Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN

KASUS

Laki-Laki 57 Tahun dengan Combusio Air Panas


Grade IIA 12% dan Epilepsi Simtomatik dd Idiopatik

Disusun Oleh:
Devina Novita (G992003039)
Mardatilla Nur J (G992003093)

Pembimbing:
dr. Nur Rohman, Sp.B

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER STASE TERINTEGRASI SUBSTASE IGD


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Tanggal lahir : 11 September 1965
Usia : 57 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Makamhaji, Kartasura
No. RM : 001xxx
Tanggal MRS : 25 Maret 2022
Tanggal Periksa : 25 Maret 2022
KELUHAN UTAMA: Luka lepuh wajah, tangan kiri dan kaki kiri sejak 30 menit SMRS. Keluarga pasien
mengaku awalnya pasien membawa teko berisi air panas mendidih untuk membuat teh, kemudian pasien
mengalami serangan epilepsi berupa kejang kelojotan, lalu air di teko tumpah mengenai pasien. Saat di IGD
pasien tidak mengingat kejadian tersebut.

PRIMARY SURVEY
A (Airway) - Pasien dapat berbicara lancar
- Tidak ada snoring/gargling/stridor
- Tidak ada jejas di supraklavikula
- Cervical tidak ada kelainan

B (Breathing) - Gerakan dinding dada simetris, tidak ada retraksi, tidak ada jejas, RR
20 kpm
- Suara napas normal
- Perkusi sonor/sonor

C (circulation) - Tidak ada perdarahan


- Kulit tidak pucat
- TD: 152/72 mmHg, HR: 72 kpm, SpO2 99%
- CRT < 2 S
PRIMARY SURVEY

D (Disability) - Cek AVPU → Alert

E (Exposure) - Pakaian dibuka → evaluasi luas bakar: combusio 12%

FIRST AID
Fluid Inf. RL 20 tpm

Analgetic Inj. Ketorolac 1 amp

Test Pemeriksaan darah lengkap, GDS, SGOT/PT, Ur, Cr, elektrolit, PT/APTT, EKG

Tube
SECONDARY SURVEY

ANAMNESIS Allergy: tidak ada


Medication: tidak ada
Past illness: riwayat epilepsi, riwayat stroke (SNH) 2020, riwayat luka bakar
terkena air panas saat serangan epilepsi tahun 2018
Last meal: Nasi sayur (makan berat)
Event:
Mekanisme trauma: Keluarga pasien mengaku awalnya pasien membawa teko
berisi air panas mendidih untuk membuat teh, kemudian pasien mengalami
serangan epilepsi berupa kejang kelojotan, lalu air di teko tumpah mengenai
pasien. Saat di IGD pasien tidak mengingat kejadian tersebut.
Tetanus: tidak diketahui
RIWAYAT ● Merokok : diakui, 5 batang rokok/hari selama > 20 tahun
KEBIASAAN ● Minum alkohol : disangkal
● Olahraga : jarang berolahraga

RIWAYAT ● Pasien makan 1-2x sehari dengan komposisi nasi, lauk, dan sayur
NUTRISI

RIWAYAT ● Pasien tidak bekerja


SOSIAL ● Pasien berobat menggunakan BPJS
EKONOMI
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk mesocephal, status lokalis (+)

Mata : konjungtiva anemia (+\+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
(3mm/3mm), oedem palpebra (+/+)

Telinga : Deformitas (+/+), darah (-/-), sekret (-/-) status lokalis (+)

Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), darah (-/-), sekret mengering
(+/+), status lokalis (+)

Mulut : bibir kering (-), mukosa pucat (-), sianosis (-) gusi berdarah (-),

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), status lokalis (+)


Pemeriksaan Fisik
Thorax
Inspeksi : Pengembangan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi dinding
dada (-), status lokalis (+)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, intensitas normal, bising (-)

Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada, jejas (-)
Auskultasi : bising usus (+) 10x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, status lokalis (+)

Integumen : Pucat (-), Ikterik (-), Hematom (-), Pruritus (-), Turgor kulit normal
STATUS LOKALIS

regio facialis dan regio coli tampak luka regio thoracalis tampak luka combustio dengan
combustio dengan bula terkelupas dengan dasar bula dengan dasar eritem, luas 2%
eritem, luas 4,5%
STATUS LOKALIS

regio brachii-antebrachii (S) tampak luka regio gluteal-cruris (S) tampak luka combustio
combustio dengan bula dengan dasar eritem, dengan bula terkelupas dengan dasar eritem, luas
luas 2% 3,5%
DIAGNOSIS

● Combusio air panas grade II-A 12%


Tatalaksana IGD
1. Inf. RL 20 tpm
2. Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (25/03/2022)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

HEMATOLOGI HITUNG JENIS


Hemoglobin 13.8 g/dl 12.0-15.6 Limfosit 15.7 L % 22.0 - 44.0
Hematokrit 40 % 35 - 45 Monosit 5.0 % 0.0 - 7.0
Leukosit 16.88 H 103/ L 4.5 - 11.0 Netrofil 78.0 H % 50.0 - 70.0
Trombosit 294 103/ L 150 - 450 Eosinofil 0.8 % 0.0 - 4.0
Eritrosit 4.31 L 106/ L 4.10- 5.10 Basofil 0.5 % 0.0 - 2.0
MCV, MCH, MCHC 
MCV 91.6 /UM 80.0 – 96.0
MCH 32.0 pg 28.0 – 33.0
MCHC 34.9 g/dl  33.0 - 36.0 
RDW-CV 12.6 % 11.6 - 14.6
MPV 8.9 fl 7.2 - 11.1
PDW 9 % 9-3
NLR 4.99 -
HFLC 0.2 % 0.0 - 1.4
ALC 2620 /ul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (25/03/2022)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

Kimia
Karbohidrat
Glukosa Strip 92 mg/dl 70 - 140
Sekwaktu
Fungsi hati
SGOT 25 U/ L 8 - 37
SGPT 15 U/ L 8 - 40
Fungsi Ginjal 
Ureum 29 mg/dl 10 – 45
Kreatinin 1.46 H mg/dl 0.50 – 1.10
Elektrolit
Kalium 3.43 L mmol/l 3.50 - 5.50
Natrium 141.89 mmol/l 135.00 - 145.00
Chlorida 111.77 H mmol/l 96.00 - 106.00
Calsium ion 0.94 L mmol/l 1.10 - 1.35
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (25/03/2022)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN

Hematologi
Golongan darah A
Rhesus Faktor Positif
Hemostatis
PT 15.2 detik 11.0 - 18.0
INR 1.06 - 0.85 - 1.15
APTT 36.2 detik 27.0 - 42.0
HASIL Rontgen Thorax AP 25/03/2022

Cor : Bentuk dan letak jantung normal


Pulmo :
● Corakan vaskuler normal
● Tak tampak bercak pada kedua lapang paru
● Tak tampak penebalan hilus kanan kiri
● Hemidiafragma kanan setinggi costa 10-11
posterior
● Sinus kostrofrenikus kanan kiri lancip

Kesan :
● Bentuk dan letak jantung normal
● Pulmo tak tampak kelainan
HASIL EKG 25/03/2022
HASIL EKG 25/03/2022

Irama : sinus
Rate : 75x/menit
Axis : normoaxis
Gelombang P : durasi 80 ms
PR interval : durasi 160 ms
QRS complex : durasi 80 ms,
ST segmen : tidak ada ST elevasi dan ST depresi
Gelombang T : upright di semua lead kecuali aVR
Hipertrofi : tidak ada
Kesimpulan EKG: sinus ritmis dengan rate 75 x/menit, normoaxis
DAFTAR MASALAH
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

• Luka melepuh di wajah ● Combusio air panas Pemeriksaan lab :


dan lengan kiri sejak 1 regio facialis dan coli • Leukositosis dengan
jam SMRS. grade 2A 4,5% netrofilia absolut
● Combusio air panas • Peningkatan SCr
• Nyeri pada luka regio torakalis grade 2A • Hipokalemi, hipokalsemi,
• Terkena air panas 2% hiperkloremi
• Riwayat epilepsi ● Combusio air panas
regio brachii-ante
brachii (S) grade 2A 2%
● Combusio air panas
regio gluteal-cruris (S)
grade 2A 3,5%
DIAGNOSIS

● Combusio air panas grade II-A 12%


● Epilepsi simptomatik dd idiopatik
● Hipokalemi
● Hipokalsemi
● Hiperkloremi
Tatalaksana advis
1. Inf. RL 20 tpm
2. Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
4. Wound toilet (sulfadiazine, kassa lembab, kassa kering)
5. Olesi gentamicin salep mata di daerah wajah tiap 3 jam
6. Pro debridement
7. Konsul TS neurologi, jantung, anestesi
8. Puasa
Follow UP DPH - 1 (26/03/2022)
S O Balance Cairan A P

Nyeri pada lengan ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● Combusio air ● RL 20 tpm
kiri, kaki kiri dan ● TD : 145/96 Intake: 470 cc panas grade ● Inj Ketorolac 30mg/8 jam
Output : 200 cc ● Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
wajah ● HR : 98x/ menit IIA 12%
IWL: 262.5 ● Inj Ranitidin 1A/ 12 jam
● RR : 20x/ menit Total : + 207.5 ● Epilepsi ● Inj Vit C 1A/24 jam
● Suhu : 36 C simptomatik ● Diet TKTP
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 dd idiopatik
Kepala - Leher: Combustio air panas Intake: 720 cc Monitoring
regio facialis dan regio coli gr IIA 4,5% Output: 500 cc ● BC/shift, diuresis
Thorax : retraksi (-), BJ I-II reguler, IWL: 262,5 cc
Total: - 42.5 cc ●Obs KUVS
bising (-), SDV (+/+), rhonki (-/-),
Combustio air panas regio thoracalis 21.00-06.00 Plan
gr IIA 2% Intake: 1150 cc ●Medikasi hari senin
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-), Output:300 cc
turgor kulit normal IWL: 375 cc
Ekstremitas : Akral hangat (+), ADP Total: + 475
kuat angkat, edema (-), combustio air
Urine output:
panas regio brachii-antebrachii (S) gr
0.6 cc/kgBB/jam
IIA 2% dan combustio air panas regio
gluteal-cruris (S) gr IIA 3.5%

RPD: Epilepsi tidak terkontrol


Lab: Leukosit 16.88(H), netrofilia
78(H), kreatinin 1.46 (H), kalium 1.46
(L), klorida 111.77 (H), kalsium 0.94 (L)
Follow UP DPH - 2 (27/03/2022)
S O Balance Cairan A P

Nyeri pada lengan ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● Combusio air ● RL 20 tpm
kiri, kaki kiri dan ● TD : 118/71 Intake: 1210 cc panas grade ● Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
Output : 200 cc ● Inj Ranitidin 1A/ 12 jam
wajah berkurang ● HR : 92x/ menit IIA 12%
IWL: 262,5 ● Inj Vit C 1A/24 jam
● RR : 20x/ menit Total : + 747,5 ● Epilepsi ● Inj Ketorolac 30mg/8 jam
● Suhu : 37.5 C simptomatik ● Diet TKTP
● SpO2 : 99% 14.00-20.00 dd idiopatik ● Medikasi kepala leher dirawat
Kepala - Leher: Combustio air panas Intake: 1120 cc terbuka/4 jam(cuci dengan nacl
regio facialis dan regio coli gr IIA 4,5% Output: 100 cc dan oles sulfadiazine silver)
Thorax : retraksi (-), BJ I-II reguler, IWL: 262,5 cc
Total: + 757.5 cc Monitoring
bising (-), SDV (+/+), rhonki (-/-),
Combustio air panas regio thoracalis ●Obs KUVS
21.00-06.00
gr IIA 2% Intake: 750 cc ●BC/ shift
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-), Output: - cc
turgor kulit normal IWL: 375 cc Plan
Ekstremitas : Akral hangat (+), ADP Total: + 375 ●Loading NS 500cc lagi
kuat angkat, edema (-), combustio air
Urine output:
panas regio brachii-antebrachii (S) gr
0.2 cc/kgBB/jam
IIA 2 % dan combustio air panas regio
gluteal-cruris (S) gr IIA 3.5%

RPD: Epilepsi tidak terkontrol


Follow UP DPH - 3 (28/03/2022)
S O Balance Cairan A P

Nyeri pada lengan ● KU: sedang, CM 07.00 - 13.00 ● Combusio air ● RL 20 tpm
kiri, kaki kiri dan ● TD : 110/58 Intake: 695 cc panas grade ● Inj Ceftriaxone 1g/12 jam
Output : 300 cc ● Inj Ranitidin 1A/ 12 jam
wajah berkurang ● HR : 95x/ menit IIA 12%
IWL: 262,5 ● Inj Vit C 1A/24 jam
● RR : 20x/ menit Total : + 132,5 ● Epilepsi ● Inj Ketorolac 30mg/8 jam
● Suhu : 36 C simptomatik ● Diet TKTP
● SpO2 : 98% dd idiopatik ● Citicolin 1x500 mg
Kepala - Leher: Combustio air panas Urine output: ● Asam valproat 2x250 mg
regio facialis dan regio coli gr IIA 4,5% 0.6cc/kgBB/8jam ● Fenobarbital 1x30 mg
Thorax : retraksi (-), BJ I-II reguler, ● Medikasi kepala leher dirawat
terbuka/4 jam(cuci dengan nacl
bising (-), SDV (+/+), rhonki (-/-),
dan oles sulfadiazine silver)
Combustio air panas regio thoracalis
gr IIA 2%
Plan
Abdomen : BU (+), nyeri tekan (-),
●BLPL
turgor kulit normal
Ekstremitas : Akral hangat (+), ADP
Resep Pulang
kuat angkat, edema (-), combustio air
●Cefixime 2x200 mg
panas regio brachii-antebrachii (S) gr
●Ibuprofen 3x200 mg
IIA 2% dan combustio air panas regio
●Ranitidin dan OMZ 2x1
gluteal-cruris (S) gr IIA 3.5%
●Burnazin cream
TS neuro:
RPD: Epilepsi tidak terkontrol
●Citicolin 1x500mg
●Asam Valproat 2x250 mg
●Fenobarbital 1x30mg
PROGNOSIS

Ad Vitam
Dubia ad Bonam

Ad Sanationam
Dubia ad Bonam

Ad Functionam
Dubia ad Bonam
Analisis Kasus
dan
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
● Combustio/luka bakar merupakan kerusakan
kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma panas Anamnesis Pasien:
atau trauma dingin (frost bite). ● Luka lepuh wajah, tangan kiri dan
● Penyebab: kaki kiri terkena air panas → trauma
- api panas
- air panas
- listrik
- kimia
- radiasi
- trauma dingin (frost bite)

Kerusakan ini dapat menyertakan jaringan bawah


kulit

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
EPIDEMIOLOGI

WHO: Wanita di wilayah Asia Tenggara memiliki angka kejadian luka bakar yang tertinggi. Angka
kematian combustio: 27% secara global, dan hampir 70% diantaranya adalah wanita.

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Patofisiologi Luka Bakar
Respon Lokal

Zona koagulasi : zona yang mengalami kerusakan paling parah di bagian sentral
Zona stasis/iskemi : zona yang dikarakteristikan dengan penurunan perfusi
Zona hiperemis : zona paling luar dari luka yang dikarakteristikan terjadi vasodilatasi akibat
inflamasi

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Patofisiologi Luka Bakar

Fase inflamasi ini secara alami


berfungsi untuk menurunkan
pertumbuhan jaringan nekrotik
dan memulai kaskade sinyal
diperlukan untuk perbaikan luka

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Respon sistemik Syok Distributif

● Perfusi jaringan dan transport oksigen sangat terganggu karena kapiler yang ditandai kebocoran cairan
dari intravaskular ke interstisial ruang → edema jaringan dan akumulasi cairan.
● Kebocoran kapiler yang disebabkan stres oksidatif (peningkatan kadar oksida nitrat dan mediator inflamasi
yang merusak endotel pembuluh darah)
● Luka bakar juga menekan fungsi jantung dalam beberapa jam, berlangsung ~ 24-48 jam → pelepasan
stres oksidatif dan mediator inflamasi (seperti IL-6 dan faktor nekrosis tumor (TNF) serta terjadi perubahan sel
(seperti apoptosis dan nekrosis)
● Penurunan fungsi jantung dan hipovolemia relatif,bersamaan dengan aliran darah rendah yang
disebabkan oleh vasokonstriksi, mempengaruhi perfusi jaringan dan organ (yaitu, syok distributif)
termasuk paru-paru, hati dan saluran pencernaan — menyebabkan disfungsi jaringan dan kerusakan organ.

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Hipermetabolik
Respon Sistemik State

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Sepsis dan
Respon Sistemik kerusakan multiorgan

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Grading Luka Bakar

Pada pasien luka bakar grade


IIA:
● Bula, eritem, dan sangat
nyeri.

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Grading Luka Bakar

Ringan Luka bakar pasien:


● Derajat II ≤ 15 %
Derajat berat (luas 12% dan mengenai wajah,
● Derajat II ≤ 10% (anak-anak)
● Derajat III ≤ 2% telinga, mata, kaki dan tangan)
Sedang
● Derajat II 15-25% (dewasa)
● Derajat II 10-20% (anak-anak)
● Derajat III ≤ 10%
Berat
● Derajat II ≥ 25 % (dewasa)
● Derajat II ≥ 20% (anak-anak)
● Derajat III ≥ 10%
● Mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan
genital
● Ada cedera inhalasi, listrik, dengan trauma lain

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Grading Luka Bakar

Noorbakhsh SI, Bonar EM, Polinski R, Amin MS. Educational Case: Burn Injury—Pathophysiology, Classification, and Treatment. Academic Pathology.
January 2021. doi:10.1177/23742895211057239
PRIMARY SURVEY
A (Airway) - Menilai patensi jalan napas: periksa obstruksi jalan napas (benda asing,
fraktur wajah, mandibula, trakea/laring) → stridor, gargling, snoring →
bersihkan jalan napas
- Manuver chin lift, jaw thurst
- Ajak pasien bicara → jika pasien memberi respon verbal adekuat → airway
dianggap paten
- Jika pasien tidak sadar/tidak ada reflek muntah: OPA/NPA, airway definitif
- C-spine control: fiksasi leher dengan collar neck

B (Breathing) - Inspeksi, palpasi, auskultasi→ deviasi trakea, pastikan gerakan dinding


dada simetris, RR, kedalaman, retraksi, suara napas
- Cek saturasi → berikan oksigen 100% high flow 10-15 liter per menit
melalui masker non-rebreathing jika curiga trauma inhalasi

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
PRIMARY SURVEY
C (Circulation) - Identifikasi sumber perdarahan
- Nilai nadi: HR, kualitas, keteraturan
- Cek perfusi → nilai warna kulit, CRT
- Periksa TD
- Pasang 2 jalur IV ukuran besar pada daerah yang tidak terkena luka bakar
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap, AGD, kimia darah
- Beri cairan awal sebelum penilaian TBSA luka bakar
Usia <5 tahun: RL 125ml/jam
Usia 6-13 tahun: RL 250 ml/jam
Usia >14 tahun: RL 500 ml/jam

D (Disability) - Periksa kesadaran: nilai AVPU


- Nilai refleks pupil

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
PRIMARY SURVEY
E (Exposure/ - Lepas semua pakaian dan aksesoris yang melekat pada tubuh pasien
Environment) - Log roll → lihat bagian posterior
- Jaga pasien dalam keadaan hangat → beri selimut
- Hitung luas luka bakar

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
RULE OF NINE

bayi 0-1 tahun

Dewasa
Palmar
American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Estimasi Luas Combustio
Lund and Browder diagrams

Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020). https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
FIRST AID
Fluid - Parkland Formula: 3-4 ml x BB(kg) x % TBSA Luka Bakar/24 jam
(Resusitasi (pada anak ditambah dengan cairan rumatan)
Cairan) - 50% untuk 8 jam pertama, 50% untuk 16 jam selanjutnya
- Indikasi:
1. Pasien dewasa dengan TBSA > 20%
2. Pasien anak dengan TBSA > 10%
- Hanya pada luka bakar derajat II dan III
- Menggunakan cairan kristaloid
- Hitung urin output/jam → dewasa 0,5 ml/kgBB/jam
- Monitoring TD, HR, RR, SpO2, pemeriksaan EKG

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
FIRST AID

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
FIRST AID

Analgetic - Morfin 0,05 – 0,1 mg/kg IV pada nyeri berat


- Anak: Paracetamol 10-15mg/kgBB/6jam drip

Test - Untuk menyingkirkan kemungkinan adanya trauma lain


- Pemeriksaan radiologi

Tube - Dekompresi lambung


- Pasang NGT

Pada pasien:
- Diberikan Inf. RL 20 tpm sebagai tatalaksana awal
- Pada pasien tidak diberikan resusitasi cairan karena TBSA <20%
- Diberikan Inj. Ketorolac 1 amp (30 mg)

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
SECONDARY SURVEY
Riwayat - Allergies: riwayat alergi
Penyakit - Medications: obat-obat yang dikonsumsi
- Past illness: penyakit sebelum terjadi trauma
- Last meal: makan/minum terakhir
- Eevent: peristiwa yang terjadi saat trauma

Mekanisme Luka bakar:


Trauma - Durasi paparan
- Jenis pakaian yang digunakan
- Suhu dan kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas
- Apa cairannya?
- Apakah area yang terbakar didinginkan? Dengan apa? Berapa lama?
- Di mana luka bakar terjadi (bak mandi, wastafel)?

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
SECONDARY SURVEY
Head to Toe Kepala, struktur maksilofasial, tulang belakang leher dan leher, dada, perut dan
panggul, perineum/rektum/vagina, sistem muskuloskeletal, dan sistem saraf.

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
WOUND CARE BEFORE BURN CENTER
- Berikan profilaksis tetanus. Pada pasien:
- Oleskan krim antibiotik (silver sulfadiazine). - Wound toilet (sulfadiazine,
- Balut luka bakar dengan kasa lembab dan kasa
kassa lembab, kassa kering)
kering yang cukup tebal untuk mencegah rembesan
ke lapisan luar. - Olesi gentamicin salep mata di
- Bersihkan jaringan nekrotik yang melekat dan area wajah tiap 3 jam
debridemen - Pro debridement

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Oaks RJ, Cindass R. Silver Sulfadiazine. [Updated 2022 Jan 13]. In: StatPearls [Internet].
Asociation, 20(312), p. 91. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI Silver salts and derivatives, Editor(s): J.K. Aronson, Meyler's Side Effects of Drugs (Sixteenth
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital. Edition), Elsevier, 2016,
DEBRIDEMEN
- Bersihkan luka bakar dari kotoran dan debris dengan
1. Sabun (sabun bayi), atau
2. Campuran air/NS hangat dengan larutan
klorheksidin 0,25% ampurkan klorheksidin →
jangan mengenai mata
- Oleskan krim antibiotik (silver sulfadiazine)
- Balut luka bakar dengan Kasa berparafin / vaselin
(sofratul) → ditutup dengan kasa berlapis tanpa →
lalu ditutup dengan elastic perban sebagai

Pada pasien:
- Luka dibersihkan dengan kassa basah, lalu dibersihkan dengan sabun
- Oles salep sulfadiazin
- Ditutup dengan sofratul, kassa kering berlapis, plastic wrapping

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
MONITORING
Monitoring - Pemantauan intake dan output setiap jam → 0.5-1.0 ml/kgBB/jam pada
kecukupan dewasa dan 1.0-1.5 ml/kgBB/jam pada anak
cairan dan - Pemantauan gula darah, elektrolit, hematokrit, albumin
elektrolit - Hemoglobinuria → kerusakan jaringan otot akibat termal trauma listrik
tegangan tinggi, iskemia menyebabkan terlepasnya mioglobin dan
hemoglobin.
- AKI → karena penimbunan deposit hemochromogen di tubulus proksimal
dan terapi yang sesuai:
Penambahan cairan hingga produksi urin mencapai 2ml/Kg/jam
- Oliguria → tingkatkan jumlah titrasi cairan

Pada tanggal 27/3/2022 urin output pasien 0,2cc/kgBB/jam → AKI


Diberikan loading NS 500 cc

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
TATALAKSANA SETELAH 24 JAM PERTAMA
Wound dressing - Pemilihan dressing: proteksi, menghindari eksudat, mengurangi nyeri lokal,
respon psikologis baik, dan mempertahankan kelembaban dan
menghangatkan
- Kasa berparafin / vaselin (sofratul) sebagai dressing primer atau
dressing yang langsung bersentuhan dengan luka → ditutup dengan kasa
berlapis tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi perifer sebagai dressing
sekunder → lalu ditutup dengan elastic perban sebagai dressing tersier.

Pada pasien:
- Medikasi kepala leher dirawat terbuka per 4 jam, cuci dengan NaCl dan oles sulfadiazine silver

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
Wound dressing Burn in special area:
- Wajah: minimalisasi edema pada wajah → elevasi kepala 30-45 derajat,
hanya gunakan NS/air bersih untuk membersihkan luka pada wajah untuk
mencegah konjungtivitis chemical
- Mata: berikan antibiotik oinment/tetes untuk mengatasi keratitis
- Telinga: jangan gunakan occlusive dressing dan hindari penggunakan
bantal di bawah kepala untuk mencegah trauma atau tekanan berlebih pada
telinga

Pada pasien:
- Medikasi kepala leher dirawat terbuka per 4 jam, cuci dengan NaCl dan oles sulfadiazine silver

American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn Asociation, 20(312), p. 91.
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
KRITERIA DRESSING IDEAL

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran


Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
KONTROL INFEKSI

Pada pasien:
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Resep pulang:
- Cefixime 2x200 mg

Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
Proses Penyembuhan Luka

Falanga V. Wound healing and its impairment in the diabetic foot. Lancet. 2005 Nov 12;366(9498):1736-43. doi: 10.1016/S0140-6736(05)67700-8.
PMID: 16291068.
SUMBER :
1. Noorbakhsh SI, Bonar EM, Polinski R, Amin MS. Educational Case: Burn Injury—Pathophysiology, Classification, and
Treatment. Academic Pathology. January 2021. doi:10.1177/23742895211057239
2. Jeschke, M.G., van Baar, M.E., Choudhry, M.A. et al. Burn injury. Nat Rev Dis Primers 6, 11 (2020).
https://doi.org/10.1038/s41572-020-0145-5
3. Falanga V. Wound healing and its impairment in the diabetic foot. Lancet. 2005 Nov 12;366(9498):1736-43. doi:
10.1016/S0140-6736(05)67700-8. PMID: 16291068.
4. American Burn Asociation (2018) ‘Advanced Burn Life Support Course Provider Manual’, American Burn
Asociation, 20(312), p. 91.
5. Kemenkes. 2019. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran Tatalaksana Luka Bakar. Jakarta: Kemenkes RI
6. WHO (2007) ‘Management of burns’, in WHO Surgical Care at the District Hospital.
7. Oaks RJ, Cindass R. Silver Sulfadiazine. [Updated 2022 Jan 13]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556054/
8. Silver salts and derivatives, Editor(s): J.K. Aronson, Meyler's Side Effects of Drugs (Sixteenth Edition),
Elsevier, 2016, Pages 382-388, ISBN 9780444537164,https://doi.org/10.1016/B978-0-444-53717-1.01450-5.

Anda mungkin juga menyukai