Disusun oleh :
Mirhamsyah
(P07220219103)
B. ETIOLOGI
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), berikut ini faktor-faktor
yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Ibu
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia sel berat,
pendarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia,
infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal) dan
menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
HIV/AIDS, TORCH.
b. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Kehamilan ganda (multi gravida)
d. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
e. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
2. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
b. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
c. Keadaan gizi yang kurang baik
d. Pengawasan antenatal yang kurang
e. Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan bayi yang
lahir dari perkawinan yang sah.
3. Sebab Lain
a. Ibu perokok
b. Ibu peminum alkohol
c. Ibu pecandu obat narkotik
d. Penggunaan obat antimetabolik
4. Faktor Janin
a. Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
b. Infeksi janin kronik
c. Disautonomia familial
d. Radiasi
e. Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
f. Aplasia pankreas
5. Faktor Plasenta
a. Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
b. Luas permukaan berkurang
c. Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
d. Infark
e. Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
f. Plasenta yang lepas
g. Sindrom plasenta yang lepas
6. Faktor Lingkungan
a. Bertempat tinggal di daratan tinggi
b. Terkena radiasi
c. Terpapar zat beracun
C. PATOFISIOLOGI
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat
untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi
berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi
janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang.
Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor
genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi
prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal
E. PATHWAY
BBLR
Dia Matur
Pre Matur
Alat tubuh
belum
berfungsi
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,
mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan
belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas
harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator
maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat
celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-
34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang
berisi air panas, sehingga panan badannya dapat dipertahankan.
b. Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,
lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi
sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih
kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh
karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas
( BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uterina serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya
dengan pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix
atau laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan
bayi SMK.
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan
menderita aspirasi mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan danbila
frekwensi lebih dari 60 x/ menit dibuat foto thorax.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan
maturitas pusat pernafasan,keterbatasan perkembangan otot,
penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermia (D.0131) berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan pertahanan
imunologis yang kurang.
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas Tidak Efektif Pola Nafas (L.1004) Manajemen jalan nafas (I.01011)
(D.0005) Kriteria hasil : Observasi :
Definisi : - Dispenea - Monitor pola nafas (frekuensi ,kedalaman ,
Inspirasi atau ekspirasi yang - Penggunaan otot bantu nafas usaha nafas)
tidak memberikan ventilasi - Pemanjang fase ekspirasi - Monitor bunyi nafas tambahan
adekuat. - Frekuensi nafas (mis,gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
DS : - Kedalaman nafas kering)
- Dispenia - Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
- Ortopnea Terapeutik :
DO : - Pertahankan jalan nafas dengan head-tilt dan
- Penggunaan otot chin-lift (jaw-thrust jika curiga servikal)
bantu pernafasan - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Fase ekspirasi - Berikan oksigen,jika perlu
memanjang - Lakukan hiperoksigenisasi sebelum
- Pola nafas abnormal penghisapan endotrakeal
- Pernafasan cuping Edukasi :
hidung - Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
- Tekanan ekspirasi tidak kontraindikasi
menurun - Ajarkan teknik batuk efektif
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah
- Kapasitas vital
menurun
- Pernafasan pursed-lid
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi (I.14539)
Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Beresiko mengalami pen - Demam - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
-ingkatan terserang - Kemerahan sistemik
organisme patogenik - Nyeri Terapeutik :
DS : - - Bengkak - Batasi jumlah pengunjung
DO : - - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
- Anjurkan meningktkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningjkatkan cairan
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
Hipotemia (D.0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipotermia (I.14507)
Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Suhu tubuh berada dibawah - Menggigil - Monitor suhu tubuh
rentang normal tubuh - Kejang - Identifikasi penyebab hipotermia
DS : - - Kulit merah - Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
DO : - Pucat Terapeutik :
- Menggigil - Takikardi - Sediakan lingkungan yang hangat
- Kulit teraba dingin - Lakukan penghangatan pasif (mis.
- Hipoksia Selimut,menutup kepala,pakaian tebal)
- Suhu tubuh dibawah - Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis.
nilai normal Perawatan metode kanguru,selimut
- hipoglikemia hangat,kompres hangat)
- Lakukan penghangatan aktif internal
(mis.infus cairan hangat,oksigen
hangat,lavase peritoneal dengan cairan
hangat)
Edukasi :
- Anjurkan makan/minum hangat
DAFTAR PUSTAKA
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1990. Ilmu Kesehatan Anak. III.
Jakarta: FKUI.