Anda di halaman 1dari 60

SISTEM

SENSORIS

Oleh : DEDI S. DJAMHURI, dr.,Sp.B


PENGERTIAN SENSORI
• Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun
dari luar tubuh dimana stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
organ sensori (panca indera)
• Faktor-faktor yang mempengaruhi sensori :
1. Usia ; pada bayi belum mampu membedakan sensori karena jalur
syarafnya belum matang. Mulai usia 30 tahun mulai terdapat perubahan-
perubahan baik ketajaman pendengaran, penglihatan, dll bahkan pada usia
50 thn ke atas mulai dibutuhkan kacamata baca.
2. Obat-obatan : beberapa antibiotika, analgetika, narkotik, anti depresan, dan
sedatif dapat mengubah presepsi dan stimulus.
3. Lingkungan seperti kebisingan, ruang terisolasi, penerangan yang buruk,
lorong yang sempit dll
4. Tingkat kenyamanan, karena adanya nyeri atau kelelahan;
5. Penyakit-penyakit kronis dan merokok dapat merusak fungsi motorik dan
persepsi rasa.
M
A
T
A
MATA (INDERA PENGLIHATAN)
• Mata merupakan organ atau bagian tubuh yang bulat, kenyal, berisi cairan,
bentuk seperti kelereng yang berrfungsi seperti lensa BULBUS OKULI.
• Bulbus okuli ini terletak di dalam orbita (lekuk mata) yaitu sebuah rongga
berbentuk limas dalam tulang kerangka wajah, dan tulang-tulang yang
membentuk rongga orbita dilapisi periosteum periorbita.

• Mata (bulbus okuli) terdiri atas 3 lapisan jaringan di dinding mata. Lapisan
ini adalah sebagai berikut :

1. Lapisan luar (fibrosa) yaitu sklera dan kornea;


2. Lapisan tengah (vaskular atau traktus uveal) yaitu koroid, badan siliaris,
dan iris.
3. Lapisan dalam (jaringan saraf) yaitu RETINA.

• Struktur di dalam bola mata adalah : lensa, cairan aqueous, dan badan
vitreus
G
A
M
B
A
R

I
SKLERA DAN KORNEA
• Sklera merupakan lapisan fibrosa membentuk lapisan terluar bola mata di
bagian posterior dan lateral yang berwarna putih dan di daerah kutub
depan, berubah menjadi bening tembus cahaya KORNEA.
• Sklera inilah yang membuat bola mata melekat pada orbita dan otot-otot
mata.
• Sinar cahaya dari luar masuk melalui kornea untuk mencapai retina, kornea
di bagian depan bentuknya cembung dan berfungsi untuk membiaskan
cahaya untuk difokuskan pada retina.
• Kornea dapat mengalami peradangan atau trauma lain dan apabila
kekurangan vitamin A akan tidak jernih lagi dan menyebabkan
kerusakan kornea.
• Kornea yang sudah tidak bening lagi akan mengganggu penglihatan
sehingga harus diganti dengan kornea baru yang masih bening, dengan
cara pencangkokan kornea yang didapat dari orang yang telah meninggal
dan menyumbangkan korneanya.
KOROID (CHOROIDEA)

• Koroid sangat kaya pembuluh


darah, merupakan selaput yang
bewarna cokelat tua, terletak
antara sklera dan retina,
menutupi/melapisi 5/6 bagian
posterior permukaan dalam
skelera
• Ke depan koroid berakhir di
BADAN SILIARIS (CORPUS
CILIARE)
• Koroid melekat kuat pada retina
dan mudah dilepaskan dari
sklera.
BADAN SILIARIS
• Badan siliaris merupakan lanjutan anterior koroid yang
menghubungkan koroid dengan garis lingkar iris.
• Pada permukaan dalam badan siliaris terdapat lipatan-lipatan
yang dilapisi SELEPITELIUM SEKRETORIK yang
mengekskresikan HUMOR AQUECUS yang akan mengisi bilik
anterior dan posterior yang meliputi iris.
• Badan siliaris juga memiliki otot polos otot siliaris dan disini
melekat LIGAMEN SUSPENSORI yang bagian ujungnya
lainnya melekat pada lensa, sehingga kontraksi dan relaksasi
otot tersebut dapat mengubah ketebalan lensa yaitu cahaya
yang masuk terfokus pada retina.
IRIS
• Iris merupakan bagian mata yang terlihat
berwarna dan memanjang dari badan siliaris
berada di belakang kornea dan di depan
lensa.
• Iris merupakan badan sirkualr yang terdiri
atas sel pigmen dan dua lapisan otot polos
yaitu otot sirkular dan radian (MUSCULUS
SPHINCTER PUPILLAE menyempitkan
pupil, M. Dilator pupillae melebarkan
pupil).
• Pada bagian tengahnya terdapat apertura
(celah) yang disebut pupil, untuk melewatkan
cahaya. Iris dipersarafi oleh saraf simpatik
dan parasimpatik.
• Warna iris bergantung pada jumlah pigmen
yang ada dan secara genetik ditentukan.
• Orang albino tidak memilki pigmen dan orang
yang bermata biru memiliki pigmen lebih
sedikit daripada orang yang bermata coklat.
LENSA
• Lensa merupakan badan yang sangat elastis terdiri atas serat yang
dibungkus dalam kapsul, tembus cahaya, dan cembung pada kedua
permukaannya (bikonveks) melekat pada badan siliaris dan retina
melalu LIGAMENTUM SUSPENSORIUM LENSA.
• Lensa dikelilingi oleh CORPUS CILIARE, terletak di belakang iris
kecembungan permukaan lensa terutama bagian anterior terus
menerus berubah untuk menjatuhkan bayangan benda yang jauh
atau dekat tepat pada retina.
• Lensa membiaskan sinar cahaya yang direfleksikan oleh objek di
depan mata dengan mengubah-ubah daya biasnya yang dicapai
dengan mengubah ketebalan lensa melalui kontraksi ataupun
relaksasi dari otot-otot polos dalam CORPUS CILIARE.
• Bila ada objek yang jauh, otot berelaksasi, lensa jadi tipis, sehingga
sinar cahaya dapat fokus pada retina.
RETINA
• Retina merupakan lapisan paling dalam (LAPIS NEURAL
INTERNAL) terdiri atas beberapa lapisan badan sel saraf
dengan aksonnya yang berada pada lapisan sel epitel
berpigmen yang melekatkan retina pada koroid.
• Pada bagian posterior retina terdapat titik bundar sirkular yang
melesak yaitu tempat NERVUS OPTICUS memasuki bulbus
okuli dinamakan DISCUS NERVI OPTICI atau PAPIL OPTIK
disini tidak terdapat sel yang peka cahaya sehingga disebut
bintik buta.
• Sedikit lateral dari bintik buta ini terdapat bagian yang lebih
dalam FOVEA CENTRALIS yang terdiri atas sel-sel
kerucut yang merupakan daerah penglihatan tertajam.
• Ke arah anterior terdapat gabungan sel kerucut dan sel batang.
GAMBAR II
KELENJAR AIR MATA

• Pertemuan palpibra superior dengan palpebra inferior disebut COMMISURA


PALPEBRALIS MEDIALIS dan LATERALIS.
• Di bagian lateral atas kelopak mata (sebelah atas COMMISURA
PALPEBRALIS LATERALIS) terdapat kelenjar air mata (GLANDULA
LACRIMALIS) yang memproduksi air mata.
• Pada saat kornea menjadi kering, palpebra mengedip dan membasuh
kornea dengan selapis air mata.
• Pada COMMISURA PALPERALIS MEDIALIS terdapat 2 buah saluran
yaitu CANALICULUS LACRIMALIS, kemudian air mata ditampung ke
SACCUS LACRIMALIS dan melalui DUCTUS NASOLACRIMALIS menuju
ke MEATUS NASALIS INFERIOR di dalam hidung.
• Biasanya setiap 2-10 detik mata kita berkedip tapi tidak semua air mata
keluar, sebagian air mata yang ada di lapsian kornea akan menguap
setelah membersihkan debu dan kotoran-kotoran.
• Dalam air mata juga terdapat enzim dan protein serta lekosit untuk
penghancur bakteri.
GAMBAR III
OTOT-OTOT ORBITA
(Otot Penggerak Bola Mata)

• Bola mata digerakkan oleh enam otot ekstrinsik, 4 otot


rectus (lurus) dan 2 otot obligue (miring) yang melekat
pada bola mata dan rongga orbita.
• Menggerakkan mata untuk melihat arah tertentu
berada di bawah kendali VOLUNTEER (sadar) tapi
koordinasi gerakan yang diperlukan untuk
konvergensi dan akomodasi untuk penglihatan dekat
berada di bawah kendali involunteer.
G
A
M
B
A
R

