MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Gagal Ginjal Kronik, Cuci Tangan 6 Langkah, Etika Batuk Dan
Pengelolahan Sampah
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien di ruang 26 I
Hari, tanggal : Rabu, 27 November 2019
Waktu : Pukul 10.00-11.00 WIB
Tempat : Teras Depan R 26I
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik atau CKD (Chronic Kidney Disease) merupakan keadaan klinis
kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan hilangnya
sejumlah besar nefron fungsional yang akan berkurang sedikitnya 70 persen di bawah normal.
Penyebab terbanyak dari gagal ginjal kronis adalah diabetes melitus, hipertensi, maupun
glomerulonefritis. Walaupun begitu banyak penyakit yang dapat menimbulkan gagal ginjal
kronis, namun hasil akhirnya sama yaitu penurunan jumlah nefron fungsional (Guyton & Hall,
1997). Parameter yang mengindikasikan gagal ginjal kronik adalah kadar kreatinin serum
lebih dari 1,5 mg/L (Nasir & Ahmad, 2014) dan laju filtrasi glomerulus <60 mL/menit/1,73 m 2
selama >3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Chonchol, 2005).
American Kidney Fund (2012) menyatakan bahwa jumlah penderita penyakit gagal
ginjal kronik pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 10% dari jumlah penduduk Amerika
Serikat atau sekitar 31 juta penderita. Dari tahun 1980-2009 laju prevalensi penyakit gagal
ginjal kronik di Amerika Serikat meningkat 600%. Sedangkan menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (2010) penyakit gagal ginjal kronik menempati urutan ke 8
penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat. Jumlah penderita gagal ginjal kronik di
Australia juga mengalami peningkatkan yaitu diperkirakan mencapai 1,7 juta jiwa pada tahun
2011 (Kidney Health Disease, 2011).
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 mengatakan penyakit gagal ginjal kronik
menempati urutan ke-6 penyebab kematian pasien yang 2 dirawat di rumah sakit di Indonesia
(Hidayati, 2012). Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 6,2% atau 104
ribu jiwa dari populasi penduduk Indonesia (Suharjono, 2008). Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi)
mencatat sebanyak 40.000 penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2008. Jumlah
penderita mengalami peningkatan menjadi 70.000 penderita pada tahun 2010 (Wahyuningsih,
2011).
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dan pengunjung lain di ruang
26I RSSA mampu mengetahui cara-cara pencegahan beserta penanganan penyakit CKD
serta dapat diaplikan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang :
a. Pengertian atau definisi CKD/ Gagal Ginjal Kronik
b. Faktor resiko CKD/ Gagal Ginjal Kronik
c. Tanda dan gejala CKD/ Gagal Ginjal Kronik
d. Cara penanganan CKD/ Gagal Ginjal Kronik
e. Pencegahan dari penyakit CKD/ Gagal Ginjal Kronik
f. Perawatan pasien dengan CKD/ Gagal Ginjal Kronik di rumah
g. Definisi mencuci tangan, etika batuk, dan pengelolahan sampah
h. Tujuan mencuci tangan, etika batuk dan pengelolahan sampah
i. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan, etika batuk dan pengelolahan sampah
j. Prosedur mencuci tangan, etika batuk, dan pengelolahan sampah
I. MATERI PENYULUHAN
CKD/ Gagal Ginjal Kronik, Cuci Tangan 6 Langkah, Etika Batuk Dan Pengelolahan
Sampah
II. MEDIA
1. LCD (Power Point)
2. Leaflet
III. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
Keterangan:
: Proyektor
: Audient
Materi 1
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis bisa
disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal (Arif Muttaqin, 2011) :
Penyakit dari Ginjal
Glomerulonefritis
Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
Batu ginjal: nefrolitiasis
Kista di Ginjal: polcystis kidney
Trauma langsung pada ginjal
Keganasan pada ginjal
Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur.
Penyakit tubulus primer: hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan logam
berat seperti tembaga, dan kadmium.
Penyakit vaskuler: iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal,
hipertensi maligna atau hipertensi aksekrasi.
Obstruksi: batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra,
dan tumor.
Menurut David Rubenstein dkk. (2007), penyebab GGK diantaranya: Penyakit ginjal
herediter, Penyakit ginjal polikistik, dan Sindrom Alport (terkait kromosom X ditandai
dengan penipisan dan pemisahan membrane basal glomerulus)
Faktor Resiko
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, antara lain :
Diabetes : Diabetes tipe 2 merupakan penyebab nomor satu. Dengan
mengendalikan kadar gula darah risiko terjadinya kerusakan ginjal dapat dicegah.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) : Hipertensi yang berkelanjutan dapat
merusak atau mengganggu pembuluh darah halus dalam ginjal yang lama kelamaan
dapat mengganggu kemampuan ginjal untuk menyaring darah. Dengan menjaga
berat badan tetap ideal, berolahraga teratur, dan menggunakan obat yang sudah
diresepkan dokter dapat membantu mencegah atau memperlambat perkembangan
penyakit ginjal menjadi gagal ginjal.
Mengkonsumsi obat pereda rasa nyeri yang mengandung ibuprofen berlebihan
maupun dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya nefritis
intersitialis, yaitu peradangan ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal. Jika
Anda mengalami gangguan fungsi ginjal dan sedang mengkonsumsi obat secara
rutin, coba konsultasikan ke dokter. Untuk obat baru, konsultasikan dengan dokter
bila Anda mengalami gejala tertentu. Penyalahgunaan obat / zat tertentu Pemakaian
obat terlarang, seperti heroin atau kokain, dapat menyebabkan kerusakan fungsi
ginjal yang dapat mengarah pada gagal ginjal.
Agent : NTA akibat toksik terjadi akibat menelan zat-zat nefrotoksik. Ada
banyak sekali zat atau obat-obat yang dapat merusak epitel tubulus dan
menyebabkan GGA, yaitu seperti : Antibiotik : aminoglikosoid, penisilin, tetrasiklin,
amfotersisin B, sulfonamida, dan lain-lainnya. Obat-obat dan zat kimia lain :
fenilbutazon, zat-zat anestetik, fungisida, pestisida, dan kalsium natrium adetat.
Pelarut organik : karbon tetraklorida, etilon glikol, fenol, dan metal alkohol. Logam
berat : Hg, arsen, bismut, kadmium, emas, timah, talium, dan uranium. Pigmen heme
: Hemoglobin dan mioglobin
Radang : Penyakit tertentu, seperti glomerulonefritis (radang pada
glomerulus/unit penyaring ginjal) dapat merusak ginjal, sehingga ginjal tidak bisa lagi
menyaring zat-zat sisa metabolisme tubuh. Untuk mengetahui lebih lanjut, biasanya
dokter akan meminta Anda melakukan serangkaian pemeriksaan di laboratorium.
Pekerjaan : Orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-
bahan kimia akan dapat mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang
berbahaya jika terpapar dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit
ginjal. Misalnya pada pekerja di pabrik atau industri.
Perilaku minum : Air merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh.
Lebih kurang 68% berat tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup
setiap hari adalah cara perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan
dalam tubuh. Sebab bila tubuh tidak menerima air dalam jumlah yang cukup, tubuh
akan mengalami dehidrasi. Di mulai dengan simpanan air tubuh yang menurunan
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Organ-organ tubuh yang vital juga
sangat peka terhadap kekurangan air, salah satunya adalah ginjal. Ginjal tidak dapat
berfungsi dengan baik bila tidak cukup air. Pada proses penyaringan zat-zat racun,
ginjal melakukannya lebih dari 15 kali setiap jam, hal ini membutuhkan jumlah air
yang banyak sebelum diedarkan ke dalam darah. Bila tidak cukup cairan atau kurang
minum, ginjal tidak dapat bekerja dengan sempurna maka bahan-bahan yang
beredar dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan dengan baik sehingga dapat
menimbulkan keracunan darah dan menyebabkan penyakit ginjal.
Environment : Cuaca panas dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ginjal.
Jika seseorang bekerja di dalam ruangan yang bersuhu panas, hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan ginjalnya. Yang terjadi adalah berkurangnya aliran atau
peredaran darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat-zat yang
diperlukan oleh ginjal dan pada ginjal yang rusak hal ini akan membahayakan
Gejala dini : lethargi,sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang,mudah tersinggung, depresi
Gejala yg lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah,nafas dangkal
Gejala berdasarkan organ yang terkena, antara lain:
1. Kardiovaskuler: Hipertensi,nyeri dada, gagal jantung kongesti, edema
pulmoner,perikarditis, Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital,
friction rub pericardial, pembesaran vena leher (peningkatan JVP)
2. Dermatologi : Warna kulit abu-abu mengkilat, pucat,kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, dan pernafasan
kussmaul
4. Gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau ammonia,
Ulserasi,perdarahan mulut, konstipasi, diare, perdarahan saluran cerna.
5. Neurologi : Tidak mampu konsentrasi, kelemahan, keletihan, perubahan tingkat
kesadaran, disorientasi, kejang, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal : Keram otot, kekuatan otot hilang, pegal kaki sehingga selalu
digerakkan (kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertrofi otot-otot ekstremitas)
7. Endokrin: gangguan seksualitas, libido fertilisasi dan ereksi menurun, gangguan
menstruasi dan aminore, gangguan metabolik glukosa, lemak dan vitamin D
8. Persendian : Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang
9. Kelainan mata : Azotemia ameurosis, retinopati, nistagmus, miosis dan pupil
asimetris, red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi, Keratopati
mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronis akibat penyulit
hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.
10. Sistem hematologi : Kelainan hemopoeisis, Anemia normokrom normositer dan
normositer (MCV 78-94 CU), Kelelahan dan lemah karena anemia atau akumulasi
substansi buangan dalam tubuh. Perdarahan karena mekanisme pembekuan
darah yang tidak berfungsi. Selain itu hemopoesis dapat terjadi karena
berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis, defisiensi besi
11. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam basa: Biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga kehilangan natrium, asidosis, hiperkalemia,
hipomagnesia, hipokalsemia
12. Farmakologi : Obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal
13. Gejala lain : Gangguan pengecapan, berat badan turun dan lesu, gatal-gatal,
gangguan tidur, cairan diselaput jantung dan paru-paru, otot-otot mengecil,
Gerakan-gerakan tak terkendali, kram, Sesak nafas dan confusion, Perubahan
berkemih : Poliuria, nokturia, oliguria
E. Persiapan Alat
a. Sabun
b. Kran panjang/air bersih mengalir
c. Tissue/handscun
d. Tempat sampah
Sebelum mencuci tangan 6 langkah, lepas asesoris, jam tangan dan cincingkan
lengan baju.
D. Pengelolahan sampah
Buang sampah atau segala hal yang dihasilkan oleh penderita pada tempatnya,
seperti air ludah atau muntahan punya tempat tersendiri dan langsung dibuang ditempat
sampah khusus yang disediakan RS.
Sampah medis (Warna Kuning):
1. Botol infuse
2. Masker
3. Sarung tangan
4. Bekas selang infuse
5. Jarum suntik
Sampah non medis (bukan medis, warna hitam):
1. Kertas dan tisue
2. Plastik
3. Bekas pembungkus makanan
Daftar Pustaka
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black H.R., CushmanW.C., Green L.A., Izzo J.L., Jr., et al,
2003. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report. JAMA;289:2560-
72.
Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi 3. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn, dan Alice C. Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EG