks Formula 44 DT

P2 : Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.

Contoh: Gargarisma Kan

P3 : Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan.

Contoh: Tinctura Jodii, Neo ultrasiline

P4 : Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.


Contoh: Sigaret astma

P5 : Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan.

Contoh: Sulfanilamide steril

P6 : Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan.

Contoh: Anusol suppositoria

Obat-obat ini dapat diperoleh tanpa menggunakan resep apabila memenuhi ketentuan-
ketentuan berikut:
- Obat-obat dalam daftar W hanya boleh dijual dalam kemasan asli pabrik.
- Waktu penyerahan obat-obatan tersebut pada kemasannya harus ada peringatan
berupa etiket khusus seperti yang tercantum diatas.

Obat daftar G ( Gevararlijk = berbahaya )

Menurut buku tulisan dari Moh. Anief, 1997, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang
Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Yang termasuk dalam daftar
obat G adalah:

1) Semua obat injeksi.


2) Obat antibiotika, misalnya Amoxicillin, Chloramphenical, Penicillin, Tetracylin,
Ampicillin dan lain-lain.
3) Obat anti bakteri, misalnya Sulfadiazin, Sulfasomidin = Elkosin, Trisulfa dan lain-
lain.
4) Amphetaminum (O.K.T).
5) Antazolinum = Antistin = obat antihistamin.
6) Digitoxin, Lanatosid C = Cedilanid, Digitalis folia = obat jantung.
7) Hydantoinum = obat anti epilepsi.
8) Reserpinum = obat anti hipertensi.
9) Vit. K = anti pendarahan.
10) Yohimbin = aphrodisiak.
11) Meprobamatum = obat penenang (tranquilizer).
12) Isoniazidum = I.N.H. = anti TBC.
13) Nitroglycerinum = obat jantung.
14) Benzodiazepinum contohnya Diazepam = tranquilizer, Netrazepam = hipnotik
(O.K.T).
15) Indomethacinum = obat rheumatik.
16) Tripelenamin Hydrochloridum = antihistamin.

Ada juga obat-obat yang lain yang termasuk obat daftar G, sebagai contoh:
1) Obat anti mual seperti Metoklopramid HCL dan lain-lain.
2) Obat-obat pencahar seperti bisacodil (dulcolax, dan lain-lain).
3) Obat sakit/kejang perut seperti golongan Hyosine N-butilbromide (buscopan, dan
lain-lain).
4) Golongan obat asma seperti aminophyline, salbutamol, dan lain-lain.
5) Obat penghilang nyeri dan rematik seperti asam mefenamat (ponstan, mectan, dan
lain-lain), ibuprofen, piroksikam,dll.
6) Obat Antihistamin seperti dimenhidrinat (antimo, dan lain-lain), Dexchlorphynrimine
maleat (CTM, dan lain-lain)
7) Obat-obat Anti jamur seperti Nistatin, mekonazol.
8) Obat-obat pemutih kulit seperti hidroquinon, dan lain-lain.
9) Golongan Kortikosteroid seperti dexamethasone, prednisone, dan lain-lain.
10) Obat-obat lambung seperti cimetidine, ranitidine, dan lain-lain.
11) Obat-obat Asam urat seperti Allopurinol, dan lain-lain.
12) Obat-obat Anti diabetika (Kencing manis) seperti glibenclamid, metformin, dan lain-
lain.
13) Obat-obat anti hipertensi seperti captopril, reserpin, HCT, nifedipin, dan lain-lain.

Penggolongan obat berdasarkan logo, meliputi :

Kimia, yaitu obat yang mempunyai campuran bahan kimia yang tidak disintesis di
dalam tubuh. Seperti obat yang beredar diwarung dan apotek.

Herbal, yaitu obat yang diolah secara turun temurun dari nenek moyang kita dengan
bahan alami dari alam tanpa campuran kimia.
Penggolongan obat berdasarkan merek, meliputi :

Generik
adalah obat dengan nama generik sesuai dengan penamaan zat aktif sediaan yang
ditetapkan oleh farmakope indonesia dan INN (International non-propietary Names)
dari WHO (World Health Organization), tidak memakai nama dagang maupun logo
produsen. Nama generik ini ditempatkan sebagai judul dari sediaan-sediaan obat yang
mengandung nama generik tersebut sebagai zat tunggal, Contoh obat generik :
Amoxicillin, metformin, thyamphenicole 500 mg, tetracycline 500 mg dll

Paten
adalah obat jadi yang terdaftar atas nama pembuat (penemu), yang dikuasai, dibuat
dalam kemasan asli pabrik yang memproduksinya.
Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan obat
tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih berlaku, umumnya
obat paten berlaku 20 tahun, dimana pabrik farmasi lain tidak boleh memproduksi
produk yang serupa, hingga selesai masa patennya, apabila selesai masa patennya (20
tahun) maka pabrik lain boleh memproduksinya dengan mengajukan ijin lisensi.
Contoh obat paten : tyarit 200 mg, trolip 100 mg, tensivask 5 mg, spedifen 400 mg dll

Penggolongan obat berdasarkan jenis ( PERMENKES No 949/Menkes/Per/VI/2000),


meliputi :

Obat bebas
Adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak termasuk
dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah
terdaftar di Depkes RI. Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet
Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk
untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar
berikut :
Obat bebas terbatas
Adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila
penyerahannya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau
pembuatnya.
2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda
peringatan. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam,berukuran panjang 5
cm,lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

Penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI


No.2380/A/SK/VI/83 tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:
Obat keras
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-
obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat
yang ditetapkan sebagai berikut :
1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa obat
itu hanya boleh diserahkan denagn resep dokter.
2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parenteral.
3) Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan
secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.
Contoh :
- Andrenalinum
- Antibiotika
- Antihistaminika, dan lain-lain

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.


02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah Lingkaran
bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang
menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Obat wajib apotek

Adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter.
Obat yang termasuk kedalam obat wajib apotek misalnya : obat saluran cerna
(antasida), ranitidine, clindamicin cream dan lain-lain.

Obat psikotropika dan narkotika


Pengertian psikotropika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997
tentang psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Contoh :
- Lisergida
- Amphetamin
- Codein
- Diazepam
- Nitrazepam
- Fenobarbital
Untuk Psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk
obat keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras, hanya saja karena
efeknya dapat mengakibatkan sidroma ketergantungan sehingga dulu disebut Obat
Keras Tertentu. Sehingga untuk Psikotropika penandaannya : lingkaran bulat
berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang menyentuh garis tepi yang

berwarna hitam.
Psikotropika dibagi menjadi :
1) Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan. Contohnya :
metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan
metamfetamin.
2) Golongan II, III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan. Contohnya : diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.

Narkotika adalah obat-obatan yang dapat berasal dari tanaman maupun tidak, baik berupa
sintesis ataupun semi sintesis. Narkotika dapat menyebabkan beberapa pengaruh bagi orang
yang mengkonsumsinya, seperti mampu mengurangi rasa sakit dan nyeri, menurunkan dan
merubah tingkat kesadaran, hilangnya rasa, serta menimbulkan efek ketergantungan. Jenis
obat-obatan narkotika ditandai dengan lambang palang mendali merah.

Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, Golongan narkotika dibagi menjadi tiga, yaitu :

- Narkotika golongan 1, terdiri atas narkotika yang digunakan dalam kepentingan


pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipakai dalam terapi, dan memiliki
potensi yang tinggi guna menimbulkan ketergantungan. Contoh : opium mentah,
tanaman ganja dll.
- Narkotika golngan 2, ialah narkotika yang dipakai dalam terapi dan pengembangan
ilmu pengetahuan. Ditambah dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dalam
pengobatan namun memiliki potensi yang tinggi menyebabkan ketergantungan.
Contoh : Morfina, peptidina, tebakon dll
- Narkotika golongan 3, terdiri dari narkotika yang berguna dalam ilmu pengetahuan,
dipakai untuk terapi, serta berkhasiat dalam pengobatan dan memiliki potensi yang
ringan untuk menimbulkan efek ketergantungan. Contoh : Kodeina, nikokodina
maupun nikodikodina.
-

Penggolongan obat berdasarkan fungsi/tujuan pengguna, meliputi :

Obat Gangguan sistem pencernaan, meliputi :


1) Anti diare
2) Pencahar
3) Anti spasmodika
4) Kolagoga
5) Protektor hati
6) Antasida
7) Digestiva
Anti Histamin
Pada manusia histamin merupakan mediator yang penting pada reaksi alergi tipe
segera dan reaksi inflamasi.
Bioregulator, meliputi :
1) Enzim
2) Vitamin
3) Mineral
4) Hormon
5) Obat kontrasepsi
6) Kostikosteroid
7) Anti diabetika
HIV dan Anti-AIDS
Obat Imunodular, Sera, dan Vaksin
Anoreksansia
Obat jantung dan pembuluh darah, meliputi :
1) Anti hiperlipidemika
2) Kardiaka
3) Anti hipertensi
4) Vasodilator
5) Diuretika
6) Hematinika
7) Hemostatika dan Oksitosikum
8) Anti thrombotika

Anda mungkin juga menyukai