I. PENDAHULUAN
atau
gesekan ringan. Kobner mengemukakan istilah epidermolisis bulosa tersebut
pada tahun 1#$%, sedangkan oleh Pearson penyakit ini disebut mehanobulous
sesuai dengan terjadinya bula karena trauma. Kemudian diketahui juga bahwa
bula tidak hanya terletak di epidermis, tetapi juga dapat mengenai mukosa.1,&
II. EPIDEMIOLOGI
1
Angka insiden per subtipe adalah, epidermolisis bulosa simplex (EB+) sebesar
11 per satu juta kelahiran hidup, epidermolisis bulosa junctional (EB) sebesar &
per satu juta kelahiran hidup, epidermolisis bulosa distrofik (EBD) subtipe
2
dominan sebesar per satu juta kelahiran hidup serta EBD subtipe resesif
sebesar & per satu juta kelahiran hidup.&
III. ETIOPATOGENESIS
3ntuk dapat mengerti etiopatogenesis dan klasifikasi epidermolisis bulosa
maka penting untuk mengetahui struktur dan target protein di taut
3
distrofik (EBD) dan sindrom Kindler. 9arget protein dari EB+ berada di
desmosom yang menghubungkan keratinosit yang satu dengan yang lainnya.
+ebagian besar target protein yang terlibat di EB di temukan di taut
dermoepidermal. EB+ memiliki bula intraepidermal sebab memiliki target
protein keratin 2 (K2) dan 1 (K1) serta K12 dan K11 yang terletak di basal
keratinosit
di taut dermoepidermal. Dengan adanya mutasi pada gen keratin menyebabkan
terbentuknya struktur filamen keratin interseluler yang tidak stabil dan mudah
rusak. +elain itu, EB+ dapat terjadi akibat pembentukan en:im sitolitik dan
pembentukan protein abnormal yang sensitif terhadap perubahan suhu. +itolisis
keratinosit dan bula intradermal terjadi karena abnormalitas keratin.1 Diduga juga
terjadi defisiensi enzim galatomsylhidroxylysyl-glocosyltransferasedan
gelatinase (en:im degradase kolagen). +elain itu juga terjadi mutasi pada gen
plektin. Plektin adalah proein yang terdapat di membran basal pada attachment
plaue/hemidesmosom yang berfungsi sebagai penghubung
filamen intermediate ke membran plasma. ;ampir semua tipe EB+
diturunkan secara autosomal dominan kecuali pada EB+ dengan muscular
dystrophy, EB+ letal
autosomal resesif dan kemungkinan EB+ lokalisata.$
EBD mempunyai target protein kolagen tipe =77 yang menyusun anchoring
$
fibrils di sublamina densa, sehingga bula pada EBD terbentuk di sublamina
densa. Pada EBD resesif terjadi peningkatan aktifitas kolagenase, sedangkan
pada yang dominan umumnya tidak terjadi. Pada sindrom Kindler, bula
4
terbentuk pada lebih dari satu lapisan, yaitu di intralamina lusida dan sublamina
densa.
5
IV. GE$ALA KLINIS
@ejala klinis dari EB adalah adanya bula, dan bula terbentuk di tempat
yang mudah mengalami trauma walaupun trauma yang ringan, misalnya
trauma jalan lahir. Bula yang terbentuk biasanya jernih, kadang hemoragik,
pada penyembuhan perlu diperhatikan, apakah meninggalkan bekas jaringan
parut.
+elain kulit, biasanya mukosa juga ikut terkena, seperti mukosa oral,
nasofaringeal, okular, genitourinaria, gastrointestinal, atau sistem respirasi,
demikian pula kuku dapat mengalami distrofik. Pada tipe distrofik resesif dapat
disertai retardasi mental dan pertumbuhan, kontraktur dan perlekatan (fusi) jari*
jari tangan.
6
Gambar &. Epiderm"isis bu"sa simplex subtipe Weber()*ka+ne
+umber6 http6//emedicine.medscape.com/article/1%&##*clinicalDa&11
7
Gambar . Papu" hiperkeratsis dan p"ak pada te"apak tan0an EBS Kebner
+umber6 http6//emedicine.medscape.com/article/1%&##*clinicalDa&11
kelainan gigi.
b. Epidermolisis bulosa junctional
EB adalah kumpulan penyakit yang ditandai dengan bula intralamina
lusida. +ubtipe utama termasuk subtipe mematikan yang disebut ;erlit:
atau
junctional letalis epidermolysis bullosa, subtipe yang tidak mematikan
disebut epidermolysis bullosa junctional mitis, dan generalized atrophic
benign epidermolysis bullosa.
9
dari kornea, konjungtia, trakeobronkial, faring, esofagus, dubur, dan
genitourinari. Komplikasi internal penyakit ini termasuk suara serak,
batuk, dan kesulitan pernapasan lainnya. Pasien dengan
;erlit: beresiko terkena sepsis atau komplikasi lain dan biasanya, mereka
tidak bertahan hidup pada masa bayi.
10
Gambar 4. Gi0i pasien den0an EB$ Generalized nn(Her"it3
+umber6 http6//emedicine.medscape.com/article/1%&##*clinicalDa&11
11
dan selanjutnya muncul distrofik jaringan parut yang luas yang paling
menonjol pada permukaan akral. ;al ini dapat
menyebabkan polisindaktil tangan dan kaki. 9erdapat kontraktur dari
fleksi ekstremitas. Kuku dan gigi juga bisa dipengaruhi. Keterlibatan
mukosa internal dapat mengakibatkan striktur esofagus, uretra dan
stenosis anal, fimosis, dan
12
e. +indrom BA09
Bula terbentuk di bagian dermal membran basal menyebabkan erosi di
bagian ekstremitas, intertriginosa, leher dan bokong. +embuh spontan dan
meninggalkan bekas hipopigmentasi. 8ama lain dari sindrom Bart adalah EB
V. PEMERIKSAAN PENUN$ANG
a. Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap bertujuan untuk melihat apakah terjadi
infeksi bakteri atau irus yang menyertai EB serta untuk
menyingkirkan diagnosis banding, dengan melihat jumlah leukosit dan
hitung jenis. Darah
lengkap juga digunakan untuk melihat apakah pasein sedang menderita
anemia yang biasanya ada pada pasien EBD resesif.
b. Endoskopi
13
Endoskopi dilakukan untuk mengealuasi disfungsi
gastrointestinal, untuk melihat apakah terdapat striktur esofagus yang
berhubungan dengan
EB, EBD, atau atresia pilorus terkait dengan EB.
c.ikrosko p imunoflorosens
Dengan kemajuan ilmu di bidang patologi, telah banyak ditemukan
antibodi untuk masing*masing target protein yang mengalami defek pada
EB. Dengan pemeriksaan ini, maka dapat ditentukan klasifikasi dari EB
berdasarkan target proteinnya. Pemeriksaan ini dilaporkan memiliki
mutasi K2 dan K1 pada EB+, dan mutasi kolagen tipe =77 pada
EBD
subtipe dominan.#
. DI AGNOS S
Kunci utama diagnosis EB secara klinis didasarkan lokalisasi bula yang
terbentuk, yaitu di tempat yang mudah mengalami trauma walaupun trauma
yang ringan. Aokalisasi bula ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik secara lengkap ditujukan untuk menilai kelainan pada mukosa
mulut, mata, serta kuku dan akral yang biasanya menyertai EB. 3ntuk
pemeriksaan penunjang, diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan
14
pemeriksaan dengan mikroskop elektron untuk melihat letak bula terhadap
15
membrana basalis, pemeriksaan imunoflorosens untuk melihat target protein
yang mengalami defek serta untuk menentukan klasifikasi atau pemeriksaan
mutasi D8A untuk melihat mutasi pada gen yang spesifik dari subtipe
epidermolisis bulosa. 3ntuk saat ini, pemeriksaan yang menjadi gold standart
untuk menegakkan diagnosis epidermolisis bulosa adalah pemeriksaan dengan
menggunakan mikroskop elektron.#
a. 7mpetigo neonatorum
erupakan arian dari impetigo bulosa pada neonatus.
@ejalanya adalah bula hipopion yang lokasinya menyeluruh dan dapat
disertai demam.1
16
Gambar 11. Pemi0id bu"sa
+umber6
c. Pemfigus foliaseus
erupakan penyakit kronik dan remisinya temporer. Penyakit dimulai
dengan esikel atau bula berukuran kecil, berdinding kendur yang kemudian
pecah menjadi erosi dan eksudatif. Ciri khasnya adalah eritema menyeluruh
disertai banyak skuama kasar, dengan bula kendur hanya sedikit. Penderita
mengeluh gatal dan badan menjadi berbau busuk. Aokasinya biasa di
1
daerah kepala, wajah, dada, daerah seboroik, bersifat simetris.
I;.PENATALAKSANAAN
a. Prmti
3ntuk penatalaksanaan promotif adalah dengan memberikan edukasi
pada masyarakat tentang apa itu epidermolisis bulosa dan bagaimana
mengenali gejala dari penyakit ini. Diedukasikan juga bagi keluarga yang
memiliki riwayat epidermolisis bulosa untuk melakukan konseling genetik
bagi yang hendak memiliki anak.
b. Pre<enti
Aakukan konseling genetik pada pasangan yang memiliki riwayat
penyakit epidermolisis bulosa di keluarganya. 3ntuk sekarang, pengambilan
sampel dapat dilakukan dari ili korionik pada minggu $*1 atau cairan
17
amnion pada kehamilan trimester kedua. Dengan melakukan konseling
genetik, dapat dilihat apakah janin menderita epidermolisis bulosa dan
apakah janin iabel atau tidak. 3ntuk keluarga yang memiliki anak dengan
epidermolisis bulosa, sebaiknya diedukasikan mengenai kondisi dan
perawatan yang diperlukan oleh anak, pencegahan trauma dengan
memakai bantalan pada ekstremitas untuk mencegah terjadinya bula, serta
nutrisi yang baik yang diperlukan oleh anak untuk mencegah terjadinya
erosi mukosa oral dan esofagus. 3ntuk pencegahan masalah di mulut,
kunjungan teratur ke dokter gigi sangat disarankan karena pasien
dengan EB dan EBD sering mengalami masalah gigi karena defek
enamel.
*. Kurati
1. edikamentosa
a) 9opikal
+ebagai pengobatan topikal dapat diberikan kortikosteroid dan
antibiotik bila terdapat infeksi sekunder. @lutaraldehid 2F kali
sehari berfungsi sebagai pelumas dan dapat membantu mengurangi
gesekan pada tangan dan kaki. 1 3ntuk masalah lesi pada
mata, bisa diberikan antibiotik topikal bila ada erosi kornea.
Pasien EB+
subtipe weber*Cockayne dan Dowling*eara dapat mengalami
blefaritis yang berulang dan bisa menyebabkan ektropion sikatrik
dan keratitis. Aubrikasi mata dengan tetes mata artifisial sering
digunakan.
b) +istemik
Pemberian antibiotik sistemik hanya kalau ada indikasi saja.
Pemberian kortikosteroid sistemik bermanfaat pada kasus yang
berat dan fatal, antara lain untuk mencegah mutilasi, distrofik dan
life sa(ing. Akan tetapi pemberian kortikosteroid jangka panjang
dikontraindikasikan, karena efek samping yang tidak
diinginkan.
19
yang membuat anak sulit makan. 9erapi yang bisa diberikan adalah
fenitoin dan steroid oral sirup untuk mengurangi gejala disfagia.
&. Bedah
9ata laksana secara bedah diperlukan apabila sudah terjadi striktur
esofagus, fusi jari*jari tangan atau pseudosindaktil, dan karsinoma sel
skuamosa.
. Perawatan
Dijelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien. +ebisa
mungkin hindari terjadinya gesekan dan trauma yang bisa memicu
terjadinya bula. ;indari menggunakan plester, karena bisa
memicu terjadinya bula. Bula dipecahkan dengan jarum steril yang
ditusukkan dan atapnya dibiarkan. Pada anak*anak, sebaiknya
dipilihkan jenis sepatu yang lunak dan hindari sepatu yang sempit. Kaos
kaki dari bahan katun untuk membantu menyerap keringat dan
menghindari gesekan.
;indari gosokan pada saat memandikan pasien. +uhu
lingkungan diupayakan agar cukup dingin, karena bula mudah terjadi
pada suhu panas. Bagian yang erosi diolesi krim atau salep antibiotik,
perawatan
malam hari.1,
. Diet
+ebaiknya diberikan makanan tinggi kaori dan tinggi protein
dalam bentuk lunak yang mudah ditelan, terutama apabila terdapat
luka di daerah mulut. Penggonaan dot dihindarkan, karena bisa
menembukan gelembung dan luka di mulut, untuk mencegah trauma,
bayi disuapi dengan sendok. Penelitian mengkonfirmasi, bahwa
kekurangan gi:i pada anak dengan epidermolisis bulosa akan
d. Rehabi"itati
Pasien dengan epidermolisis bulosa perlu mendapatkan perawatan yang
ketat untuk luka dan nutrisinya. 7naktiitas karena nyeri dan pembentukan
jaringan parut dapat memicu terjadinya kontraktur. 9erapi fisik diperlukan
20
untuk mencegah terjadinya kontraktur ekstremitas.)hi rlpool therapy
bisa
21
digunakan untuk membantu membersihkan luka, sehingga membantu
penyembuhan luka.
;. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi kulit sekunder karena kuman
Staphylococcusatau Str eptococcus Pembentukan jaringan parut dan milia
terjadi akibat pembentukan bula yang dalam. Epidermolisis bulosa yang berat
bisa menyebabkan fibrosis di tangan dan menyebabkan pseudosindaktil
sehingga mengurangi ruang gerak dari palmar dan digiti. Karena luka dan
fibrosis di kaki, pasien dengan epidermolisis bulosa akan mengalami kesulitan
berjalan, Banyak pasien epidermolisis bulosa yang kehilangan kukunya. Pasien
dengan keterlibatan mukosa bisa mengalami striktur esofagus, sehingga
mengurangi asupan gi:i pada anak. Akhirnya epidermolisis bulosa bisa
menyebabkan anak gagal bertumbuh. Komplikasi yang fatal lainnya adalah
terjadinya karsinoma sel skuamosa akibat dari luka kronis dan jaringan parut,
terutama pada tipe epidermolisis bulosa yang diturunkan secara autosom
resesif.
;I.PROGNOSIS
EB+ mempunyai prognosis yang baik. Pasien akan bertambah baik seiring
dengan usia, namun pada EB+ subtipe herpetiformis yang menyerang
neonatus, mempunyai prognosis yang buruk karena bula generalisata yang
luas. Pasien dengan EB juctional subtipe ;erlit: mempunyai angka mortalitas
sebesar $1F
dalam 1 tahun pertama kehidupan. Penyebab kematian adalah sepsis, gagal
bertumbuh dan komplikasi trakeolaringeal. 2 Prognois buruk juga dialami pasien
EB dengan atresia pilorus. Pada pasien dengan EB non*letal, akan mengalami
perbaikan klinis seiring dengan pertambahan usia. Pada pasien dengan EBD
tipe resesif, prognosisnya sulit ditentukan karena gejala klinisnya lebih berat
dari EB+ tapi lebih ringan dari EB.
22
terjadi khususnya pada pasien dengan EB yang diturunkan secara resesif, yang
;II. KESIMPULAN
Epidermolisis bulosa adalah penyakit yang jarang dan bila ditemukan maka
pasien harus diawasi dengan ketat. 9ata laksana secara holistik dan
multidisiplin diperlukan oleh pasien. Dikarenakan penyakit ini adalah penyakit
kronis, maka edukasi pada pasien dan keluarga mutlak diperlukan.
23
DA=TAR PUSTAKA
24