Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIK, CUCI TANGAN 6 LANGKAH, ETIKA BATUK DAN


PENGELOLAHAN SAMPAH

DI RUANG 26 I RSUD Dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Rs. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronik, Cuci Tangan 6 Langkah, Etika Batuk Dan
Pengelolahan Sampah
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien di ruang 26 I
Hari, tanggal : Rabu, 27 November 2019
Waktu : Pukul 10.00-11.00 WIB
Tempat : Teras Depan R 26I

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik atau CKD (Chronic Kidney Disease) merupakan keadaan klinis
kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan hilangnya
sejumlah besar nefron fungsional yang akan berkurang sedikitnya 70 persen di bawah normal.
Penyebab terbanyak dari gagal ginjal kronis adalah diabetes melitus, hipertensi, maupun
glomerulonefritis. Walaupun begitu banyak penyakit yang dapat menimbulkan gagal ginjal
kronis, namun hasil akhirnya sama yaitu penurunan jumlah nefron fungsional (Guyton & Hall,
1997). Parameter yang mengindikasikan gagal ginjal kronik adalah kadar kreatinin serum
lebih dari 1,5 mg/L (Nasir & Ahmad, 2014) dan laju filtrasi glomerulus <60 mL/menit/1,73 m 2
selama >3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2005).

American Kidney Fund (2012) menyatakan bahwa jumlah penderita penyakit gagal
ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 10% dari jumlah penduduk Amerika
Serikat atau sekitar 31 juta penderita. Dari tahun 1980-2009 laju prevalensi penyakit gagal
ginjal kronik di Amerika Serikat meningkat 600%. Sedangkan menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (2010) penyakit gagal ginjal kronik menempati urutan ke 8
penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di
Australia juga mengalami peningkatkan yaitu diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun
2011 (Kidney Health Disease, 2011).

Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 mengatakan penyakit gagal ginjal kronik
menempati urutan ke-6 penyebab kematian pasien yang 2 dirawat di rumah sakit di Indonesia
(Hidayati, 2012). Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 6,2% atau 104
ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008). Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi)
mencatat sebanyak 40.000 penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2008. Jumlah
penderita mengalami peningkatan menjadi 70.000 penderita pada tahun 2010 (Wahyuningsih,
2011).

B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pengunjung lain di ruang
26I RSSA mampu mengetahui cara-cara pencegahan beserta penanganan penyakit CKD
serta dapat diaplikan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang :
a. Pengertian atau definisi CKD/ Gagal Ginjal Kronik
b. Faktor resiko CKD/ Gagal Ginjal Kronik
c. Tanda dan gejala CKD/ Gagal Ginjal Kronik
d. Cara penanganan CKD/ Gagal Ginjal Kronik
e. Pencegahan dari penyakit CKD/ Gagal Ginjal Kronik
f. Perawatan pasien dengan CKD/ Gagal Ginjal Kronik di rumah
g. Definisi mencuci tangan, etika batuk, dan pengelolahan sampah
h. Tujuan mencuci tangan, etika batuk dan pengelolahan sampah
i. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan, etika batuk dan pengelolahan sampah
j. Prosedur mencuci tangan, etika batuk, dan pengelolahan sampah

I. MATERI PENYULUHAN
CKD/ Gagal Ginjal Kronik, Cuci Tangan 6 Langkah, Etika Batuk Dan Pengelolahan
Sampah

II. MEDIA
1. LCD (Power Point)
2. Leaflet

III. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

IV. URAIAN TUGAS


1. Protokol/Pembawa Acara/moderator
a. Uraian tugas :
1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
2) Mengatur proses dan waktu penyuluhan.
3) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyaji
a. Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyampaian materi penyuluhan.
2) Menyampaikan / menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
3) Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Observer
a. Uraian tugas :
1) Mencatat nama, alamat, dan jumlah peserta yang datang serta
menempatkan diri ke tempat yang memungkinkan dapat mengawasi
jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mangamati perilaku verbal dan nonverbal peserta selama proses
penyuluhan.
4) Menyampaikan evaluasi langsung secara tertulis pada penyuluh tentang
hal yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.
V. KEGIATAN PENYULUHAN
TAHAP WAKTU KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
KEGIATAN MAHASISWA PESERTA