IV
SARAF ORBITA

• NERVUS OPTICUS (saraf cranialis II) mempersarafi mata


sedangkan saraf cranialis III, IV, dan VI yaitu NERVUS
OCULOMOTORIUS (III), NERVUS TROCHLEARIS (IV) dan
NERVUS ABDUSCENS (VI) akan mempersarafi otot-otot mata.
• Keenam otot tersebut harus bekerja bersama-sama secara
sinkron, tepat dan serentak agar manusia bisa secara normal
melihat ke segala arah, sehingga apabila terjadi gangguan otot-
otot pada satu sisi JULING/STRABISMUS
FUNGSI MATA/PENGLIHATAN
• Gelombang cahaya berjalan dengan kecepatan 300.000 km;
• Cahaya direfleksikan ke mata oleh objek di dalam lapang pandang;
• Bila sistem penglihatan pada mata masih normal, artinya sinar sejajar
yang diterima akan jatuh tepat pada bintik kuning, maka kita dapat
melihat benda jauh maupun dekat dengan jelas;
• Mata yang berpenglihatan normal disebut EMETROPI dimana saat
sinar cahaya dari satu media.
• Kepadatan (di luar mata) masuk ke media dengan kepadatan
berbeda (ke dalam mata) sinar tsb akan dibelokkan (misal di mata
oleh lensa bikonveks) dan difokuskan prinsip ini yang
digunakan untuk memfokuskan cahaya di retina.
• Pembiasan yang abnormal dalam mata, karena jadi terlalu cembung
atau terlalu pipih dikoreksi dengan lensa bikonveks atau bikonkaf
UKURAN PUPIL DAN AKOMODASI
• Ukuran pupil mempengaruhi akomodasi dengan mengendalikan
jumlah cahaya masuk ke dalam mata.
• Pada cahaya yang terang, pupil akan kontriksi (mengecil) untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata, karena akan
merusak retina (yang peka terhadap cahaya).
• Pada cahaya yang redup, pupil akan berdilatasi untuk mendapatkan
cahaya yang cukup masuk ke dalam mata dan bisa mengaktifkan
PIGMEN FOTOSENSITIF yang ada di sel batang dan kerucut yang
menstimulasi ujung syaraf di retina.
• Dilatasi dan konstriksi pupil diatur oleh sistem syaraf autonom;
• Perubahan ketebalan lensa dilakukan untuk memfokuskan cahaya
pada retina, penyesuaian bergantung pada jarak objek dari mata :
- Lensa semakin tebal untuk jarak dekat;
- Lensa semakin tipis untuk jarak > 6 meter
FUNGSI RETINA
• Retina merupakan bagian mata yang foto sensitif (peka cahaya) dan
mengandung sel saraf peka cahaya yaitu SEL BATANG dan SEL
KERUCUT, yang mengandung pigmen peka cahaya.
• Cahaya akan menyebabkan perubahan kimiawi dalam pigmen peka
cahaya, menyebabkan bangkitnya impuls syaraf yang dikonduksi ke LOBUS
OKSIPITAL OTAK melalui NERVUS OPTIK.
• Sel batang berjumlah lebih banyak pada perifer retina, sel ini lebih peka
terhadap cahaya daripada sel kerucut, mengandung RODOPSIN, yang
merupakan pigmen fotosensitif yang hanya ada di sel batang, sehingga
lebih peka terhadap cahaya dan dapat distimulasi oleh cahaya dengan
intensitas rendah/redup meskipun di ruang gelap, rodopsin juga menyuplai
vitamin A yang adekuat.
• Sel kerucut peka terhadap sinar terang dan warna dan dapat menstimulus
pigmen fotosensitif menghasilkan warna yang berbeda.
GANGGUAN PENGLIHATAN
RABUN JAUH (MIOPI)

• Gangguan penglihatan RABUN DEKAT


dimana mata tidak dapat (HIPERMETROP)
melihat dengan jelas, benda •
Gangguan penglihatan yang
yang jauh akibat dari disebabkan oleh akrena lensa mata
lensa mata terlalu cembung terlalu pipih sehingga bayangan
sehingga bayangan benda benda jatuh di belakang retina (sulit
jatuh di depan retina. untuk membaca) hal ini juga terjadi
pada orang tua, dimana daya
• Gangguan mata ini dapat akomodasi lensa berkurang
ditolong dengan PRESBIOPI
menggunakan lensa • Gangguan tsb dua-duanya dapat
cekung/negatif ditolong dengan menggunakan
lensa cembung/positif.
GAMBAR V
KONJUNGTIVITIS

• Infeksi pada mata yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,


atau alergi;
• Mata akan merah, berair, gatal, bengkak, dan banyak kotoran
mata.
• Terapi : diberikan tetes mata antibiotika, dll
GLAUKOMA

• Sering disebut “SILENT THIEF” pencuri penglihatan yang secara pelan-


pelan merusak penglihatan, sebelum penderita menyadarinya BUTA
• Dapat terjadi akut dan kronis terutama pada orang tua;
• Terjadi peningkatan tekanan bola mata, kelainan lapang pandang serta
kerusakan saraf mata.
• Faktor resiko :
- Usia > 60 tahun
- Riwayat keluarga positif
- Adanya riwayat trauma di mata (benturan, pukulan)
- Penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, jantung, hipertiroid
• Terapi : obat tetes mata, pembedahan, sinar laser.
KATARAK
• Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang seharusnya
jernih dan tembus cahaya keruh dengan akibat cahaya
sulit mencapai retina, hanya menghasilkan bayangan yang
kabur.
• Katarak terjadi perlahan-lahan sehingga penglihatan berangsur
terganggu dan akhirnya menjadi buta.
JENIS-JENIS KATARAK
1. KATARAK KONGENITAL
• Terjadi pada bayi dan anak- 2. KATARAK SENILIS
anak akibat infeksi virus • Terjadi akibat
pada ibu hamil muda. penuaan/degeneratif
3. KATARAK TRAUMATIKA 4. KATARAK KOMPLIKATA
• Terjadi akibat infeksi atau
penyakit lain pada mata

• Terjadi akibat trauma atau


kecelakaan pada mata

TERAPI : Operasi dengan 2 cara yaitu :


- Ekstraksi Katarak
- Fakoemulsifikasi (dengan getaran ultrasonik)
STRABISMUS (MATA JULING)
• Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedua mata tidak
dapat fokus pada 1 objek yang menjadi pusat penglihatan
mata yang satu terfokus pada 1 objek, sedang mata
yang lain bergulir ke atas/bawah/keluar/ke dalam. Terapi :
operasi dengan bius umum untuk memindahkan otot pada
tempatnya.
G
A
M
B
A
R

VI
BUTA WARNA TRAKHOMA
• Gangguan penglihatan dimana • Peradangan konjungtiva
seseorang tidak mengenal/tidak akibat infeksi virus;
dapat membedakan warna
• Dapat menimbulkan
yaitu :
kebutaan;
- BW hijau, BW merah, atau BW
merah dan hijau; • Dapat dicegah dengan
- Merupakan penyakit yang
perbaikan lingkungan
diturunkan tidak dapat kesehatan dan air.
disembuhkan.
T
E
L
I
N
G
A
TELINGA LUAR
TELINGA (AURIS) (AURIS EXTERNA)

• Auris (telinga) dibedakan atas • Terdiri atas aurikel (daun telinga) yang
bagian luar, tengah, dan dalam; menghimpun suara dan MEATUS
AKUSTIKUS EXTERNAL (saluran
• Telinga berfungsi ganda yaitu
telinga luar) yang mengantar
untuk pendengaran dan gelombang suara ke membran
keseimbangan. thympani.
• Telinga bagian luar dipisahkan dari • Daun telinga terdiri atas KARTILAGO
telinga tengah oleh membran FIBROELASTIK yang ditutupi kulit.
timpani. Sedangkan tuba auditina • MEATUS ACUSTICUS EXTERNAL
menghubungkan auris media berbentuk huruf “S” yang kurang
dengan nasopharynx. sempurna dengan panjang sekitar 2,5
cm dimana 1/3 lateral luar terdiri dari
kartilago dan bagian dalamnya
merupakan saluran di tulang temporal,
saluran tsb dilapisi kulit yang
mengandung kelenjar serumen, rambut,
dan kelenjar sebacea
G
A
M
B
A
R

VII
TELINGA TENGAH (AURIS MEDIA)
• Auris media terletak di dalam PARS PETROSA OSSIS
TEMPORALIS;
• Dengan telinga luar dibatasi oleh membran thympanidan
berhubungan dengan nasopharynk melalui tuab auditiva;
• Telinga tenagh terdiri dari CAVITAS THYMPANICA dan RECESSUS
EPITYMPANICUS.
• Tuba auditoria/auditiva berfungsi sebagai pemerata tekanan dalam
telinga tengah dan tekanan udara lingkungan/luar sehingga
membrana thympani dapat bergerak secara bebas;
• Dalam rongga telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran
(OSSICULA AUDITORIA) yaitu tulang-tulang maleus, incus, dan
stapes yang membentuk rangkaian tulang melintang teratur di dalam
telinga tengah, mulai dari membrana thympani sampa ke FENESTRA
VESTIBULI.
TELINGA DALAM
(AURIS INTERNA)
• Telinga dalam atau ORGAN
VESTIBULOCOCHLEARE berisi
organ pendengaran dan
keseimbangan.

• Terletak di dalam PARS


PETROSA TULANG
TEMPORAL, terdiri dari
kantong-kantong dan pipa-pipa
LABYRINTHUS
MEMBRANACEUS yang berupa
selaput yang diliputi oleh
PERILIMFE terbenam di dalam
LABYRHINTUS OSSEUS.
LABIRIN TULANG
(LABYRHINTUS OSSEUS)

• Merupakan rongga di dalam tulang temporal yang dilapisi


periosteum labirin bermembran yang memiliki bentuk yang
sama.
• Antara labirin tulang dan labirin bermembran terdapat cairan
yang disebut perilimfe sedangkan di dalam labirin
bermembaran terdapat ENDOLIMFE.
• Labirin tulang terdiri atas : VESTIBULA, KOKLEA, dan
KANALIS SEMI SIRKULARIS
LABIRIN BERMEMBRAN
(LABYRINTHUS MEMBRANACEUS)
• Labyrhintus membraneceus terdiri dari kantong-kantong dan pipa-pipa yang
saling berhubungan dan terbenam di dalam labyrinthus osseus.
• Di dalam labyrhintus membraneceus terdapat endolimfe, cairan yang
komposisinya menyerupai air dan berbeda dari perilimfe.
• Labyrhintus membraneceus terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :
1. UTRICULUS dan SACCULUS, 2 kantong kecil dan vestibulum labyrhinthus
osseus yang saling berhubungan;
2. 3 DUCTUS SEMICIRCULARIS di dalam CANALIS SEMICIRCULARES
OSSEL;
3. DUCTUS COCHLEARIS dalam cochlea.
• Ductus cochlear berbentuk triangular, di bagian dasarnya terdapat sel
penunjang dan sel rambut cochlear yang berisi reseptor pendengaran yang
akan membentuk organ spiral (corti) suatu organ sensorik yang berespons
terhadap getaran yang dipersepsikan sebagai pendengaran di otak.
FISIOLOGI PENDENGARAN

• Daun telinga mengumpulkan gelombang dan


mengarahkan ke sepanjang saluran telinga luar
akan menggetarkan membran timpani, getaran ini
akan dihantarkan oleh membran thympani ke tulang-
tulang pendengaran jendela oval di skala
vestibuli sehingga menimbulkan gelombang cairan di
skala vestibuli (perilimfe) sebagian besar tekanan
dihantarkan ke DUCTUS COCHLEARIS (skala media)
akan menyebabkan gerakan gelombang
endolimfe yang akan menghasilkan getaran di
endolimfe.
AREA PENDENGARAN
DI LOBUS TEMPORAL
FISIOLOGI KESEIMBANGAN

• KANALIS SEMISIRKULARIS dan VESTIBULA (UTRICULUS


dan SACCULUS) berhubungan dengan keseimbangan.
• Perubahan posisi kepala gerakan di endolimfe dan
perilimfe menggerakkan sel rambut impuls saraf yang
dikirim ke serebelum.
• Pada saat yang sama, serebelum juga akan menerima impuls
syaraf dari mata dan proprioseptor dari otot rangka dan sendi.
• Impuls dari 3 sendi ini berkoordinasi dan menyebabkan
kesadaran akan posisi tubuh yang mempertahankan postur dan
keseimbangan tubuh.
GANGGUAN PENDENGARAN
• Gangguan telinga paling sering dijumpai dengan gejala-gejala yang umum
seperti : nyeri, gatal, keluar cairan, rasa panas, atau pendengaran menurun.
• Gangguan tersebut disebabkan oleh :
1. Penyakit dalam telinga;
2. Penyakit di luar telinga seperti : tonsilitis, infulenza, dll.
• Hal yang sering terjadi adalah penumpukan serumen nyeri, gatal,
pendengaran menurun.
• Cara membersihkan yaitu :
1. Dengan cotton bud yang sudah dicelup cairan perhidrol (H2O2 3 %)
2. Bila penuh teteskan terlebih dahulu perhidrol atau fenolgliserin baru
dibersihkan dengan cotton bud.
• Pada anak-anak, sering memasukkan benda asing ke lubang telinga atau
kemasukan serangga teteskan beberapa tetes cairan perhidrol
kemudian bersihkan dengan cotton bud.
TULI/KEHILANGAN PENDENGARAN
• Ada 2 macam tuli yaitu :
1.TULI KONDUKTIF, gangguan transmisi suara
ke dalam koklea (telinga dalam) yang bisa
disebabkan oleh penumpukan kotoran, atau
adanya nanah di telinga tengah, akibat infeksi.
2.TULI SARAF, bila terjadi kerusakan pada
koklea, organon corti atau saraf VIII.
PERADANGAN TELINGA
• Otitis atau peradangan telinga bisa terjadi di seluruh bagian telinga yaitu :
1. OTITIS EKSTERNA, adalah infeksi pada saluran telinga luar, biasanya oleh
bakteri atau proses alergi;
2. OTITIS MEDIA, sering dimulai oleh infeksi pada saluran nafas, seperti
radang tenggorokan atau influenza yang menyebar ke telinga tengah
melalui TUBA CUSTACHIUS.
3. LABIRINTITIS, adalah gangguan labirin dengan tanda-tanda tinnitus
(mendenging), tuli, dan vertigo, mual, dan muntah-muntah dapat terjadi
karena infeksi, trauma capitis, dll
H
I
D
U
N
G
HIDUNG
• Fungsi hidung dan cavum nasi berhubungan dengan :
- Fungsi penghidu;
- Pernafasan dan pelembaban udara pernafasan;
- Penyaringan debu;
- Penampungan sekret dari sinus paranasalis dan ductus nasolacrihalis.
• Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir, pada selaput ini terdapat
sel-sel pembau, dimana di dalamnya terdapat ujung-ujung saraf pembau
atau saraf cranial I (NERVUS OLFACTORIUS)
• Sel-sel pembau memiliki rambut-rambut halus yang memiliki tugas
menerima rangsang bau-bauan yang berupa uap kemudian dibawa oleh
serabut-serabut syaraf menuju ke ke dalam otak melalui lubang-lubang
tulang tapis.
• Rasa pembauan (bau busuk atau harum) diperlemah bila selaput lendir
hidung sangat kering, sangat basah atau bengkak (influenza)
dinamakan ANOSMIA.
SARAF OLFACTORIUS
( SARAF OTAK KE I)
• Saraf ini merupakan saraf sensorik penciuman yang
berasal dari ujung saraf olfactorius di membran
mukosa atap rongga nasal yang berada di atas
KONKA NASAL SUPERIOR.
• Pada tiap sisi septum nasal, serat saraf melalui
LAMINA KRIBRIFORMIS tulang ETMOID ke
BULBUS OLFAKTORIUS dimana saraf ini saling
berhubungan dan bersinaps kemudian membentuk
traktus olfaktorius menuju ke otak untuk
dipersepsikan.
GAMBAR VIII
FISIOLOGI PENCIUMAN

• Udara yang masuk ke hidung dihangatkan dan


aliran konveksi membawa putaran udara yang
diinspirasi ke atap rongga nasal;
• Adaptasi terhadap bau-bauan mula-mula
berjalan sekitar 2-3 detik kemudian berjalan
lambat, tapi indera penciuman ini juga
meningkatkan selera makan.
L
I
D
A
H
LIDAH (LINGUA)
• Lidah adalah organ berotot yang dapat bergerak-gerak dan berubah
bentuknya;
• Fungsinya berhubungan dengan : pengecap, menelan, mengunyah, dan
pengucapan (atrikulasi) dan pembersihan mulut dengan fungsi utama
mendorong makanan dan pengucapan kata waktu berbicara.
• Lingua terdiri dari otot-otot yang tertutup oleh membran mukosa.
• Sebagian besar lidah terdiri dari 2 kelompok yaitu :
1. Otot intrinsik lidah, yang melakukan semua gerakan halus;
2. Otot ekstrinsik lidah, melakukan gerakan kasar seperti menekan pada langit-
langit gigi dan mendorong makanan ke arah faring.
• Bila lidah digulung / diangkat ke belakang, tampak permukaan bawah lidah
FRENULUM LINGUAE
• Selaput lendir lidah selalu lembab dan berwarna merah jambu;
• Kuncup pengecapan (PAPILA) berisi reseptor sensorik (Kemoreseptor) yang
terdapat di seluruh permukaan lidah, palatum molle, faring, dan epiglotis
• Papila ini terdiri atas ujung saraf sensorik kecil saraf GLOSOFARINGEAL (N
VII), saraf facial (N IX) dan saraf vagus (N X)
G
A
M
B
A
R

IX
FISIOLOGI PENGECAPAN
• Empat sensasi dasar adalah : asin, asam, manis, dan
pahit;
• Terakhir ada yang dinamakan rasa umami yang
ditimbulkan oleh glutamat yaitu suatu asam amino
yang bayak terdapat pada protein daging, ikan, dan
legum.
• Umami berasal dari bahasa jepang yang berarti
“savory” atau “meatt” (enak, sedap, lezat)
• Kerjasama antara indera pengecap dan indera
pembau dapat mempengaruhi nafsu makan
seseorang. Di samping itu juga mempengaruhi
produksi kelenjar air liur.
G
A
M
B
A
R

X
KELAINAN PADA LIDAH

• Kelainan warna pada lidah (lidah berwarna merah


muda) dapat terjadi sebagai berikut :
• Lidah berwarna putih, warna putih yang cukup tebal
kadang agak kecoklatan (kotor) menandakan orang
tsb mengalami infeksi di saluran pencernaan (thypus
abdominalis)
• Lidah berwarna merah, memperlihatkan adanya
aktivitas panas pada tubuh.
Penyakit-penyakit pada lidah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. SARIAWAN/ORAL KANDIASIS,
terjadi karena adanya infeksi jamur
CANDIDA ALBICANS akan
terlihat adanya luka berupa
kumpulan lapisan berwarna putih
pada dinding mulut disertai radang
berwarna merah pada mukosa
mulut yang terasa perih.
2. Peradangan pada lidah
(ATROPIC GLOSSITIS), lidah
akan kehilangan rasa, karena
degenerasi ujung papil lidah akan
tampak licin dan mengkilat.
3. Kanker lidah, dapat diakibatkan
karena merokok, alkohol, radang
kronis, jarang merawat kebersihan
mulut.
K
U
L
I
T
KULIT (INTEGUMEN)
• Kulit atau kutis merupakan organ dengan luas permukaan
seluruhnya sekitar 1,8 m2 dengan berat sekitar 15 % dari berat
badan.
• Ketebalan kulit sangat bervariasi yang paling tipis adalah 0,04
mm, terdapat di sekitar mata, dan yang paling tebal sekitar 1,6
mm pada telapak tangan.
• Kulit dibedakan 2 lapis utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit
jangat (dermis) dan dibawahnya terdapat subkutis/hipodermis.
• Kulit memiliki beberapa fungsu seperti :
1. Sebagai pelindung tubuh terhadap air, cuaca, dan keadaan
lingkungan yang lain;
2. Sebagai pengatur panas tubuh, alat pertahanan tubuh;
3. Alat indera
INDERA KULIT
• Terdapat 5 jenis reseptor penginderaan pada kulit yaitu :
rabaan, tekanan , panas, dingin, dan sakit.
• Reseptor-reseptor tersebut tidak tersebar secara merata di
permukaan kulit demikian juga perbandingan jumlah tiap
reseptor tidak sama.
• Sebenarnya indera tsb tidak terbatas pada kulit saja, tetapi juga
ada pada selaput lendir mulut dan lidah, karena lidah kita juga
dapat menahan sakit, panas, dingin, dan kasar halusnya
permukaan makanan di dalm mulut.
• Reseptor untuk rasa sakit dijumpai pada ujung percabangan
serabut syaraf yang menyebar pada dermis kulit secara merata
dan meluas.
• Sedangkan untuk sentuhan dan rabaan reseptornya banyak
ditemukan pada kulit telapak tangan, khususnya di ujung-ujung
jari.
G
A
M
B
A
R

XI
SEE YOU ON THE FINAL EXAM
AT JANUARY 2018
GOOD LUCK

Anda mungkin juga menyukai