Anda di halaman 1dari 15

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan

Keperawatan
“Otitis Media”

Oleh :
Wike Widiawati
14401.14.15044

AKADEMI KEPERAWATAN HAFSHAWATY


ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
“Otitis Media”

I. Definisi

Otitis berarti peradangan dari telinga, dan media berarti tengah. Jadi otitis
media berarti peradangan dari telinga tengah.

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga


tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah.
II. Anatomi Fisiologi

Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Telinga
dalam :
Telinga Luar
Telinga bagian luar terdiri atas :
1. Daun Telinga (Aurikula), terbentuk oleh susunan tulang rawan yang
memiliki bentuk khas dan berfungsi untuk memusatkan gelombang suara
yang masuk ke saluran telinga.
2. Meatus akustikus eksterna (liang telinga)

Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani (terdiri tulang


rawan & keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea &
kelenjar keringat, khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk
serum).

Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dan menjaga tekanan
udara tetap seimbang. Telinga bagian tengah terdiri atas membrane timpani, 3
tulang pendengaran utama yaitu Martil (Maleus), Landasan (Incus),  dan
Sanggurdi (Stapes). Tulang–tulang ini dihubungkan oleh sendi dan saling
berhubungan satu sama lain sehingga memungkinkan tulang–tulang ini dapat
bergerak. Rangkaian 3 Tulang yang sedemikian rupa ini berfungsi untuk
mengirimkan getaran yang diterima dari Membran Timpani pada telinga luar
menuju ke Jendela Oval Telinga Dalam. Membran timpani (gendang telinga),
membentang sampai bagian akhir saluran telinga, Terdiri dari jaringan fibrosa
elastic berbentuk bundar dan cekung dari luar dan akan bergetar ketika
gelombang suara melaluinya. Getaran ini akan diteruskan menuju ketiga
tulang pendengaran. Pada telinga bagian tengah terdapat Tuba Eustachius,
yaitu bagian yang menghubungkan telinga dengan rongga mulut (faring).
Tuba Eustachius Ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara antara
telinga bagian luar dengan telinga bagian tengah.
Telinga Dalam
Telinga Dalam terdiri atas bagian tulang dan bagian membran. Telinga dalam
disebut juga sebagai labirin karena bentuknya. Labirin Tulang Telinga
Dalam terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Koklea (Rumah Siput), berbentuk seperti tabung bengkok ke belakang lalu
berlilit mengelilingi tulang dan membentuk seperti kerucut di ujungnya.
Koklea berfungsi sebagai reseptor karena memiliki sel–sel saraf di
dalamnya.
2. Vestibuli,  adalah bagian yang terdiri dari sakula dan utrikula.
3. Kanalis Semisirkularis (Saluran Setengah Lingkaran), merupakan saluran
setengah lingkaran yang terdiri dari 3 saluran semisirkularis yang tersusun
menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berbeda.

III. Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis
media.Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga.
Selain itu ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab paling sering.
Kuman penyebabnya adalah Streptococcus, Stapilococcus, Diplococcus
pneumonie, Hemopilus influens, Moraxela.
Pada anak makin sering terkena ISPA makin besar kemungkinan
terjadinya otitis media akut ( OMA ). Pada bayi OMA dipermudah karena
tuba eustachiusnya pendek, lebar, letaknya agak horizontal.

IV. Manifestasi klinis


a. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya
unilateral pada orang dewasa.
- Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan
tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan
insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
- Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
- Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
- Demam
- Anoreksia
- Limfadenopati servikal anterior
b. Otitis Media Serosa

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau


gatal dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau
berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane
tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu pada
otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga
tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.
c. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran


dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk.
Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana
daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.
Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi
otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane
timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli
otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering
memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
V. Pathway

VI. Pemeriksaan penunjang


1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane
timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis
(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
VII.Penatalaksanaan

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi


( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi
bakteri, dan status fisik klien
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama
adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan
organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan
klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin
sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin
dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum
dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2
bulan.
Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan
miringotomi. Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang
penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani. Hal ini memungkinkan
ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan
drainase cairan. Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan.
Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani,
timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan
kolesteatoma.
VIII. Asuhan keperawatan secara teori
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu

Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita


gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang
dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan
lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat
pada anggota keluarga.

 Riwayat kesehatan sekarang

Kaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di


anamnesa, Seperti penjabaran dari riwayat adanya kelainan nyeri
yang dirasakan.
 Riwayat kesehatan keluarga
 Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Ada atau tidaknya riwayat infeksi saluran
nafas atas yang berulang dan riwayat alergi pada keluarga.

3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum klien
 Kepala

Lakukan Inspeksi,palpasi,perkusi dan  di daerah telinga,dengan


menggunakan senter ataupun alat-alat lain nya apakah ada
cairan yang keluar dari telinga,bagaimana warna, bau, dan
jumlah.apakah ada tanda-tanda radang.

 Kaji adanya nyeri pada telinga


 Leher, Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
 Dada / thorak
 Jantung
 Perut / abdomen
 Genitourinaria
 Ekstremitas
 Sistem integumen
 Sistem neurologi
 Data pola kebiasaan sehari-hari

b. Nutrisi

Bagaimana pola makan dan minum klien pada saat sehat dan
sakit,apakah ada perbedaan konsumsi diit nya.

c. Eliminasi

Kaji miksi,dan defekasi klien


d. Aktivitas sehari-hari dan perawatan diri

Biasanya klien dengan gangguan otitis media ini,agak susah untk


berkomunikasi dengan orang lain karena ada gangguan pada telinga
nya sehingga ia kurang mendengar/kurang nyambung tentang apa
yang di bicarakan orang lain.

4. Pemeriksaan diagnostik
a) Tes Audiometri : AC menurun
b) X ray : terhadap kondisi patologi
c) Tes berbisik
d) Tes garpu tala
5. Diagnosa keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses
peradangan pada telinga tengah
b) Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
c) Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi,
infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
d) Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
6. Intervensi keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
proses peradangan pada telinga tengah

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala


2-0 dari rentang skala 0-10

Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan


teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas
dalam)
 Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik 
 Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30
menitpemberian analgetik 
 Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab
yeriyang dirasa

Rasional

 Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat


membantumengurangi nyeri yang                dirasab.
 Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga
nyeridapat berkurang
 Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
 Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang
dirasaoleh klien dan keluarga

b. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek


kehilangan pendengaran.

Tujuan : Klien dapat kembali mendengar dan melakukan


komunikasi

Kriteria hasil : 

 Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik 


 Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi
tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga
yang baik.

Intervensi Keperawatan :

 Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat


pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan
klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
 Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal. Jika ia
dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan
dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal inilebih
baik daripada berbicara dengan keras).
 Dekati klien dari sisi telinga yang baik jika klien dapat
membaca ucapan, lihat langsung pada klien dan bicaralah
lambat dan jelas.
 Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan
klien tidak dapat membaca bibir anda.
 Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
 Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan
komunikasi tertulis.
 Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
 Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.
Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada
penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang
langsungberbicara kepada klien dnegan mengabaikan
keberadaan penerjemah.
 Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran
danpemahaman
 Bicara dengan jelas, menghadap individu.
 Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
 Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
 Validasi pemahaman individu dengan mengajukan
pertanyaanyang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional :

 Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh


klienmaka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan
dengankemampuan dan keterbatasan klien.
 Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien
dapatditerima dengan baik oleh klien.
 Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan
kliendapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima
pesanperawat secara tepat.

c. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi,


infeksidi telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.

Tujuan : Persepsi / sensoris baik.

Kriteria hasil :  Klien akan mengalami peningkatan


persepsi/sensoris pendengaransampai pada tingkat fungsional  

Intervensi Keperawatan :

 Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat


pendengaran secara tepat
 Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang
aman dalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan
dengan menggunakan cutton bud  secara hati-hati, sementara
waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga
dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
 Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang
lanjut.
 Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis
antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun
lokal).

Rasional :

 Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe


gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
 Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan
infeksisehingga harus dilindungi.
 Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-
masalah pendengaran rusak secara permanen.
 Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akan
berlanjut.

d. Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat 

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

 Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.


 Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan :

 Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan


gangguan yang dialami.
 Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan
darifungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan
kliendalam berkomunikasi.
 Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk
memberikan dukungan kepada klien.
 Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang
tersedia yang dapat membantu klien.

Rasional :

 Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi


dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangirasa cemasnya.
 Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi
kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan
klienterhadap perawat.
 Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang
paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dengan
tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas
dan frustasinya.
 Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang
sama akan sangat membantu klien.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk. 2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid I . MediaAesculapius


Fakultas Kedokteran Indonesia : Jakarta
Adams G. L., Boeis L. R., Hilger P. A., 1994. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok Edisi ke - 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai