Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Demam Berdarah Dengue

Disusun Oleh :

Hansel Sanchia - 112021164

Pembimbing:
dr. Elfrieda Simatupang, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 7 Februari 2022 – 16 April 2022
STATUS PASIEN

Pasien masuk ke ruang inap lantai 12 pada tanggal 16 Februari 2022

I. Identitas Pasien
• Nama : An. ARP
• Tanggal Lahir : 25 April 2017
• Umur : 4 tahun 9 bulan
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Mahoni blok E no.9
• Kewarganegaraan : WNI
• Suku : Jawa

II. Identitas Orang Tua


Ayah Ibu
Nama Tn. Ahmad Ny. Juwita
Tanggal Lahir 11 Maret 1993 26 November 1993
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMK
Penghasilan Rp. 1.000.000,- -

Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

III. Anamnesa
Alloanamnesis dikalukan pada tanggal 16 Februari 2022 pukul 09.00 WIB dengan Ibu
pasien.

Keluhan Utama : Demam 3 hari SMRS


Keluhan Tambahan : Nyeri perut, bintik-bintik merah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan adanya demam 3 hari lalu, demam dirasakan naik-turun
dari 39oC sampai dengan 40oC. Terkadang keluhan demam juga disertai dengan
menggigil. Tidak ada faktor yang memperberat atau memperingan keluhan demam
tersebut. Pasien sudah mengkonsumsi obat penurun demam, namun keluhan demam
terus berlangsung. Selain demam pasien juga mengeluhkan adanya bintik-bintik merah
pada ekstremitas pasien sejak 3 hari yang lalu bersamaan dengan demam. Bintik-bintik
merah menyebar mulai dari kaki kanan lalu ke seluruh tubuh. Keluhan bintik-bintik
merah ini tidak menyebabkan rasa panas, gatal, ataupun tidak nyaman pada pasien.
Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri perut yang sudah di rasakan sejak 2 hari
yang lalu. Nyeri perut terasa hilang timbul tanpa adanya faktor tertentu. Nyeri perut
terasa paling sakit pada regio umbilical dan terkadang menyebar ke seluruh permukaan
perut. Semenjak 1 bulan yang lalu ibu pasien mengaku bahwa didaerah lingkungan
sekitar ada beberapa anak yang menderita penyakit yang sama. Pasien tidak sudah
mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan puskesmas untuk mengurangi keluhan-
keluhan tersebut. Sampai sekarang nafsu makan pasien masih baik. Keluhan lainnya
seperti batuk, pilek, mual, muntah, BAB cair disangkal oleh pasien.

Selama ini pasien sudah berobat ke puskesmas terdekat dan diberikan obat-obatan untuk
mengurangi keluhannya, namun keluhan pasien tidak kunjung membaik sehingga
dilakukan rujukan ke RSUD Koja.

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Keluhan serupa (-)
• Alergi (+)
• Kejang demam (-)
• TBC (-)
• Tifoid (-)
• Kel. Kongenital (-)
• Operasi (-)
• Kecelakaan (-)
Keterangan : ibu pasien mengaku bahwa timbul bentol-bentol merah setiap berada di
udara/cuaca dingin
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Keluhan serupa (-)
• Hipertensi (+)
• Diabetes Mellitus (-)
• Peny. Jantung (-)
• Peny. Ginjal (-)
• TBC (-)
• Epilepsi (-)
Keterangan : Nenek dari pasien menderita hipertensi

Riwayat Kehamilan :
• Perawatan antenatal : ANC rutin setiap bulan
• Penyakit kehamilan : tidak ada penyakit selama kehamilan

Riwayat Kelahiran :
• Cara lahir : Pervaginam, spontan
• Tempat lahir : Rumah bersalin
• Ditolong oleh : Bidan
• Masa gestasi : Cukup bulan (39 Minggu)
• Berat lahir : 3.400 gr
• Panjang lahir : 49 cm
Keterangan : Lahir langsung menangis, sianosis (-), kejang (-), cacat bawaan (-)

Riwayat Imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi ke puskesmas

Umur
Vaksin
0 1 2 3 4 9 18
bulan bulan bulan bulan bulan bulan bulan
BCG √

DPT √ √ √ √

Polio √ √ √ √ √

Campak √

Hepatitis B √ √ √ √ √

Riwayat Tumbuh Kembang :


• Pertumbuhan gigi pertama :-
• Gangguan perkembangan mental : Tidak ada gangguan perkembangan
mental
• Psikomotor
o Tengkurap :-
o Duduk :-
o Merangkak :-
o Berdiri :-
o Berjalan :-

IV. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 16 Februari 2022 pukul 09.20 WIB

Tanda Tanda Vital


• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : kompos mentis
• Frekuensi Nadi : 104x/menit
• Frekuensi Pernafasan : 23x/menit
• Suhu Tubuh : 37,8oC
• Data Antropometri
o Berat Badan : 20 Kg
o Tinggi Badan : 111 cm
o Lingkar Kepala : 51 cm
o Lingkar Lengan Atas : 17 cm
o Lingkar Dada : 59 cm
o IMT (kg/m2) : 16,2 kg/m2
• Interpretasi Antropometri
o TB/umur : 0 SD < Z-score < 2 SD = Normal
o BB/umur : 0 SD < Z-score < 2 SD = Normal
o BB/TB : 0 SD < Z-score < 1 SD = Normal
o IMT/umur : 0 SD < Z-score < 1 SD = Normal
o LK/umur : -1 SD < Z-score < 0 SD = Normal
o LLA/umur : 0 SD < Z-score < 1 SD = Normal

Kepala
• Ukuran Kepala : Normocephal (51cm)
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah di cabut
• Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil, isokor,
simetris, refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
• Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen-/-, sekret -/-
• Hidung : Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-)
• Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis(-)
• Gigi geligi : Tidak ada kelainan
• Lidah : Tidak kotor, simetris
• Tonsil : T1 – T1, edem (-), hiperemis (-), detritus (-)
• Faring : Hiperemis (-), post nasal drip (-), detritus (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax Anterior
• Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri normal, statis dan dinamis kanan-
kiri simetris, pelebaran sela iga (-), retraksi sela iga (-), sternum di tengah, ictus
cordis tidak terlihat
• Palpasi : Gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, benjolan (-),
nyeri (-), vokal fremitus normal, ictus cordis teraba pada sela iga 4 linea mid-
clavicularis
• Perkusi : Perkusi sonor di seluruh lapang paru, pemeriksaan batas
jantung tidak dilakukan
• Auskultasi : Suara napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-), Bunyi Jantung I
dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen Anterior
• Inspeksi : Datar, warna kulit sawo matang, lesi kulit (-), pulsasi (-),
cicatrix (-), bekas operasi (-)
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) regio umbilical, tidak teraba pembesaran
pada hepar dan lien
• Perkusi : Nyeri ketuk (-), timpani di seluruh lapang abdomen
• Auskultasi : Bising usus (+), normoperistaltik

Pemeriksaan Lainnya
• Kulit : Ikterik (-), petechiae (+) pada keempat ektremitas
• Ekstremitas : Deformitas (-), akral hangat, sianosis (-), CRT < 2detik,
kekuatan otot 5555, tonus normal, cogwheel rigidity (-), edema (-), ptechie (+)
• Rambut : hitam merata, tidak mudah dicabut
• Genitalia : tidak dilakukan
• Anus dan rectum : tidak dilakukan
• Tulang belakang : tidak dilakukan

V. Pemeriksaan Penunjang
Selasa, 15 Februari 2022
• Laboratorium
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,9 g/dL 11,5-14,5
Leukosit 4.44 10^3/uL 4,00-12,00
Hematokrit 39,9 % 33-43
Trombosit 177 10^3/uL 163-337

Rabu, 16 Februari 2022


• Laboratorium
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 14,1 g/dL 11,5-14,5
Leukosit *1,99 10^3/uL 4,00-12,00
Hematokrit 39,6 % 33-43
Trombosit *124 10^3/uL 163-337
Eritrosit 5,27 Juta/uL 4-5,3
MCV *75 fL 76-90
MCH 27 Pg 25-31
MCHC 36 d/dL 32-36
RDW-CV 13,2 % 11,5-15,0

Hitung Jenis
Basofil 0,5 % 0,2-1,2
Eosinofil *0,0 % 0,8-7,0
Neutrofil 56,3 % 34-67,9
Limfosit 38,2 % 21,8-53,1
Monosit *5,0 % 5,3-12,2

NLR & ALC


NLR 1,47
ALC 760 /uL

Kimia Klinik
Natrium *124 mEq/L 135-147
Kalium 3,94 mEq/L 3,5-5
Klorida 102 mEq/L 96-108
GDS *129 mg/dL 60-100

Imunologi & Alergi


SARS CoV-2
IgG + -
IgM - -

Serologi
CRP *1,45 mg/dL <0,50

VI. Ringkasan
Pasien datang dengan keluhan demam 3 hari SMRS, demam naik turun tanpa ada faktor
tertentu. Terkadang keluhan demam tersebut dirasakan sampai menggigil. Pasien sudah
mengkonsumsi obat penurun demam, namun keluhan tetap berlangsung. Bersamaan
dengan demam, timbul bintik-bintik merah pada ekstremitas pasien. Bintik-bintik merah
menjalar mulai dari kaki kanan sampai ke seluruh tubuh. Pasien tidak merasakan gatal
pada bintik-bintik merah tersebut. Selain itu pasien juga merasakan adanya nyeri perut.
Nyeri perut dirasakan 2 hari lalu, nyeri paling sakit dirasakan pada regio umbilical.
Tidak ada faktor yang memperberat/mempertingan keluhan nyeri perut tersebut. Pasien
memiliki riwayat alergi dingin dan pada keluarga terdapat riwayat hipertensi dari nenek
pasien. Tidak ada masalah dari riwayat kehamilan, riwayat kelahiran pasien, riwayat
perkembangan, riwayat pertumbuhan dan riwayat imunisasi pasien.

Selama ini pasien sudah sempat berobat ke puskesmas terdekat dan diberikan obat-
obatan untuk mengurangi keluhannya namun keluhannya tetap tidak membaik sehingga
dirujuk ke RSUD Koja.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit ringan dengan
kesadaran compos mentis, serta TTV pasien dalam batas normal. Tidak didapatkan
kelainan pada pemeriksaan kepala dan thoraks pasien, namun pada pemeriksaan
abdomen anterior didapatkan nyeri tekan pada regio umbilical tanpa adanya pembesaran
pada organ abdomen. Petechiae juga ditemukan pada keempat ekstremitas pasien.

Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada hari Selasa, 15 Februari 2022
didapatkan semua kadar H2TL dalam batas normal. Pemeriksaan selanjutnya yang
dilakukan pada hari Rabu, 16 Februari 2022 didapatkan kadar leukosit menurun (1,99),
trombosit menurun (124), eosinofil menurun (0), monosit menurun (5), natrium
menurun (124), GDS meningkat (129), dan kadar CRP yang meningkat (1,45)
VII. Diagnosis Kerja
Dengue Hemorrhagic Fever grade II

VIII. Diagnosis Banding


Demam tifoid, Malaria

IX. Anjuran Pemeriksaan Penunjang


Serologi dengue, serologi tifoid

X. Prognosis
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Functionam : dubia ad bonam
• Ad Sanationam : dubia ad bonam

XI. Penatalaksanaan
• Asering 60 cc/jam
• PCT 3x200mg
• Ranitidine 2x50mg
• Ondansentron 2x2mg

XII. Follow-up Harian

Kamis, 17 Februari 2022


S : Demam naik turun (+), naik saat sore sampai malam, mual (+), muntah 2x sekitar
½ gelas aqua (+), batuk kering (+), pilek (-), nyeri perut (-)

O : HR: 110x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 37,8oC, BB: 20 Kg, LK: 51cm, LD: 59cm,
LLA: 17cm
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,1 g/dL 11,5-14,5
Leukosit *3,31 10^3/uL 4,00-12,00
Hematokrit 37,8 % 33-43
Trombosit *76 10^3/uL 163-337

A : DHF
P:
• Asering 60 cc/jam
• PCT 3x200mg
• Ranitidine 2x50mg
• Ondansentron 2x2mg

Jumat, 18 Februari 2022


S : Demam naik turun (+), naik saat sore sampai malam, mual (+), muntah (-), batuk (-
), mual (+), belum BAB selama 2 hari (+)

O : HR: 110x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,5oC


Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,2 g/dL 11,5-14,5
Leukosit *1,69 10^3/uL 4,00-12,00
Hematokrit 37,1 % 33-43
Trombosit *68 10^3/uL 163-337

Serologi
Anti-dengue IgG - (negatif) - (negatif)
Anti-dengue IgM + (positif) - (negatif)

A : DHF

P:
• Asering 60 cc/jam
• Ranitidine 2x50mg
• Ondansentron 2x2mg
• Vestein 2x5 ml
• Cetirizine 1x1 tab

Sabtu, 19 Februari 2022


S : Demam (-), mual (+), muntah (-), batuk (-), pilek (-), nyeri perut (-), belum BAB 3
hari (+), ruam-ruam pada keempat ekstremitas (+)

O : HR: 109x/menit, RR: 24x/menit, Suhu: 36,8oC,


Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,6 g/dL 11,5-14,5
Leukosit 5,02 10^3/uL 4,00-12,00
Hematokrit 35,2 % 33-43
Trombosit *95 10^3/uL 163-337

A : DHF

P:
• Asering 60 cc/jam
• Vestein 1x5 ml
• Ranitidine 1x50mg
• Boleh pulang
Tinjauan Pustaka

Pendahuluan
Demam dengue adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui
serangga (arthropod-borne viruses).1 Infeksi virus ini dapat menyebabkan spektrum
manifestasi klinis yang luas dan bervariasi, mulai dari yang paling ringan (mild undifferentiated
febrile illness), demam berdarah dengue (dengue hemorrhagic fever), sampai dengan syok
(dengue shock syndrome, DSS).2 Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang terdiri
dari 4 serotipe. Virus dengue ini berasal dari keluarga Flaviviridae, dengan serotipe DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, dimana DEN-3 merupakan serotipe yang terbanyak ditemukan di
Indonesia. Virus ini akan disebarkan melalui vektor nyamuk yaitu Aedes aegypti.1 Beberapa
gejala yang dapat menandakan adanya infeksi dari virus ini adalah adanya riwayat berpergian
ke daerah endemis, demam, mual/muntah, ptechiae (+ tourniquet test), rasa nyeri dan pegal
yang berat (breakbone fever), dan pada beberapa kasus terdapat pembesaran hati.3

Epipdemiologi
Daerah epidemik virus dengue membutuhkan beberapa faktor penting, yaitu; vektor utama
(Aedes aegypti), virus dengue, jumlah host yang banyak. Wabah demam dengue ini biasa
terjadi dengan cepat dan progresif. Lihat gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Peta Penyebaran Virus Dengue.4


Gambar 2. Penyebaran Demam Dengue di Seluruh Dunia.5

Pada gambar 1 dan 2 menunjukan bahwa daerah tropikal Asia, daerah utara dari Australias,
tropikal Afrika, Arabian Peninsula, kelupauan Caribbean, Amerika tengan maupun Amerika
selatan merupakan daerah endemik demam dengue, dengan total kejadian sebesar 390 jiwa dan
96 juta diantaranya menunjukan gejala klinis.1

Kejadian demam dengue di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Semenjak kejadian tersebut prevalensi demam dengue di Indonesia terus berubah,
dimana terjadi peningkatan umur rata-rata dari kejadian demam dengue, peningkatan kasus
terus berlangsung, dan penurunan case fatality rate (CFR).6 Lihat gambar 3.

Gambar 3. Prevalensi DHF di Indonesia per 100.000 Penduduk dari Tahun 1968 sampai
2017.6
Etiologi
Virus dengue termasuk dalam grup B arthropod borne virus (arboviruses) dan sekarang lebih
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus dengue (DENV) merupakan virus
RNA rantai tungal dengan nukleokapsid icosahedral yang diselubungi oleh lipid. Virus ini
memiliki 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.2 Serotipe yang paling sering
ditemukan di Indonesia dan merupakan serotipe dominan yang sering menyebabkan kasus fatal
merupakan serotipe DEN-3. Infeksi dari salah satu serotipe akan membentuk sebuah antibodi
terhadap 1 serotipe tersebut yang akan bertahan seumur hidup namun tidak membentuk
antibodi terhadap serotipe lain.6

Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko yang berkorelasi dengan kejadian DHF adalah virulensi virus, imun
tubuh, cytokine storm, perubahan profil lipid, autoimun respon, genetik, dan bakteremia yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus.8 Lihat gambar 4.

Gambar 4. Faktor Resiko DHF.8

Patofisiologi
Patofisiologi dari demam berdarah dengue belum dapat dimengerti secara jelas.1 Tapi, sebuah
studi epidemiologi menunjukan adanya hubungan infeksi demam berdarah dengue dengan
infeksi ke-2 dari serotipe virus dengue (DEN-1 sampai DEN-4). Selain itu studi epidemiologi
tersebut juga menunjukan adanya hubungan antara infant yang lahir dari ibu yang sudah pernah
menderita demam dengue ≥ 2x seumur hidupnya.1
Walaupun patogenesis dari penyakit tersebut belum dapat dimengerti dengan jelas, sebuah
artikel oleh Martina, et al. menjelaskan bahwa patogenesis dari penyakit tersebut memiliki
hubungan dengan DENV Tropism (sistem imun, organ, sel endotel), virulensi vius, aktifasi
sitem komplemen, autoimun, genetik dari host, antibody-dependent enhancement, cross-
reactive respon T-Cell, dan faktor soluble. Semua hal tersebut dapat menyebabkan fungsi dari
sel endotel terganggu dan permasalahan dalam proses koagulasi.9 Lihat gambar 5.

Gambar 5. Patogenesis DHF.9


Klasifikasi Demam Dengue
Demam dengue diklasifikasikan menjadi 3 bagian menurut WHO, lihat gambar 6 :10
1. Undifferentiated Fever
2. Dengue Fever (DF)
3. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) : dibagi menjadi 4 tingkat keparahan, dimana
tingkat 3 dan 4 diklasifikasikan menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS).

Gambar 6. Klasifikasi Demam Dengue.8

Karena gejala dari demam dengue sangat luas dan bervariasi, klasifikasi diatas dapat dikatakan
cukup rumit dan membingungkan untuk diterapkan dalam praktik sehari-hari. Sehingga
penelitian selanjutnya membahas mengenai perbedaan tersebut :11
1. Undifferentiated Fever : sindrom infeksi virus
2. Dengue Fever (DF) : demam tidak spesifik, sering dijumpai adanya pendarahan
3. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) : bukan perndarahan yang dinilai, melainkan
adanya peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan kebocoran kapiler.

Pembagian khusus pada DHF, dimana DHF sendiri terbagi lagi menjadi 4 tingkat keparan
(tingkat 3 dan tingkat 4 digolongkan dalam DSS).11 Lihat gambar 7
Gambar 7. Tingkat Keparahan DF & DHF.12

Manifestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat beragam dan bervariasi. Pada demam dengue
dapat dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri anggota tubuh (myalgia), dan
timbulnya ruam pada kulit (rash).2 Pada demam berdarah dengue terdapat 4 menisfestasi klinis
yang bisa ditemui, yaitu demam tinggi, perdarahan (terutama pada kulit), hepatomegali, dan
kegagalan peredaran darah (circulatory failure).2 Perbedaan utama antara DF dan DHF adalah
adanya ppeningkatan perbeabilitas dinding pembulu darah, menurunnya volume plasma,
trombositopenia, dan pendarahan. Lihat tabel 1.

Tabel 1. Gejala Klinis DF dan DHF.2


Selain gejala tersebut, perjalanan klinis dari DF dan DHF juga perlu diperhatikan dengan jelas.
Demam yang terjadi pada penyakit ini umumnya berlangsung selama 2-7 hari, dimana ruam
pada kulit akan timbul pada 6-12 jam sebelum timbulnya demam. Ruam-ruam pada kulit akan
timbul diseluruh tubuh, mulai dari ekstremitas, thorax, maupun abdomen. Ruam tersebut
bersifat makulopapular yang akan menghilang dengan tekanan. Pada kurun waktu ini juga
mulai ditemukan adanya gejala lain yang dirasakan pasien, seperti nyeri perut, anoreksia,
myallgia, epistaksis, pembesaran KGB, diare, batuk, sampai dengan kejang ataupun penurunan
kesadaran. Pada 12 sampai 48 jam setelah demam menurun, itulah fase kritis dari pasien. Pada
DSS, setelah demam berlangsung keadaan umum pasien tiba-tiba memburuk (anak tampak
lesu dan gelisah). Dapat dilihat bahwa adanya tanda-tanda kegagalan sirkulasi (akral dingin,
sianosis, nadi cepat dan lemah hampir tidak teraba). Syok sendiri ditandai dengan kegagalan
sirkulasi tersebut, dan tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau bahkan kurang. Tenanan
sistolik dapat menurun sampai dengan 80 mmHg atau lebih kurang sampai tidak dapat terukur.
Jika tanda-tanda syok sudah didapatkan pada pasien, perlu penanganan yang cepat dan tepat,
karena syok tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti asidosis metabolek, hipoksia,
pendarahan hebat dan menyebabkan prognosis yang buruk pada pasien. Setelah fase tersebut
selesai, pasien akan menunjukan perbaikan keadaan dalam 2-3 hari.2,13 Lihat gambar 8.

Gambar 8. Fase DF & DHF.13

Diagnosis
Teknik diagnosis untuk DF ataupun DHF sangat kuat berdasarkan epidemiologi. Gejala klinis
yang luas sering menyulitkan klinisi untuk menegakan diagnosis secara tepat tanpa adnaya
bantuan pemeriksaan lainnya. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ruam pada kulit dengan
atau tanpa melakukan tourniquet test, nyeri abdomen, linfadenopati, sampai dengan
hepatomegali.14

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat membantu diagnosis adalah PCR, NS1 (dapat
dideteksi di hari ke 1 sampai hari ke 9 setelah gejala), ataupun serologi dengue (IgM & IgG,
dapat diperiksa 3-5 hari setelah gejala sampai dengan 2-3 bulan setelah sembuh).15 Selain itu
pemeriksaan darah lengkap juga dapat membantu menegakan diagnosis, dimana kriteria
menegakan diagnosis DHF adalah jumlah trombosit ≤100,000/µL, peningkatan jumlah
hematokrit ≥ 20%.1 Pada pemeriksaan darah bisa dijumpai juga jumlah leukosit yang bervariasi
(leukopenia sampai leukositosis ringan) tergantung dari onset penyakit. Selain itu limfositosis
juga lebih umu ditemukan pada penyakit ini. Albuminuria dan darah dalam feses dapat
ditemukan pada beberapa kasus yang dapat menyebabkan hypopreteinaemia dan
hyponatremia. Dalam sebagian besar kasus dapat ditemukan penurunan jumlah fibrinogen,
prothrombin, faktor VIII, faktor XII dan antithrombin III.14

Kriteria untuk menegakan diagnosis DHF memerlukan 4 kriteria berikut :


1. Demam bertahan 2-7 hari
2. Adanya bukti pendarahan : (+) tourniquet test, petechiae, pendarahan mukosa,
pendarahan gastrointestinal, hematemesis melena
3. Thrombocytopenia (100.000 trombosit/µl atau kurang)
4. Hemokonsentrasi : hematokrit meningkat >20%, atau bukti adanya kebocoran plasma
(acites, efusi pleura, dll)

Kriteria untuk menegakan diagnosis DSS adalah :


1. Nadi cepat dan lemah
2. Perbedaan tekanan darah antara sistol dan diastol sempit (<20 mmHg), atau :
3. Hipotensi, tekanan sistolik turun menjadi 80 mmHg atau kurang
4. Akral dingin, pucat dan lembab
5. Oliguria sampai anuria
6. Anak yang awalnya rewel, cengeng dan gelisah semakin lama kesadarannya mulai
menurun menjadi apatus, sopot bahkan koma
Lihat gambar 9 untuk melihat spektrum klinis DHF.

Gambar 9. Spektrum Klinis DHF.14

Warning Sign Dengue


Pada tahun 2009, WHO membentuk guidelines untuk diagnosis kemungkinan dengue, dengue
dengan gejala bahaya, dan kategori untuk kriteria dengue berat. Adanya gejala bahaya pada
pasien dengan diagnosis kemungkinan DHF dapat menunjukan bahwa pasien tersebut
memerlukan rawat inap untuk observasi lebih lanjut. Disisi lain adanya gejala bahaya pada
pasien dengue dapat menyebabkan tingkat keparahan dari penyakitnya semakin buruk. Dengue
berat dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berat seperti DSS, encephalitis atau
encephalopathy, kerusakan hati, myocardial damage. Pada beberapa kasus dengue berat dapat
menyebabkan gagal nafas sampai edema paru karena overhidrasi.1 Lihat gambar 10
Gambar 10. Warning Signs Dengue.1

Differential Diagnosis
Pada hari pertama dari gejala, penyakit ini sulit dibedakan dengan penyakit infeksi bakteri
maupun virus lainnya karena gejala klinis yang tidak teralalu spesifik. Namun dalam beberapa
hari kemungkinan diagnosis dari penyakit ini semakin nyata seperti mulai timbulnya
pendarahan dan pembesaran hati menjadi nyata.2 Namun beberapa penyakit yang menyerupai
gejala klinis dari demam dengue adalah influenza, fase awal malaria, demam tifoid, hepatitis
virus, dan leptospirosis.1

Tatalaksana
Tatalaksana utama dari DF dan DHF tanpa komplikasi adalah supportif. Bed rest sangat
dianjurkan pada pasien penderita DF dan DHF. Terapi cairan perlu dilakukan untuk tetap
menjaga hemodinamik pasien. Cairan yang digunakan adalah kristaliod isotonik (ringer
laktat/ringer asetat). Jumlah kebutuhan cairan total pasien adalah sejumlah cairan rumatan
ditambah 5% - 8% (pada dehidrasi sedang). Bila hematokrit meningkat, jumlah cairan
ditingkatkan, dan sebaliknya. Obat-obatan penurun demam, anti-emetik, dan analgetik.
Analgetik seperti aspirin sebagai kontraindikasi karena dapat menyebabkan gastritis,
perdarahan, asidosis dan mengganggu hemostasis tubuh.1,16

Jenis minuman yang dianjurkan dalam penanganan kasus ini adalah jus buah, tehmanus, sirup,
susu, oralit, maupun air putih biasa. Pada 4-6 jam pertama pasien perlu diberikan minum
sebanyak 50ml/KgBB, setelah dehidrasi dapat teratasi pasien dapat diberikan cairan rumatan
80-100 ml/KgBB. Bila terdapat asidosis, ¼ dari total jumlah cairan dapat dikeluarkan dan
diganti dengan larutan yang mengandung 0,167 mol/liter natrium bukarbonat (3/4 NaCl 0,9%
+ ¼ natrium bikarbonat).2 Untuk menghitung cairan rumatan pasien dapat menggunakan rumus
“holliday segar”. Lihat tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi Sedang.2

Untuk memahami lebih lanjut alur tatalaksana dari DHF dapat dilihat pada gambar 11(kasus
probable DHF), 12 (kasus DHF grade I dan II tanpa peningkatan Ht), dan 13 (kasus DHF grade
I dan II dengan peningkatan Ht).

Gambar 11. Alur Tatalaksana Kasus Probable DHF.2


Gambar 12. Alur Tatalaksana Kasus DHF Grade I dan II Tanpa Peningkatan Ht.2

Gambar 13. Alur Tatalaksana Kasus DHF Grade I dan II Dengan Peningkatan Ht.2
Pada tahap DSS atau syok, oksigen perlu segera diberikan dan bolus cairan 10-20 ml/kgBB
dalam 10-20 menit pada pasien yang mengalami syok. Jenis cairan awal yang dapat diberikan
ialah kristaloid isotonik. Jika keadaan klinis pasien memburuk atau syok belum dapat teratasi,
cairan dapat diganti dengan cairan koloid (dextran 40 atau plasma) sebanyak 10-20
ml/KgBB/jam. Bila syok sudah dapat teratasi, turunkan cairan secara bertahap, dan lakukan
pemeriksaan hematokrit. Bila hematokrit masih tinggi, dapat diberikan bolus ke-2. Pada
beberapa kasus pertimbangkan transfusi darah.16 Lihat gambar 14.

Gambar 14. Alur Tatalaksana DSS.16

Prognosis
Pada umumnya demam dengue merupakan penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya (self
limiting disease) dengan tingkat mortaliti <1 %. Pada demam berdarah dengue yang
tertatalaksana dengan baik memiliki mortalitas 2-5 %, sedangkan pada demam berdarah
dengue yang tidak tertatalaksana tingkat mortalitas dapat mencapai 50%. Pasien yang sembuh
biasanya tidak akan meninggalkan gejala sisa dan akan membentuk kekebalan (antibodi)
terhadap serotipe yang menginfeksi.10
Kriteria Pemulangan Pasien
Setelah dirawat inap pasien dapat dipulangkan dengan kriteria sebagai berikut :2
• Pasien tidak mengalami demam selama 24 jam tanpa penggunaan obat anti-piretik
• Tampak perbaikan secara klinis
• Nafsu makan pasien membaik
• Kadar hematokrit pasien stabil
• Minimal 3 hari setelah syok teratasi
• Jumlah trombosit >50.000/µl dan cenderung meningkat
• Tidak ditemukan adanya distress pernafasan (disebabkan ole efusi pleura atau asidosis)

Pencegahan
Strategi pencegahan dari penyakit ini utamanya adalah pemberantasan dari vektor, yaitu
nyamuk.2 Beberapa cara pemberantasan nyamuk adalah :
1. Melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim penularan penyakit
2. Melakukan pembinaan masyarakat dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
3. Melaksanakan penanggulangan disekitar tempat tinggal untuk mencegah terjadinya
kejadian luar biasa (KLB)
4. Melaksanakan penyluhan kepada masyarakat setempat

Kesimpulan
Demam dengue adalah penyakit dengan vektor nyamuk(mosquito borne disease) yang sering
terjadi pada daerah tropis khususnya Indonesia. Penyakit ini memiliki spektrum klinis yang
sangat luas mulai dari asimptomatik sampai dengan tingkat terberat yaitu shock (DSS). Dalam
menegakan diagnosis dan memberikan pengobatan terhadap penyakit ini perlu disesuaikan
dengan keadaan klinis dari pasien. Tatalaksana yang cepat dan tepat dapat memberikan
prognosis yang baik terhadap pasien.

Referensi

1. Kliegman RM, St Geme JW, Blum NJ, et al. Nelson textbook of pediatrics, 21th ed.
Philadelphia: Elsevier 2019. Chapter 295 (7081)
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, et al. Buku ajar infeksi & pediatri tropis,
edisi ke-2. Jakarta : IDAI FK UI 2002. h.155-81
3. Alejandria MM. Dengue haemorrhagic fever or dengue shock syndrome in children.
BMJ Clin Evid 2015; 2015: 0917
4. CDC. Dengue and dengue hemorrhagic fever information for health care practitioners.
2009. p.1-4
5. Guzman MG, Harris E. Dengue. Lancet 2015; 385: 453-65
6. Harapan H, Michie A, Mudatsir M, et al. Epidemiology of dengue hemorrhagic fever
in Indonesia: analysis of fve decades data from the National Disease Surveillance.
BMC Res Notes 2019; 12: 350
7. Schaefer TJ, Panda PK, Wolford RW. Dengue fever. In: Statperals
8. Wang WH, Urbina AN, Chang MR, et al. Dengue hemorrhagic fever e A systemic
literature review of current perspectives on pathogenesis, prevention and control.
Journal of Microbiology, Immunology and Infection 2020; 53: 963-78
9. Martina BEE, Koraka P, Osterhaus ADME. Dengue virus pathogenesis: an integrated
view. Clin Microbiol Rev 2009; 22(4): 564-81
10. World Health Organization. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO; 1997
11. Bandyopadhyay S, Lum LCS, Kroeger A. Classifying dengue: a review of the
difficulties in using the WHO case classification for dengue haemorrhagic fever.
Tropical Medicine and International Health 2006; 11(8): 1238-55
12. Mohammed B. Thrombopathy and bleeding manifestations in patients with dengue
fever. Lambert Academic Publishing 2016. p.13
13. Srikiatkhachorn A, Mathew A, Rothman AL. Immune-mediated cytokine storm and its
role in severe dengue. Semin Immmunipathol 2017; 39: 563-74
14. World Health Organization. Clinical Diagnosis Dengue. Chapter 2. Citated from
https://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/012-23.pdf
15. Wang SM, Sekaran SD. Early diagnosis of dengue infection using a commercial dengue
duo rapid test kit fot the detectio os NS1, IgM, and IgG. Am J Trop Med Hyg 2010;
83(3): 690-5
16. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi dengue pada
anak. Jakarta: IDAI; 1-80
Analisa Kasus

Dari data anamnesis yang didapatkan, ibu pasien mengeluhkan adanya demam naik-turun 39oC
sampai dengan 40oC yang sudah berlangsung selama 3 hari SMRS. Selain itu ibu pasien juga
mengeluhkan adanya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh pasien sejak 3 hari SMRS. 2 hari
SMRS pasien mengeluhkan adanya nyeri perut regio umbilical dan terkadang menyebar ke
seluruh permukaan abdomen. Selain itu ibu pasien juga mengatakan bahwa ada beberapa anak
yang memiliki keluhan serupa sejak 1 bulan lalu. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
adanya tanda bukti infeksi dari pasien yang ditunjukan dari demam pasien. Selain itu ruam-
ruam kemerahan pada pasien menunjukan ptechie, yang merupakan ciri khas dari penyakit
DBD grade II diperkuat dari sisi epidemiologi dimana keluhan serupa juga dirasakan oleh anak-
anak disekitar lingkungannya. Keluhan nyeri perut pada pasien menunjukan adanya “warning
sign” dari penyakit DF dan memerlukan rawat inap.

Pada pemeriksaan TTV dan antropometri menunjukan hasil yang normal. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya ptechie pada keempat ekstremitas pasien dan nyeri tekan abdomen
regio epigastrium. Pada perabaan organ abdomen tidak didapatkan pembesaran. Dari data
tersebut menunjukan hasil anamnesis yang sesuai/sama dengan pemeriksaan fisik.

Pada pemeriksaan penunjang (laboratorium) yang dilakukan pada hari Selasa, 15 Februari 2022
menunjukan kadar hemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit dalam batas normal.
Namun, pemeriksaan yang dilakukan pada hari Rabu, 16 Februari 2022 menunjukan hasil
adanya penurunan kadar leukosit (1.99) dan trombosit (124) tanpa adanya peningkatan kadar
hematokrit. Hal ini tidak mendukung diagnosis kerja DHF karena tidak memenuhi 4 kriteria
DHF menurut WHO.

Untuk terapi awal pasien diberikan asering 60cc/jam dengan total (1.440cc) sesuai dengan
kebutuhan cairan rumatan menurut rumus “holliday segar” yaitu pasien membutuhkan
1.500cc. Selain itu pasien juga diberikan PCT, ranitidine, dan ondansentron sebagai terapi
supportif dalam menangani kasus ini.

Dilakukan followup dan pemeriksaan darah rutin 3 hari berikutnya. Pada folloup hari pertama
ditemukan kada leukosit masih rendah (3,31) dan kadar trombosit semakin menurun (76) tanpa
adanya peningkatan hematokrit. Hal ini sebenarnya tidak memenuhi kriteria WHO untuk
diagnosis DHF namun hal tersebut umum terjadi dan sudah sering dilaporkan pada beberapa
kasus. Pada followup hari ke 2 pasien sudah tidak mengeluhkan adanya demam, dan pada
pemeriksaan darah ditemukan kadar leukosit yang masih rendah (1,69) dan kadar trombosit
yang semakin menurun (68) tanpa adanya penurunan kadar hematokrit. Pada followup hari ke
3 keadaan klnis pasien membaik. Pada pemeriksaan laboratorium juga menunjukan kadar
leukosit kembali normal, kadar trombosit sudah meningkat (95) dan pasien diperbolehkan
untuk rawat jalan.

Anda mungkin juga menyukai