Pendahuluan 5 menit  Memperkenalkan  Mendengarkan


diri  Bertanya
 Mempersiapkan mengenai
diri perkenalan dan
 Menyatakan tujuan jika ada
tentang tujuan yang kurang jelas
pokok
Penyajian 15 menit Menyajikan materi  Mendengarkan Leaflet ,
tentang : PPT
dengan seksama
 Pengertian CKD
 Faktor resiko CKD
 Tanda dan gejala
CKD
 Cara penanganan
CKD
 Pencegahan CKD
 Cara perawatan
pasien dengan
CKD di rumah
Penutup 5 menit Melakukan diskusi  Bertanya
(menjawab
mengenai hal-hal
pertanyaan)
yang kurang jelas
 Melakukan
dan belum
evaluasi dengan
dimengerti
memberikan
 Sasaran dapat
pertanyaan
menjelaskan
sederhana
kembali point-
 Menyampaikan
point yang
ringkasan materi
diajarkan
 Menyampaikan
 Mendengarkan
hasil evaluasi
 Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
terima kasih atas
perhatiannya.

VI. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Terstruktur
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan
 Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
 Audien hadir di ruang penyuluhan di ruang tunggu keluarga pasien ruang 26 I
RSSA
 Jumlah audien yang datang minimal 10 orang
 Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan
 Kesiapan audien meliputi kesiapan menerima penyuluhan
2. Proses
 Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan
 Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan
3. Hasil
 Peserta mengerti dan mampu menjelaskan pengertian atau definisi dari
penyakit CKD/ Gagal Ginjal Kronik
 Peserta mengerti dan mampu menyebutkan faktor resiko penyakit CKD/ Gagal
Ginjal Kronik
 Peserta mengerti dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit
CKD/ Gagal Ginjal Kronik
 Peserta mengerti dan mampu menyebutkan cara penanganan dari penyakit
CKD/ Gagal Ginjal Kronik
 Peserta mengerti dan mampu menyebutkan cara pencegahan dari penyakit
CKD
 Peserta mengerti dan mampu menjelaskan cara perawatan pasien dengan
CKD di rumah

VII. SETTING TEMPAT

Keterangan:

: Proyektor

: Pemateri dan moderator

: Audient
Materi 1

A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan


metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah. Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik
tubuh atau melakukan fungsi regulasinya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa. Gagal ginjal
merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai
peyakit urinary tract dan ginjal (Arif Muttaqin, 2011)

B. Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa
disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal (Arif Muttaqin, 2011) :
 Penyakit dari Ginjal
 Glomerulonefritis
 Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
 Batu ginjal: nefrolitiasis
 Kista di Ginjal: polcystis kidney
 Trauma langsung pada ginjal
 Keganasan pada ginjal
 Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur.
 Penyakit tubulus primer: hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam
berat seperti tembaga, dan kadmium.
 Penyakit vaskuler: iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal,
hipertensi maligna atau hipertensi aksekrasi.
 Obstruksi: batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra,
dan tumor.
Menurut David Rubenstein dkk. (2007), penyebab GGK diantaranya: Penyakit ginjal
herediter, Penyakit ginjal polikistik, dan Sindrom Alport (terkait kromosom X ditandai
dengan penipisan dan pemisahan membrane basal glomerulus)
 Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, antara lain :
Diabetes : Diabetes tipe 2 merupakan penyebab nomor satu. Dengan
mengendalikan kadar gula darah risiko terjadinya kerusakan ginjal dapat dicegah.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) : Hipertensi yang berkelanjutan dapat
merusak atau mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan
dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah. Dengan menjaga
berat badan tetap ideal, berolahraga teratur, dan menggunakan obat yang sudah
diresepkan dokter dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan
penyakit ginjal menjadi gagal ginjal.
Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen berlebihan
maupun dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya nefritis
intersitialis, yaitu peradangan ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal. Jika
Anda mengalami gangguan fungsi ginjal dan sedang mengkonsumsi obat secara
rutin, coba konsultasikan ke dokter. Untuk obat baru, konsultasikan dengan dokter
bila Anda mengalami gejala tertentu. Penyalahgunaan obat / zat tertentu Pemakaian
obat terlarang, seperti heroin atau kokain, dapat menyebabkan kerusakan fungsi
ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal.
Agent : NTA akibat toksik terjadi akibat menelan zat-zat nefrotoksik. Ada
banyak sekali zat atau obat-obat yang dapat merusak epitel tubulus dan
menyebabkan GGA, yaitu seperti : Antibiotik : aminoglikosoid, penisilin, tetrasiklin,
amfotersisin B, sulfonamida, dan lain-lainnya. Obat-obat dan zat kimia lain :
fenilbutazon, zat-zat anestetik, fungisida, pestisida, dan kalsium natrium adetat.
Pelarut organik : karbon tetraklorida, etilon glikol, fenol, dan metal alkohol. Logam
berat : Hg, arsen, bismut, kadmium, emas, timah, talium, dan uranium. Pigmen heme
: Hemoglobin dan mioglobin
Radang : Penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis (radang pada
glomerulus/unit penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi
menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh. Untuk mengetahui lebih lanjut, biasanya
dokter akan meminta Anda melakukan serangkaian pemeriksaan di laboratorium.
Pekerjaan : Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-
bahan kimia akan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang
berbahaya jika terpapar dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit
ginjal. Misalnya pada pekerja di pabrik atau industri.
Perilaku minum : Air merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh.
Lebih kurang 68% berat tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup
setiap hari adalah cara perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan
dalam tubuh. Sebab bila tubuh tidak menerima air dalam jumlah yang cukup, tubuh
akan mengalami dehidrasi. Di mulai dengan simpanan air tubuh yang menurunan
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Organ-organ tubuh yang vital juga
sangat peka terhadap kekurangan air, salah satunya adalah ginjal. Ginjal tidak dapat
berfungsi dengan baik bila tidak cukup air. Pada proses penyaringan zat-zat racun,
ginjal melakukannya lebih dari 15 kali setiap jam, hal ini membutuhkan jumlah air
yang banyak sebelum diedarkan ke dalam darah. Bila tidak cukup cairan atau kurang
minum, ginjal tidak dapat bekerja dengan sempurna maka bahan-bahan yang
beredar dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan dengan baik sehingga dapat
menimbulkan keracunan darah dan menyebabkan penyakit ginjal.
Environment : Cuaca panas dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal.
Jika seseorang bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau
peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang
diperlukan oleh ginjal dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan

Beberapa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, adalah:


Riwayat Keluarga Penyakit Ginjal : Jika ada anggota keluarga menderita GGK,
atau yang sedang menjalani dialisis, atau transplantasi ginjal, Anda memiliki risiko
mengalami penyakit ini. Salah satu jenis penyakit yang bersifat diturunkan adalah
penyakit ginjal polikistik, yaitu penyakit ketika jaringan normal ginjal secara perlahan
digantikan oleh kista-kista berisi cairan.
Kelahiran Premature : Bayi prematur (lahir kurang dari 32 minggu kehamilan)
berisiko memiliki penumpukan endapan kalsium di bagian nefron ginjal, yang dikenal
dengan nefrokalsinosis. Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya kemampuan
menghambat proses penggumpalan kristal akibat beban kalsium yang disaring
meningkat dan ekskresi sitrat berkurang. Bila tidak diatasi, bayi yang memiliki kondisi
seperti ini memiliki risiko untuk menderita gangguan fungsi ginjal di kemudian hari.
Usia : Seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal pun dapat menurun. Usia
penderita gagal ginjal berkisar antara 40-50 tahun, tetapi hampir semua usia dapat
terkena penyakit ini. Menurut penelitian D.W. Bates penyakit gagal ginjal paling
banyak pada penderita yang berumur 45 tahun.
Jenis kelamin : Kejadian pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut
penelitian Orfeas Liangas dkk (2001), dari 558.032 penderita gagal ginjal 51,8%
adalah laki-laki, sedangkan perempuan sebesar 48,2%.
Ras/etnik : (African-American, Hispanic, American Indian,Asian)
Trauma atau Kecelakaan : Kecelakaan, cedera, beberapa jenis operasi, juga
dapat mengganggu atau merusak ginjal.
Jenis Penyakit Tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya GGK. Penyakit
ini antara lain penyakit lupus, anemia sel sabit (sickle cell anemia), kanker, AIDS,
hepatitis C dan gagal jantung berat. (Bahan dari Koesh-Bandung)
C. Tanda Gejala Gagal Ginjal Kronik

 Gejala dini : lethargi,sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang,mudah tersinggung, depresi
 Gejala yg lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah,nafas dangkal
Gejala berdasarkan organ yang terkena, antara lain:
1. Kardiovaskuler: Hipertensi,nyeri dada, gagal jantung kongesti, edema
pulmoner,perikarditis, Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital,
friction rub pericardial, pembesaran vena leher (peningkatan JVP)
2. Dermatologi : Warna kulit abu-abu mengkilat, pucat,kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, dan pernafasan
kussmaul
4. Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia,
Ulserasi,perdarahan mulut, konstipasi, diare, perdarahan saluran cerna.
5. Neurologi : Tidak mampu konsentrasi, kelemahan, keletihan, perubahan tingkat
kesadaran, disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal : Keram otot, kekuatan otot hilang, pegal kaki sehingga selalu
digerakkan (kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertrofi otot-otot ekstremitas)
7. Endokrin: gangguan seksualitas, libido fertilisasi dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore, gangguan metabolik glukosa, lemak dan vitamin D
8. Persendian : Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang
9. Kelainan mata : Azotemia ameurosis, retinopati, nistagmus, miosis dan pupil
asimetris, red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi, Keratopati
mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronis akibat penyulit
hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.
10. Sistem hematologi : Kelainan hemopoeisis, Anemia normokrom normositer dan
normositer (MCV 78-94 CU), Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi
substansi buangan dalam tubuh. Perdarahan karena mekanisme pembekuan
darah yang tidak berfungsi. Selain itu hemopoesis dapat terjadi karena
berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis, defisiensi besi
11. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa: Biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesia, hipokalsemia
12. Farmakologi : Obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal
13. Gejala lain : Gangguan pengecapan, berat badan turun dan lesu, gatal-gatal,
gangguan tidur, cairan diselaput jantung dan paru-paru, otot-otot mengecil,
Gerakan-gerakan tak terkendali, kram, Sesak nafas dan confusion, Perubahan
berkemih : Poliuria, nokturia, oliguria

D. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik

 Pencegahan Primer : Pengaturan diet protein, menghindari obat netrotoksik,


menghindari kontak radiologik yang tidak amat perlu, mencegah kehamilan pada
penderita yang berisiko tinggi, konsumsi garam sedikit. makin tinggi konsumsi garam,
makin tinggi pula kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat
mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh sodium.
 Pencegahan Sekunder : berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas
pengobatan penyakit-penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat
progresifitas dan persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan
transplantasi ginjal.
 Pencegahan Tersier : upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau
kematian, tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut
rehabilitasi jiwa. Pencegahan tersier bagi penderita GG dapat berupa: mengurangi
stress, menguatkan sistem pendukung sosial atau keluarga untuk mengurangi
pengaruh tekanan psikis pada penyakit GGK, meningkatkan aktivitas sesuai toleransi,
hindari imobilisasi karena hal tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang,
meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik, mematuhi program diet yang
dianjurkan untuk mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan
rehabilitasi dapat dicapai.

E. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik

a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan


diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron. Tekanan Darah Tinggi. Karena salah satu fungsi ginjal adalah mengatur
tekanan darah,maka anda bisa mengalami tekanan darah tinggi ketika terjadi
gangguan kronis dari fungsi ginjal. Selanjutnya kondisi demikian akan mempercepat
peningkatan risiko penyakit jantung.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
h. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
i. Hiperparatiroid dan Hiperfosfatemia.
j. Anemia
k. Perdarahan
l. Neuropati perifer
m. Esofagitis, Pankreatitis, Infeksi
n. Hipertrofi ventrikel kiri
o. Kardiomiopati dilatasi, Oateodistrofi
p. Penyakit Jantung. Ketika anda mengalami GGK, maka anda sangat berisiko terkena
penyakit jantung. Dan dilaporkan lebih dari separuhkematian pada orang dengan GGK
berasal dari adanya penyakit jantung ini. Serangan Jantung dan Stroke. Penyakit
jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian lebih dr 20 juta
org di Amerika Serikat yang menderita GGK. Penderita dg GGK memiliki risiko lebih
tinggi utk mengalami serangan jantung atau stroke, bahkan pada penderita yg masih
pada stadium awal atau ringan sekalipun.
q. Perubahan Kulit. Ketika fungsi ginjal anda terganggu, akan tjd endapan garam
kalsium-fosfat di bawah kulit hingga menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal ini secara
alamiah anda akan menggaruknya, hingga kadang2 sampai terluka dan terinfeksi.
Proses ini tidak kunjung membaik hingga keindahan kulit menjadi rusak, bahkan
terkesan kotor & berubah seperti kulit jagung (kasar & kering)
r. Kematian. Risiko kematian pada penderita GGK cukup tinggi. Dalam kejadian di
lapangan, kematian sering diawali dengan sesak nafas, atau kejang otot jantung, atau
tidak sadarkan diri, atau infeksi berat sebelumnya.
Materi 2
Mencuci Tangan

A. Definisi Cuci Tangan


Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk
menjadi lebih bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun
dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan
seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari
satu orang ke orang yang lain baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung
(menggunakan permukaan lain, seperti handuk, gelas,dll)

B. Tujuan Mencuci Tangan


Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan :
1. Supaya tangan bersih.
2. Membebaskan tangan dari kuman mikroorganisme.
3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh.

C. Pentingnya Mencuci Tangan dengan Sabun


1. Mencuci tangan bisa mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare dan ISPA.
2. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan satu hal penting untuk menghalangi
terjadinya infeksi.

D. Waktu yang Tepat untuk Mencuci Tangan


1. Sebelum dan sesudah makan. Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
saat kita makan.
2. Setelah buang air besar. Besar kemungkinan tinja masih tertempel di tangan,
sehingga diharuskan untuk mencuci tangan.
3. Sebelum memegang bayi
4. Sesudah menceboki anak
5. Sebelum menyiapkan makanan.

E. Persiapan Alat
a. Sabun
b. Kran panjang/air bersih mengalir
c. Tissue/handscun
d. Tempat sampah
Sebelum mencuci tangan 6 langkah, lepas asesoris, jam tangan dan cincingkan
lengan baju.

F. Langkah-Langkah Mencuci Tangan


Basahi tangan, tuangkan sabun ditelapak tangan 3-5 cc
1. Gosok kedua telapak tangan hingga merata dalam posisi horisontal.
2. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan dengan tangan kanan dan sebaliknya.
3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Gosoklah jari-jari sisi dalam dari kedua tangan dan saling mengunci.
5. Gosoklah ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya.
6. Gosoklah dengan memutar ujung-ujung jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
Bilas kedua tangan dengan air mengalir sambil melakukan kembali 6 langkah cuci
tangan tutuplah kran air dengan menggunakan siku atau tissue. Keringkan tangan
dengan tissue sampai benar-benar kering.
Materi 3
Etika Batuk dan Pengelolahan Sampah
A. Pengertian etika batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar ke udara
dan tidak menular ke orang lain.
B. Tujuan etika batuk
Mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas dan
membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Udara bebas tersebut dapat
mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui
udara pernafasan.
C. Prosedur etika batuk
Langkah 1
Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan tissue/sapu tangan atau lengan dalam
bahu Anda
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah
Langkah 3
Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci tangan berbasis
alkohol
Langkah 4
Gunakan masker

D. Pengelolahan sampah
Buang sampah atau segala hal yang dihasilkan oleh penderita pada tempatnya,
seperti air ludah atau muntahan punya tempat tersendiri dan langsung dibuang ditempat
sampah khusus yang disediakan RS.
Sampah medis (Warna Kuning):
1. Botol infuse
2. Masker
3. Sarung tangan
4. Bekas selang infuse
5. Jarum suntik
Sampah non medis (bukan medis, warna hitam):
1. Kertas dan tisue
2. Plastik
3. Bekas pembungkus makanan
Daftar Pustaka

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., CushmanW.C., Green L.A., Izzo J.L., Jr., et al,
2003. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-
72.
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi 3. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Doenges, Marilynn, dan Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK-UI.


Gareth Beevers. Para patofisiologi hipertensi. British Medical Journal. FindArticles.com.
Hopper D.P, dan William S.L. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third Edition.
Philadelphia: FA Davis Company
Hughes AD, Schachter M. Hypertension and blood vessels. Hughes AD, Schachter M.
Hipertensi dan pembuluh darah. Br Med Bull 1994;50:356-70. Br Med Bull 1994; 50:356-
70.
Mansjoer A, et al. 2002. Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI.
NIH. 2008. The National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC).
the National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK).
(http://www.kidney.niddk.nih.gov).
Patel, P. R. 2007. Lecture Notes: Radiologi Ed. 2. Surabaya: Erlangga.
Purnomo, B. Basuki.2000.Dasar-dasar Urolog , cetakan I. Jakarta : CV. Infomedika
Purnomo, Basuki. B. 2011. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Ke Tiga. Jakarta :Sagung Seto
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Renal Services & Urology Directorate. 2005. Nephrotic Syndrome. a patients’ guide.
(http://www.kidney.org.uk).
Rindiastuti, Yuyun. 2006. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta: EGC.

Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EG

Anda mungkin juga menyukai