Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga dapat mengenai organ tubuh lainnya.1 Tuberkulosis paru tetap merupakan salah
satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di negara berkembang
maupun di negara maju.2
Laporan World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report
2013 menyatakan bahwa insiden kasus TB diperkirakan 8,6 juta orang dan kasus
kematian akibat TB mencapai 1,3 juta pada tahun 2012. Indonesia menempati urutan
keempat diantara 22 negara dengan beban TB tertinggi (High Burden Country) di
dunia yang berjumlah 400-500 ribu kasus insiden TB per 100.000 penduduk pada
tahun 2012.3 Estimasi insiden TB di Indonesia berjumlah 202.301 kasus baru BTA
positif yang ditemukan pada tahun 2012, yang mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2011 yang berjumlah 197.797 kasus. 4
Gejala tuberkulosis dapat berupa demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang
tanpa sebab yang jelas, batuk lama >3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan,
nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat (failure to thrive) bahkan berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak
naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat, pembesaran kelenjar limfe
superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel, diare persisten yang tidak
sembuh dengan pengobatan baku diare dan lesu.5
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi baik sebelum
pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai masa pengobatan.
Salah satu komplikasi yang timbul adalah pneumotoraks.6
Pneumotoraks merupakan keadaan terdapatnya udara atau gas lain dalam
kantong pleura dan merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan. Keadaan ini dapat

1
terjadi akibat penyakit toraks atau paru yang diklasifikasikan sebagai pneumotoraks
sekunder.6,7 Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas penyebab antara lain :
pneumotoraks spontan, pneumotoraks traumatik dan pneumotoraks iatrogenik. Paling
sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma, dapat pula sebagai akibat trauma
toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.7 Jika
pneumotoraks besar dan dispnea berat maka perlu dipasang selang torakotomi yang
dihubungkan dengan water sealed drainage (WSD) untuk membantu pengembangan
paru kembali.
Salah satu masalah yang selalu terkait erat dengan TB yaitu masalah gizi yang
dalam hal ini adalah malnutrisi (Kekurangan Energi Protein/KEP). Prevalensi yang
tinggi terdapat pada anak dibawah usia 5 tahun. KEP diklasifikasikan menjadi KEP
derajat ringan (gizi kurang) dan KEP derajat berat (gizi buruk). Telah lama diketahui
adanya hubungan sinergis antara KEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan status gizi.8
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang anak perempuan berusia 15 tahun 3
bulan yang didiagnosis tuberkulosis paru + pneumothorax post pemasangan wsd +
gizi buruk marasmik klinis, dirawat inap dari tanggal 8 Maret 2019 di bangsal Tulip
lantai 2 (Anak) ruang isolasi RSUD Ulin Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai