Anda di halaman 1dari 21

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia,
hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.

Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian neonatal di Indonesia
adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan
kealainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi
baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir
karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus
digunakan setiap kali menolong persalinan.

Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada neonatal sangat penting
dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam penanganan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah

1 Apakah definisi asfiksia neonatorum?

2 Apakah penyebab asfiksia?

3 Bagaimana tanda gejala serta diagnose pada bayi asfiksia?

4 Bagaimanakah cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir?

5 Bagaimanakah penanganan asfiksia neonatorum

C. Tujuan Penulisan

1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum.


2 Untuk mengetahui apa penyebab dari asfiksia neonatorum.

3 Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala serta diagosa pada asfiksia pada bayi baru lahir.

4 Untuk mengetahui bagaimana cara menilai asfiksia pada bayi baru lahir.

5 Untuk mengetahui bagaimana penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegawatdaruratan pada neonatal dengan deteksi dini terhadap komplikasi dan kelainan pada
neonatal

1) Asfiksia Neonaturum

a. Pengertian Asfiksia Neoaturum

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur setelah
lahir (Sarwono,2007)

Asfiksia Neonaturum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur sehingga dapat
menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
(Manuaba, 1998).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).

b. Penyebab Asfiksia Neonatorum


Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1) Faktor ibu

a) Preeklampsia dan eklampsia

b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c) Partus lama atau partus macet

d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

e) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2) Faktor Tali Pusat

a) Lilitan tali pusat

b) Tali pusat pendek

c) Simpul tali pusat

d) Prolapsus tali pusat

3) Faktor Bayi

a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)

b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep)

c) Kelainan bawaan (kongenital)

d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan
asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan
keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko
menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh
karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

c. Tanda Gejala Pada Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia :


1) Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

2) Warna kulit kebiruan

3) Kejang

4) Penurunan kesadaran

Asfiksia neonaturum dapat dibagi dalam :

a) ‘Vigorous baby’, skor apgar = 7-10.

Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

b) ‘Mild-moderate asphyxia’ (asfiksia sedang).

Skor apgar = 4-6. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot
kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

c) Asfiksia berat. Skor apgar = 0-3.

pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

d) Asfiksia berat dengan henti jantung.

Dimaksudkan dengan henti jantung ialah keadaan :

a. Bunyi jantung terus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.

b. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

Tabel Skor Apgar

Tanda

Frekuensi jantung

Menurun

Kurang dari 100/menit


Lebih dari 100/menit

Usaha bernafas

Lambat

Lambat, tidak teratur

Menangis lemah

Tonus otot

Baik

Ekstremitas fleksi sedikit

Gerakan kurang aktif

Refleks

Ada

Gerakan sedikit

Menangis

Warna

Biru/pucat

Tubuh kemerahan, ekstremitas biru

Tubuh dan ekstre-mitas kemerahan

Dalam menghadapi bayi dengan asfiksia berat, penilaian cara ini kadang-kadang membuang waktu dan
dalam hal ini dianjurkan untuk menilai secara tepat (Pediatric’s Staff Roy, Wom, Hosp. Aust, 1976) :

a. Menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba xitisternum atau umbilikalis dan menentukan
apakah jumlahnya lebih atau kurang dari 100/menit.

b. Menilai tonus otot apakah baik/buruk.

c. Melihat warna kulit

d. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis
anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :

1) Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi
turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya

2) Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin
menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah.

3) Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala
janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat
janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999)

e. Penilaian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang
akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.

Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai
pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

1) Penafasan

2) Denyut jantung

3) Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan
mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas
atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

f. Penanganan Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir

Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap
pakai, yaitu :

1) Peralatannya :

a) 2 helai kain / handuk.

b) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.

c) Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

d) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

e) Kotak alat resusitasi.

f) Jam atau pencatat waktu. (Wiknjosastro, 2007).

2) Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu
:

a) Memastikan saluran terbuka

b) Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

c) Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

d) Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

3) Memulai pernafasan

a) Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

b) Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau mulut ke mulut
(hindari paparan infeksi).

4) Mempertahankan sirkulasi
a) Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

b) Kompresi dada.

c) Pengobatan

Langkah-Langkah Resusitasi

Setiap melakukan tindakan atau langkah harus didahului dengan persetujuan tindakan medic sebagai
langkah klinik awal. Langkah klinik awal ini meliputi :

1) Siapa ayah atau wali pasien, sebutkan bahwa ada petugas yang diberi wewenang untuk
menjelaskan tindakan pada bayi.

2) Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi asfiksia neonatal.

3) Jelaskan bahwa tindakan klinik juga mengandung resiko.

4) Pastikan ayah pasien memahami berbagai aspek penjelasan diatas.

5) Buat persetujuan tindakan medic, simpan dalam catatan medic.

(Sarwono prawirohardjo,2002)

1) Tahap 1 langkah awal

Langkah awal diselesaikan dalam 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah awal dibawah ini
cukup untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur. Langkah tersebut meliputi :

a) Jaga bayi tetap hangat

b) Letakkan bayi diatas kain diatas perut ibu

c) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut terbuka, potong tali pusat.

d) Pindahkan bayi diatas kain tempat resusitasi.

e) Atur posisi bayi

· Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.

· Ganjal bahu agar kepala bayi sedikit ekstensi.

· Isap lender

Gunakan alat penghisap DeLee dengan cara :

a) Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.


b) Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan.

c) Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih dari 5 cm kedalam mulut, dan jangan lebih
dari 3 cm kedalam hidung). Hal itu dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat dan bayi
tiba-tiba barhenti bernafas.

d) Keringkan dan rangsang bayi.

· Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya.dengan sedikit tekanan. Rangsang
ini dapat membantu bayi mulai bernafas.

· Lakukan rangsang taktil dengan cara menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok
punggung, perut,dada,tungkaibayi dan telapak tangan.

e) Lakukan penilaian bayi

· Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap.

· Bila bayi bernafas normal lakukan asuhan pasca resusitasi.

· Bila bayi megap-megap atau tidak bernafas lakukan ventilasi bayi.

2) Tahap 2 ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru-
paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkahnya :

a) Pasang sunkup

· Pasang dan pegang sunkup agar menutupi mulut, hidung dan dagu bayi.

b) Ventilasi 2 kali

Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air.

Tiupan awal tabung dan sunkup atau pemompaan awal balon sunkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

Lihat apakah dada bayi mengembang. Saat melakukan pemompaan perhatikan apakah dada bayi
mengembang. Bila tidak mengembang, periksa posisi sunkup pastikan tidak ada udara yang bocor,
periksa posisi kepala pastikan posisi sudah sedikit ekstensi, periksa cairan atau lender dimulut bila masih
terdapat lender lakukan penghisapan. Lakukan pemompaan 2 kali, jika dada mengembang lakukan
tahap berikutnya.

3) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.


a) Lakukan tiupan dengan tabung dan sunkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20cm
air

b) Pastikan dada mengembang saat dilakukan pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
nafas.

· Jika bayi mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca resusitasi.

· Jika bayi megap-megao atau tidak bernafas lakukan ventilasi.

4) Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.

a) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik.

b) Hentikan ventilasi setiap 30 detik.

c) Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.

· Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.

· Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakukan penilaian ulang nafas setiap 30 detik.

5) Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas selama 2 menit resusitasi.

a) Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan.

b) Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan.

6) Lakukan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi.

a) Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar lanjitkan ventilasi selama 10 menit.

b) Hentikan resusitasi bila denyut jantung tetap tidak terdengar, jelaskan kepada ibu dan berilah
dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan.

c) Bayi yang mengalami asitol 10 menit kemungkinan besar mengalami kerusakan otak yang
permanen.

Prinsip-Prinsip Resusitasi Yang Efektif :

1) Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus rnerupakan tim
yang hadir pada setiap persalinan.
2) Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus dilakukan,
tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien

3) Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai suatu tim yang
terkoordinasi.

4) Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya ditentukan
khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien.

5) Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap pakai.

g Asuhan Kebidanan Asifiksia Neonaturum

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BAYI NY. M DENGAN ASFIKSIA RINGAN

Tanggal/ Jam : 09 Desember 2014, pukul 12.15 WIB

Tempat : Bidan Mawar

A. Data Subyektif

1. Biodata

Nama : Bayi Ny “M”

Umur : 0 hari

Agama : Islam

Anak ke : I

Nama ibu : Ny “M” Nama ayah : Tn “S”

Umur : 32 tahun Umur : 36 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SD Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Tambak rejo Alamat : Tambak rejo

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya tidak menangis kuat sejak lahir.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 09 – 12 – 2006 pukul 12.15 WIB di BPS dengan BB : 2700 gram,
spontan, ketuban keruh, nafas : lemah, tidak menangis kuat.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun,
seperti DM, TBC, asma.

5. Riwayat Neonatal

a. Prenatal

Ibu mengatakan ini merupakan anak pertama, dengan umur kehamilan 43 minggu, tidak ada

keluhan selama hamil, periksa kebidan 7 kali, mendapat obat – obatan : Fe, Yodiol, Kalk +tambah darah.

b. Natal

Ibu melahirkan anak pertama pada umur kehamilan 43 minggu, di tolong bidan bayi lahir spontan
belakang kepala, jenis kelamin perempuan, tidak segera menangis, BB lahir, 2700 gram,, warna pucat,
pada tanggal 09 – 12 – 2014 pukul 12.15 WIB A-S : 7 – 8.

c. Post natal

Setelah bayi lahir, bayi menangis lemah badan merah/ekstremitas pucat dan nafasnya lemah

6. Pola kebiasaan sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Bayi belum mendapat asupan nutrisi apapun

b) Pola aktifitas

Bayi tidak bergerak sama sekali, walaupun sudah dikeringkan

c) Pola istirahat

-
d) Pola eliminasi

Bayi belum BAK/BAB

e) Pola personal hygiene

Bayi hanya dikeringkan dengan baju

7. Riwayat bio, psiko sosial keluarga

Kelahiran klien sangat diharapkan oleh kedua orang tua dan keluarga karena merupakan anak pertama,
keluarga khawatir dengan keadaan bayinya karena tidak segera menangis.

B. Data Obyektif

1. Keadaan umum baik

Respirasi : 30 x/menit

Suhu : 35,8o C

Denyut jantung : > 100

Pernafasan : lemah/menangis lemah

Otot : gerak aktif

Reaksi terhadap rangsangan : menyeringai

Warna kulit : badan merah, ekstremitas pucat

2. Pemeriksaan fisik

) Inspeksi

Kepala : rambut tipis dan halus, tidak ada caput, tidak ada chepal

Mata : simetris, tidak ada oedem pada kelopak mata, conjungtiva merah muda

Hidung : simetris, tidak ada polip

Mulut : simetris, tidak ada kelainan kongenital, bibir pucat

Leher : simetris, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : simetris, puting susu menonjol, bersih, dada tidak mengembang

Abdomen : tali pusat masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi

Punggung : simetris, tidak ada spina bifida

Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora, bersih

Anus : anus berlubang

Ekst. Atas : jumlah jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan kulit telapak tangan
mengelupas

Ekst. Bawah : jumlah jari lengkap tidak ada kelainan kulit telapak kaki mengelupas, pucat

b) Palpasi

Kepala : tidak ada benjolan, UUB belum menutup, UUK belum menutup

Hidung : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis

Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan

Punggung : tidak ada nyeri tekan, tidak ada spina bifida

Anus : ada lubang

Ekstremitas : kaki teraba dingin, jumlah jari lengkap, tidak ada luka-luka teraba dingin.

c) Auskultasi

Dada : denyut jantung lemah > 100

3. Pemeriksaan Antropometrik

Berat badan : 2700 gram

PB : 48 cm

MO : 39 cm

FO : 34 cm
SOB : 35 cm

LD : 32 cm

C. Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan

Diagnosa : Bayi Ny “M” umur 0 hari dengan asfiksia ringan

Ds : Ibu mengatakan baru saja melahirkan anaknya, dan bayinya menangis lemah.

