Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahulan

dan Asuhan Keperawatan Secara Teori


MORBILI

Disusun oleh :

ROBIATUL FITRIAH/ 14401.14.15032

AKADEMI KEPERAWATAN
HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG – PROBOLINGGO
2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Morbili merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang dapat
menyerang pada anak (A.Aziz Alimul Hidayat,thn 2008)
Morbili/campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang
sangat menular pada anak-anak,ditandai dengan panas,batuk,pilek,konjungtivitis dan
ditemukan spesifik enantem (Koplik’s spot) ,diikuti dengan erupsi makulopapular yang
menyeluruh (Sri Rezeki S.Hadinegoro edisi 3,thn 2008)
Campak merupakan penyakit yang sangat menular pada masa anak-anak,tetapi
juga menyerang orang dewasa.Anak-anak yang kurang gizi mudah terserang
komplikasi yang fatal (A.Suryana,thn 2005)

B. Etiologi
Penyakit morbili atau campak disebabkan oleh virus campak. Virus campak termasuk
di dalam famili paramyxovirus yang merupakan virus single sranded RNA. Di dalam
virus terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang
bersifat hemagglutinin, cara penularan melalui droplet infeksi. ( Soegijanto, 2008 )

C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
 Panas
 Malaise
 Batuk
 Fotofobia
 Konjungtivitis
 Koriza

2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
 Koriza dan Batuk bertambah
 Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole
 Kadang terlehat bercak koplik
 Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
 Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
 Splenomegali
 Diare dan muntah
 Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai
pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
 Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)
 Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume
2,1985).

D. PATHWAY
Virus Morbili
Infeksi droplet (virus masuk)

Virus memasuki saluran pernafasan

Ditangkap oleh makrofag

Menyebar ke kelenjar limfa regional

Mengalami replikasi

Virus sampai ke multiple tissue site (viremia sekunder)

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Reaksi inflamasi : demam, suhu naik, metabolisme naik, RR naik Hipertermi

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Kulit
Saluran nafas Inflamasi saluran Radang Konjungtiva
Poliferasi sel endotel nafas atas, bercak koplik  pada
mukosa bukalis meluas ke jari Konjungtivitas
Rash, ruam pada daerah pipi,
balik telinga, leher Penurunan fungsi silia

Kerusakan Integritas Kulit Secret meningkat

Batuk dan pilek

         Ketidakefektifan
E. KOMPLIKASI Bersihan Jalan Nafas

1. Pneumoni
Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri
yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok,
stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh
pseudomonas dan klebsiela
2. Gastroenteritis
Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 –
30,4%
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau
ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
Komplikasi yang sering ditemukan
5. Mastoiditis
Komplikasi dari otitis media
6. Gangguan gizi
Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita
komplikasi

F. PENCEGAHAN
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah
dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain
Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut
membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan Moraten secara
luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak
tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma)
yang dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau
melemahkan campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin
dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah
pemaparan atau sesegera mungkin.

G. PENATALAKSANAAN
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam
tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat.
Penetalaksanaan Teraupetik
o Pemberian vitamin A
o Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
o Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
o Pemberian obat batuk dan sedativum

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan
serologi, isolasi virus dari urine atau swab nasofaringeal
2. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopeni, dalam sputum,
sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanyamultinucleated giant
cells. Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitif bila diperiksa
antara hari ke-3 sampai hari ke-28 timbulnua rash.
3. Pada pemeriksaan serologi dengan cara heglutinin inhibition test dancomplemen
fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari
setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian.
Tes ini cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik dan
subklinik.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus
berlangsung 2 – 4 hari
3. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu.
4. Riwayat keperawatan dahulu
o Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau
pernah mengalami operasi
o Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat
imunisasi campak
o Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak 
5. Riwayat Keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien
beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
b. Kepala : sakit kepala
c. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza
perdarahan hidung (pada stad eripsi )
d. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
e. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad.
Konvalensi), evitema, panas (demam).
f. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
g. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi
h. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
i. Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
j. Keadaan Umum : Kesadaran, tanda vital

B. DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash pada seluruh tubuh
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret

C. INTERVENSI
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria Hasil:
 Suhu tubuh 36,5 – 37,5 °C
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
6. Monitor intake dan output
7. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
8. Kolaborasi pemberian cairan intravena

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash pada seluruh tubuh


Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil :
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi)
 Tidak ada luka/lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Intervensi :
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
7. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak


adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik.
Tujuan: Pasien bebas dari infeksi
Kriteria Hasil:
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung meninggalkan pasien
6. Tingkatkan intake nutrisi
7. Ajarkan cara menghindari infeksi
8. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,Aziz Alimul A (2008) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jakarta : Salemba


Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & nanda Nic-Noc. Yogyakarta : MediAction

Anda mungkin juga menyukai