Anda di halaman 1dari 92

PENGANTAR KULIAH FISIOLOGI

PENGLIHATAN
BLOK PENGINDERAAN 2016
dr.susy Olivia
Penglihatan :
1. Menjelaskan struktur refraktif mata
2. Menjelaskan reflek akomodasi dan reflek cahaya
penglihatan
3. Menjelaskan aqueous humor (pembentukan,
mekanisme alirannya, komposisi, faktor yang
mempengaruhi)
4. Menjelaskan retina , sel batang, sel kerucut dan
perbandingan penglihatan batang dan kerucut, serta
penglihatan warna
5. Menjelaskan mekanisme fototransduksi penglihatan
6. Mekanisme gelap dan terang
7. Menjelaskan jalur penglihatan dan pengolahan visual
8. Menjelaskan mekanisme pergerakan bola mata
INDERA PENGLIHATAN
• FUNGSI MATA :
Sebagai indera penglihatan yang menerima
rangsangan berupa berkas cahaya pada retina
dengan perantaraan n. optikus dan
menghantarkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan di otak untuk ditafsirkan.
Structure of the eye

External front view


Functions of the major Components of the Eye
Functions of the major Components of the Eye
Organ Mata
Organ luar ( Organ Okuli Asesoria ) :
–Bulu mata ( Siliae )
–Rongga mata ( Cavum orbita )
–Alis mata ( Supersilium )
–Kelopak mata ( Palpebra )
–Kelenjar air mata ( Aparatus lakrimalis )
–Otot mata ( musculus okuli )
–Selaput bening mata ( konjungtiva )
Organ Dalam :
– Kornea
– Sclera
– Iris dan Pupil
– Lensa
– Retina
– Koroid
– Saraf optik
• Bola mata :
– Bola mata terletak dirongga orbita, berbentuk bulat, panjang
maksimal 24 mm.
– terdiri dari 3 lapisan dinding bola mata
• Lapisan luar :
– Sklera dan bersambung dengan bagian depan dengan
membran bening disebut dengan kornea
• Lapisan tengah :
» Choroid : mengandung pembuluh darah , berfungsi
memberi makan pada semua lapisan dinding bola mata
» Corpus ciliaris : mengandung otot, berfungsi untuk
mengatur lensa mata saat penglihatan
» Iris: berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk
kedalam mata dengan cara melebarkan serta
menyempitkan pupil. Mengandung pigmen berwarna
– Lapisan dalam :
• lapisan sensoris karena mengandung fotoreseptor .
• Bagian ini membentuk retina berhubungan dengan saraf
penglihatan ( Nervus opticus ).
• Reseptor pada penglihatan :
– Sel batang ( penglihatan senja , fotopic )
– sel kerucut ( penglihatan terang, scotopic )
Rongga bola mata
Ruang Bola Mata
 Terdiri 2 rongga berisi cairan → dipisah- kan
sebuah lensa,memungkinkan cahaya lewat
menembus mata dari kornea ke retina
 Rongga anterior
 Antara kornea & lensa (aqueous humor)
 Mengandung zat gizi untuk kornea &
lensa
 Rongga posterior
 Antara lensa & retina (vitreous humor)
 Membentuk bola mata yang sferis
CAIRAN INTRAOKULAR ada 2:
• Humor Vitreous :
– Cairan viskus yang terletak dibelakang lensa dalam ruang antara lensa dan
retina
– Cairan berupa gelatinosa yang viskous (kental)
– Fungsi mempertahankan bentuk bola mata

• Humor aqueous :
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi
bilik mata depan dan belakang.
Humor Aqueous  dibentuk oleh badan siliaris
 luas 6 cm2 / mata  secretory epithelial
cells  2-3 μL/menit (5 ml / hari)
Mekanisme pembentukkan
humor aqueous :
• Difusi
• Transport aktif
• Ultrafiltrasi
• Sirkulasi dan drainase humor akueous

Pembentukan humor akueous di badan siliaris


melalui ruangan diantara ligamentum
suspensorium kamar okuli posterior
pupil kamar okuli anterior limbus
trabekula kanalis schlemm sistem vena
Aliran normal aqueous humor
Flow chart dari drainase aqueous humor
Susunan Humor Aqueous :
• Air 98,7 %
• Zat padat 1,3%:
Zat padat terdiri :
1.Urea, kadar 75% kadar urea di dalam darah
2. Asam amino , kadar sama dengan di dalam darah, 75 mg / 100 cc
3. Asam organik
a. Asam askorbinik, kadar lebih besar daripada di dalam darah
b. Asam urik, kadar lebih kecil daripada di dalam darah
c. Asam laktat, kadar 1,3 x lebih besar daripada kadar di dalam
darah
4. Ion anorganik
– Na+, K+, Mg+
– Chl-, Po43-, SO42-
5. Enzim proteolitik, yang dibutuhkan pada penguraian protein

Tekanan osmotik
 ± 20 – 30 mm Hg lebih besar daripada tekanan osmotik plasma
Tekanan Intraokuler
Ketidakseimbangan antara pembuatan dan pengeluaran humor
aqueous melalui kanal Schlemm  tekanan intraokular
meningkat  Open Angle Glaucoma
• Sebab utama adalah blokade pada kanal Schlemm

Variasi diurnal tekanan intraokuler


• waktu siang menurun dan mempunyai titik terendah antara jam
17.00 - 19.00
• waktu malam hari meningkat, titik maksimal pada waktu bangun
pagi hari
• variasi diurnal : 3 - 4 mmHg
• Urut-urutan pada penglihatan :
– Cahaya masuk akan menembus kornea
– Setelah menembus kornea akan menembus bilik depan
mata.
– Menembus pupil, dimana terdapat iris yang mengatur
banyak atau sedikit cahaya yang masuk
– Masuk ke bilik belakang lalu menembus lensa mata
– Dari lensa cahaya akan menembus cairan vitreus
– Lalu ditangkap reseptor pada retina
– Retina ini berhubungan dengan Nervus opticus
– Nervus opticus menuju lobus occipitalis sehingga persepsi
penglihatan dapat terjadi
Refraksi
• Cahaya masuk ke mata dan di belokkan
(refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
struktur lain dari mata (kornea, humor
aqueous, lensa, humor vitreous), yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk
difokuskan di retina, hal ini disebut refraksi.
• 2 bagian mata yang berperan dalam refraksi:
– Kornea
– Lensa mata
FUNGSI REFRAKSI MATA
• CAHAYA JATUH DI ATAS MATA → BAYANGAN LETAKNYA DIFOKUSKAN PADA
RETINA → MENEMBUS & DIUBAH KORNEA
• LENSA, BADAN AQUES & VITROUS → MEMBIASKAN & MEMFOKUS- KAN
BAYANGAN PADA RETINA BERSATU MENANGKAP SEBUAH TITIK BAYANGAN
YANG DIFOKUSKAN
• Bagian terbesar dari daya bias mata adalah
permukaan anterior kornea.

• Perbedaan densitas udara dan kornea jauh


lebih besar daripada cairan aquous humor
dengan lensa

• Lensa kristalina bersinggungan dengan cairan


disetiap permukaan

• Perbedaan indeks bias yang kecil akan sangat


menentukan kekuatan pembiasan cahaya di
kedua permukaan lensa
• Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa
ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi
dengan menipiskan dan menebalkan lensa.
• AKOMODASI ADALAH KEMAMPUAN
MENYESUAIKAN KEKUATAN LENSA SEHINGGA
BAIK SUMBER CAHAYA DEKAT MAUPUN JAUH
DAPAT DIFOKUSKAN DI RETINA
• KONTRAKSI OTOT SILIARIS, LIGAMENTUM
SUSPENSORIUM MELEMAS & TEGANGAN PADA
LENSA BERKURANG (LENSA MEMBULAT &
MENGUAT)
Akomodasi
• Proses dimana
kecembungan lensa
mata diperbesar krn
proses aktif otot mata

• Melihat jauh/ istirahat :


lensa pipih
Melihat dekat
: lensa cembung
Mechanics of Accommodation

Near vision

Far vision

* Light moves towards thick part of lens


• Penglihatan dekat :
– Kontraksi dari badan ciliaris
– relaksasi ligamen suspensorium pada lensa
– Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat
terfokuskan pada retina.

• Akomodasi juga dibantu dengan perubahan ukuran pupil :


– Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya
lebih kuat melalui lensa yang tebal.

• Persarafan Otonom Mata


– Parasimpatik
– Simpatik
Lintasan Reflek Akomodasi
Figure 6.11: Control of pupillary size.

Fig. 6-11, p. 193


Pupil mata
• Cahaya gelap :
pengaruh simpatis 
kontraksi otot polos
radialis  midriasis /
m’lebar

• Cahaya terang :
pengaruh parasimpatis 
kontraksi otot polos
sirkularis  miosis
/menyempit
Reflek cahaya pupil
Bila cahaya mengenai retina terjadi impuls yang
mula-mula berjalan melalui nervus optikus 
Nukleus Edinger-Westphal  n. III  ganglion
siliaris  n. Ciliaris breves 
- m. Ciliaris yang mengontrol kemampuan fokus
lensa
- m. sphincter pupillae untuk konstriksi pupil
(miosis)
• Dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat
sehingga terjadi dilatasi pupil.
a. Refleks Pupil yang Langsung = Direct Pupil Reflex
 penyempitan pupil yang terjadi secara refleks pada
penyinaran mata
b. Refleks Pupil yang Tidak Langsung = Indirect = Consensual
Pupil Reflex
 penyempitan pupil yang terjadi pada kedua mata secara
refleks, bila dilakukan penyinaran pada salah satu mata

• Mata memfiksasi objek dekat  akomodasi lensa, konvergensi


mata, dan konstriksi pupil (reaksi pupil terhadap akomodasi)
 : Refleks Akomodasi = Near Reflex
Retina
– Retina adalah selapis tipis sel yang terletak
pada bagian belakang bola mata dan peka
terhadap cahaya
– Membentang dari tepi papila nervi optisi
(diskus optikus) hingga daerah tepat
dibelakang korpus siliare
– Retina merupakan bagian mata yang
mengubah cahaya menjadi sinyal saraf.
– Retina memiliki sel fotoreseptor yang
menerima cahaya.
– Sinyal yang dihasilkan kemudian mengalami
proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina
yang lain, dan diubah menjadi potensial
aksi pada sel ganglion retina.
LAPISAN RETINA
6 MACAM SEL di retina :
• SEL RESEPTOR ( fotoreseptor)
– SEL BATANG  bayangan hitam putih
- banyak di perifer retina
– SEL KERUCUT  bayangan berwarna
- banyak di fovea sentralis

• SEL HORISONTAL
- Terletak secara lateral menghubungkan sel
kerucut dan sel batang ke satu sama lain dan
ke sel bipolar.
• SEL BIPOLAR
- Meneruskan sinyal dari fotoreseptor ke sel ganglion.

• SEL AMAKRIN
- Menghubungkan secara lateral antara sel bipolar dan sel
ganglion atau sel ganglion satu sama lain.

• SEL GANGLION
- Meneruskan sinyal dari sel bipolar untuk dilanjutkan ke saraf
optikus yang akan di tafsirkan di korteks serebri (otak) .

• SEL INTERFLEKSIFORM
- Menyampaikan sinyal dari lapisan fleksiform
dalam ke lapisan fleksiform luar.
• Fundus okuli :
– Pars posterior bagian interior bola mata
– Ada 2 struktur penting :
• Papila nervi optisi
• Makula lutea dengan fovea sentralis
– Papila nervi optisi:
• Diskus berwarna pucat
• Terletak di pusat dinding posterior bola mata
• Dibentuk lewat konvergensi akson dari sel ganglion
ketika membentun N. Optikus
• Mengandung semua serabut retina kecuali sel batang
dan kerucut
• Tidak peka terhadap cahaya (blind spot)
• Makula lutea
– Daerah kecil bewarna kekuningan
– Terletak lateral dari papila nervi optisi retina
– Disebut bintik kuning (yellow spot) karena ada
pigmen bewarna kuning
– Mempunyai fovea sentralis pada bagian
tengahnya
• Fovea sentralis:
– Lekukan kecil pada bagian tengah makula lutea
– Diameter 0,5 mm
– Bagian penglihatan sangat tajam karena hanya
mengandung sel kerucut
• Pada retina terdapat lapisan melanin (pigmen
hitam)
– Fungsi : mencegah pantulan cahaya dari
lengkungan bola mata (penglihatan jelas)
– Tanpa pigmen melanin maka :
• cahaya akan dipantulkan kesemua jurusan dalam bola
mata
• terjadi kekacauan penyinaran retina
• Tidak menimbulkan kontras titik gelap dan terang →
membentuk bayangan yang tepat
– Pentingnya melanin dalam lapisan pigmen dan
koroid : pada orang albino
• Retina Mengandung: Reseptor penglihatan:
– sel Rods (batang) : fotopigmen : rhodopsin , menyerap
semua panjang gelombang, tidak dapat membedakan
warna , hanya bayangan abu-abu
- sel Cones (kerucut) : fotopigmen : erythrolabe ,
chlorolabe, cyanolabe

• Fototransduksi merupakan proses perubahan stimulus cahaya


menjadi sinyal listrik yang akan diteruskan kepada sistem
saraf pusat.
• Fototransduksi terjadi melalui aktivasi fotopigmen yang
terdapat pada fotoreseptor oleh cahaya.
• Rangsangan ini akan mengakibatkan perubahan kimiawi
yang menyebabkan terjadinya potensial aksi pada sel
ganglion
Sel batang maupun sel kerucut terdiri dari 3 segmen utama :

• Segmen luar, berhubungan dengan lapisan pigmen


retina. Di dalamnya terdiri dari ratusan hingga
ribuan lempeng yang mengandung pigmen peka
cahaya.
• Segmen dalam, mengandung sitoplasma,
mitokondria beserta organela lainnya dan inti.
Mitokondria berperan dalam menyediakan energi
untuk berfungsinya foto-reseptor.
• Badan sinaps, berhubungan dengan sel neuron
berikutnya, yaitu sel bipolar dan sel horizontal. Di
dalamnya banyak terkandung neurotransmiter
Photoreceptors
Photopigments
• Undergo chemical alterations when activated
by light
• Consists of two components
– Opsin
• Protein that is integral part of disc membrane
– Retinene
• Derivative of vitamin A
• Light-absorbing part of photopigment
/ Scotopic vision / Photopic vision
Visual Pigments

Rhodopsin Pigments on Cones


• light-sensitive pigment in rods • each set contains different light-
• decomposes in presence of sensitive pigment
light • each set is sensitive to different
• triggers a complex series of wavelengths
reactions that initiate nerve • color perceived depends on
impulses which sets of cones are stimulated
• impulses travel along optic • erythrolabe – responds to red
nerve • chlorolabe – responds to green
• cyanolabe – responds to blue
Fig. 6-25, p. 202
• Fotoreseptor pada gelap :
Retinal dalam bentuk 11-cis

cGMP konsentrasi tinggi

Kanal ion natrium terbuka

Depolarisasi pada fotoreseptor

Kanal Ca++ terbuka pada terminal sinap

Neurotransmiter inhibisi dilepaskan ↑
↓ ↓
Hiperpolarisasi Depolarisasi
pada on center pada of center bipolar
bipolar
↓ ↓
Tidak ada potensial Potensial aksi sel ganglion
aksi di sel ganglion

Dihantarkan ke korteks visual

Reseptif field fotoreseptor pada keadaan gelap
• Fotoreseptor pada cahaya :
Retinal berubah all-trans ,fotopigmen aktif

Transduction aktif

Fosfodiesterase aktif

cGMP konsentrasi turun

Kanal ion natrium tertutup

Hiperpolarisasi pada fotoreseptor

Kanal Ca++ tertutup pada terminal sinap

Neurotransmiter inhibisi dilepaskan ↓
↓ ↓
Depolarisasi Hiperpolarisasi
pada on center pada off center bipolar
bipolar
↓ ↓
Potensial aksi Tidak ada potensial aksi
ganglion sel ganglion

Dihantarkan ke korteks visual

Reseptif field fotoreseptor pada keadaan terang
Rhodopsin
- Metarhodopsin II / activated rhodopsin  mengeksitasi
perubahan listrik pada batang
- Vitamin A terdapat pada sitoplasma sel batang & pada lapisan
pigmen di retina
- Kelebihan retinal  diubah ke vitamin A  menurunkan jumlah
pigmen sensitif cahaya di retina  penting untuk adaptasi
retina terhadap perubahan intensitas cahaya
- Vitamin A diperlukan untuk resintesis fotopigmen

- Buta senja / night blindness / nyctalopia  defisiensi vitamin A


 retinal ↓  fotopigmen kerucut dan batang ↓
Tapi masih terdapat cukup fotopigmen di sel kerucut untuk
dapat berespons terhadap stimulasi intensif dari vahaya terang
Adaptasi Terang & Gelap
Lingkungan terang  fotopigmen di batang & kerucut terurai
menjadi retinal & opsin, dan retinal dikonversi menjadi vitamin
A  konsentrasi fotopigmen ↓  sensitivitas cahaya ↓ 
Adaptasi Terang

Lingkungan gelap  fotopigmen yang terurai selama pemajanan


sinar, secara bertahap dibentuk kembali  retinal & opsin di
batang & kerucut diubah menjadi fotopigmen, dan vitamin A
menjadi retinal  konsentrasi fotopigmen ↑  sensitivitas
cahaya ↑  kepekaan penglihatan ↑  Adaptasi Gelap
The sensitivity of the eyes varies
through dark and light adaptation.

•Dark adaptation
•Can gradually distinguish objects as you enter a dark
area.
•Due to the regeneration of rod photopigments that had
been broken down by previous light exposure.
•Light adaptation
•Can gradually distinguish objects as you enter an area
with more light.
•Due to the rapid breakdown of cone photopigments.
Dari gelap ke terang  mata jadi sangat peka terhadap cahaya 
bayangan keseluruhan tampak putih / silau  fotopigmen cepat
terurai oleh cahaya kuat  kepekaan mata berkurang 
adaptasi terang

Fotopigmen sel batang yang telah terurai oleh cahaya tidak lagi
mampu berespons terhadap cahaya

Mekanisme adaptasi saraf sentral mengubah mata dari sistem sel


batang ke sistem sel kerucut sewaktu pemajanan ke sinar terang
 hanya sel kerucut yang kurang peka digunakan untuk melihat
pada siang hari
Pada penglihatan menggunakan sel kerucut :
– Ketajaman penglihatan meningkat
– Kepekaan penglihatan menurun
Tindakan adaptasi tersebut juga diperkuat oleh refleks pupil
TAHAP BERKAS CAHAYA  OTAK
• CAHAYA  KORNEA  AQUEOUS HUMOR 
LENSA  VITREOUS HUMOR  Akson sel
ganglion retina → Saraf opticus → Chiasma
opticus→ Traktus opticus → geniculatum
lateralis dorsalis → serabut-serabut
genikulokalkarina →radiasi optika →Korteks
visual primer→ korteks visual assosiasi
Jaras penglihatan
• Korpus genikulatum terdapat 6 lapis :
– Lapis 1 dan 2 : magnoseluler →deteksi gerakan, kedalaman
dan kerlipan
– Lapis 3-6 : parvoseluler → deteksi penglihatan warna ,
tekstur, bentuk dan detail yang halus
• Lapisan 1,4 dan 6 menerima masukan dari mata
kontralateral
• Lapisan 2,3 dan 5 masukan dari mata ipsilateral
• Korteks visual primer :
– Area fisura kalkarina meluas ke oksipital
• Korteks visual assosiasi :
– Lateral, anterior, superior dan inferior terhadap korteks
penglihatan
• Ada 6 area pada korteks visual pada manusia:
– V1 : Korteks visual primer
– V2,V3,VP : melanjutkan pemprosesan, lapang pandang
lebih luas
– V4 : tidak diketahui
– V5 : Gerakan , kontrol gerakan
– LO: pengenalan benda besar
– V7 : Tidak diketahui
– V8 : penglihatan warna
• Jalur lain serabut penglihatan :
– Traktus optikus → nukleus suprakiasmatik
hipothalamus : pengaturan irama sirkadian
– Nuklei pretektalis : gerakan reflek mata agar mata
fokus dan mengaktifkan reflek pupil
– Kolikulus superior : gerakan cepat kedua mata
– Nukleus genikulatum lateralis ventralis lalu ke
basal otak : mengendalikan sikap tubuh.
Penglihatan mata kiri & kanan dapat tidak berhasil menyatu
1. Ke 2 mata tidak terfokus pada benda yang sama secara
simultan akibat kelainan otot-otot mata eksternal  bayangan
di retina tidak jatuh pada titik identik  diplopia
2. Informasi binokuler tidak secara tepat diintegrasikan selama
pengolahan visual  diplopia
ARAH GERAKAN MATA
• Adduksi ke arah Nasal
• Abduksi ke arah Temporal
• Supraadduksi (elevasi) ke atas
• Infraadduksi (depresi) ke bawah
• Intorsi (insikloduksi) terputar ke nasal
• Ekstorsi (ensikloduksi) terputar ke temporal
Otot-otot pergerakan bola mata
diambil dari Anatomy and Physiology, 6th ed. Seeley-Stephens-Tate, The
Mc Graw-Hill Companies, 2004
Yoke’s Muscles (Haring’s Law)
Dalam pergerakan bola mata, salah satu otot mata berpasangan dengan otot mata lain pada bola mata yang
lain.

CARDINAL DIRECTION OF GAZE YOKE’S MUSCLES

Lihat atas kanan Rectus Sup. kanan – Oblik Inf. kiri

Lihat kanan Rectus Lat. kanan – Rectus Med. kiri

Lihat bawah kanan Rectus Inf. kanan – Oblik Sup. kiri

Lhat bawah kiri Oblik Sup. kanan – Rectus Inf. kiri

Lihat kiri Rectus Med. kanan – Rectus Lat. Kiri

Lihat atas kiri Oblik Inf. kanan – Rectus Sup. kiri


Sherringtons Law’s (Otot-otot sinergistik dan antagonistik)

• Apabila 1 otot distimulus maka secara simultan otot lain akan dihambat
(antagonistik).
• Otot-otot Sinergistik adalah otot-otot yang memiliki bidang kerja yang
sama. Dengan demikian, untuk tatapan vertikal, otot rektus superior dan
oblikus inferior bersinergi mengerakkan mata ke atas.
• Otot-otot yang sinergistik untuk suatu fungsi mungkin antagonistik untuk
fungsi lain.
• Misalnya, otot rektus superior dan oblikus inferior adalah antagonis untuk
torsi, karena rektus superior menyebabkan intorsi dan oblikus inferior
ekstorsi.
• Otot-otot ekstra okular, seperti otot rangka, memperlihatkan persarafan
timbal balik otot-otot antagonistik (hukum Sherrington).
• Dengan demikian, pada dekstroversi (menatap
ke kanan), otot rektus medialis kanan dan
lateralis kiri mengalami inhibisi sementara
otot rektus lateralis kanan dan medialis kiri
terstimulasi
Penglihatan Warna

• Teori Young Helmhotz :


– Didalam retina ada 3 cone reseptor ( 3 komponen)
• Protos : cone reseptor I yang peka terhadap warna
merah
• Deutros : cone reseptor II yang peka terhadap warna
hijau
• Tritos : cone reseptor ke III yang peka terhadap warna
biru

Teori Penglihatan warna

• Teori Hering : didalam retina ada 3 zat


penglihat :
A. Merah-hijau
B. Kuning –biru
C. Putih -hitam
Buta Warna
• Penglihatan warna yang tidak sempurna
• Frekuensi : Lebih banyak ditemukan pada
pria 8%, pada wanita hanya 1,5 %. Hal ini
disebabkan karena diturunkan dari gen ibu
yaitu kromosom X. Pria hanya mempunyai
1 kromosom X (XY), sedangkan wanita
mempunyai 2 kromosom X (XX)
Klasifikasi Buta Warna
• Von Kries menganjurkan klasifikasi atas
kekurangan atau kelainan yang terdapat
pada
A. Reseptor I : Protos
B. Reseptor II : deutros
C. Reseptor III : Tritos
BUTA WARNA
• Trikromat  mempunyai 3 pigmen kerucut
• Trikromat Anomali  mempunyai 3 pigmen kerucut tapi satu
tidak normal
– Deuteranomali  cacat pada hijau
X-linked
– Protanomali  cacat pada merah
– Tritanomali  cacat pada biru, diturunkan secara dominan
• Dikromat  mempunyai hanya 2 pigmen kerucut
- Sel kerucut merah tidak ada  protanopia
sulit membedakan warna hijau-kuning-merah
- Sel kerucut hijau tidak ada  deuteranopia X-linked
sulit membedakan warna hijau-kuning-merah
- Sel kerucut biru tidak ada  tritanopia (jarang)
sulit membedakan warna biru-kuning
BUTA WARNA
• Monokromat  mempunyai hanya 1 pigmen kerucut
– Monokromat rod (batang)
– Monokromat cone (kerucut)
misal : red-green blind, red-violet blind, green-violet blind
• Akromatopsia  buta warna total
biasanya disertai dengan nystagmus dan scotoma centralis
Pemeriksaan Buta Warna

• Tes mencocokan benang wol berwarna (Holmgren)


 Pasien diminta mengelompokan warna yang sama dari seikat
benang berwarna
Bila dapat melakukan  normal (trikromat)

• Tes dengan Buku Ishihara-Stilling (Pseudo-isokromatik)


Gambar pada buku Ishihara gambar polikromatik
yaitu : bintik-bintik berwarna dicetak pada dasar yang juga
terbuat dari bintik-bintik yang mirip dengan warna berbeda
 Pasien diminta membaca gambar selama kurang dari 10 detik

Anda mungkin juga menyukai