Do : - Keadaan umum ibu cukup

- Denyut jantung janin : > 100

- Pernafasan : lemah, menangis lemah

- Otot : gerak aktif

- Reaksi terhadap rangsangan : menyeringai

- Warna kulit : badan merah ekstremitas biru

- MO : 39 cm

- FO : 34 cm

- SOB : 35 cm

- BB lahir : 2700 gram

- RR : 30 x/menit

- Suhu : 35 o C

Masalah : Gangguan kebutuhan O2

Ds : Ibu mengatakan nafasnya ()

Do : - Keadaan umum cukup

- Ekstremitas : ekstremitsa biru badan merah RR 30 x/menit

D. Antisipasi Masalah Potensial


Diagnosa : Bayi Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 5 menit diharapkan bayi dapat

menangis dengan kuat dengan ()

Kriteria : - Keadaan umum baik

- A-S : 9 – 10

- RR : 40 – 60 x/menit

- Menangis dengan kuat

- Warna kulit merah seluruhnya

Intervensi

1) Cuci tangan sebelum menyentuh bayi

Rasional : mencegah infeksi

2) Beritahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

Rasional : dengan penjelasan yang baik orang tua akan mengerti keadaan bayinya

3) Keringkan bayi dari daerah cairan ketuban

Rasional : membersihkan bayi dari segala darah dan cairan

4) Letakkan bayi dibawah lampu sorot

Rasional : menghangatkan bayi

5) Atur posisi bayi kepala lebih rendah dari badan

Rasional : memudahkan jalan nafas

6) Lendir dari mulut kemudian hidung

Rasional : membebaskan jalan nafas dari lendir/darah yang menyumbat jalan nafas

7) Observasi RR dan reflek menangis, warna kulit

Rasional : deteksi dini adanya komplikasi

Masalah : Gangguan kebutuhan O2

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 10 menit diharapkan bayi


dapat bernafas dengan normal

Kriteria Hasil : - RR : 30 – 60 x/menit

- Bayi menangis dengan kuat

- Keadaan umum baik

- S : 36 – 37o C

Intervensi

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah

Rasional : pencegahan infeksi

2) Letakkan bayi ditempat yang hangat

Rasional : menghangatkan bayi

3) Berikan pengosongan pada bayi dengan menggosok punggung

Rasional : menimbulkan reflek pada bayi

4) Isap lendir dari mulut ke hidung

Rasional : membebaskan jalan nafas

5) Miringkan bayi ke salah satu sisi

Rasional : lendir yang ada dimulut dan hidung bisa keluar

E. Identifikasi Kebutuhan Segera

Menghangatkan bayi

Isap lendir (sucaion)

F. Implementasi

Tanggal : 09 Desember 2014

Diagnosa : Bayi Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan

1) Jam 12.15 WIB


Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan

2) Jam 12.17 WIB

a. Mencuci tangan

b. Mengeringkan bayi dengan handuk

c. Meletakkan bayi dibawah lampu sorot

d. Memberikan rangsagnan dengan menggosok punggung bayi

3) Jam 12.25 WIB

Atur posisi bayi kepala lebih rendah dari badan

4) Jam 12.27 WIB

Menghisap lendir dari mulut ke hidung

5) Jam 12.30 WIB

Observasi RR, reflek menangis, suhu

Suhu : 36,4o C

Warna kulit : seluruh tubuh merah

RR : 44 x/menit

Menangis

6) Jam 12.35 WIB

Memiringkan bayi satu sisi

G. Evaluasi

Tanggal : 09 Desember 2014 Jam : 12.30 WIB

Diagnosa : Bayi Ny “M” umur o hari dengan asfiksia ringan

S : Ibu mengatakan bayinya sudah menangis

O : - BB : 2700 gram

- Sh : 36,4o C
- RR : 44 x/menit

- Warna kulit : merah seluruhnya

- Denyut jantung : > 100

- Otot : reflek baik

- Reaksi terhadap rangsangan, menangis

A : Masalah teratasi

P : Rencana dilanjutkan

Observasi TTV

Observasi ASI

Miringkan bayi kesalah satu sisi

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi
dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah
yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.Penanganannya adalah dengan
tindakan resusitasi. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai
ABC resusitasi, yaitu Memastikan saluran terbuka, Memulai pernafasan, Mempertahankan sirkulasi.
Langkah-langkah resusitasi, meliputi 2 tahap. Tahap pertama adalah langkah awal, dan tahap kedua
adalah ventilasi.

B. Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada
pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono prawirohardjo.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bobak,2004, Buku Ajar; Keperawatan Maternitas Jakarta , EGC

Wiknjosastro, 1999.Asfiksia pada bayi baru lahir.

Departement Kesehatan RI : Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir Untuk Bidan 2007. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai